BAB I, II, III
-
Upload
ririn-cwantiq -
Category
Documents
-
view
73 -
download
2
Transcript of BAB I, II, III
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit darah tinggi
adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah di atas
ambang batas normal yaitu 120/80mmHg. Menurut World Health
Organization (WHO), batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90
mmHg dinyatakan hipertensi (batasan tersebut untuk orang dewasa di atas 18
tahun)1.
Hipertensi diklasifikasikan menjadi dua, diantaranya hipertensi primer
dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana
terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup
seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak
terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas,
merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu
pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi
sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi2.
Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang
mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau
kerusakan sistem hormon tubuh2.
2
Berdasarkan data American Heart Association 2013, sebanyak 77,9
milyar orang dewasa di Amerika Serikat mempunyai tekanan darah tinggi3.
Diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi hipertensi meningkat 7,2% dari
tahun 20133. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 ditemukan
prevalensi hipertensi pada orang dewasa di Indonesia sebesar 31,7%, dimana
hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya
0,4% kasus yang minum obat hipertensi4.
Sampai saat ini penyebab hipertensi belum jelas. Fakta yang ada
sampai saat ini hipertensi disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor genetik
dan faktor lingkungan. Faktor-faktor risiko hipertensi antara lain faktor
genetik (usia, etnis dan keturunan), faktor lingkungan antara lain diet tinggi
natrium, obesitas, merokok dan kondisi penyakit lain yang meningkatkan
tekanan darah5.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium
didalam cairan ekstraselular meningkat. Untuk menormalkannya, cairan
intraselular ditarik keluar, sehingga volume cairan ekstraselular meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraselular tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah. Sebaliknya cara kerja kalium adalah kebalikan
dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan
konsentrasinya didalam cairan intraselular menurunkan tekanan darah6. Rasio
kalium dan natrium dalam diet berperan dalam mencegah dan mengendalikan
hipertensi.
3
Penelitian yang dilakukan oleh Hepti Mulyati (2011) tentang hubungan
antara pola konsumsi natrium dan kalium serta aktifitas fisik dengan kejadian
hipertensi pada pasien rawat jalan di RSUP dr Wahidin Sudirohusodo
Makasar menunjukkan subyek yang mengkonsumsi natrium lebih tinggi
mempunyai resiko 5,6x lebih besar dibandingkan subyek yang mengkonsumsi
natrium lebih rendah7.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Harlal Prestiana (2009) pada
anak-anak Sekolah Dasar menyimpulkan bahwa asupan tinggi natrium
merupakan faktor resiko hipertensi pada anak SD. Sedangkan asupan tinggi
natrium terhadap hipertensi sebesar 6,07x dan setelah dikontrol dengan
riwayat hipertensi serta kebiasaan olahraga memberi resiko 6,9x8.
Beberapa penelitian telah membuktikan efektifitas pembatasan asupan
natrium terhadap tekanan darah tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh RA Jan
(2005) terhadap 135 pasien dewasa di India menunjukkan bahwa kadar serum
natrium, kalium, kalsium, fosfor, dan kolesterol yang tinggi secara signifikan
berhubungan dengan hipertensi (p<0,01)9
Beberapa terapi gizi medis pada hipertensi yang biasa diterapkan di
Indonesia adalah diet rendah garam. Terapi diet rendah garam bertujuan
untuk membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh
dan menurunkan tekanan darah. Diet rendah garam dibedakan atas diet rendah
garam I (200-400 mg/hari), rendah garam II (400-600 mg/hari) dan rendah
garam III (600-800 mg/hari)10. Terapi diet lain yang dianjurkan pada pasien
hipertensi adalah DASH diet.
4
Diet DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) adalah terapi
gizi medis yang diberikan pada pasien hipertensi, mulai dikenalkan di
Amerika Serikat pada tahun 2002. Berdasarkan panduan DASH diet yang
disusun oleh US Departement of Health and Human Services (2006), terapi
DASH diet banyak mengandung buah-buahan, sayur-sayuran, lemak yang
rendah, susu rendah lemak, serealia utuh, ikan, daging merah dan kacang-
kacangan11.
Data pasien rawat inap dengan hipertensi di RS dr Adhyatma, MPH
Semarang pada tahun 2010 sebanyak 1076 kasus, tahun 2011 sebanyak 1373
kasus naik menjadi 1539 kasus pada tahun 2012. Sampai saat ini terapi diet
yang diberikan di RS dr Adhyatma, MPH pada pasien hipertensi adalah diet
rendah garam. Efektifitas pemberian diet rendah garam ini belum pernah
dievaluasi. Berdasarkan alasan diatas, kami tertarik untuk melakukan
pengamatan terhadap efektifitas terapi diet rendah garam dibandingkan DASH
diet.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan pemberian diet DASH dan diet rendah garam
terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di Rumah Sakit dr.Adhyatma,
MPH Semarang.
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan pemberian diet DASH dan diet rendah garam
terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di Rumah Sakit
dr.Adhyatma, MPH Semarang
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan jenis diet DASH
b. Mendeskripsikan jenis diet RG
c. Mendeskripsikan tekanan darah
d. Menjelaskan pengaruh diet DASH dengan tekanan darah
e. Menjelaskan pengaruh diet rendah garam dengan tekanan darah
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Selain mendapatkan pengetahuan yang baru mengenai diet pada pasien
hipertensi peneliti juga mengharapkan dapat mengetahui pemberian diet
yang lebih efisien dan tepat pada pasien dengan hipertensi.
2. Bagi Pembaca
Pembaca mendapatkan pengetahuan yang baru mengenai pemberian diet
DASH pada pasien hipertensi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIPERTENSI
1. Definisi Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis dalam jangka waktu yang
lama. Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga kali
pengukuran tekanan darah 140/90 mmHg diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu
faktor risiko terjadinya beberapa penyakit seperti stroke, serangan jantung,
gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama
gagal jantung kronis12.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka
yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka
yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).
Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai normal.
Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg
atau lebih tinggi dari 140/90 mmHg, diukur pada kedua lengan sebanyak
tiga kali dalam jangka waktu beberapa minggu12.
7
2. Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII
Kategori Tekanan Darah
Sistolik
Tekanan Darah
Diastolik
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg >= 100 mmHg
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan
tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi yang terjadi
tersebut sering ditemukan pada usia lanjut12.
3. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 jenis :
a. Hipertensi primer atau esensial
Adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi
jenis ini merupakan 90% kasus hipertensi yang banyak terjadi di
masyarakat. Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi essensial
adalah peningkatan resistensi perifer13.
Penyebab hipertensi essensial adalah multifaktor, terdiri dari
faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan
terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga.
Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa sensitivitas terhadap
8
natrium, kepekaan terhadap stres, peningkatan reaktivitas vaskular
(terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling sedikit ada 3
faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi, yakni makan
garam (natrium) berlebihan, stres psikis, dan obesitas13.
Hipertensi esensial mulai terjadi seiring bertambahnya umur. Pada
populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari
pada wanita (39% pria dan 31% wanita). Prevalensi hipertensi primer
pada wanita sebesar 22%-39% yang dimulai dari umur 50 sampai lebih
dari 80 tahun, sedangkan pada wanita berumur kurang dari 85 tahun
prevalensinya sebesar 22% dan meningkat sampai 52% pada wanita
berumur lebih dari 85 tahun14.
b. Hipertensi Sekunder
Prevalensi hipertensi sekunder ini hanya sekitar 5-8% dari seluruh
penderita hipertensi. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit
gimjal (hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat dan
lain-lain13.
Selain itu ada beberapa jenis hipertensi dengan ciri khas
khusus. Isolated Systolic Hypertension adalah hipertensi yang terjadi
ketika tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg namun tekanan diastolik
dalam batas normal. Keadaan ini berhubungan
dengan arteriosclerosis (pengerasan dinding arteri) 15.
Pregnancy Induced Hipertensión (PIH) adalah kondisi naiknya
tekanan darah yang terjadi selama kehamilan, dimana naiknya tekanan
9
darah sistolik dan diastolik lebih dari 15 mmHg15. Kondisi hipertensi pada
ibu hamil bisa sedang ataupun tergolang parah/berbahaya.
Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami
preeclampsia dimasa kehamilannya itu. preeclampsia adalah kondisi
seorang wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga merasakan
keluhan seperti pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut,
muka yang membengkak, kurang nafsu makan, mual bahkan muntah.
Apabila terjadi kekejangan sebagai dampak hipertensi maka disebut
Eclamsia15.
4. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi
Resiko hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari
faktor resiko yang dapat di modifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor umur, jenis
kelamin, dan genetik. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi salah
satunya meliputi nutrisi.
a. Umur
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi.
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan penambahan umur. Ini
sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang
mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada
10
usia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri
koroner dan kematian prematur16.
Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan
darah lebih besar atau sama dengan 140/90mmHg. Hal ini merupakan
pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh
karena interaksi beberapa faktor. Dengan bertambahnya umur, maka
tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding
arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat
kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan berangsur-
angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik
meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang
pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan
darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam
kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan
menyebabkan perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi
peningkatan resistensi perifer dan aktifitas simpatik. Pengaturan
tekanan darah yaitu reflek baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya
sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana
aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun17.
11
b. Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pada pria sama dengan
wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler
sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause
dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan
kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon
estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami yang umumnya
mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun17.
c. Genetik
Hipertensi esensial biasanya terkait dengan gen dan faktor genetik,
dimana banyak gen turut berperan pada perkembangan gangguan
hipertensi. Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga sebagai
pembawa hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk
terkena hipertensi. Gen yang berperan pada patofisiologi penyakit
hipertensi adalah :
12
1) Gen simetrik yang mengandung promotor gen 11β-hidrokilase
dan gen urutan selanjutnya untuk memberi kode pada gen
aldosteron sintase, sehingga menghasilkan produksi ektopik
aldosteron
2) Saluran natrium endotel yang sensitive terhadap amilorid yang
terdapat pada tubulus pengumpul. Mutasi gen ini
mengakibatkan aktivitas aldosteron, menekan aktivitas rennin
plasma dan hipokalemia
3) Kerusakan gen 11β-hidrokilase dehidrogenase menyebabkan
sirkulasi konsentrasi kortisol normal untuk mengaktifkan
reseptor mineralkortikoid, sehingga menyebabkan sindrom
kelebihan mineralkortikoid18.
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti
dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada
kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel
telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi
primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi
terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya
berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul
tanda dan gejala18.
13
d. Diet
1) Diet Rendah Garam
Diet rendah garam diberikan pada pasien dengan edema,
pasien asites dan hipertensi. Tujuan dari diet rendah garam adalah
membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan
tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien pada pasien
hipertensi. Sesuai dengan berat ringannya penyakit, diet rendah
garam digolongkan menjadi tiga tingkatan. Diet rendah garam I
asupan natrium dianjurkan sebesar 200 – 400 mg per hari
sehingga dalam penggunaan olahan makanan tidak ditambahkan
garam dapur. Diet rendah garam II, asupan natrium dianjurkan
sebesar 600 – 800 mg per hari sehingga dalam pengolahan bahan
makanan boleh menggunakan setengah sendok teh atau sebesar 2
gr garam dapur per hari. Diet rendah garam III, asupan natrium
sebesar 1000 – 2000 mg per hari sehingga pada pengolahan
makanan boleh menggunakan satu sendok teh atau sebesar 4 gr
garam dapur per hari19.
14
Bahan makanan yang dianjurkan dan yang harus dihindari
pada pasien dengan terapi rendah garam yaitu20:
Makanan yang dianjurkan Makanan yang dibatasi
sumber karbohidrat berupa
beras, kentang, singkong, terigu,
tapioka, hunkwe, gula, makanan
yang diolah dari bahan makanan
tanpa garam dapur dan soda
seperti: makaroni, mi, bihun,
roti, biskuit roti kering;
sumber protein hewani berupa
daging dan ikan maksimal 100
gram sehari; telur maksimal 1
butir sehari;
sumber protein nabati berupa
semua kacang-kacangan dan
hasilnya diolah dan dimasak
tanpa garam dapur;
sayuran berupa semua sayuran
segar, sayuran yang diawet
tanpa garam dapur dan natrium
roti, biskuit dan kue-kue yang
dimasak dengan garam dapur
atau baking powder dan soda;
otak, ginjal, lidah, sardine;
daging, ikan, susu dan telur
yang diawet dengan garam
dapur seperti daging asap, ham,
bacon, dendeng, abon, keju,
ikan asin, ikan kaleng, kornet,
ebi, udang kering, telur asin dan
telur pindang;
keju kacang tanah dan semua
kacang-kacangan dan hasilnya
yang dimasak dengan garam
dapur dan lain ikatan natrium;
sayuran yang dimasak dan
diawet dengan garam dapur dan
lain ikatan natrium, seperti
15
benzoate;
semua buah-buahan segar, buah
yang diawet tanpa garam dapur
dan natrium benzoat; lemak
berupa minyak goreng,
margarin dan mentega tanpa
garam;
minuman berupa teh, kopi dan
semua bumbu-bumbu kering
yang tidak mengandung garam
dan lain ikatan natrium
sayuran dalam kaleng, sawi
asin, asinan dan acar;
buah-buahan yang diawet
dengan garam dapur dan lain
ikatan natrium, seperti buah
dalam kaleng;
margarin dan mentega biasa;
minuman ringan;
garam dapur untuk Diet Rendah
Garam I, baking powder, soda
kue, vetsin dan bumbu-bumbu
yang mengandung garam dapur
seperti kecap, magi, tomato
ketchup, petis dan tauco
2) Diet DASH
Banyak pola makan dianjurkan untuk mengendalikan
hipertensi. Seperti saran Departemen Kesehatan menganjurkan
untuk mejalani diet rendah garam, meliputi diet ringan (konsumsi
garam 3,75-7,5 gr/hari), menengah (1,25-3,75 gr/hari) dan berat
(kurang dari 1,25 gr/hari). Agar lebih berhasil, diet rendah garam
harus dilakukan bersama dengan diet rendah kolesterol atau lemak
16
terbatas, diet tinggi serat dan diet rendah energi bagi penderita
hipertensi yang juga obesitas. Diet ini terasa berat karena garam
yang dikonsumsi sangat rendah dan menjadikan makanan hambar
tak berasa21.
Saat ini mulai di luar negeri mulai diperkenalkan diet
DASH-Natrium (Dietary Approaches to Stop Hypertension-
Natrium). Para ahli sepakat bahwa asupan natrium yang berlebihan
terbukti menaikan tekanan darah pemicu hipertensi. Sumber utama
natrium yang masuk ke dalam tubuh adalah makanan yang
menggunakan garam. Diet ini pada intinya mengatur pola makan
dengan menghindari natrium dan banyak mengonsumsi buah-
buahan, sayuran, serealia, biji-bijian, dan produk susu rendah
lemak21.
Penelitian DASH-Natrium yang dilakukan National Heart,
Lung and Blood Institute menunjukkan hasil yang bermakna.
Dengan membatasi konsumsi garam hanya sebanyak 1.500 mg per
hari, terjadi penurunan tekanan darah sistolik rata-rata sebesar 11,5
mm Hg pada penderita hipertensi21.
Menurut WHO Expert Committee on Prevention of
Cardiovascular Disease, konsumsi natrium disarankan 2.400 mg
per hari (setara dengan 1 sendok teh). Jauh diatas kebutuhan tubuh
yang hanya memerlukan 500 mg/hari. Kendalanya, rasa makanan
menjadi kurang bisa diterima karena rasa hidangan menjadi
17
hambar. Diet DASH-Natrium mengambil garis tengah, yaitu
asupan natrium dibatasi 1.500 mg per hari dan sudah terbukti pola
diet ini mampu menurunkan tekanan darah34.
Menurut dokter Victor bagi masyarakat Indonesia yang
terbiasa dengan pola makan sarat bumbu dan tinggi natrium (dalam
bentuk garam dapur/NaCl). Diet DASH-Natrium masih susah
diterima karena makanan akan terasa hambar sehingga
mempengaruhi selera makan. Jika dipaksakan, orang tidak lagi
berselera, hanya makan sedikit, sehingga asupan nutrisi penting
berkurang. Diet ini hanya cocok diterapkan bagi penderita
hipertensi saja, papar dokter Victor. Senada dengan Dr. Victor,
ketika dikonfirmasi penulis, Dr. Palindungan, SpPD-KGH
menjelaskan, konsumsi natrium bagi penderita hipertensi memang
harus di batasi. Ambang batas yang masih doperbolehkan adalah
sekitar 2.400 mg garam dapur atau setara dengan satu sendok teh
garam dapur21.
Penelitian yang menguji DASH diet pada berbagai tingkat
asupan natrium secara random (randomized clinical trial)
menunjukkan bahwa DASH diet dengan asupan Natrium 65
mEq/hari membuat tekanan darah lebih rendah, pada pasien
hipertensi tekanan darah sistole turun 12 mmHg, pada pasien
normotensi tekanan darah sistole turun 7mmHg. Setiap penurunan
18
tekanan darah 2 mmHg akan menurunkan kejadian CHD 6%,
stroke dan iskemik 15%22.
3) Natrium
Natrium atau sodium merupakan salah satu mineral penting
bagi tubuh. Kadar natrium di dalam tubuh sekitar 2 persen dari
total mineral. Tubuh orang dewasa sehat mengandung 256 gram
senyawa natrium klorida (NaCl) yang setara dengan 100 gram
unsur natrium. Kadar normal natrium serum adalah 135-145
mEq/L35.
Garam dapur sebagai salah satu sumber utama natrium,
selalu ada pada makanan yang kita santap. Bila mengkonsumsi
natrium berlebihan dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi
hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan
garam yang minimal. Garam mengandung 40% natrium dan 60%
klorida. Orang-orang yang peka terhadap natrium lebih mudah
meningkatkan kadar natrium dalam tubuh, yang menimbulkan
retensi cairan dan peningkatan tekanan darah.23
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization
(WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat
mengurangi resiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4
gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Sedangkan National
Research Council of The National Academy of Sciences
19
merekomendasikan konsumsi natrium sebanyak 1100-3300 mg
(1,1-3,3 g). Jumlah tersebut setara dengan ½-1½ sendok teh garam
dapur per hari. Untuk orang yang menderita hipertensi, tidak
dianjurkan untuk mengkonsumsi natrium lebih dari 2300 mg per
hari. Konsumsi natrium yang berlebih dapat menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler ditarik keluar,
sehingga volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak pada timbulnya
hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi
natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah
natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium
glutamate (MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur
(mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram
perhari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya.
Konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak masyarakat
kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG17.
Untuk mengkonversikan garam dapur (NaCl) menjadi
natrium (mEq), berat dalam mg dikalikan 0,393 kemudian dibagi
dengan massa jenis natrium yaitu24.
1 sdt garam dapur = 6 gram NaCl
= 6.096 mg NaCl
6096 mgNaClx 0,393 = 2396 mg Natrium (±2400 mg)
2396 mg Na / 23 = 104 mEq
20
1 gram Natrium = 1000 mg / 23 = 43 mEq /mmol
Jadi 1 sdt garam dapur = 2400 mg NaCl atau 104 mEq
4) Kalium
Kalium merupakan ion bermuatan positif, akan tetapi
berbeda dengan natrium, kalium terutama terdapat didalam sel,
sebanyak 95% kalium berada di dalam cairan intraseluler25.
Kalium merupakan bagian essensial semua sel hidup,
sehingga banyak terdapat dalam bahan makanan. Kebutuhan
minimum akan kalium ditaksir sebanyak 2000 mg (2g) sehari.
Kalium terdapat dalam semua makanan mentah/segar, terutama
buah, sayuran dan kacang-kacangan25.
Asupan kalium dengan tekanan darah mempunyai
hubungan berkebalikan. Bahwa semakin tinggi asupan kalium
maka tekanan darah akan semakin turun. Dengan asupan Na
100mEq/kurang dan kalium di atas 70mEq/hari atau setidaknya
rasio Na : K = 1 diperkirakan dapat menurunkan tekanan darah
sistole 3,4mmHg35.
Efek dari kalium antara lain mengurangi resistensi perifer
vaskular dengan cara meningkatkan dilatasi arteri, mengurangi
penimbunan cairan tubuh, menekan sekresi renin angiotensin.
Studi meta analysis menemukan bahwa diet tinggi kalium
mungkin mencegah dan mengontrol hipertensi26.
21
e. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku terbuka. Pengetahuan ini sangat besar
pengaruhnya terhadap kesehatan tubuh. Apabila pengetahuan
kesehatan seseorang baik maka dapat berperilaku baik pula dalam
menjaga kesehatan33.
f. Lingkungan
Secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya.
Manusia bahkan bernapas menggunakan udara setiap detiknya.
Makanan manusia diambil dari sekitarnya, demikian pula minuman,
pakaian, dan lain sebagainya. Tergantung dari taraf budayanya.
Manusia dapat sangat erat atau kurang erat hubungannya dengan
lingkungan. Natrium merupakan salah satu parameter kimiawi syarat
air minum.natrium Elemental (Na) sangat reaktif, karenanya bila
berada didalam air akan terdapat sebagai suatu senyawa27.
Prevalensi hipertensi pada penduduk didaerah pantai lebih
tinggi daripada penduduk di daerah pegunungan atau pedalamn.
Prevalensi hipertensi pada orang-orang yang melakukan migrasi akan
sangat berbeda dengan prevalensi hipertensi di daerah asalnya28.
Terdapatnya perbedaan keadaan geografis, dimana daerah pantai lebih
beresiko terjadinya penyakit hipertensi dibanding dengan daerah
pegunungan, karena daerah pantai lebih banyak terdapat natrium
22
bersama klorida dalam garam dapur sehingga konsumsi natrium pada
penduduk pantai lebih besar daripada daerah pegunungan27. Garam
sangat berperan dalam patofisiologi hipertensi. Pada penduduk yang
mengkonsumsi garam minimal (< 3 gr/hr) hipertensi hampir tidak
pernah ditemukan, sedangkan pada penduduk yang mengkonsumsi
garam antara 5-15 gr/hr prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-
20%. Dengan demikian dapat dijelaskan kenapa masyarakat pantai
mempunyai resiko yang lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan
masyarakat pegunungan29.
g. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi dalam
memberikan respon terhadap suatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana yang
mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Dalam hal ini
berarti semakin tinggi pendidikan penderita hipertensi, maka akan
semakin mudah menerima informasi tentang hipertensi, Sehingga
masyarakat akan lebih cepat memahami tentang penyakit hipertensi
secara benar17.
23
5. Manifestasi Klinis
Gejala klasik yang sering terjadi pada hipertensi antara lain30:
a. Sakit Kepala
b. Epistaksis
c. Pusing
Sedangkan manifestasi klinis yang terjadi setelah mengalami hipertensi
bertahun tahun biasanya berupa31:
a. Sakit kepala sebelum tidur, kadang-kadang disertai mual dan muntah
akibat tekanan darah intrakranium
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina
c. Cara berjalan yang tidak seperti orang normal karena terjadi kerusakan
susunan saraf pusat.
d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
6. Penatalaksanaan Farmakologis.
Pengobatan hipertensi ditujukan tidak hanya untuk menurunkan
tekanan darah saja, tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup dan
diperlukan usaha pasien untuk mengontrolkan tekanan darah, berobat dan
minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi. Pengobatan
standar yang dianjurkan Joint National Committee on Detection,
Evaluation and treatment of High Blood Pressure (1988) yang dikutip
24
oleh Gunawan, (2001) menyimpulkan bahwa jenis obat antihipertensi
yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
1) Diuretika: Spironolactone, HCT, Chlortalidone dan Indopanide.
Obat ini berkerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh melalui
urin atau memperbanyak buang air kecil dan mempertinggi
pengeluaran garam didalam tubuh. Dengan turunnya kadar garam
dalam tubuh maka tekanan darah akan turun, dan efek tekanan darah
rendahnya kurang kuat. Obat yang biasa digunakan biasanya obat
yang daya kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal.
2) Alfa-blocker: Prazosin dan Terazosin.
Obat ini bekerja dengan cara memblokir reseptor alfa dan melebarkan
pembuluh darah serta untuk menurunkan tekanan darah.
3) Beta-blocker: Beta-blocker adalah Propanolol, Atenolol, Pindolol dan
sebagainya.
Obat ini bekerja untuk membatasi kerja jantung sehingga mengurangi
daya dan frekuensi kerja atau pompa jantung. Dengan demikian
tekanan darah akan menurun dan daya tekanan darah rendahnya baik.
4) Obat yang bekerja sentral: Clonidine, Guanfacine dan Metildopa.
Obat ini dapat mengurangi pelepasan noradrenalin sehingga
menurunkan aktivitas pembuluh darah dan menurunkan tekanan
darah.
5) Vasodilator: Hidralazine dan Ecarazine.
25
Obat ini bertujuan untuk mengembangkan dinding pembuluh darah
arteri sehingga daya tahan pembuluh darah perifer berkurang dan
tekanan darahnya menurun.
6) Antagonis kalsium; Nifedipine dan Verapamil.
Obat ini bekerja untuk menghambat masuknya ion kalsium kedalam
otot polos pembuluh darah dengan efek pelebaran dan menurunkan
tekanan darah.
7) Penghambat ACE: Captopril (Capoten) dan Enalapril.
Obat ini bekerja untuk menurunkan tekanan darah dengan melebarkan
pembuluh darah. Obat ini bekerja melalui proses relaksasi
pembuluh darah yang juga melebarkan pembuluh darah32.
B. Kerangka Teori
26
C. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Ada perbedaan pemberian diet DASH dan diet Rendah Garam dengan tekanan
darah sistolik.
Asupan Na
Asupan K
Pengetahuan Gizi
Lingkungan
Tingkat Pendidikan
Tekanan Darah
Genetik
Obat
Umur
Jenis Kelamin
Stres
Jenis Diet
DASH diet
Diet RG
Tekanan Darah Sistolik
Jenis Diet
DASH diet
Diet RG
Asupan Na
Asupan K
Obat Umur Jenis Kelamin
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dari segi keilmuan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian
dibidang gizi klinik, tentang pengaruh pemberian DASH diet dan diet rendah
garam (RG) terhadap tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi esensial di
RS Adhyatma semarang.
B. Jenis Dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan true
experiment dengan variabel percobaan yaitu jenis diet hipertensi (DASH dan
RG) dan variabel tercoba yaitu pasien hipertensi esensial di RS Adhyatma
semarang.
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini yaitu pasien yang didiagnosis hipertensi di RS
Adhyatma semarang. Sedangkan sampel pada penelitian ini yaitu seluruh
pasien yang didiagnosis hipertensi esensial, berumur 25 – 45 tahun, dan
mendapatkan pengobatan yang identik dengan sampel yang lain di RS
Adhyatma semarang, serta dirawat pada bulan September – November 2013.
28
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Data primer
Data utama yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu :
1) Data pribadi sampel
2) Jenis diet sampel
3) Asupan makan dari luar
4) Tekanan darah sampel
5) Data pengobatan sampel
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Data yang
dikumpulkan yaitu :
1) Data laboratorium sampel
2) Data riwayat penyakit sampel
3) Data profil RS Adhyatma Semarang
29
2. Cara pengumpulan data
Jenis data Cara Pengumpulan Pelaksanaan
Primer Data pribadi Observasi
dan
wawancara
Menanyakan pada pasien langsung dan
melihat data pada rekam medis
Jenis diet Observasi Melihat makan pasien, sesuai dengan
kelompok perlakuan (yang diberi diet RG
dan diet DASH), dan di ukur dengna
formulir Comstock
Tekanan
darah
Observasi Pengukuran dilakukan oleh perawat pada
kedua tangan dengan selang waktu 2
menit dan di ulang 2 kali, kemudian di
ambil rata-rata
Asupan
makan dari
luar
Observasi Pengukuran menggunakan metode recall
untuk melihat asupan makan sampel yang
berasal dari luar
Data
pengobatan
Observasi
dan
wawancara
Menanyakan pada dokter yang menangani
pasien tersebut dan melihat data pada
rekam medis
Sekunder Data
laboratorium
Observasi Melihat data pada rekam medis
Riwayat
penyakit
Wawancara Menanyakan pada pasien langsung
Profil RS Wawancara Melakukan wawancara pada pejabat RS
E. Instrumen Penelitian
30
Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu :
1. Kuesioner karakteristik pasien
2. Formulir tekanan darah sistolik pasien.
3. Formulir Comstock pasien
4. Formulir Recall
5. Sphygmomanomater
6. Bolpoin
F. Pengolahan Data
1. Koding
Data tekanan darah yang didapatkan kemudian di kode dan di kategorikan
menjadi :
Kode Kriteria Klasifikasi
1 TD sistolik 140 – 159 mmHg Hipertensi stage I
2 TD sistolik ≥ 160 mmHg Hipertensi stage II
G. Analisis Data
1. Analisis univariat
Data tekanan darah yang diperoleh, dituangkan ke dalam tabel
distribusi frekuensi, untuk dipaparkan berdasarkan proporsi dan mean.
2. Analisis Multivariat
31
Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian jenis diet hipertensi
terhadap tekanan darah, maka akan di uji dengan uji statistik, yaitu uji
ANACOVA dengan derajat kepercayaan 95 %, dan dikontrol dengan
variabel jenis kelamin, pengobatan, dan umur.
H. Definisi Operasional
VARIABEL DEFINISI ALAT UKURHASIL UKUR
SKALA DATA
Tekanan darah Sistolik
Kuatnya darah menekan pembuluh darah saat dipompa dari jantung ke seluruh jaringan yang terdengar pertama kali, dinyatakan dalam mm Hg.
Sphygmoma-nomater
mmHg Interval
Jenis Diet Hipertensi
Jenis Modifikasi makanan khusus yang diberikan pada pasien yang menderita hipertensi
Comstock - Diet
Rendah
Garam
- Diet DASH
Nominal
Daftar Pustaka
32
1. WHO. the Journal of Hypertension .http://www.who.int/cardiovascular_
diseases/guidelines/hypertension/en/ di unuh pada 18 April 2013
2. Arsana, I Wayan Tulus.Penyakit Hipertensi Penyebab, gejala dan pengobatan penyakit hipertensi. http://www.penyakithipertensi.com/ hipertensi-adalah- penyakit-tekanan-darah-tinggi/ di unduh pada 18 April 2013
3. American Heart Association.High Blood Pressure: http://www.heart.org
/idc/groups/heartpublic/@wcm/@sop/@smd/documents/downloadable/ucm_3
19587.pdf di unduh pada 18 April 2013
4. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.Masalah Hipertensi Di
Indonesia:http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-
masalah-hipertensi-di-indonesia.html di unduh pada 20 April 2013
5. Iman.Hipertensi dan faktor-faktor risikonya: http://dokter-medis.blogspot.com
/2009/08/hipertensi-dan-faktor-faktor-risikonya.html diunduh pada 20 April
2013
6. Astawan M. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan. http://www.depkes.go.id/
index.php?option=articles&task=viewarti&artid=20&otemid=3 di unduh pada
13 April 2013
7. Hepti Mulyati. Hubungan pola konsumsi natrium dan kalium serta aktifitas
fisik dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di RSUP dr Wahidin
Sudirohusodo Makasar.Makasar,2011
8. Harlal Prestiara. Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan natrium pada
anak sekolah dasar.Jakarta,2009
9. RA Jan, et al. Sodium and Potassium Excretion in Normotensive and
Hypertensive Population in Kashmir. JAPI vol 54,2006
10. Almatsier,Sunita. Penuntun diet.Jakarta: . PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004
11. Corwin, Elizabeth J.Handbook of Pathophysiology. :Wolters Kluwer
Health/Lippincott Williams & Wilkins,2008
12. Armilawati, Husnul, A, dan Ridwan, A. Hipertensi dan Faktor Risikonya
dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS,2007
33
13. Nafrialdi, Setawati, A. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, 2007
14. Yogiantoro, M. Hipertensi Esensial. Dalam: Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FK UI, 599-603,2006
15. Marvyn L. Hipertensi Pengendalian Lewat Vitamin, Gizi dan Diet. Arcan. Hal
29-30,2005
16. Yundini. Faktor Risiko Hipertensi. Jakarta: Warta Pengendalian Penyakit
Tidak Menular,2006
17. Anggraini, A.D., Annes Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., dan Siahaan,
S.S. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada
Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode
Januari sampai Juni 2009,2009
18. Sani, Aulia . Hypertention Current Perspective. Jakarta:Media Crea,2008
19. Sandjaja, Atmarita. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga.Jakarta:PT
Kompas Media Nusantara,2009
20. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi Edisi 1. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka
Utama,2003
21. Moore T. The Diet DASH or Hypertension. Edisi 1. The Free Press New York.
Hal 14, 25, 127 – 129,2001
22. Sacks. F,et al. Effect of blood pressure of reduced dietary sodium and dietary
approach to stop hypertension (DASH). N Engl J.Med :344:3, 2001
23. Sheps. Mayo Klinik Hipertensi Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: PT
Intisari Mediatama,2005
24. Johnson R, et al. Subtle acquired renal injury as a mechanism of salt-
sensitive hypertension. N Engl. Jmed : 346:913, 2002
25. Almatsier S. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka
Utama,2005
34
26. Studi whelton. PK, et al. Effect of oral potassium on blood pressure meta
analysis of randomized controlled clinical trial. AMA 277:1624 1997)
27. Aris Sugiharto. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat
(Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar), 2007
28. Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Rineka Cipta.
Jakarta,2007
29. Gunawan, Hipertensi, Jakarta: PT Gramedia, 2001; 10.
30. Tambayong, Jan.Patofisiologi untuk Keperawatan.Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC,2000
31. Corwin E. Patofisiologi. Jakarta: Penebar Buku Kedokteran Hal 356 –359,
2007
32. Ross C. Brownson, Patrick L. Remington, James R. Davis. High Blood
Pressure in Chronic Disease Epidemiology and Control. Second Edition,
American Public Health Assosiation: 262-264, 2007
33. Bangun, A.P. Terapi Jus dan Ramuan Tradisional untuk
Hipertensi.Tangerang:PT Agro Media Pustaka,2006
34. WHO. Evidence and Health Information. www.who.int,2006
35. Hayens, B.R. Buku Pintar Menaklukkan Hipertensi. Jakarta:Ladang Pustaka
dan Intimedia,2003