BAB I PENDAHULUANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/Bab I_BMC_2015... · 2015. 6. 12. · 3...

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri dihadapkan pada tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk merencanakan kapasitas produksi secara tepat yang disesuaikan dengan jumlah order yang dimiliki oleh suatu industri, sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen secara tepat waktu. Faktor yang mempengaruhi kapasitas adalah ketersediaan sumber daya, seperti tenaga kerja dan kapasitas mesin yang digunakan. Ketersediaan jumlah tenaga kerja dan jumlah mesin menentukan kemampuan produksi suatu industri untuk menghasilkan output dalam periode tertentu, seperti hari, bulan ataupun tahun. Semakin banyak jumlah tenaga kerja dan jumlah mesin, maka semakin banyak produksi yang dapat dihasilkan, sehingga kapasitas produksi meningkat dan begitu juga sebaliknya. Disamping itu, ketersediaan waktu jam kerja setiap hari juga menjadi faktor penting dalam memperhitungkan jumlah produksi yang mampu dihasilkan, untuk itu diperlukan pengaturan yang sesuai dan tepat antara order dengan kapasitas produksi. Hal ini terutama berlaku pada industri yang bersifat “make to orderdimana industri melakukan proses produksi berdasarkan order yang diterima dari pelanggan, sehingga perlu adanya fleksibilitas dan pengaturan perencanaan produksi secara matang dengan mempertimbangkan

Transcript of BAB I PENDAHULUANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/Bab I_BMC_2015... · 2015. 6. 12. · 3...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri

dihadapkan pada tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini

mengharuskan perusahaan untuk merencanakan kapasitas produksi secara tepat

yang disesuaikan dengan jumlah order yang dimiliki oleh suatu industri, sehingga

dapat memenuhi permintaan konsumen secara tepat waktu. Faktor yang

mempengaruhi kapasitas adalah ketersediaan sumber daya, seperti tenaga kerja

dan kapasitas mesin yang digunakan. Ketersediaan jumlah tenaga kerja dan

jumlah mesin menentukan kemampuan produksi suatu industri untuk

menghasilkan output dalam periode tertentu, seperti hari, bulan ataupun tahun.

Semakin banyak jumlah tenaga kerja dan jumlah mesin, maka semakin banyak

produksi yang dapat dihasilkan, sehingga kapasitas produksi meningkat dan

begitu juga sebaliknya. Disamping itu, ketersediaan waktu jam kerja setiap hari

juga menjadi faktor penting dalam memperhitungkan jumlah produksi yang

mampu dihasilkan, untuk itu diperlukan pengaturan yang sesuai dan tepat antara

order dengan kapasitas produksi. Hal ini terutama berlaku pada industri yang

bersifat “make to order” dimana industri melakukan proses produksi berdasarkan

order yang diterima dari pelanggan, sehingga perlu adanya fleksibilitas dan

pengaturan perencanaan produksi secara matang dengan mempertimbangkan

2

minimalisasi biaya produksi untuk meningkatkan profit. Adapun faktor biaya

yang menjadi pertimbangan antara lain, biaya tenaga kerja dan biaya overhead.

Untuk itu, perlu dilakukan analisis dengan perhitungan dalam perencanaan

produksi secara tepat, sehingga dapat meminimalisasi biaya produksi.

Perhitungan perencanaan kapasitas manajemen yang tepat menjadi salah satu

faktor penting untuk mencapai target produksi sesuai dengan jumlah order,

sehingga tidak terjadi kekosongan produksi yang dapat menyebabkan

pemborosan biaya produksi baik dari segi tenaga kerja ataupun energi. Kapasitas

manajemen memastikan bahwa ada kapasitas yang cukup untuk

memenuhi permintaan. Ketika kapasitas dikategorikan dengan benar, dengan

cepat dapat menjadi salah satu aspek yang paling penting dalam sebuah

perusahaan, banyak perusahaan yang serius dalam mengelola kapasitas produksi

untuk alasan berikut, seperti kapasitas pabrik memperlihatkan dengan jelas biaya

yang dikeluarkan perusahaan, kapasitas pabrik memperlihatkan dengan jelas

total aset perusahaan, dapat mengelola arus kas perusahaan, mengelola kapasitas

pabrik berdampak pada memaksimalkan daya kerja perusahaan, kapasitas pabrik

dan kemampuan kapasitas berdampak pada brand image perusahaan (Yu-Lee,

2002).

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan penelitian pada salah

satu industri manufaktur yang memproduksi sepatu, yaitu PT. XYZ. Perusahaan

PT. XYZ khususnya pada divisi produksi memiliki beberapa departemen, antara

lain Rubber Plant merupakan departemen yang memproduksi outsole sepatu,

CSA (Cutting, Sewing dan Assembly) merupakan proses merakit sepatu / produk

3

jadi, dan sub unit lainnya yang merupakan bagian pendukung dari pembuatan

sepatu.

Berikut ini aktual jam kerja yang ada di departemen Rubber Plant , dimana

rata-rata jam kerja / minggu adalah 40 jam (tabel 1.1).

Tabel 1.1 Jam Kerja Shift

Fakta yang terjadi di PT. XYZ adalah adanya penurunan jumlah order outsole

sepatu yang mengakibatkan terjadinya kekosongan kapasitas khususnya

departemen Rubber Plant , dimana produksi hanya menggunakan kurang lebih

setengah dari kapasitas yang tersedia. Pada gambar bagan 1.1 dapat dilihat

bahwa, akibat terjadinya penurunan order dapat menyebabkan kekosongan

kapasitas yang berdampak pada biaya produksi per pasang meningkat, sehingga

profit menurun bahkan dapat mengalami kerugian bagi produksi.

Gambar 1.1 Bagan Penyebab Kekosongan Capacity

4

Pada tahun 2012 hingga tahun 2014 kecenderungan jumlah order yang

diterima khususnya bagian Rubber Plant mengalami penurunan, dimana Rubber

Plant melakukan kegiatan produksi selama 3 shift per hari memiliki kapasitas

yang cukup besar untuk memenuhi order dari pelanggan. Namun, kenyataannya

Rubber Plant mengalami penurunan order secara signifikan, sehingga untuk

tetap meminimalisasi biaya produksi diperlukan analisis mengenai kapasitas yang

dibutuhkan sesuai dengan order dari pelanggan yang dipengaruhi oleh jam kerja

serta jumlah pekerja. Untuk lebih jelas secara terperinci mengenai penurunan

order yang terjadi akan dibahas pada paragraf selanjutnya.

PT. XYZ mendapat dua sumber produksi outsole baik secara internal

produksi yang dilakukan oleh departemen Rubber Plant maupun secara

eksternal, yaitu outsole yang dibeli dari supplier. Perhitungan parameter

persentase kapasitas berdasarkan dua hal, yaitu kapasitas mesin dan tenaga kerja

yang tersedia. Penurunan produksi outsole secara internal terjadi cukup

signifikan dari tahun 2012 hingga tahun 2014 dimana persentase produksi outsole

dibanding dengan jumlah order sepatu mengalami penurunan sebesar 39.20%.

Hal ini juga dapat dilihat pada tabel 1.2 Kapasitas Order bahwa setiap tahunnya

dari tahun 2012 hingga tahun 2014 terjadi penurunan order yang cukup

signifikan. Pada persentase kapasitas tenaga kerja yang diperoleh tahun 2012

sebesar 85.31% dan mengalami penurunan hingga menjadi 75.97% di tahun

2014. Sedangkan persentase kapasitas mesin yang diperoleh jauh lebih kecil

dibanding kapasitas tenaga kerja, dikarenakan ketersediaan jumlah mesin yang

cukup banyak, sehingga dapat menghasilkan kapasitas yang besar. Kapasitas

5

mesin yang ada juga mengalami penurunan dengan selisih yang jauh dari target,

yaitu dari 68.44% di tahun 2012 menurun menjadi 65.04% di tahun 2014.

Disamping itu, dapat dilihat bahwa jumlah order yang menurun cukup banyak

dari kapasitas yang tersedia, sedangkan target yang diharapkan adalah 95%, baik

kapasitas mesin maupun tenaga kerja. Lebih jelasnya terlihat pada gambar 1.2

Kapasitas Produksi secara mesin dan tenaga kerja dari tahun 2012 hingga tahun

2014 berada dibawah target. Melihat kondisi seperti ini menjadi suatu

permasalahan yang cukup besar dan berdampak terhadap banyak hal, khususnya

pada peningkatan biaya produksi, kekosongan kapasitas, penurunan profit bahkan

kerugian.

Tabel 1.2 Kapasitas Order

Sumber : Data Sekunder Produksi PT. XYZ Departemen Rubber Plant yang diolah

6

Gambar 1.2 Kapasitas Order

Berikut ini merupakan grafik yang menggambarkan jumlah order terhadap

kapasitas tenaga kerja dan mesin dari tahun 2012 hingga tahun 2014. Pada

gambar 1.3 Jumlah Order Terhadap Kapasitas Mesin Tahun 2012 menunjukkan

bahwa tahun 2012 secara kapasitas mesin mengalami penurunan dan berada jauh

dibawah target. Mulai dari gambar 1.3 hingga gambar 1.8 menunjukkan bahwa

hampir semua jumlah aktual order berada dibawah kapasitas yang tersedia,

khususnya selisih cukup besar terjadi pada kapasitas mesin. Karena kapasitas

mesin lebih bersifat tetap dibanding dengan kapasitas berdasarkan jumlah tenaga

kerja yang tersedia, kapasitas mesin yang tersedia di departemen Rubber Plant

adalah kapasitas untuk produksi 3 shift dengan jumlah mesin yang cukup banyak,

yaitu terdapat 384 mesin press outsole. Kapasitas produksi berdasarkan tenaga

kerja mengalami penurunan akibat terjadinya pengurangan tenaga kerja yang ada

di departemen Rubber Plant, hal ini dilakukan perusahaan karena terjadinya

7

penurunan order secara signifikan dalam rentang waktu yang cukup lama.

Pada grafik tersebut juga menggambarkan fluktuasi order terhadap kapasitas

secara per bulan pada setiap tahunnya terhadap kapasitas mesin dan jumlah

tenaga kerja. Kecenderungan yang terjadi, order terendah terjadi pada

pertengahan tahun, khususnya bulan Juli dan Agustus, dikarenakan bulan

tersebut merupakan pergantian musim dan masa liburan. Kapasitas yang ada di

setiap bulannya berbeda-beda, hal ini dipengaruhi dengan jumlah jam kerja yang

tersedia serta ketersediaan tenaga kerja ataupun mesin yang dapat berubah

walaupun tidak terlalu jauh perubahan mesin dan tenaga kerja yang ada.

Gambar 1.3 Jumlah Order Terhadap Kapasitas Mesin Tahun 2012

Pada tabel 1.3 menunjukkan bahwa jumlah order yang ada pada tahun 2012

berada dibawah kapasitas mesin yang tersedia dengan selisih lebih dari 200,000

pasang per bulan dari Januari 2012 hingga Desember 2012.

8

Gambar 1.4 Jumlah Order Terhadap Kapasitas Tenaga kerja Tahun 2012

Sedangkan jika dibandingkan dengan kapasitas tenaga kerja yang terlihat pada

tabel 1.4 menunjukkan bahwa jumlah order yang ada pada tahun 2012 berada

dibawah kapasitas tenaga kerja, walaupun selisihnya tidak sejauh dengan

kapasitas mesin.

Gambar 1.5 Jumlah Order Terhadap Kapasitas Mesin Tahun 2013

9

Pada tabel 1.5 menunjukkan bahwa jumlah order yang ada pada tahun 2013

berada dibawah kapsitas mesin yang tersedia. Hal ini menunjukkan bahwa

penggunaan kapasitas mesin yang tersedia mengalami penurunan, sehingga

mengakibatkan kekosongan kapasitas mesin.

Gambar 1.6 Jumlah Order Terhadap Kapasitas Tenaga kerja Tahun 2013

Pada tabel 1.6 menunjukkan bahwa jumlah order yang ada pada tahun 2013 rata –

rata dibawah dari kapasitas tenaga kerja. Namun, terdapat order yang melebihi

kapasitas tenaga kerja, yaitu pada bulan April 2013, sedangkan pada bulan

Februari, Mei dan Desember hampir sama dengan jumlah order yang ada.

10

Gambar 1.7 Jumlah Order Terhadap Kapasitas Mesin Tahun 2014

Pada tabel 1.7 menunjukkan bahwa jumlah order yang ada pada tahun 2014

berada dibawah kapasitas mesin yang tersedia. Walaupun jumlah kapasitas mesin

pada tahun 2014 sudah lebih berkurang dari tahun sebelumnya, namun order terus

mengalami penurunan, sehingga masih terdapat kekosongan kapasitas mesin.

Gambar 1.8 Jumlah Order Terhadap Kapasitas Tenaga kerja Tahun 2014

11

Pada tabel 1.8 menunjukkan bahwa jumlah order yang ada pada tahun 2014

rata – rata berada dibawah kapasitas tenaga kerja yang tersedia. Walaupun

terdapat kapasitas yang sedikit melebihi atau hampir sama, yaitu 3 bulan terakhir

pada bulan Oktober, November dan Desember 2014. Hal ini dikarenakan pada

periode tersebut, sudah terjadi pengurangan tenaga kerja yang disesuaikan

dengan jumlah order yang diterima oleh PT. XYZ.

Disamping itu, dampak yang terjadi adalah terdapat kelebihan tenaga kerja

yang tidak bekerja akibat penurunan order yang dialami oleh departemen Rubber

Plant dengan rata – rata utilisasi kapasitas mesin dari tahun 2012 hingga tahun

2014 hanya sebesar 66.92% dan kapasitas tenaga kerja sebesar 80.29% dari

target keduanya sebesar 95% untuk utilisasi kapasitas yang tersedia. Penurunan

order secara signifikan terus terjadi dari tahun ke tahun mulai dari tahun 2012

hingga tahun 2014. Pada tahun 2013 terjadi penurunan order terhadap tahun 2012

sebesar 13.92% dengan penurunan sekitar 1.2 juta pasang, yaitu dari jumlah

order sekitar 9 juta pasang menjadi sekitar 7.7 juta pasang. Penurunan ini

berlanjut dan lebih besar lagi terjadi pada tahun 2014 terhadap tahun 2013

sebesar 29.37% sekitar 2.2 juta pasang outsole sepatu, yaitu dari jumlah order

sekitar 7.7 juta pasang sepatu menjadi sekitar 5.4 juta pasang. Berdasarkan data

tersebut, dapat diketahui bahwa terjadi penurunan kapasitas yang berbeda jauh

dengan target yang diharapkan. Jika kondisi ini dibiarkan terus – menerus, maka

akan berdampak pada biaya produksi yang meningkat serta kerugian perusahaan.

Selain itu, perlu dilakukan penanganan khusus dalam pengaturan kelebihan

tenaga kerja yang terjadi, sehingga produksi tetap berjalan secara kondusif dan

12

efektif.

Hal lain yang dapat dilakukan dari bagian produksi, khususnya bagian

perencanaan produksi adalah dengan meninjau kembali pengaturan order yang

diterima. Namun, jika order yang diterima jauh dibawah target ataupun kapasitas

yang tersedia, hal ini tentu menjadi kondisi yang sulit dalam melakukan

pengaturan jalannya produksi yang berakibat adanya kelebihan tenaga kerja

dikarenakan kurangnya order terhadap kapasitas produksi. Untuk itu, perlu

dilakukan analisis lebih lanjut mengenai sistem jam kerja yang tepat sesuai

dengan kapasitas dan jumlah order untuk meminimalisasi biaya produksi serta

meningkatkan profit perusahaan.

Sistem jam kerja merupakan salah satu hal penting yang dapat mempengaruhi

kapasitas dari perusahaan, sehingga dengan melakukan penelitian dan analisis

baik secara kuantitatif maupun kualitatif mengenai hal tersebut, perusahaan dapat

menentukan strategi sistem jam kerja optimal yang berpengaruh terhadap biaya

produksi per unit dan profit perusahaan serta berdampak positif baik dari sisi

pekerja maupun perusahaan. Sistem kerja yang ada saat ini adalah operasional

produksi selama 1 shift (8 jam kerja), 2 shift (7 jam atau 8 jam kerja), dan 3 shift

(7 jam kerja), dimana pengaturan sistem kerja ini disesuaikan dengan kondisi

produksi masing-masing dengan beberapa pertimbangan yang bertujuan

optimalisasi kapasitas serta meminimalisasi biaya produksi. Oleh karena itu,

perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh jam kerja yang

disesuaikan dengan kapasitas serta jumlah order yang diterima melalui

optimalisasi sistem jam kerja untuk meminimalisasi biaya produksi. Maka

13

peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Minimalisasi Biaya Produksi

Dengan Cara Analisa Sistem Kerja Produksi Outsole Sepatu Berdasarkan

Kapasitas dan Jumlah Order pada PT. XYZ”.

1.2 Rumusan Masalah

Pengaturan sistem jam kerja merupakan salah satu faktor penting yang akan

berpengaruh terhadap kapasitas yang tersedia, disamping adanya ketersediaan

kapasitas mesin dan tenaga kerja. Fakta yang terjadi pada PT. XYZ adalah terjadi

penurunan jumlah order yang signifikan dalam kurun waktu tertentu, sehingga

berakibat terhadap kekosongan kapasitas. Berdasarkan dari latar belakang diatas,

perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penyebab terjadinya perubahan sistem jam kerja yang diputuskan oleh

manajemen perusahaan ?

2. Apakah variabel-variabel penelitian (direct labor, indirect labor dan overhead

cost) berpengaruh terhadap profit perusahaan ?

3. Apakah sistem jam kerja aktual saat ini, yaitu 2 shift 6 hari kerja lebih efisien

dalam meminimalisasi biaya dibanding dengan sistem kerja 3 shift ataupun 2

shift 5 hari kerja ?

4. Bagaimana flow sistem dalam mengalokasikan order untuk optimalisasi

kapasitas sesuai dengan sistem jam kerja yang ada ?

14

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian terkait dengan analisis sistem kerja produksi yang

berdampak terhadap biaya produksi, terdapat beberapa tujuan dari penelitian ini

antara lain:

1. Menganalisis penyebab terjadinya perubahan sistem jam kerja yang

diputuskan oleh manajemen perusahaan

2. Mengolah dan menganalisis pengaruh variabel-variabel penelitian (direct

labor, indirect labor dan overhead cost) terhadap profit perusahaan

3. Menganalisis sistem jam kerja aktual saat ini, yaitu 2 shift 6 hari kerja lebih

efisien dalam meminimalisasi biaya dibanding dengan sistem kerja 3 shift

ataupun 2 shift 5 hari kerja

4. Menganalisis dampak optimalisasi sistem jam kerja dari sisi pekerja dan

perusahaan

5. Membuat flow sistem dalam mengalokasikan order untuk optimalisasi

kapasitas sesuai sistem jam kerja yang ada

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi Perusahaan :

Sebagai acuan bagi perusahaan/industri manufaktur lain, khususnya yang

sejenis dalam menentukan kapasitas ideal untuk meminimalisasi biaya

produksi

15

Bagi Peneliti :

Sebagai pengetahuan mengenai strategi menentukan kapasitas

perusahaan/industri dan keterkaitannya terhadap ketersediaan tenaga kerja

serta kapasitas mesin.

1.5 Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini perlu dilakukan pembatasan masalah, agar dalam

pelaksanaan analisis tertuju pada tujuan penelitian. Adapun batasan – batasan

tersebut adalah:

1. Data-data produksi outsole sepatu yang digunakan adalah periode 2012 –

2014 di PT. XYZ pada departemen Rubber Plant

2. Data biaya tunjangan, gaji dan biaya overhead lainnya yang digunakan adalah

sesuai dengan kebijakan PT. XYZ untuk periode yang berlaku

3. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibatasi bagi karyawan PT. XYZ

1.6 Profil Perusahaan

Pada penelitian ini dilakukan dalam suatu perusahaan yang dinamakan PT.

XYZ. PT. XYZ berdiri sejak tahun 1968, terletak di Jl. Moh Toha km 1,

gerendeng, Pasar Baru – Tangerang dengan luas area ± 20 Ha. PT. XYZ

merupakan perusahaan yang memproduksi sepatu dengan dominan brand Adidas

sebagai pelanggan utama. Kapasitas produksi sepatu per bulan yang dimiliki

16

hingga 1,100,000 pasang sepatu dengan jumlah karyawan sebanyak 8,846

pekerja.

Gambar 1.9 Layout PT. XYZ

Adapun misi dari perusahaan PT. XYZ adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan kualitas produk tertinggi untuk mendukung para atlit mencapai

kinerja terbaik

2. Memproduksi 1.2 juta pasang sepatu perbulan atau 12 juta pasang per tahun

pada tahun 2015

17

Sedangkan visi dari perusahaan PT. XYZ, yaitu menjadi perusahaan

manufaktur produksi sepatu terbaik di dunia.

Terdapat 4 jenis kategori sepatu yang diproduksi oleh PT. XYZ, antara lain

football, outdoor, running dan original. Terdapat beberapa departemen produksi

yang mendukung proses pembuatan sepatu, antara lain:

Tabel 1.3 Output dari Departement Produksi

Berikut ini struktur organisasi departemen Rubber Plant pada PT. XYZ :

18

Gambar 1.10 Struktur Organisasi Departemen Rubber Plant

Area yang terkait dengan masalah kapasitas adalah Rubber Plant , yaitu area yang

memproduksi outsole bagian sepatu. Berikut ini flow proses secara general dari

pembuatan outsole :

Gambar 1.11 Bagan Flow Proses General Produksi Outsole

Berikut ini penjabaran alur proses dari pembuatan outsole di Rubber Plant :

19

Gambar 1.12 Flow Proses Produksi Outsole

Berikut ini merupakan proses pada bagian cell hotpress (Cutting – Hotpress

Trimming/Solder), dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 1.13 Flow Proses Hotpress Outsole

20

Di dalam area Rubber Plant terdapat 17 lines hotpress untuk mencetak

rubber/compound menjadi outsole . Secara general area tersebut dibagi menjadi 3

bagian, yaitu compound area, cell hotpress dan bottom preparation untuk area

persiapan pengiriman output ke pelanggan. Area Rubber Plant memiliki sistem

kerja 3 shift dengan kemampuan kapasitas sebanyak 1,007,935 pasang per bulan.

1.7 Sistematika Penulisan

Berikut ini sistematika penulisan yang digunakan oleh peneliti :

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi sub bab yang menjelaskan mengenai latar belakang,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup, profil

perusahaan serta sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Landasan teori berisikan dasar teori yang digunakan dalam penelitian terkait

dengan kapasitas produksi disertakan dengan referensi hasil penelitian yang

sebelumnya telah dilakukan sebagai sumber inspirasi dan pembanding,

sehingga dapat menyempurnakan hasil penelitian yang dilakukan.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi Penelitian berisikan sub bab yang akan dikembangkan dalam

melakukan analisis dan pembahasan pada Bab IV. Metodologi Penelitian

21

terkait dengan metode yang digunakan dalam penelitian serta teknik dalam

mengolah dan menganalisis data.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada Bab IV berisi hasil analisis dan pembahasan dari hasil pengolahan data

menggunakan metode dan teknik pengolahan data yang sudah ditentukan

sebelumnya oleh peneliti pada Bab III berkaitan dengan analisis data dan

pembahasan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti serta saran yang diberikan peneliti untuk perbaikan dan

pengembangan selanjutnya dari penelitian yang telah dilakukan.