BAB I II III asli

59
PROPOSAL ” PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PENGAJARAN PKN TENTANG MEMAHAMI KEBEBASAN BERORGANISASI DI SD KELAS V SDN MALANG KECAMATAN MAOSPATI KABUPATEN MAGETAN ” Dosen Pengampu : Drs Edy Siswanto, M.Pd Disusun oleh SATRIYO AGUNG NUGROHO ( 09141196 ) PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI MADIUN 2013

Transcript of BAB I II III asli

Page 1: BAB I II III asli

PROPOSAL

” PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD PADA PENGAJARAN PKN TENTANG MEMAHAMI

KEBEBASAN BERORGANISASI DI SD

KELAS V SDN MALANG KECAMATAN MAOSPATI

KABUPATEN MAGETAN ”

Dosen Pengampu : Drs Edy Siswanto, M.Pd

Disusun oleh

SATRIYO AGUNG NUGROHO

( 09141196 )

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKIP PGRI MADIUN

2013

Page 2: BAB I II III asli

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas penelitian dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Koopetarif

Tipe STAD Pada Pengajaran PKn tentang Memahami Kebebasan Berorganisasi di

SDN Kelas V SDN Malang Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan”.

Selama penulisan tugas penelitian ini banyak pihak yang telah

membantu penulis sehingga penulis dapat melaksanakan penulisan tugas

penelitian ini sampai dengan selesai. Oleh karena itu, penulis menyampaikan

terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu

penulis, terutama kepada:

1. Bapak Drs Edy Siswanto, M.Pd

2. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu menyelesaikan tugas penelitian ini.

Saran dan kritik dari semua pihak selalu penulis tunggu demi perbaikan

dan kesempurnaan penelitian ini. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat

diterima dan memberi manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada

umumnya. Besar harapan penulis semoga penelitian ini menjadikan amal sholeh

dan menambah khasanah ilmu pengetahuan kita, Amin.

Madiun, - 2013

Penulis

Page 3: BAB I II III asli

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………… i

KATA PENGANTAR……………………………………………... ii

DAFTAR ISI………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………. 4

1.3 Tujuan Penelitian…………………………………... 4

1.4 Kegunaan Penelitian……………………………….. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTISIS PENELITIAN. 6

2.1 Kajian Pustaka…………………………………….. 6

2.2 Kerangka Pemikiran…………………………….... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………….. 24

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian……………………... 24

3.2 Subyek Penelitian………………………………….. 25

3.3 Metode dan Desain Penelitian……………………... 25

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel. 29

3.5 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian...….. 31

3.6 Analisis Data………………………………………. 34

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………... 37

Page 4: BAB I II III asli

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan sebagai salah satu pengembangan SDM yang

bermakna sangat penting bagi pembangunan nasional. Bahkan dapat dikatakan

masa depan bangsa bergantung pada ke beradaan pendidikan yang berkualitas

yang berlangsung dimasa kini. Oleh karena itu, upaya peningkatan sekolah

merupakan titik sentral upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas demi

terciptanya SDM yang berkualitas dan ber – IMTAQ serta berbudi pekerti

luhur.

Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, dunia

pendidikan di Indonesia pun harusnya mengalami kemajuan. Dan kemajuan

yang akan dicapai dalam pendidikan dapat diwujudkan melalui suatu

perubahan, pengembangan, penyempurnaan, dan inovasi terhadap kurikulum

pendidikan. Di dalam kurikulum pendidikan itu sendri memuat bahan atau

materi ajar, pola pengajaran atau pengelolaan (metode pembelajaran, model

pembelajaran, dan media pembelajaran sebagai pendekatan proses belajar

mengajar), serta penilaian sebagai bentuk evaluasi pendidikan yakni tolak

ukur keberhasilan pendidikan.

Di dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas, sehingga tercipta

SDM yang berkualitas dan ber – IMTAQ serta berbudi pekerti luhur tidak

lepas dari PKn. Di dalam hal ini PKn memiliki peran penting yaitu di dalam

Page 5: BAB I II III asli

pembentukan watak atau karakteristik, moral, nilai, sikap dan perilaku peserta

didik sebagai warga negara yang baik. Serta memiliki kepribadian, IMTAQ

dan berbudi pekerti yang luhur di dalam kehidupannya sebagai warga negara.

Karena itulah, PKn sangat penting untuk diberikan sejak usia dini yaitu di

tingkat SD.

Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran PKn, menurut Mulyasa

(2007) yaitu untuk menjadikan siswa:

1. Mampu berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi

persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.

2. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan

bertanggung jawab sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua

kegiatan.

3. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup

bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta

mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik.

Menurut KTSP PKn di SD terdiri dari 24 standart kompetensi yang

dijabarkan dalam 53 kompetensi dasar, secara umum meliputi 8 aspek yaitu :

(1) Persatuan dan kesatuan, (2) Norma hukum dan peraturan, (3) HAM, (4)

Kebutuhan warga negara, (5) Konstitusi negara, (6) Kekuasaan politik, (7)

Kedudukan pancasila, dan (8) Globalisasi. Dan kesemua materi ini harus

dikuasai dengan atau secara baik dan tuntas oleh siswa SD dengan memahami

dan menguasai kesemua materi tersebut.

Page 6: BAB I II III asli

Menurut penemuan di lapangan bahwa antusiasme siswa SD terhadap

mata pelajaran PKn sangatlah rendah. Hal ini disebabkan begitu banyaknya

materi yang harus diserap dan dikuasai oleh siswa. Siswa menguasai materi ini

dengan bersusah payah memahami, menghafal bahkan mengingat materi yang

ada di dalam 8 aspek yang disebutkan di atas. Sehingga mata pelajaran PKn

sepertinya berubah menjadi momok atau hal yang menakutkan kedua setelah

mata pelajaran matematika bagi siswa SD. Hal ini didorong juga oleh kinerja

guru yang mengajarkan atau menyampaikan materi PKn tengtang Memahami

Kebebasan Berorganisasi terkesan monoton, yakni dengan cara penyampaian

materi selalu menggunakan ceramah, tanya jawab, diskusi yang sifatnya

klasikal tanpa adanya variasi yang mampu menarik minat siswa untuk

mengikuti atau mempelajainya. Sehingga mata pelajaran PKn oleh siswa

dianggap sebagi mata pelajaran yang “membosankan”. Bila ini dibiarkan

terjadi terus – menerus maka yang ada adalah kegagalan penanaman konsep

dan penamaman nilai – nilai luhur kepada siswa hanya tinggal menunggu

waktu.

Dengan demikian, sebagai guru perlu mengambil langkah dan inisiatif

untuk senantiasa membenahi dan melakukan berbagai inovasi dalam

pembelajarannya. Dan aspek yang perlu dibenahi dan dikembangkan

meliputi: materi ajar, media pembelajaran, metode pembelajaran, model

pembelajaran, pendekatan dan penilaian (evaluasi) dalam pembelajaran PKn

di SD tengtang Memahami Kebebasan Berorganisasi .

Page 7: BAB I II III asli

Berdasarkan penjelasan di atas kami (peneliti) akan melakukan

penelitian tentang sejauh mana pengembangan pembelajaran PKn di SD

tengtang Memahami Kebebasan Berorganisasi dilakukan. Sehingga, kami

mengangkat judul penelitian “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD Pada Pengajaran PKn tentang Memahami Kebebasan

Berorganisasi di SD Kelas V SDN Malang Kecamatan Maospati Kabupaten

Magetan”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Model pembelajaran seperti apa yang telah digunakan / dikembangkan

dalam pembelajaran PKn tentang Memahami Kebebasan Berorganisasi di

SDN Kelas V Malang Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan?

2. Bagaimanakah pengaruh pengembangan model pembelajaran yang telah

digunakan dengan pembelajaran kooperatif dengan metode tipe STAD

yang ditawarkan terhadap hasil prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

PKn tengtang Memahami Kebebasan Berorganisasi di SDN Malang Kec.

Maospati Kab. Magetan ?

3. Adakah upaya – upaya pengembangan model pembelajaran yang lain.

Selain yang telah digunakan untuk peningkatan hasil prestasi belajar siswa

pada pembelajaran PKn tentang Memahami Kebebasan Berorganisasi di

SDN Malang Kec. Maospati Kab. Magetan ?

Page 8: BAB I II III asli

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan model

pembelajaran kooperatif dengan metode tipe STAD pada pengajaran PKn

tentang Memahami Kebebasan Berorganisasi di SD kelas V SDN Malang

Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti, siswa dan sekolah.

a. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan penelitian dalam membekali diri sebagai

calon guru SD yang memperoleh pengalaman meneliti secara ilmiah agar

kelak dapat dijadikan model dalam mengajar.

b. Bagi Guru

Merancang model pembelajaran PKn yang kreatif sebagai upaya

untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

c. Bagi Siswa

1. Meningkatkan kretifitas siswa dalam proses pembelajaran.

2. Meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Siswa dapat terpacu lebih bersemangat untuk belajar.

d. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

dalam rangka pengembangan proses belajar mengajar menggunakan model

Page 9: BAB I II III asli

pembelajaran kooperatif dengan metode tipe STAD khususnya mata

pelajaran PKn dan mata pelajaran lainnya dengan memperhatikan metode-

metode yang dipergunakan secara tepat dan baik untuk meningkatkan

prestasi belajar.

Page 10: BAB I II III asli

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui

penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat

kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap

anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan

pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam

sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran.

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah :

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menyelesaikan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok juga berasal dari ras,

budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda.

4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.

Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja,

tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus

yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif

Page 11: BAB I II III asli

berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan

kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar

anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan

membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.

Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara lain :

1. Keterampilan kooperatif tingkat awal.

a. Menggunakan kesepakatan.

b. Menghargai kontribusi.

c. Mengambil giliran dan berbagai tugas.

d. Berada dalam kelompok.

e. Berada dalam tugas.

f. Mendorong partisipasi.

g. Mengundang orang lain untuk berbicara.

h. Menyelesaikan tugas pada waktunya.

i. Menghormati perbedaan individu.

2. Keterampilan tingkat menengah.

a. Menunjukkan penghargaan.

b. Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima.

c. Mendengarkan dengan aktif.

d. Membuat ringkasan.

e. Menafsirkan.

f. Mengatur dan mengorganisir.

g. Menerima tanggung jawab.

Page 12: BAB I II III asli

h. Mengurangi ketegangan.

3. Keterampilan tingkat mahir.

a. Mengelaborasi.

b. Memeriksa dengan cermat.

c. Menanyakan kebenaran.

d. Menetapkan tujuan.

e. Berkompromi.

Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mempunyai 6 (enam)

langkah utama yaitu :

Fase 1. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan

Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok

belajar.

Fase 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Fase 5. Evaluasi tentang apa yang sudah dipelajari sehingga masing-

masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. tujuan

dan memotivasi siswa untuk belajar.

Fase 2. Menyajikan informasi dalam bentuk demonstrasi atau melalui

bahan bacaan.

Fase 6. Memberikan penghargaan baik secara kelompok maupun

individu.

Page 13: BAB I II III asli

b. Unsur - unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson dalam bukunya Lie

(2002:30) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap

sebagai perkembangan kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal,

ada 5 unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu :

a. Saling ketergantungan yang positif

b. Saling interaksi tatap muka

c. Setiap individu bertanggungjawab

d. Adanya komunikasi antar anggota

e. Evaluasi proses kelompok

(Lie 2002 : 30)

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha tiap

anggotanya, sehingga seluruh anggota diharapkan mampu untuk

memberikan peran aktif dalam kegiatan kelompok. Untuk menciptakan

kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian

rupa sehingga pada akhirnya seluruh anggota kelompok bisa mencapai

tujuan mereka.

Dalam kegiatan kelompok setiap anggota kelompok, harus

diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Dengan

menyatakan pendapat akan terbentuk sinergi positif yaitu adanya saling

menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi

kekurangan masing-masing.

Page 14: BAB I II III asli

Pola penilaian dan penugasan dalam pembelajaran kooperatif,

membuat setiap siswa merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang

terbaik. Kunci keberhasilan terletak pada persiapan dan penyusunan

tugas pembelajaran yang harus dilakukan oleh tiap-tiap anggota

kelompoksecara betanggung jawab, agar tugas selanjutnya dapat

dilaksanakan. Anggota kelompok yang tidak melaksanakan tugas akan

diketahui dengan jelas dan mudah. Hal ini menimbulkan dorongan dari

teman-teman dalam satu kelompok untuk melaksanakan tugas agar tidak

menghambat yang lain.

Sebelum penugasan siswa, guru perlu mengajarkan cara-cara

berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan

para anggota untuk saling mendengarkan dan mengeluarkan

pendapatnya. Evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama perlu

direncanakan oleh guru. Waktu evaluasi tidak perlu setiap kali ada kerja

kelompok, namun dapat dilakukan selang beberapa waktu setelah

beberapa kali pembelajaran.

c. Macam Model Pembelajaran Kooperatif

1. JIGSAW

Metode  jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di

mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar

dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah

mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan

menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin

Page 15: BAB I II III asli

diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi

sendirian.

2. Student Team Game Tournament (STAD)

Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah

satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa

ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang

merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan

suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim

untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai

pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang

materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling

membantu.

3. Team Games Tournament (TGT)

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang

beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,

jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.

4. Kelompok Investigasi

Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai

metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan

dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak

perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk

mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa

Page 16: BAB I II III asli

untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun

dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills).

5. Pendekatan Struktural

Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan

kawan- kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan

pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada

penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi

pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen

ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas

tradisional, seperti resitasi, di mana guru mengajukan pertanyaan

kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah

mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh

Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam

kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif,

daripada penghargaan individual.

Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan

perolehan isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk

mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dua

macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share dan numbered-

head-together, yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan

isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi

tertentu. Sedangkan active listening dan time token, merupakan dua

Page 17: BAB I II III asli

contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan

keterampilan sosial.

d. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Slavin (pembelajaran kooperatif model STAD, siswa

dikelompokkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan empat atau

lima orang siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik

yang berbeda,sehingga setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi

tinggi,sedang dan rendah.

Pada model STAD siswa dikelompokkan secara

heterogen,kemudian siswa yang pandai menjelaskan kepada anggota

yang lain sampai mengerti.

Model kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan yang

menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling

memotifasi dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran

guna mencapai prestasi yang maksimal.

e. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Karakteristik pembelajaran STAD ( Student Team

Achievement Division) antara lain :

1. Menyampaikan materi pelajaran

2. Membagi siswa dalam kelompok kooperatif yang beranggotakan 4

atau 5 siswa

3. Menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok

4. Membimbing siswa dalam kerja kelompok

Page 18: BAB I II III asli

5. Menugasi siswa melaporkan hasil kerja kelompok

6. Membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran

Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:

1. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi

akademis.

2. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang

berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

3. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif

berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.

4. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada

individu.

http://www.linkpdf.com/ebook-viewer.php?url=http://www.sd-

binatalenta.com/arsipartikel/artikel_ina.pdf

f. Tahap – tahap Pembelajaran Tipe STAD

1. Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok.

Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan

dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-

kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam

kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang, aturan

heterogenitas dapat berdasarkan pada :

a. Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah) Yang

didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu

diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap

Page 19: BAB I II III asli

kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat

prestasi seimbang.

b. Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat

(pendiam dan aktif), dll.

2. Penyajian materi pelajaran, ditekankan pada ha-hal berikut :

a. Pendahuluan

Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari

siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting

untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep

yang akan mereka pelajari.

b. Pengembangan

Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang

akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar

untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan

diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah

memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.

c. Praktek terkendali

Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi

dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil

siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah

agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan

menyita waktu lama.

Page 20: BAB I II III asli

3. Kegiatan kelompok

Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai

bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi

pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi

bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan

menjawab pertanyaan.

4. Evaluasi

Dilakukan selama 45 - 60 menit secara mandiri untuk

menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam

kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan

individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok

5. Penghargaan kelompok

Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada

prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti

kelompok baik, hebat dan super.

6. Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok

Satu periode penilaian (3 – 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang

skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru.

Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat

bekerja dengan teman yang lain.

Menurut salvin ( dalam Zainuris,2007:8)mengemukakan

langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah :

a. Guru menyampaikan materi pelajaran

Page 21: BAB I II III asli

b. Guru membentuk beberapa kelompok,setiap kelompok terdiri dari

empatsampai lima orang siswa dengan kemampuan yang berbeda-

beda

c. Bahan atau materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam

kelompok untuk mencapai kompetensi dasar

d. Guru memfasilitasi siwa dalam bentuk

rangkuman,mengarahkan,dan memberikan penegasan pada pada

materi pelajaran yang telah dipelajari

e. Guru memberikan tes /kuis kepada siswa secara individu

f. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan

perolehan nilai hasil belajar individu dari skor dasar ke skor kuis

berikutnya.

Nurasma (2006:51) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran

model STAD terdiri dari enam langkah yaitu :

a. Persiapan pembelajaran

b. Penyajian materi

c. Belajar kelompok

d. Tes

e. Penentuan skor peningkatan individual dan

f. Penghargaan kelompok.

g. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Tipe STAD

Landasan yang mendasari model pembelajaran kooperatif dalam

pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Falsafah ini

Page 22: BAB I II III asli

menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Dengan bekerja sama

maka kelangsungan hidup dapat terpenuhi.

Sampai saat ini model pembelajaraan kooperatif belum banyak

diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan

untuk menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Kagan

ataupun Slavin dalam bukunya Kauchak (1998:136,137) mengatakan

adanya masalah menetapkan strategi belajar bersama di kelas yaitu

ramai, gagal untuk saling mengenal, perilaku yang salah dan penggunaan

waktu yang tidak efektif.

Ramai, biasanya yang dihasilkan dalam interaksi siswa yang

produktif. Ketika menerapkan strategi belajar bersama, kita harus

berharap agar kelas lebih ramai sedikit karena siswa bekerja dan

berbicara dalam kelompok kecil. Namun sesuatu yang berkelebihan,

bagaimanapun akan mengganggu guru dan mengganggu fungsi

kelompok dan kelas lainnya.

Gagal untuk menyatu, biasanya terjadi pada siswa yang

terisolasi secara sosial. Dalam kegiatan belajar, siswa duduk diam

terisolir dari siswa-siswa lainnya. Belajar bersama mengharuskan

mereka berbicara, mendengarkan dan membantu lainya untuk belajar.

Proses biasanya dibuat lehih rumit oleh keheterogenan kelompok

tersebut. Perilaku yang salah, biasanya timbul karena adanya

ketidaktahuan siswa tentang apa yang harus dilakukan dalam

pembelajaran kooperatif. Hal ini yang menimbulkan peningkatan

Page 23: BAB I II III asli

masalah manajemen pada siswa sehingga memerlukan solusi untuk

masalah potensial yang menantang, pemikiran lebih, penyusunan dan

pengawasan agenda dan pengawasan siswa dengan hati-hati.

Penggunaan waktu yang tidak efektif oleh siswa terjadi karena siswa

yang bergurau dan bermain sendiri sedangkan siswa lainnya sibuk

melakukan aktivitas kelompok. Pengawasan guru yang tidak cermat

dalam mengawasi kinerja guru selama pembelajaran kelompok tidak

efektif. Selain masalah-masalah yang kemungkinan terjadi, menurut

disertasinya Soewarso (1998:23) kelemahan-kelemahan yang mungkin

terjadi adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk

memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil.

b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak

dapat berlatih belajar mandiri.

c. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga

target pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.

d. Pembelajaaran kooperatif tidak dapat menerapkan materi pelajaran

secara cepat.

e. Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah

menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya

Meskipun banyaknya kelemahan yang timbul, menurut

disertasinya Soewarso (1998:22) pembelajaran kooperatif juga memiliki

keuntungan. Keuntungan ini meliputi:

Page 24: BAB I II III asli

a. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran

yang sedang dibahas.

b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa

mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa

dibantu oleh anggota kelompoknya.

c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,

belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang

bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.

d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang

tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan

teman sebaya.

e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan

dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu

pengetahuannya.

g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk

memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.

Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD menurut Davidson

(dalam Nurasma,2006:26) :

a. Meningkatkan kecakapan individu

b. Meningkatkan kecakapan kelompok

c. Meningkatkan komitmen

d. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya

Page 25: BAB I II III asli

e. Tidak bersifat kompetitif

f. Tidak memiliki rasa dendam

Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD menurut Slavin

(dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:

a. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang

b. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena

peran anggota yang pandai lebih dominan.

2. Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan

peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan

konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan

modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang

pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau

nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa

depan bersama di bawah satu negar yang sama walaupun warga

masyarakat tersebut berbeda-beda agama,ras,etnik,atau golongannya.

( Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(PPKI), Jakarta : Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1988)

Page 26: BAB I II III asli

Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan

semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

perlu ditingkatkan secar terus menerus untuk memberikan pemahaman

yang mendalam tentang diciptakan sebagai Negara Kesatuan dengan

Bentuk Republik.

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata

pelajran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang

memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, termpil, dan berkarakter

yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

2.2 Kerangka Pemikiran

Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dengan

siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan lingkungan, guru dengan

lingkungan. Dalam proses ini terjadi kegiatan belajar siswa dengan kegiatan

mengajar guru. Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan pada

individu yang mencangkup pengetahuan, perasaan, kognitif, afektif dan

psikomotor dalam jangka waktu yang relatif lama. Mengajar adalah

menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh seorang guru sebagai pengajar.

Dalam pembelajaran, mata pelajaran PKn tengtang Memahami

Kebebasan Berorganisasi memiliki tujuan agar siswa mampu berfikir kritis,

rasional, dan kreatif. Dengan demikian, sesuai dengan tujuan mata pelajaran

Page 27: BAB I II III asli

PKn peneliti berusaha untuk meneliti beberapa factor yang dapat memberikan

sumbangan positif agar tujuan mata pelajaran PKn dapat terlaksana

diantaranya melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Page 28: BAB I II III asli

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas V SDN Malang Kecamatan

Maospati, Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran 2012 / 2013”.

a. Peneliti memilih tempat ini karena ditempat ini menunjukkan

fenomena karakteristik masalah yang sedang diteliti.

b. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2012 pada semester gasal tahun

ajaran 2012/2013 dengan tahapan sebagai berikut :

Tahap I : Menyusun proposal untuk menyampaikan gambaran secara

singkat mengenai pokok permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian.

Tabap II : Penentuan model, metode dan instrumen yang digunakan

untuk memperoleh data secara tepat sesuai dengan variabel

penelitian yang digunakan.

Tahap III : Pengambilan dan analisis data yang dilaksanakan pada

setiap siklus.

Tahap IV : Penarikan kesimpulan dan pembuktian hipotesis tindakan.

Penarikan kesimpulan dan hipotesis tindakan berdasarkan

atas semua data yang diperoleh dari kegiatan penelitian.

3.2 Subyek Penelitian

Page 29: BAB I II III asli

Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek adalah siswa-siswi kelas V

SDN Malang, Kecamatan maospati, Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran

2012/2013, dengan jumlah siswa 16 yang terdiri dari 6 laki-laki dan 10

perempuan.

3.3 Metode dan Desain penelitian

1. Metode

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti perlu menetapkan metode

yang tepat agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Adapun metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas

atau biasa disebut PTK.

Yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian

yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif,

suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha

seseorang untuk memenuhi apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam

sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993 dalam Suharsimi

Arikunto, 2006: 115). Penelitian tindakan kelas membantu seseorang

dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi

darurat dan membantu mencapai tujuan ilmu sosial dengan kerjasama

dalam rangka etika yang disepakati bersama. Penelitian tindakan kelas

adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi

praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (PTK). Suharsimi Arikunto (2006: 3) menyatakan,

Page 30: BAB I II III asli

penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan

belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas secara bersama. Berdasarkan metode tersebut,

penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklus terdapat

4 tahapan, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (acting), (3)

pengamatan/observasi (observing), (4) refleksi (reflecting). Gambar dan

keterangan siklus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Keterangan Siklus :

Page 31: BAB I II III asli

1. Siklus pertama : Peneliti mengadakan observasi dan pengamatan di

SDN Malang, Kecamatan Maospati, Kabupaten

Magetan serta mewawancarai guru – guru SD

tersebut mengenai model – model pembelajaran yang

digunakan selama ini khususnya pada mata pelajaran

PKn tengtang Memahami Kebebasan Berorganisasi.

Selanjutnya, peneliti melihat hasil model

pembelajaran yang telah digunakan selama ini

dengan melihat hasil tugas dan ulangan harian,

kemudian peneliti merencanakan dengan

menawarkan model pembelajaran yang belum

digunakan selama ini untuk meningkatkan hasil

prestasi belajar siswa, yaitu dengan menawarkan

model pembelajaran kooperatif dengan metode tipe

STAD.

2. Siklus Kedua : Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan

metode tipe STAD khususnya pada mata pelajaran

PKn tentang Memahami Kebebasan Berorganisasi.

Kemudian melihat hasil prestasi belajar siswa dengan

melihat hasil tugas dan ulangan harian selanjutnya

membandingkannya dengan penggunaan model

pembelajaran sebelumnya, hasil prestasi belajar yang

telah dicapai akan terlihat jelas, baik menggunakan

Page 32: BAB I II III asli

metode sebelumnya ( ceramah ) atau menggunakan

model pembelajaran kooperatif dengan metode tipe

STAD, dan peneliti mengharapkan dengan penggunaan

model pembelajaran kooperatif dengan metode tipe

STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran apapun dan mata pelajaran PKn

khususnya.

3. Siklus Ketiga : Urutan tindakan pada siklus III ini seperti tahap

sebelumnya. Meliputi planning, acting, observing, dan

reflecting. Tindakan yang dilakukan dari tindakan

sebelumnya dalam proses belajar mengajar yang

dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh

hasil yang optimal.

2. Desain penelitian

Desain (design) penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat

oleh peneliti, sebagai ancar – ancar kegiatan yang akan dilaksanakan.

Desain penelitian ini merupakan kerangka atau perincian prosedur kerja

yang akan dilakukan pada waktu meneliti, sehingga diharapkan dapat

memberikan gambaran dan arah mana yang akan dilakukan dalam

melaksanakan penelitian tersebut, serta memberikan gambaran jika

penelitian itu telah jadi atau selesai penelitian tersebut diberlakukan.

Desain penelitian yang baik dapat memudahkan kita dalam melakukan

penelitian.

Page 33: BAB I II III asli

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain observasi untuk

mengumpulkan data dan peneliti dapat membuat beberapa catatan dari

sebuah data.

3.4 Populasi, Sample dan Teknik Pengambilan Sample

1. Populasi

Populasi penelitian menurut Suharsimi (1998:115) adalah keseluruhan

subjek penelitian. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1984:70) populasi

penelitian adalah seluruh individu yang akan dikenai sasaran generalisasi

dan sampel-sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas V SDN Malang,

Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan, dengan jumlah siswa 16 yang

terdiri dari 6 laki-laki dan 10 perempuan.

2. Teknik Pengambilan Sample

Sampel penelitian menurut Suharsimi (1998:117) adalah sebagian

atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel diambil

dengan menggunakan sampel random dengan sistem undian dengan

maksud agar setiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk

menjadi sampel dalam penelitian. Adapun tekniknya dengan mengundi

gulungan kertas sejumlah kelas yang didalamnya tertulis nomor kelas,

sehingga didapatkan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok

kontrol

Sampel adalah sebagian (cuplikan) dari populasi yang masih

mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi dan mampu

Page 34: BAB I II III asli

mewakili keseluruhan populasi penelitian. Sampel dipergunakan ketika

jumlah seluruh anggota populasi terlalu banyak sehingga tidak

memungkinkan untuk melakukan penelitian terhadap populasi secara

keseluruhan, misalnya populasi penelitian adalah masyarakat pada suatu

kota tertentu. Sampel juga digunakan ketika jumlah populasi secara

keseluruhan tidak dapat ditentukan secara pasti, misalnya populasi

pengguna produk tertentu pada suatu kota.

Persyaratan utama adalah bahwa sampel harus mampu mewakili

populasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, penentuan jumlah sampel

dan pengambilan sampel penelitian harus ditentukan secara sistematis agar

benar-benar mampu mewakili populasi secara keseluruhan. Secara garis

besar, metode penentuan jumlah sampel terdiri dari dua ciri, yaitu metode

acak (random sampling) dan tidak acak (non random sampling). Metode

acak adalah memberikan kesempatan kepada seluruh populasi penelitian

untuk menjadi sampel penelitian tanpa melihat struktur atau karakteristik

tertentu. Metode non random sampling dilakukan dengan memberikan

kesempatan kepada populasi dengan ciri atau karakteristik tertentu untuk

menjadi sampel penelitian, di mana ciri dan karakteristik tersebut harus

dikaitkan dengan tujuan penelitian.

Page 35: BAB I II III asli

3.5 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dipakai adalah

pengamatan atau observasi, wawancara, dokumentasi dan tes.

a. Pengamatan atau observasi

Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam

melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam

penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi interaksi

pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dalam

kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan

terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar

pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain-lain.

Observasi adalah pengamatan langsung suatu kegiatan yang

sedang dilakukan. Melalui observasi penganalisis dapat memperoleh

pandanganpandangan mengenai apa yang sebenarnya dilakukan,

melihat langsung keterkaitan diantara para pembuat keputusan di

dalam organisasi, memahami pengaruh latar belakang fisik terhadap

para pembuat keputusan, menafsirkan pesan-pesan yang dikirim oleh

pembuat keputusan lewat tata letak kantor, serta memahami pengaruh

para pembuat keputusan terhadap pembuat keputusan lainnya.

Untuk mengamati perilaku para pembuat keputusan, penganalisis

sistem juga harus mengamati lingkungan di sekitar mereka. Beberapa

Page 36: BAB I II III asli

unsur konkret di lingkungan pembuat keputusan bisa diamati dan

diterjemahkan.

b. Wawancara

Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview.

Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau

fakta di lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan

bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber. Namun,

bisa juga dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui telepon,

internet atau surat (wawancara tertulis).

Untuk menghasilkan sebuah berita yang baik sangat tergantung

dari hasil wawancara di lapangan. Sedikitnya data yang diperoleh di

lapangan, akan menyulitkan wartawan dalam menulis berita. Untuk

itu, dalam melakukan wawancara, upayakan mendapatkan data yang

selengkap-lengkapnya di lapangan, khususnya melalui proses

wawancara.

c. Dokumentasi

Dalam penelitian ini teknik dokumentasi diarahkan untuk

mendapatkan data skunder yang berkaitan dengan penelitian ini seperti

gambaran umum lokasi penelitian. Kondisi fisik bangunan, sarana,

media pendidikan dan kegiatan rutin sekolah.

Teknik dokumentasi ini dilakukan dalam kepentingan sebagai data

pembanding atau pendukung terhadap data secara keseluruhan dalam

rangka menghasilkan kesimpulan yang benar.

Page 37: BAB I II III asli

d. Tes

Tes merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk

memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan

kehidupan batin seseorang, dengan menggunakan pengukuran

(measurement) yang menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang

aspek yang diteliti. Pengumpulan data dari berupa hasil tes maupun tes

unjuk kerja yaitu dari hasil siswa mengerjakan tugas yang diberikan

dari guru

Keunggulan metode ini adalah lebih akurat karena tes berulang-

ulang direvisi dan instrument penelitian yang objektif. Sedangkan

kelemahan metode ini adalah hanya mengukur satu aspek data,

memerlukan jangka waktu yang panjang karena harus dilakukan secara

berulang-ulang, dan hanya mengukur keadaan siswa pada saat tes itu

dilakukan.

3.6 Analisis Data

Kegiatan menganalisis data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui aktivitas belajar siswa dan tingkat kemampuan siswa secara

individu maupun klasikal dan tingkat ketuntasan klasikal dalam pembelajaran

PKn. Untuk mencapai hal tersebut, penulis melakukan langkah-langkah

sebagai berikut.

1. Menyusun data dalam bentuk tabel dengan teknik distribusi frekuensi.

Page 38: BAB I II III asli

2. Menentukan nilai rata-rata tiap siklus berdasarkan data pada tabel

distribusi frekuensi, dengan menggunakan rumus

mean sebagai berikut.

Keterangan

M = mean

fX = Jumlah skor

N = Jumlah siswa (Sutrisno Hadi, 1987:37)

3. Mencocokkan dengan patokan keberhasilan

Untuk penentuan kategori siswa ini peneliti dapat menggunakan

Penafsiran Acuan Patokan (PAP), yaitu penafsiran hasil dalam yang

bertumpu pada patokan atau kriteria itu ditentukan lebih dahulu. Patokan

(kriteria) yang ditentukan sebagai berikut.

Prosentase Penafsiran

90%-100% Baik Sekali

80%-89% Baik

65%-80% Cukup

55%-64% Kurang

<55% Kurang sekali

(Suyoto, 1997:921).

4. Setelah tiap-tiap siklus diketahui nilai rata-ratanya, dibandingkan antar

siklus. Jika makin tinggi grafik kenaikan, artinya ada peningkatan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 39: BAB I II III asli

Suharsimi Arikunto. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

____________. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta

Sutopo, 1988. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru

Suyoto, 1997. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

http://sunartombs.wordpress.com/2009/06/15/pengertian-dan-penerapan-metode-

jigsaw/

http://www.trisnimath.blogspot.com/

http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/pembelajaran-kooperatif-tipe-teams-

games-tournaments-tgt/

http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/metode-investigasi-kelompok-group-

investigation/

http://www.scribd.com/doc/11540191/pembelajaran-kooperatif

http://www.linkpdf.com/ebook-viewer.php?url=http://www.sd-binatalenta.com/

arsipartikel/artikel_ina.pdf