BAB I II

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran gigi, kebutuhan akan restorasi gigi yang bersifat estetik meningkat, mengingat gigi merupakan faktor penting yang menunjang penampilan seseorang (Chaerani, 2008). Salah satu jenis material yang digunakan sebagai restorasi estetis di bidang kedokteran gigi adalah keramik atau porselen. Porselen terbuat dari jenis keramik dengan pembakaran suhu tinggi dari bahan lempung murni yang tahan api. Terdiri dari senyawa logam dan non logam yang diproses dengan pemanasan suhu tinggi. Bahan bahan utama yang terdapat dalam porselen antara lain, alumina yang merupakan suatu oksida keras yang sangat kuat dan merupakan konstitusi utama keramik gigi. Selain itu terdapat boric acid yang merupakan fluks keramik dan

description

BIOMATERIAL 2

Transcript of BAB I II

28

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran gigi, kebutuhan akan restorasi gigi yang bersifat estetik meningkat, mengingat gigi merupakan faktor penting yang menunjang penampilan seseorang (Chaerani, 2008).Salah satu jenis material yang digunakan sebagai restorasi estetis di bidang kedokteran gigi adalah keramik atau porselen. Porselen terbuat dari jenis keramik dengan pembakaran suhu tinggi dari bahan lempung murni yang tahan api. Terdiri dari senyawa logam dan non logam yang diproses dengan pemanasan suhu tinggi. Bahan bahan utama yang terdapat dalam porselen antara lain, alumina yang merupakan suatu oksida keras yang sangat kuat dan merupakan konstitusi utama keramik gigi. Selain itu terdapat boric acid yang merupakan fluks keramik dan juga digunakan feldspar, kaolin, silika, oksida dan bahan pewarna (Chaerani, 2008).Restorasi yang terbuat dari bahan keramik memiliki beberapa kelebihan yang meliputi sifat translusen, warnanya sesuai dengan gigi asli, dapat dibentuk sesuai dengan bentuk anatomis gigi, biokompatibilitas dengan rongga mulut baik serta koefisien termal ekspansinya hampir sama dengan gigi. Namun dibalik itu, keramik juga mempunyai beberapa kekurangan seperti porositas yang tinggi serta strukturnya yang mudah rapuh dan fraktur. Aplikasi porselen dalam kedokteran gigi yaitu digunakan dalam pembuatan inlay, mahkota vinir, mahkota, dan jembatan (Anusavice, 2003).Oleh karena itu pada laporan ini akan dibahas tentang porselen, mencakup komposisi, syarat, sifat sifat, kelebihan dan kekurangan, manipulasi, klasifikasi, indikasi dan kontraindikasi serta aplikasi porselen di bidang kedokteran gigi.1.2 Rumusan MasalahApakah Porselen merupakan Restorasi yang baik untuk gigi anterior1.3 Tujuan 1. Agar mahasiswa kedokteran gigi mampu mengetahui dan mengerti tentang Porselen yang digunakan dalam kedokteran gigi.2. Agar mahasiswa kedokteran gigi mampu mengetahui dan mengerti tentang sifat, manipulasi, pengaplikasian porselen kedokteran gigi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Porselen2.1.1 Definisi PorselenPorselen adalah bahan yang terbuat dari jenis keramik yang dibakar dengan suhu tinggi dari bahan lempung murni yang tahan api. Terdiri dari senyawa logam dan non logam yang diproses dengan pemanasan suhu tinggi (Anusavice, 2003).Porselen dapat dikatakan memiliki tempat khusus pada kedokteran gigi, karena dengan perkembangan bahan komposit dan semen ionomer kaca yang maju, porselen masih dianggap memiliki hasil estetik yang paling baik dalam hal warna, translusensi dan kestabilan (Anusavice, 2003).2.1.2 Komposisi PorselenPorselen kedokteran gigi paling awal adalah campuran dari kaolin, feldspar dan quartz. Hingga pada tahun 1838, Elias Wildman menemukan porselen dengan translusensi dan warna yang menyerupai gigi (Chaerani, 2008). Komposisi Porselen antara lain :a. FeldsparFeldspar merupakan campuran dari sodium, potasium, dan aluminium silikat dengan perbandingan tertentu untuk menentukan suhu peleburan. Feldspar adalah mineral alami berupa anhydrous alumino-silicate, dan dapat diperoleh dalam bentuk soda feldspar (Na2O, Al2O3, 6 SiO2), lime feldspar (CaO, Al2O3, 6SiO2 ), dan potas feldspar (K2O, Al2O3, 6SiO2 ). Jika dibakar akan meleleh menjadi bahan yang bening seperti gelas yang membentuk matriks atau sebagai pengikat bagi kaolin dan quartz. Feldspar juga digunakan sebagai bahan fluks.b. KaolinMerupakan bahan seperti lempung (clay) berupa hidrous alumino silikat, dan bila ditambah air akan menjadi campuran plastis yang dapat diolah menjadi bentuk sesuai yang dikehendaki. Porselen untuk keperluan di bidang kedokteran gigi sedikit sekali atau bahkan tidak mengandung kaolin. Kaolin berfungsi sebagai bahan pengikat memberi warna opak, memudahkan manipulasi, dan mempertahankan bentuk saat pembakaran.c. SilikaMineral yang tahan terhadap pemanasan, dan dapat dijumpai dalam bentuk quartz, tridymite, maupun cristobalite. Sifatnya keras, stabil, merupakan bahan campuran terbesar dalam kaca (glass), dan porselen kedokteran gigi. Silika merupakan stabilisator saat pemanasan sehingga menambah strength dari porselen. Bentuk struktur kristal silika 1. Quartz dengan struktur heksagonal adalah bentuk silika yang paling stabil. Quartz dipanaskan pada suhu 8670C akan mengalami recontructive transformation menjadi tridymite (rhombohedral)2. Tridymite dipanaskan pada suhu 14700C berubah menjadi cristobalite (kubik). 3. Cristobalite dipanaskan pada suhu lebih dari 17000C melebur dan terjadi fused quartz yang amorphous.d. FluksFluks dicampurkan pada porselen dalam pembuatannya pada temperatur yang rendah. Fluks berfungsi menurunkan suhu pembakaran. Fluks yang dicampurkan pada porselen terdiri dari sodium karbonat, kalsium karbonat, natrium karbonat dan boraks.

e. Alumina OksidaBerfungsi memberikan kekuatan, sifat opak, danmeningkatkan viskositas keramik selama pembakaran.f. Komponen LainKomposisi lain ini berperan untuk menambah nilai estetika. Terdiri dari:1. Pigmen, berkhasiat untuk memberi warna yang dikehendaki, bahan ini bersatu dalam bubuk. Misalnya: oksida-oksida chromium, cobalt, nickel, titanium dan besi (II) oksida. Cobalt memberi warna kebiruan, besi memberi warna coklat, platina memberi warna keabuan, dan titanium memberi warna kekuningan.2. Oksida-oksida, seperti titanium dapat dipergunakan untuk membuat bahan menjadi lebih opaque.3. Bahan upam dan bahan noda, dapat dipakai untuk mendapatkan hasil estetis yang dikendaki. 4. Gula dan starch, dapat diikutkan sebagai bahan pengikat.Bahan PewarnaBahan ini ditambahkan untuk memberi warna pada porselen supaya sesuai dengan warna gigi. Bahan pewarna dalam porselen adalah (Chaerani, 2008):a. Titanium untuk memberi warna kuning dan dapat digunakan untuk membuat bahan menjadi lebih opak.b. Kobalt untuk memberi warna kebiru biruan.c. Besi untuk memberi warna kecoklat coklatan.d. Timah dan emas untuk memberi warna merah jambu.e. Emas metalik untuk memberi warna bayangan merah kecoklatan.f. Platina untuk memberi warna keabu abuan.

Komposisi porselen berdasarkan jenisnya (Chaerani, 2008):PorcelainHigh FusingMedium FusingLow Fusing

Kaolin4 %6 %-

Feldspar81 %61 %60 %

Silika15 %19 %12 %

Sodium Karbonat--8 %

Boraks-1 %11 %

Kalsium Karbonat-5 %1 %

Natrium Karbonat-2 %-

2.1.3 Syarat Bahan Restorasi1. Harus mudah digunakan dan tahan lama.2. Kekuatan tensil yang cukup.3. Tidak larut oleh saliva dalam rongga mulut serta tidak korosi di dalam rongga mulut.4. Tidak toksik dan iritatif baik pada pulpa maupun pada gingival.5. Mudah dipotong dan dipoles.6. Derajat keausan sama dengan email.7. Mampu melindungi jaringan gigi sekitar dari karies sekunder.8. Koefisien muai termis sama dengan enamel / dentin.9. Daya penyerapan airnya rendah.10. Radiopaque.11. Bersifat adhesif terhadap jaringan gigi (Sadaf dan Ahmad, 2011).2.1.4 Klasifikasi PorselenKlasifikasi dari bahan restorasi porselen menurut (Chandra S., et al, 2007), adalah sebagai berikut:1. Berdasarkan pada suhu pembakarannya.a. High fusing porcelain (1200C - 1400C).Memiliki strength dan sifat translusen yang baik, serta memiliki derajat keakuratan yang tinggi selama pemanasan. b. Medium fusing porcelain (1050C - 1200C).c. Low fusing porcelain (800C - 1050C). Medium fusing porcelain & Low fusing porcelain membuat restorasi gigi tiruan seperti gigi tiruan jembatan, mahkota gigi tiruan, dan mahkota gigi tiruan dengan kerangka logam. 2. Berdasarkan aplikasi.a. Porselen untuk inti, ini merupakan bahan dasar untuk jacket crown, harus memiliki sifat-sifat mekanis yang baik.b. Porselen untuk dentin atau body, lebih translusen dari porselen untuk inti, ini sangat menentukan bentuk dan warna restorasi. c. Porselen untuk enamel, membentuk bagian luar mahkota, dan paling translusen.3. Berdasarkan cara pembakaran.a. Pembakaran pada tekanan atmosfir. b. Pembakaran pada tekanan yang dikurangi atau hampa tekanan. 4. Berdasarkan komposisi.a. Earthenware sebagian besar kaolin dan quartz, feldspar sedikit. b. Stoneware kaolin, quartz, dan feldspar seimbang. c. Domestik porselen sebagian besar kaolin dan feldspar, quartz sedikit.d. Dental Porselen terdiri dari feldspar dan quartz, dan tidak mengandung kaolin. 5. Berdasarkan bahan dasar.a. Feldspatic Porcelain.Dibuat pada suhu pembakaran 1050C - 1200C. Perbandingan jumlah feldspar dengan quartz adalah 85% dan 15%. b. Alumina Porcelain.Kristal alumina sebesar 50%. Koefisien muai panasnya lebih tinggi, dan kekuatanya dua kali lebih besar dari pada feldspatik porselen. c. Metal Bonding Porcelain.Porselen yang digunakan dengan kombinasi logam mempunyai kandungan K2O sebesar 11% - 15%, dan suhu pembakarannya antara 700C 1200C.

6. Berdasarkan struktur pendukung.a. Reinforced ceramic core system.Pengembangkan bahan porselen dengan penambahan alumina pada feldspatik glass dan dikenal sebagai alumina reinforced porcelain jacket crown, dalam hal ini alumina bertindak sebagai crack stopper dalam mikrostruktur porselen. b. Metal ceramic.Metal ceramic menggunakan alloy, yang dahulu berbahan dasar emas, untuk membentuk inti yang kuat dan rigid bagi keramik yang nanti akan menutupi inti tadi. c. Resin-bonded ceramic.Adalah benda padat multiphase yang mengandung residu kaca dengan fase kristalin yang terdispersi secara halus. Kristalisasi yang terkontrol dari kaca menghasilkan pembentukan kristal kecil yang tersebar di sekitar partikel kaca. 2.1.5 Jenis-jenis Porselen dalam Kedokteran Gigi1. Porcelain Fused to MetalPada crown dengan bahanPorcelain Fused to Metal(PFM), kekuatan diperoleh dari substruktur metal dan estetik didapatkan dari veneer porcelain.CrownPFM digunakan untuk mengembalikan gigi yang rusak sangat parah untuk melindungi struktur gigi yang tersisa, dan juga untuk mempertahankan oklusi dan menawarkan estetik.CrownPFM dapat diaplikasikan pada gigi anterior maupun gigi posterior (Sadaf dan Ahmad, 2011).PadacrownPFM terdiri dari beberapa lapis bubuk porselen dalam air yang kemudian difusikan dengan kerangka dari metal, melalui pembakaran (firing). Lapisan-lapisan ini memiliki tiga tingkatan translusensi yang berbeda. Lapisan pertama merupakan lapisan opaque yang digunakan untuk menutupi substrat metal yang gelap. Lapisan intermediate, disebut juga sebagai dentin, adalah konstruksi utama dari struktur gigi artifisial dan juga digunakan untuk menyediakan translusensi pada porselen. Lapisan paling atas atau superfisial, adalah lapisan paling translusen yang disebut sebagai porselen email atau insisal. Setiap lapisan difusikan dalamelectricatauvacuum furnacepada sekitar 1000 C untuk memperoleh sifat yang optimal (Mrazova dan Klouzkova, 2009).Restorasi PFM adalah tipe porselen gigi yang paling umum digunakan. Berdasarkan perbedaan temperatur ada tiga tipe porselen gigi yaitu:a. Regular felspathic porcelain(temperatur tinggi 1200-1400 C).b.Aluminous porcelain(temperatur sedang 1050-1200 C).c. Metal bonding porcelain(temperatur rendah 800-1050 C). PFM merupakanmetal bonding porcelain (Mrazova dan Klouzkova, 2009).PFM terdiri atas beberapa lapisan yang difusikan secara kimia pada dasar kerangka metal. Substruktur metal mendukung keramik dan membuat keramik bertahan lama terhadap beban dari kekuatan mulut (Sadaf dan Ahmad, 2011).Restorasi metal keramik harus memenuhi syaratsyarat, antara lain, adalah sebagai berikut:a. Metal dan keramik mempunyai ikatan yang kuat.b. Metal dan keramik mempunyaithermal expansionyang sesuai.c. Keramik yang dipakai relatif mempunyailow fusing.d. Metal harus tahan terhadap deformasi pada saat keramik mencapaifusing. Pada saat fusing, keramik harus dapat bersatu dengan logam dan berikatan tanpa merubah bentuk logam. Pada saat mendingin, baik logam maupun keramik akan mengalami kontraksi yang akan menimbulkan retak atau bahkan terlepasnya keramik dari logam.e. Bahanbahan yang dipakai harus bersifat biokompatibel terhadap jaringan.Pada prinsipnya, sifatsifat restorasi metal keramik ditentukan oleh keadaaninterface-nya. Bila didapati ikatan yang rapat antara metal dengan keramik maka akan terjadi penurunan energi bebas yang dapat memisahkan kedua komponen atau sebaliknya (Sadaf dan Ahmad, 2011).SYARAT PORCELAIN FUSED TO METAL (PFM)1. Melting temperature alloy harus lebih tinggi daripada firing temperature porselin. Serta memiliki fusion temperature yang tinggi. 2. Metal memiliki koefisien ekspansi termal (CTE) yang kompatibel dengan porselin. 3. Metal mampu menahan deformasi saat porcelin mencapai firing temperature (jika tidak kemungkinan akan menyebabkan fraktur).4. Memiliki stiffness atau tingkat kekakuan yang tinggi (adanya flexing dari alloy dapat menyebabkan porselin fraktur). 5. Metal berpotensi untuk mengikat porselin dengan kuat. 6. Tidak boleh ter-discoloration7. Bahan-bahan yang digunakan dalam Porcelain Fused to Metal (PFM) harus biokompatibel dengan jaringan rongga mulut.

Keuntungaan PFM sebagai bahan crown adalah:1. Adanya metal core dapat mendukung gigi.2. Tahan terhadap tekanan mastikasi dan resisten terhadap fraktur.3. Tahan lama di dalam rongga mulut.4. Metal yang di lapisi dengan porselen membuat crown yang dipakai menjadi estetis karena memiliki warna yang sama dengan gigi.5. Dapat digunakan dengan kavitas yang luas dan besar.6. Cocok untuk digunakan pasien yang memiliki kebiasaan bruxism.7. Warna PFM sebagai crown dapat bertahan lama (tidak dapat berubah warna) (Sinabutar, 2008).Kekurangan PFM dalam bidang kedokteran gigi:a. Lebih banyak jaringan gigi yang harus dihilangkan.b. Harga lebih mahal karena setidaknya membutuhkan dua kali kunjungan dan juga bila menggunakan alloy metal yang mahal.c. Prosedur teknis dari pola wax investing dan casting alloy metal yang mahal meliputi banyak variabel teknis dan pertimbangan banyaknya langkah operatif dan siklus firing, membuat kualitas akhir dari restorasi yang sangat sensitif.d. Dari sudut pandang estetik, PFM tidak menyerupai aspek natural dari gigi, karena inti metal yang menghalangi cahaya untuk masuk. Tidak adanya translusensi, karena faktanya restorasi PFM hanya dapat mengabsorbsi atau memantulkan cahaya, sementara jaringan gigi menunjukkan derajat translusensi yang tinggi.e. Pada base metal alloy yang digunakan untuk PFM, terkadang menyebabkan pembentukan oksida yang besar, sulit saat finishing dan polishing dikarenakan ductility yang rendah, dan dapat menyebabkan shrinkage pada casting yang lebih besar. Sebagai contoh oksida Ni dan Cr dalam sistem base metal menurunkan koefisien ekspansi porselen dan diduga dapat memicu stress interfacial sehingga menyebabkan kegagalan (Venkatachalam, dkk., 2009).2. Mahkota Pigura Facing PorcelainMahkota Pigura (dengan Facing Porselen) adalah suatu restorasi yang menyelubungi seluruh permukaan klinis gigi dan terbuat dari logam campur, di mana bagian labial / bukal dilapisi dengan bahan sewarna gigi porselen (Hatrick, 2011).Macam-Macam Mahkota Pigura Facing Porcelain:a. Mahkota Tuangan Penuh (Full Cast Crown).b. Mahkota Pigura (dengan Facing Akrilik).c. Mahkota Jaket (Jacket Crown).d. Mahkota Pasak.Indikasi Mahkota Pigura Facing Porcelain:1. Gigi dengan kebutuhan estetik yang tinggi, biasanya untuk gigi anterior dengan gigitan dalam.2. Gigi dengan karies proksimal atau fasial yang tak dapat direstorasi secara efektif dengan menggunakan resin komposit.3. Gigi dengan tepi insisal yang masih relatif utuh.4. Distribusi tekanan kunyah seimbang.5. Bila ruang pulpa tidak terlalu besar, karena dibutuhkan pengambilan pada bidang labial atau bukal lebih banyak untuk tempat pigura (Hatrick,2011).Kontraindikasi:1. Pasien dengan indeks karies tinggi 2. Tidak cukupnya dukungan struktur mahkota gigi, dapat ditinjau dari ketebalan giginya. Untuk gigi yang tipis dari aspek fasiolingual tidak diindikasikan untuk penggunaan mahkota pigura facing porcelain.3. Pasien dengan kebiasaan buruk bruxism. 4. Premolar atau molar pertama (molar kedua tidak dibutuhkan estetik) 5. Gigi dengan mahkota klinis pendek karena sulit dipakai untuk retensi.6. Gigi dengan kekuatan yang sangat kurang terutama di bagian oklusal, sehingga mudah pecah atau mudah lepas.7. Pasien dengan oral hygiene buruk. (Hatrick,2011) 3. All PorcelainAll porcelain adalah restorasi yang digunakan di kedokteran gigi yang bahannya berasal dari porselen murni tanpa ada campuran bahan lainnya.Keuntungan All Porcelain1. Sangat estetis. Porselen merupakan bahan restorasi yang memiliki macam-macam warna yang dapat disesuaikan dengan warna gigi asli pasien sehingga sangat cocok digunakan untuk restorasi gigi yang mementingkan nilai estetik2. Warna stabil dalam pemakaian3. Tidak mudah aus jika pembuatannya baik, artinya tidak ada overhanging yang dapat menyebabkan keausan pada porselen dan gigi antagonisnya.4. Tidak memiliki bau5. Tidak bereaksi dengan cairan rongga mulut6. Tidak menimbulkan alergi karena bersifat biocompatible7. Bahan isolator panas yang baik8. Permukaannya yang mengkilap dan licin sehingga akan mempersulit retensi plak, debris dan sisa-sisa makanan ketika diaplikasikan dalam rongga mulut.Kekurangan All Porcelain1. Mudah pecah jika diberi tekanan yang berlebihan2. Pembuatannya yang cukup sulit3. Kurang kuat jika dibandingkan dengan restorasi metal porselen4. Dapat mneyebabkan gigi antagonisnya mengalami aus jika restorasinya kurang baik. Terdapat undercut dan overhanging.5. Hargannya yang lebih mahal jika dibandingkan dengan restorasi metal porselen6. Sulit memadupadankan warna yang sesuai dengan warna gigi asli pasien sehingga membutuhkan keahlian khusus dan pengalaman dari operator sendiri.Indikasi All Porcelain:1. Gigi yang membutuhkan nilai estetik tinggi.2. Permukaan proksimal, lanial, atau bukal yang sudah tidak efektif untuk direstorasi dengan resin komposit.3. Gigi yang memiliki mahkota klinis tinggi.Kontraindikasi All Porcelain:Gigi yang memiliki beban kunyah tinggi, yakni gigi posterior. Hal ini disebabkan karena sifat porselen itu sendiri yang memiliki kekuatan rendah.Mahkota Jaket KeramikMahkota jaket keramik telah digunakan sejak abad keduapuluh. Keramik yang digunakan pada mahkota jaket konvensional yaitu porselen feldspathic high-fusing. Namun, porselen jenis ini memiliki kekuatan rendah, sehingga mendorong McLean dan Hughes untuk mengembangkan bahan inti porselen yang diperkuat alumina untuk pembuatan mahkota jaket porselen. Meskipun didapatkan peningkatan nilai estetik dan sifat fisiknya, tetap saja porselen jenis tersebut tidak cocok untuk digunakan pada gigi posterior karena beban kunyahnya yang tinggi sehingga porselen akan mudah pecah.2.2 Sifat-sifat Porselen1. Sifat fisisKeuletan dan tegangan geseknya rendah tetapi tegangan tariknya tinggi. Thermal ekspansi dari dental porselen sama dengan thermal ekspansi substansi gigi yaitu sekitar 4,1 x 10 mm/C. selain itu sifat insulatornya juga baik yakni penghantar panas yang rendah, difusi panas yang rendah, dan penghantar listrik yang rendah (Craig, 2006).2. Sifat kimiaSuatu porselen memiliki sifat kelembapan kimia, dimana kelembapan kimia ini merupakan karakteristik yang penting karena memastikan bahwa permukaan restorasi gigi tidak melepaskan elemen-elemen yang berbahaya selain mengurangi risiko dari kekerasan permukaan serta meningkatnya kerentanan terhadap adhesi bakteri. Selain itu sifat kimia yang penting ini ialah porselen merupakan bahan yang biokompatibel dengan lingkungan rongga mulut dan juga tidak dapat dirusak oleh lingkungan (Craig, 2006).3. Sifat mekanisPorselen adalah suatu bahan yang getas, oleh karena itu perkembangan porselen lebih mengarah pada perbaikan sifat mekanis, antara lain dengan penambahan alumina yang dapat memperkuat bahan. Selain itu sebagian besar keramik memiliki sifat refraktori, kekerasan dan kerentanan terhadap fraktur karena rapuh (Craig, 2006).Untuk kekerasan keramik disini saat sebelum diaplikasikan menjadi suatubahan restorasi memang memiliki kekuatan yang lebih besar daripada enamel.Akan tetapi pada saat telah diaplikasikan, kekerasanya sangat diharapkansama dengan enamel untuk meminimalkan keausan pada restorasi keramikdan mengurangi kerusakan akibat keausan yang terjadi pada enamel karenaadanya restorasi keramik (Craig, 2006).4. Sifat estetikSifat estetik adalah salah satu sifat yang sangat penting karena keramik mampu meniru penampilan dan menyamai gigi asli (Craig, 2006).5. Sifat porusPada saat pembakaran dapat terjadi gelembung-gelembung udara yang tidak dapat dihindari sehingga menyebabkan terbentuknya rongga diantara partikel porselen. Hal ini menyebabkan porselen ini mudah pecah karena kepadatan dari porselen itu sendiri kurang. Untuk mengurangi porusitas tersebut, beberapa peneliti menganjurkan cara sebagai berikut (Craig, 2006) :a. Pembakaran pada tungku hampa tekanan untuk mengeluarkan air.b. Pembakaran dengan adanya suatu gas yang dapat merembes keluar dari porselen.c. Pendinginan dibawah tekanan untuk mengurangi resultan besarnya pori-pori.6. Sifat thermalKonduktifitas thermal dan koefisien thermal mirip jaringan enamel dan dentin (Craig, 2006).2.2.1 Fungsi dan Aplikasi Porselen1. Veneer CrownMerupakan restorasi yang tahan lama serta dari segi estetisnya baik, biarpun preparasi harus dilakukan masih konservatif bila dibandingkan dengan pembuatan mahkota penuh konvensional (Craig, 2002).Veneer crown diindikasikan untuk gigi yang mengalami fraktur pada sebagian mahkota, karies yang besar khususnya bila melibatkan sudut insisal gigi anterior, kavitas permukaan labial yang besar, pit yang hipoplastik, dll (Craig, 2002).2. Mahkota Logam KeramikMahkota logam yang dilapisi porselen untuk keperluan estetis merupakan suatu restorasi gigi yang memadukan kekuatan dan ketepatan dari mahkota logam cor-an dengan yang diperoleh dari bahan porselen (Craig, 2002).3. InlayBiasanya dipakai pada gigi anterior karena restorasi untuk gigi anterior harus mempertimbangkan estetis (Craig, 2002).Bila kavitas sudah cukup besar porselen inlay yang digunakan sebaiknya yang mengandung silikat semen karena dapat melindungi kontur dari mahkota gigi alami, dan sedikit kemungkinan untuk pecah atau retak serta tidak larut dalam saliva (Craig, 2002).4. Gigi Tiruan Sebagian Cekat/ BridgeSuatu protesa cekat pendukung gigi yang dibuat untuk memperbaiki fungsi dari satu atau lebih kehilangan gigi posterior atau fungsi dan estetis dari satu atau lebih gigi anterior (Craig, 2002).Pada gigi anterior kerangka logam hanya menutupi permukaan lingual dan incisal edge, sedangkan permukaan labial ditutup oleh porselen (Craig, 2002).2.2.2 Proses pembuatan restorasi porselena. CompactionMerupakan proses dimana powder porselen di campur air dan dibentuk pasta, pasta ini diaplikasikan pada die yang sebelumnya telah dilapisi platinum. Dengan tujuan porselen tadi dapat dipisah dari die, setelah restorasi terbentuk maka dilakukan pembakaran (firing)b. Firing. Sebagai tahap awal pasta campuran porselen dan air dipanaskan perlahan pada bagian depan pintu pembakar (furnace) dengan tujuan melepas air berlebih sebelum menjadi uap, sebab uap yang terjadi akan berusaha lepas dari porselen dan menyebabkan retaknya porselen. Setelah kering pasta campuran porselen tadi dimasukkan dalam furnace dan dilakukan pembakaranc. Glazing. Porositas selalu ada pada porselen sehingga permukaan porselen perlu di glaze untuk mendapat permukaan halus dan kilap. Glazing dilakukan dengan pembakaran pada suhu relatif rendah setelah konstruksi porselen selesai2.3 Manipulasi Porselen1. Pemadatan / CompactionAda 3 macam serbuk porselen yg digunakan:a. Opaque Shade (lapisan opaque)Untuk menutup warna jaringan di bawahnya, warna buram b. Dentin Shade (lapisan untuk dentin atau body)Lebih translusen dari pada opaque shade, menentukan warna dan bentuk restorasi c. Enamel ShadeMembentuk bagian luar mahkota, translusen warna bisa disesuaikan dengan gigi asliTujuan :a. Agar bahan dapat dibentuk sesuai dengan yang dikehendakib. Agar air yang terkandung di dalam masa dapat dikeluarkan sebanyak mungkin. Pada pembakaran akan terjadi pengerutan volumetrik sebesar 30 sampai 40% lebih banyak air yang dikeluarkan, lebih kecil pengerutan terjadi.Cara :1. Menabur bubuk pada permukaan yang basah. Ini menimbulkan reaksi kapiler sehingga membantu menarik air dari masa.2. Kelebihan air dapat dikeringkan dengan kertas hisap setiap kali setelah menekannya atau setelah menyapunya dengan kuas3. Dapat dilakukan penggetaran atau vibrasi agar partikel bubuk tersusun lebih rapat.Keberhasilan dari tahap ini tergantung tidak hanya dari keahlian operator, tapi juga pada ukuran partikel bubuk.

2. Pembakaran (Firing)Pembakaran dilakukan pada tungku listrik. Elemen pemanasnya dapat terbuat dari :a. Alloy Ni-Cr untuk pembakaran porselen low fushingb. Platinum atau Alloy Platinum, apabila dibutuhkan suhu lebih tinggiHal yang perlu diperhatikan :a. Porselen yang telah dipadatkan diletakkan di atas piring pembakaran (terbuat dari keramik tahan bakar) dan tidak boleh berkontak dengan dinding tungku. Bila porselen melekat padanya, elemen pemanas akan rapuh.b. Pembakaran dimulai dari panas yang rendah, kalau tidak air akan menguap demikian cepat sehingga dapat meremukkan bagian porselen yang belum terbakar.c. Dibutuhkan pemanasan yang merata. Porselen memiliki sifat penghantar panas yang rendah, maka dibutuhkan pemanas secara perlahan agar diperoleh cukup waktu bagi lapisan sebelah dalam restorasi untuk menjadi panas.d. Mula mula jendela tungku dibiarkan terbuka agar uap air dan hasil pembakaran bahan pengikat lainnya dapat keluar.Ada 3 tahapan :a. Tahap low bisque atau low bscuit, tahap ketika bahan menjadi sedikit kaku dan fluxe mulai mengalir.b. Tahap medium bisque atau medium bisquit, ketika telah terjadi sedikit pengerutan dan terdapat kohesi yang lebih besar antara partikel.c. Tahap high bisque (high biscuit), pada tahap ini tidak ada lagi terjadi pengerutan.3. GlazingKeramik di glazing untuk menghasilkan permukaan yang licin dan berkilat menjaga agar sisa sisa makanan tidak melekat. Glazing dilakukan dengan cara memoles dengan kit pemoles porselen. Permukaaan yang lebih halus akan mengurangi kerusakan akibat abrasi gigi atau restorasi gigi antagonis. Glazing juga efektif dalam mengurangi perkembangan retak dan menutupi porus yang terjadi saat pembakaran.4. PendinginanHarus dilakukan secara perlahan dan merata kalau tidak akan terjadi derajat pengerutan yang berbeda pada bagian bagian restorasi keramik yang cenderung mendorong terbentuknya stress dan menimbulkan retak sehingga mengurangi kekuatan2.3.1 Kelebihan dan Kekurangan Porselena. Kelebihan1. Estetika tinggi karena da pigmen sehingga warna bisa disesuaikan dengan warna gigi.2. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut3. Kekuatan dan kekerasan baik4. Biokompatibel5. Tidak iritatif6. Tahan lama7. Insulator panas yang baik8. Stabil terhadap pengaruh kontraksi dan ekspansi9. Permukaan halus sehingga mencegah perlekatan plak dan mengurangi insidensi kariesb. Kekurangan1. Harganya mahal2. Porositas tinggi3. Mudah rapuh4. Sukar diasah5. Kekerasan terhadap fraktur rendah6. Diskolorisasi pada tepi porselen7. Pada gigi sulung sulit karena ruang pulpa masih tinggi/lebar8. Bunyi kliking bila kontak dengan gigi antagonis9. Over/under restorasi pecah saat pembuatan, susah diasah/tidak bisa dikurangi sendiri2.3.2 Indikasi dan Kontra Indikasi Porselena. Indikasi1. Restorasi kelas I dan II pada pasien yang mengutamakan estetis2. Pada karies gigi yang besar atau kegagalan restorasi sebelumnya3. Keadaan sosial ekonomi pasien memungkinkan4. Gigi anterior patah5. Menutup stain6. Diskolorisasi7. Tekanan kunyah normalb. Kontra Indikasi1. Karies banyak2. Tekanan oklusal besar3. Pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruxism atau clenching4. Pasien usia muda dengan ruang pulpa masih lebar5. Pasien maloklusi (porselen dapat pecah apabila terkena tekanan)6. Mahkota Klinis terlalu pendek (retensi kurang)7. Preparasi konikal/mengerucut (tidak ada pegangan dan retensi)

BAB IIIPETA KONSEP3.1 Konsep MappingRESTORASI

PERAWATAN SALURAN AKAR GIGI IIGIGI ANTERIOR

MAHKOTA JAKET

KOMPOSITPORSELEN AKRILIK

JENIS PORSELEN

ALL PORSELENMAHKOTA FIGURAPFM

GULA & STERCHQUARTSPIGMENRAOLINFLUKSBHN GLAZE NODAFOLDSPAR

ABSORBMEMBERI WARNAKEPADATAN DAN KEKUATAN MEMBENTUK LEUCITE

PENGIKATESTETIK

TAHAN LAMA

SERUPA DENGAN GIGI ASLIMEMBERI TRANSLUENSI

ESTETIK YANG BAIK

3.2 Hipotesa Porselen merupakan restorasi yang baik untuk gigi anterior

BAB IVPEMBAHASAN

Porselen adalah bahan yang terbuat dari jenis keramik yang di bakar dengan suhu tinggi dari bahan lempung murni yang tahan api. Terdiri dari senyawa logam dan non-logam yang diproses dengan pemanasan suhu tinggi (Anusavice, 2003).Dalam laboratorium kedokteran gigi, porselen untuk restorasi menggunakan bentuk sediaanfine powder(serbuk halus). Pembuatan dari powder porselen sangat kompleks. Porselen terbuat dari bahan-bahan dasar berupa; silika (SiO2), feldspar (K2O.Al2O3.6SiO2), dan alumina (Al2O3). Bahan-bahancrystallineini dipanaskan bersamaan denganfluxeddiantaranyasodium carbonateataulithium carbonate. Kebanyakan dalam dental restorasi dibuat denganlow-fusing porcelains. Setelah porselen dingin, porselen ini menjadi bahan dasar untukfine powder,bentuk inilah yang digunakan dalam dental laboratorium.Restorasiporselen melibatkan penggabungan dari kebaikan sifat mekanik logam dengan sifat estetik porcelain yang baik. Secara umum, restorasi terdiri dari logam campur yang berikatan denganvinir porcelain. Restorasi ini digunakan lebih dari 60 persen pada kasus restorasi mahkota dan jembatan (Anusavice, 2003). Restorasi yang terbuat dari bahan porcelain memiliki beberapa kelebihan yang meliputi sifat translusen, warnanya sesuai dengan gigi asli, dapat dibentuk sesuai dengan bentuk anatomis gigi, biokompatibilitas dengan rongga mulut baik, serta koefisien termal ekspansinya hampir sama dengan gigi. Namun dibalik itu, keramik juga mempunyai beberapa kekurangan seperti porositas yang tinggi serta strukturnya yang mudah rapuh. Aplikasi porselen dalam kedokteran gigi yaitu digunakan dalam pembuatan inlay, mahkota vinir, mahkota, dan jembatan.

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanPorselen adalah material yang sewarna dengan gigi, material porselen tersusun atas kristal, alumunia dan silica yang dileburkan secara bersama padahigh temperature,untuk membentuk kekuatan dan keseragaman. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan dari pengaplikasian bahan dental porcelain, hendaklah terlebih dahulu mampu atau menguasai tentang cara manipulasi dan pengaplikasian dari dental porcelain secara baik dan benar. Sesuai dengan yang telah di jelaskan bahwa dental porcelain dapat menjadi bahan yang baik apa bila cara manipulasi dan pengaplikasian yang baik dan benar pula, dan sebaliknya.5.2 Saran Sesuai dengan yang telah di jelaskan, bahwa dental porcelain dapat menjadi bahan yang baik untuk restorasi apabila cara manipulasi dan pengaplikasian yang baik dan benar pula, dan sebaliknya. Dalam hal manipulasi dan pengaplikasian sebaiknya mahasiswa harus benar-benar mengetahui teknik yang telah disampaikan.

DAFTAR PUSTAKAAnnusavice, J. Kenneth. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, Edisi 10. Jakarta: EGC.Chaerani, Siti K. Restorasi Intrakoronal Porselen Pada Gigi Posterior. USU e-Repository. 2008.Craig, RG. 2002.Restorative Dental Materials, 11th ed, Missouri: Mosby, hal.456.Hatrick, C.D.,et al., 2011. Dental Materials; Clinical Applications for Dental Assistans and Dental Hygienists 2nd, USA: Saunders Elsevier.Hussain S. Textbook of Dental Material. New Delhi: Jitendar P V ij, 2004: 196-221McCabe, John F & Walls, Angus WG. 2008.Applied Dental Materialsninth ed. Blackwell Publisher : Oxford.Sadaf, D and Ahmad, MZ. 2011. Porcelain Fused to Metal (PFM) Crowns and Caries in Adjacent Teeth. Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan. Vol. 21 (3): 134-137.Sinabutar, Elvira. Perbedaan Marginal Gap Cavosurface Margin Berbentuk Shoulder dan Champer Overlay PFM. Medan. USU Press, 2008:142Venkatachalam B, Goldstein GR, Pines MS, and Hittelman EL. 2009. Ceramic Pressed to Metal Versus Feldspathic Porcelain Fused to Metal: A Comparative Study of Bond Strength. The International Journal of Prosthodontics. Vol. 22 (1): 94-100.