BAB I, II, III

52
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80mmHg. Menurut World Health Organization (WHO), batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batasan tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun) 1 . Hipertensi diklasifikasikan menjadi dua, diantaranya hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan

Transcript of BAB I, II, III

Page 1: BAB I, II, III

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit darah tinggi

adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah di atas

ambang batas normal yaitu 120/80mmHg. Menurut World Health

Organization (WHO), batas tekanan darah yang masih dianggap normal

adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90

mmHg dinyatakan hipertensi (batasan tersebut untuk orang dewasa di atas 18

tahun)1.

Hipertensi diklasifikasikan menjadi dua, diantaranya hipertensi primer

dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana

terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup

seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak

terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas,

merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu

pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi

sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi2.

Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya

peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang

mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau

kerusakan sistem hormon tubuh2.

Page 2: BAB I, II, III

2

Berdasarkan data American Heart Association 2013, sebanyak 77,9

milyar orang dewasa di Amerika Serikat mempunyai tekanan darah tinggi3.

Diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi hipertensi meningkat 7,2% dari

tahun 20133. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 ditemukan

prevalensi hipertensi pada orang dewasa di Indonesia sebesar 31,7%, dimana

hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya

0,4% kasus yang minum obat hipertensi4.

Sampai saat ini penyebab hipertensi belum jelas. Fakta yang ada

sampai saat ini hipertensi disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor genetik

dan faktor lingkungan. Faktor-faktor risiko hipertensi antara lain faktor

genetik (usia, etnis dan keturunan), faktor lingkungan antara lain diet tinggi

natrium, obesitas, merokok dan kondisi penyakit lain yang meningkatkan

tekanan darah5.

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium

didalam cairan ekstraselular meningkat. Untuk menormalkannya, cairan

intraselular ditarik keluar, sehingga volume cairan ekstraselular meningkat.

Meningkatnya volume cairan ekstraselular tersebut menyebabkan

meningkatnya volume darah. Sebaliknya cara kerja kalium adalah kebalikan

dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan

konsentrasinya didalam cairan intraselular menurunkan tekanan darah6. Rasio

kalium dan natrium dalam diet berperan dalam mencegah dan mengendalikan

hipertensi.

Page 3: BAB I, II, III

3

Penelitian yang dilakukan oleh Hepti Mulyati (2011) tentang hubungan

antara pola konsumsi natrium dan kalium serta aktifitas fisik dengan kejadian

hipertensi pada pasien rawat jalan di RSUP dr Wahidin Sudirohusodo

Makasar menunjukkan subyek yang mengkonsumsi natrium lebih tinggi

mempunyai resiko 5,6x lebih besar dibandingkan subyek yang mengkonsumsi

natrium lebih rendah7.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Harlal Prestiana (2009) pada

anak-anak Sekolah Dasar menyimpulkan bahwa asupan tinggi natrium

merupakan faktor resiko hipertensi pada anak SD. Sedangkan asupan tinggi

natrium terhadap hipertensi sebesar 6,07x dan setelah dikontrol dengan

riwayat hipertensi serta kebiasaan olahraga memberi resiko 6,9x8.

Beberapa penelitian telah membuktikan efektifitas pembatasan asupan

natrium terhadap tekanan darah tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh RA Jan

(2005) terhadap 135 pasien dewasa di India menunjukkan bahwa kadar serum

natrium, kalium, kalsium, fosfor, dan kolesterol yang tinggi secara signifikan

berhubungan dengan hipertensi (p<0,01)9

Beberapa terapi gizi medis pada hipertensi yang biasa diterapkan di

Indonesia adalah diet rendah garam. Terapi diet rendah garam bertujuan

untuk membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh

dan menurunkan tekanan darah. Diet rendah garam dibedakan atas diet rendah

garam I (200-400 mg/hari), rendah garam II (400-600 mg/hari) dan rendah

garam III (600-800 mg/hari)10. Terapi diet lain yang dianjurkan pada pasien

hipertensi adalah DASH diet.

Page 4: BAB I, II, III

4

Diet DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) adalah terapi

gizi medis yang diberikan pada pasien hipertensi, mulai dikenalkan di

Amerika Serikat pada tahun 2002. Berdasarkan panduan DASH diet yang

disusun oleh US Departement of Health and Human Services (2006), terapi

DASH diet banyak mengandung buah-buahan, sayur-sayuran, lemak yang

rendah, susu rendah lemak, serealia utuh, ikan, daging merah dan kacang-

kacangan11.

Data pasien rawat inap dengan hipertensi di RS dr Adhyatma, MPH

Semarang pada tahun 2010 sebanyak 1076 kasus, tahun 2011 sebanyak 1373

kasus naik menjadi 1539 kasus pada tahun 2012. Sampai saat ini terapi diet

yang diberikan di RS dr Adhyatma, MPH pada pasien hipertensi adalah diet

rendah garam. Efektifitas pemberian diet rendah garam ini belum pernah

dievaluasi. Berdasarkan alasan diatas, kami tertarik untuk melakukan

pengamatan terhadap efektifitas terapi diet rendah garam dibandingkan DASH

diet.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan pemberian diet DASH dan diet rendah garam

terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di Rumah Sakit dr.Adhyatma,

MPH Semarang.

Page 5: BAB I, II, III

5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan pemberian diet DASH dan diet rendah garam

terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di Rumah Sakit

dr.Adhyatma, MPH Semarang

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan jenis diet DASH

b. Mendeskripsikan jenis diet RG

c. Mendeskripsikan tekanan darah

d. Menjelaskan pengaruh diet DASH dengan tekanan darah

e. Menjelaskan pengaruh diet rendah garam dengan tekanan darah

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Selain mendapatkan pengetahuan yang baru mengenai diet pada pasien

hipertensi peneliti juga mengharapkan dapat mengetahui pemberian diet

yang lebih efisien dan tepat pada pasien dengan hipertensi.

2. Bagi Pembaca

Pembaca mendapatkan pengetahuan yang baru mengenai pemberian diet

DASH pada pasien hipertensi.

Page 6: BAB I, II, III

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. HIPERTENSI

1. Definisi Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana

terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis dalam jangka waktu yang

lama. Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga kali

pengukuran tekanan darah 140/90 mmHg diperkirakan mempunyai

keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu

faktor risiko terjadinya beberapa penyakit seperti stroke, serangan jantung,

gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama

gagal jantung kronis12.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka

yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka

yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).

Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai normal.

Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan

diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg

atau lebih tinggi dari 140/90 mmHg, diukur pada kedua lengan sebanyak

tiga kali dalam jangka waktu beberapa minggu12.

Page 7: BAB I, II, III

7

2. Klasifikasi 

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII

Kategori Tekanan Darah

Sistolik

Tekanan Darah

Diastolik

Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Stadium 2 >= 160 mmHg >= 100 mmHg

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140

mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan

tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi yang terjadi

tersebut sering ditemukan pada usia lanjut12.

3. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 jenis :

a. Hipertensi primer atau esensial

Adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi

jenis ini merupakan 90% kasus hipertensi yang banyak terjadi di

masyarakat. Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi essensial

adalah peningkatan resistensi perifer13.

Penyebab hipertensi essensial adalah multifaktor, terdiri dari

faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan

terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga.

Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa sensitivitas terhadap

Page 8: BAB I, II, III

8

natrium, kepekaan terhadap stres, peningkatan reaktivitas vaskular

(terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling sedikit ada 3

faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi, yakni makan

garam (natrium) berlebihan, stres psikis, dan obesitas13.

Hipertensi esensial mulai terjadi seiring bertambahnya umur. Pada

populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari

pada wanita (39% pria dan 31% wanita). Prevalensi hipertensi primer

pada wanita sebesar 22%-39% yang dimulai dari umur 50 sampai lebih

dari 80 tahun, sedangkan pada wanita berumur kurang dari 85 tahun

prevalensinya sebesar 22% dan meningkat sampai 52% pada wanita

berumur lebih dari 85 tahun14.

b. Hipertensi Sekunder

Prevalensi hipertensi sekunder ini hanya sekitar 5-8% dari seluruh

penderita hipertensi. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit

gimjal (hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat dan

lain-lain13.

Selain itu ada beberapa jenis hipertensi dengan ciri khas

khusus. Isolated Systolic Hypertension adalah hipertensi yang terjadi

ketika tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg namun tekanan diastolik

dalam batas normal. Keadaan ini berhubungan

dengan arteriosclerosis (pengerasan dinding arteri) 15.

Pregnancy Induced Hipertensión (PIH) adalah kondisi naiknya

tekanan darah yang terjadi selama kehamilan, dimana naiknya tekanan

Page 9: BAB I, II, III

9

darah sistolik dan diastolik lebih dari 15 mmHg15. Kondisi hipertensi pada

ibu hamil bisa sedang ataupun tergolang parah/berbahaya.

Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami

preeclampsia dimasa kehamilannya itu. preeclampsia adalah kondisi

seorang wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga merasakan

keluhan seperti pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut,

muka yang membengkak, kurang nafsu makan, mual bahkan muntah.

Apabila terjadi kekejangan sebagai dampak hipertensi maka disebut

Eclamsia15.

4. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi

Resiko hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari

faktor resiko yang dapat di modifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.

Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor umur, jenis

kelamin, dan genetik. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi salah

satunya meliputi nutrisi.

a. Umur

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan

bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi.

Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan penambahan umur. Ini

sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang

mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada

Page 10: BAB I, II, III

10

usia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri

koroner dan kematian prematur16.

Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan

darah lebih besar atau sama dengan 140/90mmHg. Hal ini merupakan

pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.

Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh

karena interaksi beberapa faktor. Dengan bertambahnya umur, maka

tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding

arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat

kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan berangsur-

angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik

meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang

pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan

darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam

kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan

menyebabkan perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi

peningkatan resistensi perifer dan aktifitas simpatik. Pengaturan

tekanan darah yaitu reflek baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya

sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana

aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun17.

Page 11: BAB I, II, III

11

b. Jenis Kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pada pria sama dengan

wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler

sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause

dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan

kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang

tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses

aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai

penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada

premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon

estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.

Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah

kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami yang umumnya

mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun17.

c. Genetik

Hipertensi esensial biasanya terkait dengan gen dan faktor genetik,

dimana banyak gen turut berperan pada perkembangan gangguan

hipertensi. Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga sebagai

pembawa hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk

terkena hipertensi. Gen yang berperan pada patofisiologi penyakit

hipertensi adalah :

Page 12: BAB I, II, III

12

1) Gen simetrik yang mengandung promotor gen 11β-hidrokilase

dan gen urutan selanjutnya untuk memberi kode pada gen

aldosteron sintase, sehingga menghasilkan produksi ektopik

aldosteron

2) Saluran natrium endotel yang sensitive terhadap amilorid yang

terdapat pada tubulus pengumpul. Mutasi gen ini

mengakibatkan aktivitas aldosteron, menekan aktivitas rennin

plasma dan hipokalemia

3) Kerusakan gen 11β-hidrokilase dehidrogenase menyebabkan

sirkulasi konsentrasi kortisol normal untuk mengaktifkan

reseptor mineralkortikoid, sehingga menyebabkan sindrom

kelebihan mineralkortikoid18.

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti

dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada

kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel

telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi

primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi

terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya

berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul

tanda dan gejala18.

Page 13: BAB I, II, III

13

d. Diet

1) Diet Rendah Garam

Diet rendah garam diberikan pada pasien dengan edema,

pasien asites dan hipertensi. Tujuan dari diet rendah garam adalah

membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan

tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien pada pasien

hipertensi. Sesuai dengan berat ringannya penyakit, diet rendah

garam digolongkan menjadi tiga tingkatan. Diet rendah garam I

asupan natrium dianjurkan sebesar 200 – 400 mg per hari

sehingga dalam penggunaan olahan makanan tidak ditambahkan

garam dapur. Diet rendah garam II, asupan natrium dianjurkan

sebesar 600 – 800 mg per hari sehingga dalam pengolahan bahan

makanan boleh menggunakan setengah sendok teh atau sebesar 2

gr garam dapur per hari. Diet rendah garam III, asupan natrium

sebesar 1000 – 2000 mg per hari sehingga pada pengolahan

makanan boleh menggunakan satu sendok teh atau sebesar 4 gr

garam dapur per hari19.

Page 14: BAB I, II, III

14

Bahan makanan yang dianjurkan dan yang harus dihindari

pada pasien dengan terapi rendah garam yaitu20:

Makanan yang dianjurkan Makanan yang dibatasi

sumber karbohidrat berupa

beras, kentang, singkong, terigu,

tapioka, hunkwe, gula, makanan

yang diolah dari bahan makanan

tanpa garam dapur dan soda

seperti: makaroni, mi, bihun,

roti, biskuit roti kering;

sumber protein hewani berupa

daging dan ikan maksimal 100

gram sehari; telur maksimal 1

butir sehari;

sumber protein nabati berupa

semua kacang-kacangan dan

hasilnya diolah dan dimasak

tanpa garam dapur;

sayuran berupa semua sayuran

segar, sayuran yang diawet

tanpa garam dapur dan natrium

roti, biskuit dan kue-kue yang

dimasak dengan garam dapur

atau baking powder dan soda;

otak, ginjal, lidah, sardine;

daging, ikan, susu dan telur

yang diawet dengan garam

dapur seperti daging asap, ham,

bacon, dendeng, abon, keju,

ikan asin, ikan kaleng, kornet,

ebi, udang kering, telur asin dan

telur pindang;

keju kacang tanah dan semua

kacang-kacangan dan hasilnya

yang dimasak dengan garam

dapur dan lain ikatan natrium;

sayuran yang dimasak dan

diawet dengan garam dapur dan

lain ikatan natrium, seperti

Page 15: BAB I, II, III

15

benzoate;

semua buah-buahan segar, buah

yang diawet tanpa garam dapur

dan natrium benzoat; lemak

berupa minyak goreng,

margarin dan mentega tanpa

garam;

minuman berupa teh, kopi dan

semua bumbu-bumbu kering

yang tidak mengandung garam

dan lain ikatan natrium

sayuran dalam kaleng, sawi

asin, asinan dan acar;

buah-buahan yang diawet

dengan garam dapur dan lain

ikatan natrium, seperti buah

dalam kaleng;

margarin dan mentega biasa;

minuman ringan;

garam dapur untuk Diet Rendah

Garam I, baking powder, soda

kue, vetsin dan bumbu-bumbu

yang mengandung garam dapur

seperti kecap, magi, tomato

ketchup, petis dan tauco

2) Diet DASH

Banyak pola makan dianjurkan untuk mengendalikan

hipertensi. Seperti saran Departemen Kesehatan menganjurkan

untuk mejalani diet rendah garam, meliputi diet ringan (konsumsi

garam 3,75-7,5 gr/hari), menengah (1,25-3,75 gr/hari) dan berat

(kurang dari 1,25 gr/hari). Agar lebih berhasil, diet rendah garam

harus dilakukan bersama dengan diet rendah kolesterol atau lemak

Page 16: BAB I, II, III

16

terbatas, diet tinggi serat dan diet rendah energi bagi penderita

hipertensi yang juga obesitas. Diet ini terasa berat karena garam

yang dikonsumsi sangat rendah dan menjadikan makanan hambar

tak berasa21. 

Saat ini mulai di luar negeri mulai diperkenalkan diet

DASH-Natrium (Dietary Approaches to Stop Hypertension-

Natrium). Para ahli sepakat bahwa asupan natrium yang berlebihan

terbukti menaikan tekanan darah pemicu hipertensi. Sumber utama

natrium yang masuk ke dalam tubuh adalah makanan yang

menggunakan garam. Diet ini pada intinya mengatur pola makan

dengan menghindari natrium dan banyak mengonsumsi buah-

buahan, sayuran, serealia, biji-bijian, dan produk susu rendah

lemak21.

Penelitian DASH-Natrium yang dilakukan National Heart,

Lung and Blood Institute menunjukkan hasil yang bermakna.

Dengan membatasi konsumsi garam hanya sebanyak 1.500 mg per

hari, terjadi penurunan tekanan darah sistolik rata-rata sebesar 11,5

mm Hg pada penderita hipertensi21.

Menurut WHO Expert Committee on Prevention of

Cardiovascular Disease, konsumsi natrium disarankan 2.400 mg

per hari (setara dengan 1 sendok teh). Jauh diatas kebutuhan tubuh

yang hanya memerlukan 500 mg/hari. Kendalanya, rasa makanan

menjadi kurang bisa diterima karena rasa hidangan menjadi

Page 17: BAB I, II, III

17

hambar. Diet DASH-Natrium mengambil garis tengah, yaitu

asupan natrium dibatasi 1.500 mg per hari dan sudah terbukti pola

diet ini mampu menurunkan tekanan darah34.

Menurut dokter Victor bagi masyarakat Indonesia yang

terbiasa dengan pola makan sarat bumbu dan tinggi natrium (dalam

bentuk garam dapur/NaCl). Diet DASH-Natrium masih susah

diterima karena makanan akan terasa hambar sehingga

mempengaruhi selera makan. Jika dipaksakan, orang tidak lagi

berselera, hanya makan sedikit, sehingga asupan nutrisi penting

berkurang. Diet ini hanya cocok diterapkan bagi penderita

hipertensi saja, papar dokter Victor. Senada dengan Dr. Victor,

ketika dikonfirmasi penulis, Dr. Palindungan, SpPD-KGH

menjelaskan, konsumsi natrium bagi penderita hipertensi memang

harus di batasi. Ambang batas yang masih doperbolehkan adalah

sekitar 2.400 mg garam dapur atau setara dengan satu sendok teh

garam dapur21.

Penelitian yang menguji DASH diet pada berbagai tingkat

asupan natrium secara random (randomized clinical trial)

menunjukkan bahwa DASH diet dengan asupan Natrium 65

mEq/hari membuat tekanan darah lebih rendah, pada pasien

hipertensi tekanan darah sistole turun 12 mmHg, pada pasien

normotensi tekanan darah sistole turun 7mmHg. Setiap penurunan

Page 18: BAB I, II, III

18

tekanan darah 2 mmHg akan menurunkan kejadian CHD 6%,

stroke dan iskemik 15%22.

3) Natrium

Natrium atau sodium merupakan salah satu mineral penting

bagi tubuh. Kadar natrium di dalam tubuh sekitar 2 persen dari

total mineral. Tubuh orang dewasa sehat mengandung 256 gram

senyawa natrium klorida (NaCl) yang setara dengan 100 gram

unsur natrium. Kadar normal natrium serum adalah 135-145

mEq/L35.

Garam dapur sebagai salah satu sumber utama natrium,

selalu ada pada makanan yang kita santap. Bila mengkonsumsi

natrium berlebihan dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi

hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan

garam yang minimal. Garam mengandung 40% natrium dan 60%

klorida. Orang-orang yang peka terhadap natrium lebih mudah

meningkatkan kadar natrium dalam tubuh, yang menimbulkan

retensi cairan dan peningkatan tekanan darah.23

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization

(WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat

mengurangi resiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang

direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4

gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Sedangkan National

Research Council of The National Academy of Sciences

Page 19: BAB I, II, III

19

merekomendasikan konsumsi natrium sebanyak 1100-3300 mg

(1,1-3,3 g). Jumlah tersebut setara dengan ½-1½ sendok teh garam

dapur per hari. Untuk orang yang menderita hipertensi, tidak

dianjurkan untuk mengkonsumsi natrium lebih dari 2300 mg per

hari. Konsumsi natrium yang berlebih dapat menyebabkan

konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler ditarik keluar,

sehingga volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan

meningkatnya volume darah, sehingga berdampak pada timbulnya

hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi

natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah

natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium

glutamate (MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur

(mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram

perhari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya.

Konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak masyarakat

kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG17.

Untuk mengkonversikan garam dapur (NaCl) menjadi

natrium (mEq), berat dalam mg dikalikan 0,393 kemudian dibagi

dengan massa jenis natrium yaitu24.

1 sdt garam dapur = 6 gram NaCl

= 6.096 mg NaCl

6096 mgNaClx 0,393 = 2396 mg Natrium (±2400 mg)

2396 mg Na / 23 = 104 mEq

Page 20: BAB I, II, III

20

1 gram Natrium = 1000 mg / 23 = 43 mEq /mmol

Jadi 1 sdt garam dapur = 2400 mg NaCl atau 104 mEq

4) Kalium

Kalium merupakan ion bermuatan positif, akan tetapi

berbeda dengan natrium, kalium terutama terdapat didalam sel,

sebanyak 95% kalium berada di dalam cairan intraseluler25.

Kalium merupakan bagian essensial semua sel hidup,

sehingga banyak terdapat dalam bahan makanan. Kebutuhan

minimum akan kalium ditaksir sebanyak 2000 mg (2g) sehari.

Kalium terdapat dalam semua makanan mentah/segar, terutama

buah, sayuran dan kacang-kacangan25.

Asupan kalium dengan tekanan darah mempunyai

hubungan berkebalikan. Bahwa semakin tinggi asupan kalium

maka tekanan darah akan semakin turun. Dengan asupan Na

100mEq/kurang dan kalium di atas 70mEq/hari atau setidaknya

rasio Na : K = 1 diperkirakan dapat menurunkan tekanan darah

sistole 3,4mmHg35.

Efek dari kalium antara lain mengurangi resistensi perifer

vaskular dengan cara meningkatkan dilatasi arteri, mengurangi

penimbunan cairan tubuh, menekan sekresi renin angiotensin.

Studi meta analysis menemukan bahwa diet tinggi kalium

mungkin mencegah dan mengontrol hipertensi26.

Page 21: BAB I, II, III

21

e. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku terbuka. Pengetahuan ini sangat besar

pengaruhnya terhadap kesehatan tubuh. Apabila pengetahuan

kesehatan seseorang baik maka dapat berperilaku baik pula dalam

menjaga kesehatan33.

f. Lingkungan

Secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya.

Manusia bahkan bernapas menggunakan udara setiap detiknya.

Makanan manusia diambil dari sekitarnya, demikian pula minuman,

pakaian, dan lain sebagainya. Tergantung dari taraf budayanya.

Manusia dapat sangat erat atau kurang erat hubungannya dengan

lingkungan. Natrium merupakan salah satu parameter kimiawi syarat

air minum.natrium Elemental (Na) sangat reaktif, karenanya bila

berada didalam air akan terdapat sebagai suatu senyawa27.

Prevalensi hipertensi pada penduduk didaerah pantai lebih

tinggi daripada penduduk di daerah pegunungan atau pedalamn.

Prevalensi hipertensi pada orang-orang yang melakukan migrasi akan

sangat berbeda dengan prevalensi hipertensi di daerah asalnya28.

Terdapatnya perbedaan keadaan geografis, dimana daerah pantai lebih

beresiko terjadinya penyakit hipertensi dibanding dengan daerah

pegunungan, karena daerah pantai lebih banyak terdapat natrium

Page 22: BAB I, II, III

22

bersama klorida dalam garam dapur sehingga konsumsi natrium pada

penduduk pantai lebih besar daripada daerah pegunungan27. Garam

sangat berperan dalam patofisiologi hipertensi. Pada penduduk yang

mengkonsumsi garam minimal (< 3 gr/hr) hipertensi hampir tidak

pernah ditemukan, sedangkan pada penduduk yang mengkonsumsi

garam antara 5-15 gr/hr prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-

20%. Dengan demikian dapat dijelaskan kenapa masyarakat pantai

mempunyai resiko yang lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan

masyarakat pegunungan29.

g. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi dalam

memberikan respon terhadap suatu yang datang dari luar. Orang yang

berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional

terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana yang

mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Dalam hal ini

berarti semakin tinggi pendidikan penderita hipertensi, maka akan

semakin mudah menerima informasi tentang hipertensi, Sehingga

masyarakat akan lebih cepat memahami tentang penyakit hipertensi

secara benar17. 

Page 23: BAB I, II, III

23

5. Manifestasi Klinis    

Gejala klasik yang sering terjadi pada hipertensi antara lain30:

a. Sakit Kepala

b. Epistaksis

c. Pusing

Sedangkan manifestasi klinis yang terjadi setelah mengalami hipertensi

bertahun tahun biasanya berupa31:

a. Sakit kepala sebelum tidur, kadang-kadang disertai mual dan muntah

akibat tekanan darah intrakranium

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina

c. Cara berjalan yang tidak seperti orang normal karena terjadi kerusakan

susunan saraf pusat.

d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerulus

e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

6. Penatalaksanaan Farmakologis.

Pengobatan hipertensi ditujukan tidak hanya untuk menurunkan

tekanan darah saja, tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi.

Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup dan

diperlukan usaha pasien untuk mengontrolkan tekanan darah, berobat dan

minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi. Pengobatan

standar yang dianjurkan Joint National Committee on Detection,

Evaluation and treatment of High Blood Pressure (1988) yang dikutip

Page 24: BAB I, II, III

24

oleh Gunawan, (2001) menyimpulkan bahwa jenis obat antihipertensi

yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

1) Diuretika: Spironolactone, HCT, Chlortalidone dan Indopanide.

Obat ini berkerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh melalui

urin atau memperbanyak buang air kecil dan mempertinggi

pengeluaran garam didalam tubuh. Dengan turunnya kadar garam

dalam tubuh maka tekanan darah akan turun, dan efek tekanan darah

rendahnya kurang kuat. Obat yang biasa digunakan biasanya obat

yang daya kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal.

2) Alfa-blocker: Prazosin dan Terazosin.

Obat ini bekerja dengan cara memblokir reseptor alfa dan melebarkan

pembuluh darah serta untuk menurunkan tekanan darah.

3) Beta-blocker: Beta-blocker adalah Propanolol, Atenolol, Pindolol dan

sebagainya.

Obat ini bekerja untuk membatasi kerja jantung sehingga mengurangi

daya dan frekuensi kerja atau pompa jantung. Dengan demikian

tekanan darah akan menurun dan daya tekanan darah rendahnya baik.

4) Obat yang bekerja sentral: Clonidine, Guanfacine dan Metildopa.

Obat ini dapat mengurangi pelepasan noradrenalin sehingga

menurunkan aktivitas pembuluh darah dan menurunkan tekanan

darah.

5) Vasodilator: Hidralazine dan Ecarazine.

Page 25: BAB I, II, III

25

Obat ini bertujuan untuk mengembangkan dinding pembuluh darah

arteri sehingga daya tahan pembuluh darah perifer berkurang dan

tekanan darahnya menurun.

6) Antagonis kalsium; Nifedipine dan Verapamil.

Obat ini bekerja untuk menghambat masuknya ion kalsium kedalam

otot polos pembuluh darah dengan efek pelebaran dan menurunkan

tekanan darah.

7) Penghambat ACE: Captopril (Capoten) dan Enalapril.

Obat ini bekerja untuk menurunkan tekanan darah dengan melebarkan

pembuluh darah. Obat ini bekerja melalui proses relaksasi

pembuluh darah yang juga melebarkan pembuluh darah32.

B. Kerangka Teori

Page 26: BAB I, II, III

26

C. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ada perbedaan pemberian diet DASH dan diet Rendah Garam dengan tekanan

darah sistolik.

Asupan Na

Asupan K

Pengetahuan Gizi

Lingkungan

Tingkat Pendidikan

Tekanan Darah

Genetik

Obat

Umur

Jenis Kelamin

Stres

Jenis Diet

DASH diet

Diet RG

Tekanan Darah Sistolik

Jenis Diet

DASH diet

Diet RG

Asupan Na

Asupan K

Obat Umur Jenis Kelamin

Page 27: BAB I, II, III

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dari segi keilmuan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian

dibidang gizi klinik, tentang pengaruh pemberian DASH diet dan diet rendah

garam (RG) terhadap tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi esensial di

RS Adhyatma semarang.

B. Jenis Dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan true

experiment dengan variabel percobaan yaitu jenis diet hipertensi (DASH dan

RG) dan variabel tercoba yaitu pasien hipertensi esensial di RS Adhyatma

semarang.

C. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini yaitu pasien yang didiagnosis hipertensi di RS

Adhyatma semarang. Sedangkan sampel pada penelitian ini yaitu seluruh

pasien yang didiagnosis hipertensi esensial, berumur 25 – 45 tahun, dan

mendapatkan pengobatan yang identik dengan sampel yang lain di RS

Adhyatma semarang, serta dirawat pada bulan September – November 2013.

Page 28: BAB I, II, III

28

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data primer

Data utama yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu :

1) Data pribadi sampel

2) Jenis diet sampel

3) Asupan makan dari luar

4) Tekanan darah sampel

5) Data pengobatan sampel

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Data yang

dikumpulkan yaitu :

1) Data laboratorium sampel

2) Data riwayat penyakit sampel

3) Data profil RS Adhyatma Semarang

Page 29: BAB I, II, III

29

2. Cara pengumpulan data

Jenis data Cara Pengumpulan Pelaksanaan

Primer Data pribadi Observasi

dan

wawancara

Menanyakan pada pasien langsung dan

melihat data pada rekam medis

Jenis diet Observasi Melihat makan pasien, sesuai dengan

kelompok perlakuan (yang diberi diet RG

dan diet DASH), dan di ukur dengna

formulir Comstock

Tekanan

darah

Observasi Pengukuran dilakukan oleh perawat pada

kedua tangan dengan selang waktu 2

menit dan di ulang 2 kali, kemudian di

ambil rata-rata

Asupan

makan dari

luar

Observasi Pengukuran menggunakan metode recall

untuk melihat asupan makan sampel yang

berasal dari luar

Data

pengobatan

Observasi

dan

wawancara

Menanyakan pada dokter yang menangani

pasien tersebut dan melihat data pada

rekam medis

Sekunder Data

laboratorium

Observasi Melihat data pada rekam medis

Riwayat

penyakit

Wawancara Menanyakan pada pasien langsung

Profil RS Wawancara Melakukan wawancara pada pejabat RS

E. Instrumen Penelitian

Page 30: BAB I, II, III

30

Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu :

1. Kuesioner karakteristik pasien

2. Formulir tekanan darah sistolik pasien.

3. Formulir Comstock pasien

4. Formulir Recall

5. Sphygmomanomater

6. Bolpoin

F. Pengolahan Data

1. Koding

Data tekanan darah yang didapatkan kemudian di kode dan di kategorikan

menjadi :

Kode Kriteria Klasifikasi

1 TD sistolik 140 – 159 mmHg Hipertensi stage I

2 TD sistolik ≥ 160 mmHg Hipertensi stage II

G. Analisis Data

1. Analisis univariat

Data tekanan darah yang diperoleh, dituangkan ke dalam tabel

distribusi frekuensi, untuk dipaparkan berdasarkan proporsi dan mean.

2. Analisis Multivariat

Page 31: BAB I, II, III

31

Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian jenis diet hipertensi

terhadap tekanan darah, maka akan di uji dengan uji statistik, yaitu uji

ANACOVA dengan derajat kepercayaan 95 %, dan dikontrol dengan

variabel jenis kelamin, pengobatan, dan umur.

H. Definisi Operasional

VARIABEL DEFINISI ALAT UKURHASIL UKUR

SKALA DATA

Tekanan darah Sistolik

Kuatnya darah menekan pembuluh darah saat dipompa dari jantung ke seluruh jaringan yang terdengar pertama kali, dinyatakan dalam mm Hg.

Sphygmoma-nomater

mmHg Interval

Jenis Diet Hipertensi

Jenis Modifikasi makanan khusus yang diberikan pada pasien yang menderita hipertensi

Comstock - Diet

Rendah

Garam

- Diet DASH

Nominal

Daftar Pustaka

Page 32: BAB I, II, III

32

1. WHO. the Journal of Hypertension .http://www.who.int/cardiovascular_

diseases/guidelines/hypertension/en/ di unuh pada 18 April 2013

2. Arsana, I Wayan Tulus.Penyakit Hipertensi Penyebab, gejala dan pengobatan penyakit hipertensi. http://www.penyakithipertensi.com/ hipertensi-adalah- penyakit-tekanan-darah-tinggi/ di unduh pada 18 April 2013

3. American Heart Association.High Blood Pressure: http://www.heart.org

/idc/groups/heartpublic/@wcm/@sop/@smd/documents/downloadable/ucm_3

19587.pdf di unduh pada 18 April 2013

4. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.Masalah Hipertensi Di

Indonesia:http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-

masalah-hipertensi-di-indonesia.html di unduh pada 20 April 2013

5. Iman.Hipertensi dan faktor-faktor risikonya: http://dokter-medis.blogspot.com

/2009/08/hipertensi-dan-faktor-faktor-risikonya.html diunduh pada 20 April

2013

6. Astawan M. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan. http://www.depkes.go.id/

index.php?option=articles&task=viewarti&artid=20&otemid=3 di unduh pada

13 April 2013

7. Hepti Mulyati. Hubungan pola konsumsi natrium dan kalium serta aktifitas

fisik dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di RSUP dr Wahidin

Sudirohusodo Makasar.Makasar,2011

8. Harlal Prestiara. Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan natrium pada

anak sekolah dasar.Jakarta,2009

9. RA Jan, et al. Sodium and Potassium Excretion in Normotensive and

Hypertensive Population in Kashmir. JAPI vol 54,2006

10. Almatsier,Sunita. Penuntun diet.Jakarta: . PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004

11. Corwin, Elizabeth J.Handbook of Pathophysiology. :Wolters Kluwer

Health/Lippincott Williams & Wilkins,2008

12. Armilawati, Husnul, A, dan Ridwan, A. Hipertensi dan Faktor Risikonya

dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS,2007

Page 33: BAB I, II, III

33

13. Nafrialdi, Setawati, A. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen

Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, 2007

14. Yogiantoro, M. Hipertensi Esensial. Dalam: Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu

Penyakit Dalam FK UI, 599-603,2006

15. Marvyn L. Hipertensi Pengendalian Lewat Vitamin, Gizi dan Diet. Arcan. Hal

29-30,2005

16. Yundini. Faktor Risiko Hipertensi. Jakarta: Warta Pengendalian Penyakit

Tidak Menular,2006

17. Anggraini, A.D., Annes Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., dan Siahaan,

S.S. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada

Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode

Januari sampai Juni 2009,2009

18. Sani, Aulia . Hypertention Current Perspective. Jakarta:Media Crea,2008

19. Sandjaja, Atmarita. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga.Jakarta:PT

Kompas Media Nusantara,2009

20. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi Edisi 1. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka

Utama,2003

21. Moore T. The Diet DASH or Hypertension. Edisi 1. The Free Press New York.

Hal 14, 25, 127 – 129,2001

22. Sacks. F,et al. Effect of blood pressure of reduced dietary sodium and dietary

approach to stop hypertension (DASH). N Engl J.Med :344:3, 2001

23. Sheps. Mayo Klinik Hipertensi Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: PT

Intisari Mediatama,2005

24. Johnson R, et al. Subtle acquired renal injury as a mechanism of salt-

sensitive hypertension. N Engl. Jmed : 346:913, 2002

25. Almatsier S. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka

Utama,2005

Page 34: BAB I, II, III

34

26. Studi whelton. PK, et al. Effect of oral potassium on blood pressure meta

analysis of randomized controlled clinical trial. AMA 277:1624 1997)

27. Aris Sugiharto. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat

(Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar), 2007

28. Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Rineka Cipta.

Jakarta,2007

29. Gunawan, Hipertensi, Jakarta: PT Gramedia, 2001; 10.

30. Tambayong, Jan.Patofisiologi untuk Keperawatan.Jakarta:Penerbit Buku

Kedokteran EGC,2000

31. Corwin E. Patofisiologi. Jakarta: Penebar Buku Kedokteran Hal 356 –359,

2007

32. Ross C. Brownson, Patrick L. Remington, James R. Davis. High Blood

Pressure in Chronic Disease Epidemiology and Control. Second Edition,

American Public Health Assosiation: 262-264, 2007

33. Bangun, A.P. Terapi Jus dan Ramuan Tradisional untuk

Hipertensi.Tangerang:PT Agro Media Pustaka,2006

34. WHO. Evidence and Health Information. www.who.int,2006

35. Hayens, B.R. Buku Pintar Menaklukkan Hipertensi. Jakarta:Ladang Pustaka

dan Intimedia,2003