BAB I, II, III

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau yang tidak disengaja. Thoraks adalah daerah pada tubuh manusia (atau hewan) yang berada di antara leher dan perut (abdomen). Thoraks dapat didefinisikan sebagai area yang dibatasi di superior oleh thoracic inlet dan inferior oleh thoracic outlet, dengan batas luar adalah dinding thoraks yang disusun oleh vertebra torakal, iga-iga, sternum, otot, dan jaringan ikat. Di Amerika Serikat, cedera dada berjumlah kira-kira 25 % dari semua trauma penyebab kematian. Secara keseluruhan, angka mortalitas untuk orang-orang dengan cedera dada sekitar 10%. Cedera dada penyebab 25 % kematian akibat trauma di Amerika Serikat. Banyak kematian tersebut seharusnya dapat dicegah dengan diagnosis dan pengobatan yang cepat. Diantara pasien- pasien yang ditransfer ke ruang operasi dalam 24 jam pertama, insiden dari trauma tumpul dada dilaporkan telah meningkat sebesar 62,5%. Pada penelitian Canadian selama 5 tahun yang diakui oleh unit trauma, 96,3% mendukung terjadinya trauma tumpul, sisanya 3,7% cedera dengan 1

Transcript of BAB I, II, III

Page 1: BAB I, II, III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari

44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada

trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau yang tidak disengaja.

Thoraks adalah daerah pada tubuh manusia (atau hewan) yang berada di antara leher

dan perut (abdomen). Thoraks dapat didefinisikan sebagai area yang dibatasi di

superior oleh thoracic inlet dan inferior oleh thoracic outlet, dengan batas luar adalah

dinding thoraks yang disusun oleh vertebra torakal, iga-iga, sternum, otot, dan

jaringan ikat.

Di Amerika Serikat, cedera dada berjumlah kira-kira 25 % dari semua trauma

penyebab kematian. Secara keseluruhan, angka mortalitas untuk orang-orang dengan

cedera dada sekitar 10%. Cedera dada penyebab 25 % kematian akibat trauma di

Amerika Serikat. Banyak kematian tersebut seharusnya dapat dicegah dengan

diagnosis dan pengobatan yang cepat. Diantara pasien-pasien yang ditransfer ke ruang

operasi dalam 24 jam pertama, insiden dari trauma tumpul dada dilaporkan telah

meningkat sebesar 62,5%. Pada penelitian Canadian selama 5 tahun yang diakui oleh

unit trauma, 96,3% mendukung terjadinya trauma tumpul, sisanya 3,7% cedera

dengan mekanisme penetrasi. Penyebab trauma tumpul berhubungan dengan

kecelakaan lalu lintas (70%), bunuh diri (10%), jatuh (8%), pembunuhan (7%), dan

lain-lain (5%). Insidensi cedera dada sebesar 46%. Untuk pasien dengan cedera dada,

angka mortalitas sebesar 15,7%, untuk yang tanpa cedera dada sebesar 12,8%.

Cedera dada sering terjadi dan menyebabkan suatu variasi luka, berkisar dari luka

lecet sederhana dan luka memar sampai yang mengancam nyawa yang mengenai isi

rongga dada. Trauma dada juga memiliki morbiditas yang tinggi. Dua puluh persen

dari semua kematian akibat trauma disebabkan oleh trauma dada, terbanyak kedua

setelah cedera pada kepala dan tulang belakang. Secara kebetulan, banyak cedera dada

tidak membutuhkan intervensi bedah mayor. Banyak cedera dinding dan dalam dada

dapat diatasi dengan pipa thoracostomy sederhana, ventilasi mekanik, pengendalian

nyeri yang agresif, dan tindakan suportif lainnya.

1

Page 2: BAB I, II, III

1.2 Rumusan Masalah

a) Apa pengertian Trauma Thorak?

b) Apa saja jenis-jenis Trauma Thorak?

c) Apa saja pemeriksaan primary survey pada Trauma Thorak ?

d) Apa saja pemeriksaan secondary survey pada Trauma Thorak ?

e) Bagaimana penatalaksanan Trauma Thorak?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui secara umum tentang konsep Trauma Thorak

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian Trauma Thorak?

b. Untuk mengetahui Trauma Thorak?

c. Untuk mengetahui pemeriksaan primary survey pada Trauma Thorak ?

d. Untuk mengetahui pemeriksaan secondary survey pada Trauma Thorak ?

e. Untuk mengetahui penatalaksanan Trauma Thorak?

1.4 Metode

Dalam penyusunan makalah ini, metode yang kami gunakan yaitu metode

kepustakaan dengan mencari dan mengumpulkan data-data yang berhubungan baik

melalui buku, media internet, maupun materi kuliah yang diberikan oleh dosen

pembimbing/pengajar.

2

Page 3: BAB I, II, III

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Trauma dada dapat merupakan trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat

menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothorks,

hematopneumothoraks.

Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik

trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. Trauma thorak dapat disebut juga trauma

yang terjadi pada toraks yang menimbulkan kelainan pada organ-organ di dalam

toraks.

2.2 Jenis-Jenis Trauma Thorak

TRAUMA TEMBUS TRAUMA TUMPUL

1. Pneumothoraks terbuka

2. Hemothoraks

3. Trauma tracheobronkial

4. Contusi Paru

5. Ruptur diafragma

6. Trauma Mediastinal

1.Tension pneumothoraks

2.Trauma tracheobronkhial

3. Flail Chest

4. Ruptur diafragma

5. Trauma mediastinal

6. Fraktur kosta

2.3 Pemeriksaan Primary Survey

a. Open pneumo-thorax

Timbul karena trauma tajam, ada hubungan dengan rongga pleura sehingga paru

menjadi kuncup. Seringkali terlihat sebagai luka pada dinding dada yang

menghisap pada setiap inspirasi ( sucking chest wound ). Apabila lubang ini lebih

besar dari pada 2/3 diameter trachea, maka pada inspirasi udara lebih mudah

melewati lubang dada dibandingkan melewati mulut sehingga terjadi sesak nafas

yang hebat. Dengan demikian, usaha pertama adalah menutup lubang pada dinding

dada ini, sehingga open pneumothoraks menjadi closed pneumothoraks (tertutup).

Harus segera dittambahkan bahwa apabila selain lubang pada dinding dada, juga

3

Page 4: BAB I, II, III

ad lubang pada paru, maka usaha menutup lubang ini dapat mengakibatkan

terjadfinya tension pneumothoraks. Dengan demikian maka yang harus dilakukan

adalah :

1. Menutup dengan kassa tiga sisi. Kasaa ditutup dengan plester pada 3 sisi,

sedangkan pada sisi yang atas dibiarkan terbuka (kassa harus dilapisi zalf atau

sofratulle pada sisi dalamnya supaya kedap udara).

2. Menutup dengan kassa kedap udar. Apabila dilakukan cara ini maka harus

sering dilkaukan evaluasi paru. Apabila ternyata timbul tanda tension

pneumothoraks maka kassa harus dibuka. Pada luka yang besar maka dapat

dipakai plastic infuse yang digunting sesuai ukuran.

b. Tension pneumo-thorax

Tension Pneumothoraks adalah pneumothoraks yang disertai peningkaan tekanan

intra thoraks yang semakin lama, semakin bertambah (progresif). Pada tension

pneumothoraks ditemukan mekanisme ventil yaitu udara dapat masuk dengan

mudah, tetapi tidak dapat keluar. Ciri-cirinya yaitu terjadi peningkatan intra

thoraks yang progresif, sehingga terjadi kolaps paru total, mediastinal shift

(pendorongan mediastinum ke kontralateral), deviasi trakea. Pada pemeriksaan

fisik di dapatkan sesak yang bertambah berat dengan cepat, takipneu, hipotensi.

Literature lain menyebutkan bahwa apabila ada mekanisme ventil karena lubang

pada paru, maka udara akan semakin banyak pada satu sisi rongga pleura.

Akibatnya adalah :

1. Paru sebelahnya akan tertekan, dengan akibat sesak yang berat.

2. Mediatinum akan terdorong, dengan akibat timbul syok.

Apabila keadaan berat, maka paramedic harus mengambil tindakan dengan

melakukan needle thoracosynthesis, yaitu menusuk dengan jarum besar pada ruang

intercostals 2, pada garis midklavikuler.

c. Hematotoraks massif

Hemothoraks adalah suatu keadaan yang paling sering dijumpai pada penderita

trauma thoraks yang sering disebabkan oleh trauma pada paru, jantung, pembuluh

darah besar. Pada lebih 80% penderita dengan trauma thoraks dimana biasanya

terdapat darah >1500ml dalam rongga pleura akibat trauma tumpul atau tembus

pada dada. Sumber perdarahan pada umumnya berasal dari adanya cedera pada

paru-paru, arteri interkostalis, robeknya arteri mamaria interna maupun pembuluh

darah lainnya seperti aorta dan vena cava. Dalam rongga pleura dapat menampung

4

Page 5: BAB I, II, III

3 liter cairan, sehingga pasien hematothoraks dapat syok berat (kegagalan

sirkulasi) tanpa terlihat adanya perdarahan yang nyata, distres nafas juga akan

terjadi karena paru di sisi hemothoraks akan kolaps akibat tertekan volume darah.

Pada pemeriksaan dapat ditemukan shock, deviasi trakea, suara pernapasan yang

melemah (unilateral), vena dileher menjadi colaps akibat hipovolemia atau

penekanan karena efek mekanik oleh darah di intrathoraks tidak banyak yang

dapat dilakukan pra-RS pada keadaan nini. Satu-satunya cara adalah membawa

penderita secepat mungkin ke rumah sakait dengan harapan masih dap[at

terselamatkan dengan tindakan capat di UGD.

d. Flail chest

Tulang iga patah pada dua tempat, pada lebih dari 2 iga, sehingga ada satu segmen

dinding dada yang tidak ikut dalam pernafasan. Pada ekspirasi, segmen akan

menonjol; keluar, pada inspirasi justru akan masuk ke dalam. Ini dikenal sebagai

pernafasan paradoksal.

Kelainan ini akan mengganggu ventilasi, namun yang lebih diwaspadai adalah

adanya kontusio paru yang terjadi. Sesak berat yang mungkin terjadi harus dibantu

dengan oksigenasi dan mungkin diperlukan ventilasi tambahan. Di RS penderita

akan dipasang pada respirator, apabila analisa gas darah menunjukan PO2 yang

rendah, atau PCO2 yang tinggi.

e. Temponade jantung

Tamponade jantung terdapat pada 20% penderita dengan trauma thoraks yang

berat, trauma tajam yang mengenai jantung akan menyebabkan tamponade jantung

dengan gejala trias Beck yaitu

o distensi vena leher,

o hipotensi dan

o menurunnya suara jantung.

Karena darah terkumpul dalam rongga pericardium, maka kontraksi jantung

terganggu sehingga timbul syok yang berat (syok kardiogenik). Biasanya ada

pelebaran pembuluh darah vena jugularis disertai bunyi jantung yang jauh dan nadi

yang kecil. Seharusnya pada penderita ini dilakukan perikardio-sintesis (penusukan

rongga pericardium dengan jarum besar untuk mengeluarkan darah tersebut).

5

Page 6: BAB I, II, III

2.4 Pemeriksaan Secondary Survey

a. Fraktur iga

Fraktur iga (costae) merupakan kejadian tersering yang diakibatkan oleh trauma

tumpul pada dinding dada. Walaupun fraktur tulang iga sering muncul, sukar untuk

menentukan prevalensi yang sesungguhnya diantara pasien-pasien dengan cedera

serius, karena radiografi anteroposterior sangat kurang sensitive untuk fraktur

tulang iga. Iga 4-10 merupakan daerah yang tersering mengalami fraktur. Pasien

sering melaporkan nyeri pada dada saat inspirasi dan rasa tidak nyaman. Pada

pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan dan juga terdapat krepitasi pada daerah

fraktur. Fraktur iga bisa juga menjadi petanda adanya hubungan signifikan antara

fraktur intrathorakal dan extrathorakal. Pernah dilaporkan, 50% pasien mengalami

trauma tumpul pada jantung juga terdapat fraktur iga. Fraktur pada iga 8-12 patut

dicurigai adanya trauma pada organ abdomen. Organ abdomen yang paling sering

cedera adalah liver dan splen. Pasien-pasien dengan fraktur tulang iga sebelah

kanan, termasuk iga kedelapan dan dibawahnya, memiliki kemungkinan 19%

sampai 56% mengalami cedera hati, sedangkan fraktur sisi kiri memiliki

kemungkinan 22% sampai 28% mengalami cedera splenn. Trauma tajam lebih

jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas permukaan trauma yang sempit,

sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga bagian bawah juga dapat

diserati adanya trauma pada diafragma. Fraktur iga, termasuk iga pertama dan

kedua, secara statistic tidak dihubungkan dengan cedera aorta. Pada faktanya,

bayak ahli bedah trauma merekomendasikan angiografi computed tomografi (CT)

dada sebagai suatu alat skrining untuk cedera intrathoraks tersembnyi pada pasien

dengan trauma tumpul dada yang parah yang tidak diikuti oleh temuan radiografi

thoraks. Delapan persen pasien-pasien yang dibawa ke trauma center setelah

tabrakan kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi, terjatuh sepanjang lebih

dari 4,5 meter, atau telah ditabrak oleh sebuah mobil dan terlempar lebih dari 3

meter memiliki tampilan cedera aorta pada angiografi CT thoraks.

Adanya fraktur iga terutama kurang baik pada anak-anak dan orang tua.

Tulang anak-anak cepat mengalami kalsifikasi, konsekuensinya, dinding dada

mereka lebih rapuh dari pada orang dewasa. Fraktur tulang iga pada anak-anak

mengindikasikan suatu tingkat absorpsi energi yang tinggi daripada mungkin pada

perkiraan orang dewasa. Dengan suatu kesimpulan, ketiadaan fraktur tulang iga

6

Page 7: BAB I, II, III

pada anak tidak akan mengurangi perhatian untuk cedera intrathoraks yang parah.

Pada suatu penelitian dari 986 pasien anak dengan trauma tumpul dada, 2%

memiliki cedera thoraks yang parah tanpa bukti adanya trauma dinding dada. Tiga

puluh delapan persen anak dengan kontusio paru tidak memiliki bukti radiografi

adanya fraktur tulang iga.

b. Kontusio paru

Pemadatan paru karena trauma timbulnya agak lambat, sehingga pada para RS

tidak ada masalah. Kontusio paru terjadi pada kecelakaan lalu lintas dengan

kecepatan tinggi, jatuh dari tempat yang tinggi dan luka tembak dengan peluru

cepat (high velocity) maupun setelah trauma tumpul thoraks, dapat pula terjadi

pada trauma tajam dengan mekanisme perdarahan dan edema parenkim. Penyulit

ini sering terjadi pada trauma dada dan potensial menyebabkan kematian. Proses,

tanda dan gejala mungkin berjalan pelan dan makin memburuk dalam 24 jam pasca

trauma. Tanda dan gejalanya adalah sesak nafas/dyspnea, hipoksemia, takikardi,

suara nafas berkurang atau tidak terdengar pada sisi kontusio, patah tulang iga,

sianosis.

c. Ruptur aorta

Aorta adalah arteri terbesar dalam tubuh. Aorta bertanggung jawab terhadap

pengiriman oksigen darah ke seluruh jaringan tubuh. Saat aorta keluar dari jantung,

aorta turun dari dada menuju perut/ abdomen. Aorta thorakalis sering bermasalah

terhadap kekuatan deselerasi cepat, yang sering terjadi pada suatu kecelakaan

kendaraan bermotor (cedera depan), ketika dada terbentur dengan alat kemudi.

Ruptur aorta sering menyebabkan kematian penderitanya, diperkirakan penyebab

kedua tersering kematian pada pasien dengan cedera dada dan lokasi ruptur

tersering adalah di bagian proksimal arteri subklavia kiri dekat ligamentum

arteriosum. Hanya kira-kira 15% dari penderita trauma dada dengan ruptur aorta

ini dapat mencapai rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Kecurigaan

adanya ruptur aorta dari foto thoraks bila didapatkan mediastinum yang melebar,

fraktur iga 1 dan 2, trakea terdorong ke kanan, gambaran aorta kabur, dan

penekanan bronkus utama kiri.

Rupture aorta traumatic sering menyebabkan kematian segera setelah kecelakaan

mobil, tabrakan frontal atau jatuh dari ketinggian. Untuk penderita yangt selamat

saat berada di rumah sakit diselamatkan dengan operasi. Dalam kasus lain

penderita yang sempat sampai di rumah sakit dalam keadaan hidup, meninggal di

7

Page 8: BAB I, II, III

rumah sakit jika tidak segera ditangani. Biasanya tanda gejala tidak spesifik,

namun ada kecurigaan atas riwayat trauma, adanya gaya deselerasi, temuan

radiologis yang khasdan arteriografi merupakn dasar dlaam penetapan diagnosis,

d. Trauma diafragma

Ruptur diafragma pada trauma thoraks biasanya disebabkan oleh trauma tumpul

pada daerah thoraks inferior atau abdomen atas yang tersering disebabkan oleh

kecelakaan. Trauma tumpul di daerah thoraks inferior akan mengakibatkan

peningkatan tekanan intra abdominal mendadak yang diteruskan ke diafragma.

Ruptur terjadi bila diafragma tidak dapat menahan tekanan tersebut, herniasi organ

intrathoraks dan strangulasi organ abdomen dapat terjadi. Dapat pula terjadi ruptur

diafragma akibat trauma tembus pada daerah thoraks inferior. Pada keadaan ini

trauma tembus juga akan melukai organ-organ lain (intra thoraks atau intra

abdominal). Ruptur umumnya terjadi di “puncak” kubah diafragma, ataupun kita

bisa curigai bila terdapat luka tusuk dada yang didapatkan pada: dibawah ICS 4

anterior, di daerah ICS 6 lateral, di daerah ICS 8 posterior. Kejadian ruptur

diafragma lebih sering terjadi di sebelah kiri daripada sebelah kanan. Kematian

dapat terjadi dengan cepat setelah terjadinya trauma oleh karena shock dan

perdarahan pada cavum pleura kiri.

e. Trauma esophagus

Ruptur esofagus lebih sering terjadi pada trauma tajam dibanding trauma tumpul

thoraks dan lokasi ruptur oleh karena trauma tumpul paling sering pada 1/3 bagian

bawah esofagus. Trauma tumpul esophagus walaupun jarang tetapi mematikan

bila tidak teridentifikasi. Trauma tumpul esophagus disebabkan oleh gaya

kompresi dari isi gastr yang masuk kedalam esophagus akibat trauma berat pada

abdomen bagian atas. Akibat ruptur esofagus akan terjadi kontaminasi rongga

mediastinum oleh cairan saluran pencernaan bagian atas sehingga terjadi

mediastinitis yang akan memperburuk keadaan penderitanya. Keluhan pasien

berupa nyeri tajam yang mendadak di epigastrium dan dada yang menjalar ke

punggung. Sesak nafas, sianosis dan syok muncul pada fase yang sudah terlambat.

2.5 Penanganan Trauma Thorak

Prinsip

Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum

(primary surve - secondary survey)

8

Page 9: BAB I, II, III

Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah: anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif

(berturutan).

Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil),

adalah : portable x-ray, portable blood examination, portable bronchoscope. Tidak

dibenarkan melakukan pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang

emergency.

Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi terutama untuk

menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan tindakan

penyelamatan nyawa.

Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau

setelah melakukan prosedur penanganan trauma.

Penanganan pasien trauma toraks sebaiknya dilakukan oleh Tim yang telah

memiliki sertifikasi pelatihan ATLS (Advance Trauma Life Support).

Oleh karena langkah-langkah awal dalam primary survey (airway, breathing,

circulation) merupakan bidang keahlian spesialistik Ilmu Bedah Toraks

Kardiovaskular, sebaiknya setiap RS yang memiliki trauma unit/center memiliki

konsultan bedah toraks kardiovaskular.

a. Primary Survey

1) Airway

Assessment :

o perhatikan potensi airway

o dengar suara napas

o perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada

Management :

o inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw thrust,

hilangkan benda yang menghalangi jalan napas

o re-posisi kepala, pasang collar-neck

o lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral / nasal)

2) Breathing

Assesment

o Periksa frekwensi napas

o Perhatikan gerakan respirasi

9

Page 10: BAB I, II, III

o Palpasi toraks

o Auskultasi dan dengarkan bunyi napas

Management:

o Lakukan bantuan ventilasi bila perlu

o Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks, open

pneumotoraks, hemotoraks, flail chest

3) Circulation

Assesment

o Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi

o Periksa tekanan darah

o Pemeriksaan pulse oxymetri

o Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)

Management

o Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines

o Torakotomi emergency bila diperlukan

o Operasi Eksplorasi vaskular emergency

4) Tindakan Bedah Emergency

a. Krikotiroidotomi

b. Trakheostomi

c. Tube Torakostomi

d. Torakotomi

e. Eksplorasi vascular

Karena hipoksia adalah masalah yang sangat serius pada trauma thorak, intervensi dini

perlu dilakukan untuk pencegahan dan mengoreksinya. Trauma yang bersifat

mengancam nyawa secara langsung dilakukan terapi secepatnya dan sesederhana

mungkin. Kebanyakan kasus trauma thorak yang mengancam nyawa diterapi dengan

mengontrol airway atau melakukan pemasangan selang thorak atau dekompresi thorak

dengan jarum. Secondary survey membutuhkan riwayat trauma dan kewaspadaan yang

tinggi terhadap adanya trauma-trauma yang bersifat khusus.

10

Page 11: BAB I, II, III

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada BAB II dapat disimpulkan bahwa trauma thorax

adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan

kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh

benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax

akut. Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara

umum (primary surve - secondary survey). Penanganan pasien tidak untuk

menegakkan diagnosis akan tetapi terutama untuk menemukan masalah yang

mengancam nyawa dan melakukan tindakan penyelamatan nyawa.

3.2 Saran

Setiap tenaga kesehatan sangat perlu untuk mengikuti pelatihan kegawatdaruratan

untuk meningkatkan ketrampilan dalam menangani pasien yang mengalami

kegawatdaruratan sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat dan cepat

sesuai dengan kasus yang dihadapi.

11