BAB I-III

39
BAB I PENDAHULUAN

Transcript of BAB I-III

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangTujuan pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2015adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat mewujudkan bangsa yang mandiri maju dan sejahtera. (Depkes RI, 2010).Saat ini penyakit kulit merupakan salah satu masalah yang masih sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Di Indonesia insiden penyakit kulit termasuk peringkat ke-3 setelah infeksi saluran napas atas (ISPA) dan diare. (Boediardja, 2011). Apalagi di daerah tropis seperti Indonesia, selain menyerang orang dewasa penyakit ini juga sering terjadi pada anak-anak atau balita (Dewi, 2010). Memiliki anak yang sehat merupakan dambaan semua orang tua. Kunci utama orang tua untuk mewujudkannya adalah menerapkan pola hidup sehat sejak dini dan memberi perawatan yang sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, tujuannya adalah untuk menghindari dan mencegah timbulnya penyakit yang mungkin terjadi. Salah satu keadaan yang harus diketahui oleh orang tua adalah kesehatan kulit bayi. Berbeda dengan kulit orang dewasa, kulit bayi lebih tipis, halus dan memiliki kandungan air yang cukup tinggi pada lapisan dalamnya serta memiliki fungsi perlindungan yang belum berkembang dengan sempurna sehingga kulit bayi akan lebih peka dan lebih mudah mengalami gangguan (Wahyuni, Salah satu gangguan kulit pada bayi adalah miliariasis (biang keringat). Milliariasis dapat dijumpai pada bayi cukup bulan maupun premature. Kemungkinan karena proses diferensiasi sel epidermal dan apendiksnya belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama pasca kelahiran dan menghilang dengan sendirinya 3-4 minggu kemudian. Kadang-kadang menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya (Yongki et.al, 2012).Data terbaru tentang kejadian miliaria pada bayi baru lahir yang dari sebuah survei Jepang lebih dari 5000 bayi terkena miliariasis. Survei ini mengungkapkan bahwa terdapat 225 (4,5%) neonatus dengan usia rata-rata 1 minggu terkena miliaria kristalina, 200 (4%) neonatus, dengan usia rata-rata 11-14 hari terkena miliaria rubra. Sebuah studi 2006 survei dari Iran menemukan kejadian miliaria dari 1,3% pada bayi baru lahir serta sebuah survei pasien anak-anak di Timur Laut India menunjukkan kejadian miliaria sebesar 1,6% (Ningrum, 2012).Dari data kunjungan bayi dan anak pada 7 rumah sakit di 6 kota besar di Indonesia terdapat 282 kasus (22,79%) dari 8919 kasus anak menderita penyakit kulit miliariasis. Miliariasis menempati urutan ke-7 dari 10 penyakit kulit bayi dan balita. Insiden penyakit kulit miliaria ini akan meningkat sampai 50% pada iklim panas dan lembab. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) terdapat 15% yang menderita penyakit kulit miliariasis yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak (Boediardja, 2003).Milliariasis yaitu dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat (Maryanti dkk, 2011). Salah satu penyebabnya ialah terbatasnya pengetahuan dan informasi mengenai kurang tepatnya perawatan kulit bayi. Dengan informasi yang kurang tentang perawatan kulit pada bayi, dapat menyebabkan ibu salah dalam merawat kulit. Udara yang panas dan lembab, dalam cuaca panas tubuh bayi lebih sering berkeringat sehingga pada saat cuaca panas lebih baik bayi diberikan pakaian sedikit mungkin dan pilihlah bahan yang mudah menyerap keringat dan nyaman digunakan. Sehingga tubuh bayi tetap kering tidak lembab. Setelah menderita sakit panas, tubuh bayi akan mengeluarkan keringat yang berlebih, dan saat bayi terkena demam keringat keluar terus menerus namun keringat tidak bisa keluar sehingga terjadi penyumbatan pada kelenjar keringat. Ventilasi udara yang kurang baik, ventilasi yang kurang bisa menyebabkan sirkulasi udara yang tidak sehat sehingga terjadi ganguan udara yang panas didalam rumah dan bisa mempengaruhi suhu badan bayi menjadi panas serta mudah sekali berkeringat. Jadi usahakan didalam rumah udara bisa mengalir dengan bebas (FKUI, 2001) dalam (Ningrum, 2012). Dampak dari Penyakit ini adalah dapat menimbulkan rasa tidak nyaman khususnya pada bayi yang dikarenakan oleh iritasi kulit yang bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan infeksi dan gangguan pada kulit bayi yang lebih parah dan nantinya dapat berpengaruh pada segi kesehatan ataupun menimbulkan gangguan kosmetik saat bayi telah beranjak dewasa (Dewi, 2010).Penyakit miliariasis dapat dicegah dan disembuhkan, oleh karena itu Konseling Informasi Edukasi (KIE) yang cukup harus di berikan pada ibu-ibu yang memiliki anak atau bayi yang menderita miliariasis melalui kegiatan posyandu, agar tidak menyepelekan penyakit ini (Dewi, 2010). Keadaan kulit merupakan cermin kesehatan tubuh seseorang. Untuk menjaga kesehatan kulit ini, diperlukan perawatan rutin sejak usia dini. Telah dibuktikan bahwa sentuhan ibu akan sangat berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental seorang anak. Sebenarnya pengobatan khusus tidak diperlukan pada bayi yang terkena biang keringat, cukup dengan pencegahan dan perawatan kulit yang benar. Bila biang keringat berupa gelembung kecil tidak disertai kemerahan, kering dan tanpa keluhan dapat diberi bedak setelah mandi. Bila kelainan kulit membasah tidak boleh ditaburi bedak, karena akan membentuk gumpalan yang memperparah sumbatan kelenjar sehingga menjadi tempat pertumbuhan kuman. Bila keluhan sangat gatal dapat diatasi dengan pemberian antibiotik (Paulette, 2007) Perawatan kulit bayi dan balita dimulai dari kegiatan sehari-hari. Misalnya dengan memandikan secara teratur, membersihkan rambut dan mengganti baju apabila baju anak tersebut basah. Dari penanganan diatas kita ambil contoh mandi misalkan diwajibkan dua kali sehari, pagi dan sore, kemudian mengeringkan badan anak dengan handuk sendiri sampai lipatan kulit dan berikan bedak dengan sapuan tipis. Apabila bayi sering berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur (Ningrum, 2012).Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan yang efektif pada masyarakat atau penderita miliaria. Dalam melaksanakan upaya tersebut diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat. Sehingga pengetahuan yang dimiliki masyarakat diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap kesehatan.Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan sangat mempengaruhi perilaku atau tindakan masyarakat dalam masalah kesehatan, khususnya dalam penyakit kulit seperti miliariasis. Pengetahuan yang baik akan meningkatkan perilaku yang baik tentang penanganan atau perawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Kulit dengan Kejadian Miliariasis pada Bayi Usia 1-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Tahun 2014.

1.2 Pembatasan masalahAdanya keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori-teori dan supaya dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua variabel yang berhubungan dengan kejadian milliariasis pada bayi usia 1-12 bulan di teliti. Variabel yang diteliti adalah pengetahuan ibu tentang perawatan kulit dengan kejadian milliariasis pada bayi usia 1-12 bulan.

1.3 Rumusan masalahBerdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas masih ditemukan ibu yang memiliki pengetahuan kurang tentang perawatan kulit pada bayi sehingga bayi mengalami milliariasis. Maka dapat dirumuskan masalah Apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang perawatan kulit dengan kejadian milliariasis pada bayi usia 1-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Tahun 2014.

1.4 Tujuan Penelitian1.4.1 Tujuan UmumMengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang perawatan kulit dengan kejadian milliariasis pada bayi usia 1-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Tahun 2014. 1.4.2 Tujuan Khusus1. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang perawatan kulit bayi usia 1-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Tahun 20142. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian milliariasis bayi usia 1-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Tahun 20143. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang perawatan kulit dengan kejadian milliariasis pada bayi usia 1-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Tahun 2014.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat TeoritisHasil penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah dan literatur di perpustakaan UMB yang bermanfaat bagi mahasiswa nantinya akan memberikan pelayanan pada masyarakat secara langsung.1.5.2 Manfaat PraktisHasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang perawatan kulit bayi dan milliariasis juga sebagai media dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat di perkuliahan.

1.6 Keaslian Penelitian Sepanjang penelusuran kepustakaan dan sepengetahuan penulis, penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu tentang perawatan kulit dengan kejadian milliariasis pada bayi usia 1-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Tahun 2014 belum ada yang meneliti sebelumnya. Adapun penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah :a. Novita Widya Ningrum (2012) Hubungan pengetahuan ibu tentang perawatan kulit dengan kejadian milliariasis pada bayi usia 1-12 bulan di Desa Sumuragung Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Persamaan penelitian ini adalah ruang lingkup yang diteliti, yaitu tentang hubungan pengetahuan ibu tentang perawatan kulit dengan kejadian milliariasis pada bayi usia 1-12 bulan. Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah subyek yang berbeda.b. Sarwo Endah Setyawati (2013) Tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (Milliaria) pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar Tahun 2013. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama tentang biang keringat (Milliaria).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan2.1.1 PengertianSecara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Sedangkan secara terminology pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2004).Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dalam hal ini pengetahuan tentang milliariasis (Notoatmodjo, 2010).

2.1.2 Tingkat PengetahuanMenurut Notoatmodjo (2010), tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu: 1. Tahu (Know)Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebalumnya, termasuk dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Tahu merupakan tingkat penetahuan yang paling rendah.2. Memahami (Comprehension)Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap onjek yang dipelajari3. Aplikasi (Application)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.4. Analisis (Analysis)Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam sutu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.5. Sintesis (Synthesis)Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.6. Evaluasi (Evaluation)Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian terhadap suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengetahuan yang baik tentang perawatan kulit bayi besar pengaruhnya terhadap terjadinya gangguan kulit pada bayi yaitu milliariasis. Pengetahuan merupakan faktor penting yang mempunyai pengaruh sebagai awal bagi perilaku seseorang. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan kulit dengan kejadian milliariasis pada bayi usia 1-12 bulan merupakan faktor penting yang mempengaruhi ibu dalam memberikan perawatan kulit bayi yang sesuai dengan usia perkembangan kulit bayi.

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PengetahuanAda beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu :a. Umur Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental tidak secepat ketika umur belasan tahun. Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Setyawati, 2013). b. Tingkat PendidikanSemakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang diperkenalkan (Nursalam, 2001). c. Sumber InformasiMenurut Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, media informasi untuk komunikasi massa. Sumber informasi dapat diperoleh melalui media cetak (surat kabar, majalah), media elektronik (Televisi, radio, internet) dan melalui kegiatan tenaga kesehatan seperti pelatihan yang diadakan (Dokter, Perawat, Bidan). Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Semakin sering orang membaca, pengetahuannya akan lebih baik daripada hanya sekedar mendengar atau melihat saja. Dan dapat dibuktikan dengan banyaknya minat ibu untuk membaca (Notoatmodjo, 2010). d. Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh karena itu, pengalamn pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2007).

2.2 Cara Perawatan KulitMenurut Boediardja (2000) diperlukan beberapa cara dalam perawatan bayi dan balita agar kulit bayi dan balita tersebut tetap sehat :a. Hindari pajanan dengan bahan yang menimbulkan sensitisasi, gunakan produk perawatan kulit.b. Kurangi kontak dengan bahan yang menyebabkan iritasi.c. Pertahankan hidrasi kulit.d. Hindari gesekan yang dapat menyebabkan kerusakan kulit.e. Hindari penyerapan melalui kulit.f. Hindari sunburn atau pajanan sinar matahari yang berlebihan.g. Mempertahankan fungsi utama kulit sebagai pelindung.

2.3 Anak2.3.1 Pengertian AnakMenurut UU RI Tahun 2002 tentang perlindungan anak pada Pasal I dikatakan dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Klasifikasi Anaka. Masa bayi: usia 0-1 Tahunb. Masa balita : usia 1-5 Tahun2.3.2 Masalah Kulit pada AnakMenurut Astuti (2013), masalah kulit yang sering terjadi pada bayi dan balita adalah :a. Dermatitis atopik/ Eksim susuMerupakan penyakit kulit bawaan lahir yang membuat kulit bayi hipersensitif. Ia mudah sekali terserang alergi. Diterpa debu sedikit saja, bayi ini akan mengalami gatal-gatal. Kepanasan sebentar akan langsung memunculkan ruam pada kulitnya. Cara mengenali bayi penderita DA adalah kulitnya kelihatan merah, kering dan bersisik. Terutama pada permukaan kulit muka, lipatan kulit sendi seperti di siku, lutut, pergelangan tangan, dan kaki juga di selangkangan paha. b. Dermatitis Diapers/ Ruam popokIstilah kedokterannya eksim atau dermatitis popok, yaitu kelainan kulit yang timbul akibat radang di daerah yang tertutup popok. Biasanya di sekitar daerah kemaluan, lipatan paha, pantat, dubur, dan perut bagian bawah.c. Milliariasis/ Biang keringatIstilah kedokterannya miliaria. Awam sering menyebutnya keringat buntet atau prickle heat. Merupakan kelainan kulit yang sering ditemukan pada bayi dan balita, kadang orang dewasa. Hal ini disebabkan produksi keringat yang berlebihan, disertai sumbatan pada saluran kelenjar keringat. Biasanya anggota badan yang diserang adalah dahi, leher, kepala, dada, punggung, atau tempat-tempat tertutup yang mengalami gesekan dengan pakaian.

2.4 Milliariasis2.4.1 Pengertian MiliariasisMilliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Yongki et.al, 2012)Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung), serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala. Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)Milliariasis disebut jugasudamina, biang keringat, keringat buntet, liken tropikus,ataupickle heat .( Adhi Djuanda, 1987)2.4.2 Etiologi MiliariasisPenyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab. ( , 2010)Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi. Akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat terjadilah tekanan yang menyebabkan pembengkakan saluran atau kelenjar itu sendiri, keringat yang menembus ke jaringan sekitarnya menimbulkan perubahan-perubahan anatomis pada kulit berupa papul atau vesikel. (Hassan, 1984).2.4.3 PatofisiologiPatofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. (Yongki et.al, 2012)Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya. (Yongki et.al, 2012)2.4.4 Klasifikasi MilliariasisTergantung dari letak kelainan, maka terdapat beberapa bentuk miliariasis, diantaranya yaitu:a. Miliaria kristalinaPada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm berisi cairan jernih tanpa disertai kulit kemerahan, terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas. Vesikel bergerombol tidak disertai tanda-tanda radang atau inflamasi pada bagian badan yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan subjektif dan sembuh dengan sisik yang halus. Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal. Pengobatan tidak diperlukan, cukup dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat. (Adhi Djuanda, 1987)Daerah predileksi lipat siku, lipat lutut, lipat payudara, lipat paha dan punggung, dahi, leher, dan dada. Vesikel terletak sangat superfisial, kecil dan tembus terang, tidak disertai tanda-tanda inflamasi dan mudah pecah. Biasanya tidak ada keluhan subjektif. (Hassan, 1984)b. Miliaria rubraPenyakit ini lebih berat daripada miliariasis kristalina. Terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan ataupun gesekan pakaian. Terlihat papul merah atau papul vesikular ekstrafolikular yang sangat gatal dan pedih. Milliaria jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik. Kelainan bentuknya dapat berupa gelembung merah kecil, 1-2 mm, dapat tersebar dan dapat berkelompok. (Adhi Djuanda, 1987)Daerah predileksi sama seperti pada miliaria kristalina. Lesinya berupa papulo vesikula eritematosa yang sangat gatal dan diskrit, kemudian konfluens dengan dasar merah, sering terjadi maserasi karena terhalangnya penguapan kelembaban. Keringat keluar ke stratum spinosum. Bisa terjadi infeksi sekunder dengan impetigo dan furunkulosis, terutama pada anak-anak. Terutama timbul pada bagian tubuh yang tertutup pakaian seperti punggung dan dada. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)c. Miliaria profundaBentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis. Kelainan ini biasanya timbul setelah miliaria rubra.ditandai dengan papula putih, kecil, keras, berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat di badan ataupun ekstremitas. Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel. Tidak gatal, dan tidak terdapat eritema. (Adhi Djuanda, 1987)Daerah predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan, dan kaki. Lesi berupa vesikel yang berwarna merah daging, disertai gejala inflamasi maupun keluhan rasa gatal, disebabkan penyumbatan di bagian atas kutis. Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama sekali tidak berfungsi. Biasanya timbul setelah menderita milliaria rubra yang hebat. (Hassan, 1984)d. Miliaria pustulosaPada umumnya didahului oleh dermatosis yang menyebabkan gangguan saluran kelenjar ekrin dan terjadi pustel superfisial. (Hassan, 1984). Lesinya berupa pustula steril yang gatal, tegas, superfisial dan tak berhubungan dengan folikel rambut. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)

2.4.5 Penyebab MilliariasisMenurut Pasaribu (2007), beberapa penyebab milliariasis adalah :a. Ventilasi udara kurang baik, sehingga udara panas dan lembabb. Pakaian yang terlalu tebal dan ketat, bahan tidak menyerap keringat sehingga suhu tubuh bayi meningkatc. Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan keringatd. Setelah bayi menderita demam atau paPenyebab lain berupa penyumbatan pori-pori yang berasal dari kelenjar keringat. Sumbatan ini dapat diakibatkan debu atau radang pada kulit anak. Butiran-butiran keringat yang terperangkap dibawah kulit akan mendesak ke permukaan kulit dan menimbulkan bintik-bintik kecil yang terasa gatal. (Setyawati, 2013).2.4.6 Tanda dan Gejala MilliariasisTanda dan Gejala Milliariasis menurut .........a. Bintik kemerahan yang terjadi pada kulit bayib. Bayi rewel

2.4.7 Pencegahan Milliariasisa. Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari menggunakan air dingin dan sabun.b. Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur.c. Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri.d. Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang tidak menyerap keringat (FKUI, 2002).

Menurut Pasaribu (2007), biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara:a. Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.b. Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.c. Jaga tubuh bayi agar tetap kering.d. Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis.e. Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.f. Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu sejuk.g. Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan2.4.8 Pengobatan MilliariasisSebenarnya pengobatan khusus tidak diperlukan, cukup pencegahan dan perawatan kulit yang benar. Bila milliariasis berupa gelembung kecil tidak disertai kemerahan, kering dan tanpa keluhan dapat diberi bedak tipis-tipis setelah mandi. Bila kelainan kulit membasah tidak boleh ditaburi bedak, karena akan membentuk gumpalan yang memperparah sumbatan kelenjar sehingga menjadi tempat pertumbuhan kuman. Bila keluhan sangat gatal dapat diatasi dengan pemberian antibiotik (Ningrum, 2012).

2.5 Kerangka Konsep

Kejadian MilliariasisPengetahuan Ibu tentang Perawatan Kulit Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

2.6 HipotesisBerdasarkan kerangka konsep, hipotesa dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :Hipotesis (Ha) : Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang perawatan kulit dengan kejadian milliariasis pada bayi usia 1-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo tahun 2014.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan rancangan penelitian crossectional pengukuran variabel terikat dan variabel bebas dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Kerangka Penelitian

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu.3.3.2 Waktu Penelitian Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan .......... 2014.

3.4 Populasi dan Sampel3.4.1 Populasi Populasi adalah keselurahan dari objek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 1-12 bulan di Puskesmas .3.4.2 SampelSampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan populasi diatas maka sampel dalam penelitian ini adalah: