BAB I Emprisme

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan didapat dengan berbagai macam cara. Cara-cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut diperoleh melalui berbagai sumber. Ada sebagian ilmuwan yang memperoleh pengetahuan hanya berdasarkan akal yang disebut dengan rasionalisme. Berdasarkan kepercayaan ini, segala sesuatu yang didapat melalui akal (rasional) dapat dijadikan suatu pengetahuan dan segala sesuatu para ilmuwan yang meyakini aliran ini tidak menerima apapun yang tidak berdasarkan akal. Ada juga sebagian ilmuwan yang meyakini bahwa setiap pengetahuan hanya bersumber dari pengalaman bukan dari akal yang disebut dengan empirisme. Selain itu, ada juga paham yang menganut keduanya yaitu pengetahuan bersumber dari akal dan pengetahuan. Dalam makalah ini, kelompok kami akan membahas tentang paham yang meyakini bahwa pengetahuan hanya bersumber dari pengalaman. Paham tersebut mempunyai doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman, pandangan bahwa semua ide merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami, pengalaman inderawi

Transcript of BAB I Emprisme

Page 1: BAB I Emprisme

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan didapat dengan berbagai macam cara. Cara-cara

untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut diperoleh melalui berbagai

sumber. Ada sebagian ilmuwan yang memperoleh pengetahuan hanya

berdasarkan akal yang disebut dengan rasionalisme. Berdasarkan kepercayaan

ini, segala sesuatu yang didapat melalui akal (rasional) dapat dijadikan suatu

pengetahuan dan segala sesuatu para ilmuwan yang meyakini aliran ini tidak

menerima apapun yang tidak berdasarkan akal. Ada juga sebagian ilmuwan

yang meyakini bahwa setiap pengetahuan hanya bersumber dari pengalaman

bukan dari akal yang disebut dengan empirisme. Selain itu, ada juga paham

yang menganut keduanya yaitu pengetahuan bersumber dari akal dan

pengetahuan.

Dalam makalah ini, kelompok kami akan membahas tentang paham

yang meyakini bahwa pengetahuan hanya bersumber dari pengalaman. Paham

tersebut mempunyai doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari

dalam pengalaman, pandangan bahwa semua ide merupakan abstraksi yang

dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami, pengalaman inderawi

adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal. Para ilmuwan yang

meyakini paham tersebut berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran

yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau

bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan

hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan

pengalaman manusia.

Berdasarkan informasi tentang adanya paham tersebut, kami akan

menjelaskan secara rinci mengenai paham yang beranggapan bahwa

pengetahuan bersumber pada pengalaman tersebut.

Page 2: BAB I Emprisme

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka beberapa yang menjadi

masalah bagi penulis, yaitu :

1. Apa pengertian empirisme?

2. Apa saja jenis-jenis empirisme?

3. Ajaran-ajaran apa saja yang terdapat dalam paham empirisme?

4. Siapa saja tokoh-tokoh empirisme serta bagaimana pemikiran

mereka terhadap paham tersebut?

5. Bagaimana hubungan antara empirisme dengan matematika?

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan serta manfaat yang diharapkan, yaitu :

1. Mengetahui lebih jelas tentang pengertian empirisme menurut para

ahli;

2. Mengetahui jenis-jenis empirisme;

3. Mengetahui ajaran-ajaran yang ada dalam empirisme;

4. Mengetahui tokoh-tokoh yang menganut paham empirisme serta

pemikiran mereka terhadap paham tersebut;

5. Mengetahui hubungan empirisme dengan matematika.

Page 3: BAB I Emprisme

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Empirisme

Empirisme secara etimologis menurut Bagus (2002) berasal dari kata

bahasa Inggris empiricism dan experience. Kata-kata ini berakar dari kata

bahasa Yunani έμπειρία (empeiria) dan dari kata experietia yang berarti

“berpengalaman dalam”,“berkenalan dengan”, “terampil untuk”. Sementara

menurut Lacey (2000) berdasarkan akar katanya Empirisme adalah aliran

dalam filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau

parsial didasarkan kepada pengalaman yang menggunakan indera.

Selanjutnya secara terminologis terdapat beberapa definisi mengenai

empirisme, di antaranya: doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus

dicari dalam pengalaman, pandangan bahwa semua ide merupakan abstraksi

yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami, pengalaman

inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal

B. Jenis-jenis Empirisme

Menurut anonim (Yayat, 2011), empirisme terbagi menjadi 3 jenis,

yaitu sebagai berikut:

1. Empirio-Kritisisme

Disebut juga Machisme. sebuah aliran filsafat yang bersifat

subyektif-idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti

aliran ini adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman dari

konsep substansi, keniscayaan, kausalitas, dan sebagainya, sebagai

pengertian apriori. Sebagai gantinya aliran ini mengajukan konsep dunia

sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen netral atau sensasi-sensasi

(pencerapan-pencerapan). Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan

kembali ide Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-sembunyi, karena

dituntut oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.

Page 4: BAB I Emprisme

2. Empirisme Logis

Analisis logis Modern dapat diterapkan pada pemecahan-

pemecahan problem filosofis dan ilmiah. Empirisme Logis berpegang

pada pandangan-pandangan sebagai berikut:

a. Ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan

prinsip kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu

pada pengalaman.

b. Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan (direduksikan) pada

proposisi-proposisi mengenai data inderawi yang kurang lebih

merupakan data indera yang ada seketika.

c. Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam

pada dasarnya tidak mengandung makna.

3. Empiris Radikal

Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat

dilacak sampai pada pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak

secara demikian itu, dianggap bukan pengetahuan. Soal kemungkinan

melawan kepastian atau masalah kekeliruan melawan kebenaran telah

menimbulkan banyak pertentangan dalam filsafat.

Ada pihak yang belum dapat menerima pernyataan bahwa

penyelidikan empiris hanya dapa memberikan kepada kita suatu

pengetahuan yang belum pasti (Probable). Mereka mengatakan bahwa

pernyataan- pernyataan empiris, dapat diterima sebagai pasti jika tidak ada

kemungkinan untuk mengujinya lebih lanjut dan dengan begitu tak ada

dasar untuk keraguan. Dalam situasi semacam ini, kita tidak hanya

berkata: Aku merasa yakin (I feel certain), tetapi aku yakin. Kelompok

falibisme akan menjawab bahwa: tak ada pernyataan empiris yang pasti

karena terdapat sejumlah tak terbatas data inderawi untuk setiap benda,

dan bukti-bukti tidak dapat ditimba sampai habis sama sekali.

Page 5: BAB I Emprisme

C. Ajaran-ajaran dalam Empirisme

Dalam empirisme terdapat beberapa ajaran, diantaranya yaitu:

1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang

dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.

Setiap kita mengalami apapun yang terjadi dalam kehidupan kita,

lalu kita kumpulkan setiap yang kita alami tersebut sehingga dapat

membentuk suatu ide atau gagasan sesuai dengan yang kita alami tersebut.

2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan

akal atau rasio.

Kaum empiris memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan

manusia dapat diperoleh lewat pengalaman. Jika kita sedang berusaha

untuk meyakinkan seorang empiris bahwa sesuatu itu ada, dia akan

berkata “tunjukkan hal itu kepada saya”. Dalam persoalan mengenai

fakta maka dia harus diyakinkan oleh pengalamannya sendiri. Tokoh

yang dianggap sebagai benih dari empisisme adalah Aristoteles,

seperti juga pada rasionalisme, maka pada empirisme pun terdapat

banyak tokoh pendukungnya yang tidak kalah populernya. Tokoh-

tokoh dimaksud di antarnya adalah David Hume, John Locke dan Bishop

Berkley.

Empirisme memandang Matematika bersumber dari pengalaman

inderawi dan bukan penalaran murni. Matematika bersumber dari

pengalaman dalam kehidupan. Empirisme menolak anggapan bahwa

manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika

dilahirkan. Namun manusia mendapatkan pengetahuan dari pengalaman

hidupnya sendiri.

3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.

Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran

yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau

bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan

hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan

pengalaman manusia.

Page 6: BAB I Emprisme

Menurut Hume, ilmu pengetahuan tidak pernah mampu

memberi pengetahuan yang niscaya tentang dunia ini. Kebenaran yang

bersifat a priori seperti ditemukan dalam matematika, logika dan

geometri memang ada, namun menurut Hume, itu tidak menambah

pengetahuan kita tentang dunia. Pengetahuan kita hanya bisa

bertambah lewat pengamatan empiris atau secara a posteriori.

Perbedaan antara rasionalisme dengan empiris secara umum adalah

kalau pada aliran rasionalisme pengetahuan itu berupa a priori, bersumber

dari penalaran dan pembuktian-pembuktian pada logika dan

matematika melalui deduksi, sedangkan pada aliran empirisme

pengetahuan bersumber pada pengalaman , terutama pada pengetahuan

dalam pembuktian-pembuktiannya melalui eksperimentasi, observasi,

dan induksi.

4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak

langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional

logika dan matematika).

Menurut Hume (1999) di dalam aliran empiris terdapat tiga prinsip

pertautan ide. Pertama, prinsip kemiripan yaitu mencari kemiripan

antara apa yang ada di benak kita dengan kenyataan di luar. Kedua,

prinsip kedekatan, misalnya apabila kita memikirkan sebuah rumah,

maka berdasarkan prinsip kedekatan kita juga berpikir tentang adanya

jendeka, pintu, atap, perabot sesuai dengan gambaran rumah yang kita

dapatkan lewat pengalaman inderwi sebelumnya. Ketiga, prinsip

sebab- akibat yaitu jika kita memikirkan luka, kita pasti memikirkan

rasa sakit akibatnya.

Pengetahuan yang turun secara langsung adalah pengetahuan yang

dapat disimpulkan secara langsung dari suatu pengalaman yang ada,

sedangkan pengetahuan yang didapat secara tidak langsung adalah

pengetahuan didapat dari suatu pengalaman namun harus tetap diolah

terlebih dahulu oleh akal kita sehingga menjadi suatu pengetahuan yang

baru tetapi sumber awalnya tetap dari pengalaman.

Page 7: BAB I Emprisme

5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang

realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca

indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang

di peroleh dari pengalaman.

Dengan ungkapan singkat Locke : Segala sesuatu berasal dari

pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas

yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi. Dengan

demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal

budi) dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari empiri).

6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman

sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

Hume menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan pengalaman

tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression). Pemikiran ini lebih

maju selangkah dalam merumuskan bagaimana sesuatu pengetahuan

terangkai dari pengalaman, yaitu melalui suatu institusi dalam diri manusia

(impression, atau kesan yang disistematiskan ) dan kemudian menjadi

pengetahuan.

D. Tokoh-Tokoh Empirisme

1. John Locke (1632-1704)

John Locke adalah seorang filsuf

dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh

utama dari aliran empirisme dalam filsafat.

John Locke dilahirkan di Wrington Somerst

pada tanggal 29 Agustus 1632. Ayahnya

adalah seorang pengacara yang berperang

di parlemen pada waktu perang sipil. Tidak

hanya piawai pada ilmu filsafat, John

Locke juga mahir dalam bidang ilmu

kedokteran. Selama hidupnya Locke pernah mengenyam pendidikan di

Page 8: BAB I Emprisme

Oxford University untuk mempelajari agama dan mendapat gelar B.A. dan

M.A. disana. Seumur hidupnya, Locke tidak pernah menikah. Selama tiga

belas tahun terakhir, Locke tinggal di Oates dan meninggal di sana pada

tanggal 28 Oktober 1704.

Karya-karya yang pernah dibuat John Locke, antara lain:

1. A letter Concerning Toleration (Karangan-karangan tentang toleransi)

pada tahun 1689.

2. An Essay Concerning Human Understanding ( Karangan tentang saling

pengertian manusia) pada tahun 1690.

3. Two Treatises of Government (Dua persepakatan tentang pemerintahan)

pada tahun 1690.

John Locke mengemukakan teori Tabula rasa yang secara bahasa

berarti meja lilin atau kertas putih. Maksud dari teori ini ialah bahwa manusia

itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengetahuannya mengisi 

jiwa yang kosong itu, sehingga ia  memiliki pengetahuan. Mula-mula

tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama kelamaan ruwet, lalu

tersusunlah pengetahuan berarti.

Teori Pengetahuan John Locke

Implikasi Teori Tabularasa John Locke Terhadap konsep Innate

Idea

(Empirisme John Locke (1632-1704), 2012) Teori Tabularasa tidak

setuju dengan paham yang berpendapat bahwa seseorang dilahirkan

dengan darah seniman, darah pengusaha, darah pekerja atau lainnya, dan

menggambarkan bahwa manusia sudah ditakdirkan untuk menjalani suatu

profesi tertentu sejak lahir. Menurut teori tabula rasa, alasan mengapa anak

seorang pengusaha cenderung menjadi pengusaha juga dan anak seorang

buruh cenderung menjadi buruh merupakan akibat dari pendidikan di

lingkungan yang setiap hari dialami anak tersebut. Anak seorang

pengusaha yang setiap hari berinteraksi dengan orang tuanya yang juga

seorang pengusaha, setiap hari mendengar perkataan orang tuanya

Page 9: BAB I Emprisme

mengenai usahanya,maka dia akan belajar memahami konsep yang

dipahami orang tuanya mengenai harta, cara memperolehnya, dan bisa jadi

mempunyai perilaku yang mirip dengan orang tuanya.

Hubungan Antara Subjek dan Objek

Menurut Locke (Empirisme John Locke (1632-1704), 2012),

ketika melihat suatu obyek, maka kita akan menangkap beberapa kualitas

dari obyek tersebut. Locke menggolongkan kualitas tersebut kedalam dua

kategori, yaitu pertama adalah kualitas primer, yakni kualitas yang

dimiliki obyek itu sendiri, termasuk ukurannya, beratnya, dan massanya.

Kualitas primer ini akan tetap siapapun yang mengukurnya. Kedua adalah

kualitas sekunder, yakni kualitas yang dimiliki obyek yang sangat

tergantung pada cara peneliti melihat objek tersebut sehingga dapat terus

berubah sesuai dengan kondisi, termasuk bau, warna dan suara. Kualitas

ini sangat tergantung dari pekanya indera kita. Sehingga, ilmu

pengetahuan lebih memfokuskan analisanya pada kualitas primer karena

kualitas primer lebih terukur dan lebih obyektif daripada kualitas

sekunder.

Ragam Pengalaman Manusia

Locke (Empirisme John Locke (1632-1704), 2012) menyatakan

ada dua jenis pengalaman manusia, yaitu pengalaman lahiriah (sense atau

eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau

reflection). Pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang menangkap

aktivitas indrawi atau segala aktivitas yang berhubungan dengan panca

indra manusia. Sedangkan pengalaman batiniah terjadi ketika manusia

memiliki kesadaran terhadap aktivitasnya sendiri, yaitu dengan cara

'mengingat', 'menghendaki', 'meyakini', dan sebagainya. Kedua bentuk

pengalaman manusia ini yang nantinya akan membentuk pengetahuan

melalui proses selanjutnya

Proses Manusia Mendapatkan Pengetahuan

(Empirisme John Locke (1632-1704), 2012) Dari perpaduan dua

bentuk pengalaman manusia, yaitu pengalaman lahiriah dan batiniah,

Page 10: BAB I Emprisme

diperoleh apa yang Locke sebut 'pandangan-pandangan sederhana' (simple

ideas) yang berfungsi sebagai data-data empiris. Di dalam proses

terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, pikiran manusia

bersifat pasif atau belum berfungsi. Setelah pandangan-pandangan

sederhana ini tersedia, baru pikiran bekerja membentuk 'pandangan-

pandangan kompleks' (complex ideas). Pikiran bekerja membentuk

pandangan kompleks dengan cara membandingkan, mengabstraksi, dan

menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut.

2. David Hume

David hume lahir di Edinburg, Skotlandia pada tahun 1711 dan

meninggal pada tahun 1776 di kota yang sama dengan kelahirannya. Ayahnya,

yang tidak diketahui siapa namanya, meninggal sejak Hume masih bayi dan

hanya meninggalkan sebuah perkebunan kecil bagi Hume dan keluarga. Hume

tumbuh berkembang menjadi seorang murid yang sukses, dan memiliki

perhatian yang tinggi terhadap sastra dan filsafat. Ia cenderung untuk

mengejar karir penelitian ilmiah dan menulis, tetapi pernah sesaat terlepas dari

jalan ini oleh keluarganya yang mengajarkan bahwa ia cocok untuk profesi di

bidang hukum dan membujuknya untuk belajar hukum. Akhirnya untuk

memenuhi keinginan keluarga, Hume pun belahar hokum. Namun, usahanya

dibidang hokum ini tidak berhasil dan hanya berumur singkat.

Teori empirisme David Hume

a. Tentang Pengalaman dan Kausalitas (Sebab-Akibat)

Teori Hume tentang pengalaman dimulai dengan ide bahwa semua

isi pengalaman sadar kita dapat dipecah menjadi dua kategori yakni kesan

dan ide. Hume mengatakan bahwa istilah kesan (impression) menunjuk

kepada semua persepsi kita yang lebih hidup ketika mendengar, melihat,

merasa, mencinta, membenci, menginginkan atau menghendaki. Kesan

berbeda dari ide, bukan di dalam isi tetapi di dalam kekuatan dan

semangat, yang dengannya keduanya menyentuh kita. Di sisi lain, ide

Page 11: BAB I Emprisme

adalah gambar yang didasarkan pada memori kesan atau pikiran tentang

kesan, yang terakhir ini sering melibatkan kemampuan imajinasi kita

yang memberi produk ide, yang mungkin kita memiliki kaitan langsung

di dalam wilayah kesan. Meskipun demikian, semua ide dasarnya berasal

dari kesan.

Selanjutnya, Hume sangat tertarik pada relasi sebab dan akibat

karena semua pertimbangan yang berkenaan dengan masalah fakta

tampak didasarkan pada relasi sebab dan akibat. Dengan sarana relasi itu,

kita dapat melampaui bukti dari memori dan indera kita. Hume

menegaskan bahwa ketika kita berpikir tentang relasi sebab dan akibat

antara dua hal atau lebih, maka biasanya kita memaksudkannya dengan

arti bahwa yang satu, secara langsung atau tidak langsung bersebelahan

dengan yang lain, dan bahwa yang satu, yang kita beri tanda sebagai

sebab adalah dalam beberapa hal, secara temporer mendahului yang lain.

Bagaimanapun, kondisi-kondisi ini tampak tidak mencukupi bagi

munculnya sebuah relasi sebab dan akibat. Karena dapat dipahami bahwa

X dapat bersebelahan dengan dan secara temporer sebelum Y tanpa

menjadi sebab dari Y, maka diperlukan sesuatu yang lebih. Hume

beranggapan bahwa kita menambahkan sebuah ide jika ada hubungan

tetap (necessary connection) antara X dan Y di dalam situasi di mana X

dikatakan sebab dari Y. Tanpa tambahan ide bahwa setiap peristiwa atau

hal pasti memiliki suatu sebab yang menghasilkannya secara pasti, maka

pemahaman biasa tentang relasi sebab dan akibat tidak akan muncul.

Dengan demikian, jika suatu gejala tertentu disusul oleh gejala lain,

dengan sendirinya kita cenderung kepada pikiran bahwa gejala yang satu

disebabkan oleh gejala yang sebelumnya. Misalnya batu yang disinari

matahari selalu panas. Kita menyimpulkan batu menjadi panas karena

disinari matahari. Tetapi kesimpulan ini tidak berdasarkan pengalaman.

Pengalaman hanya memberikan urutan gejala-gejala, tetapi tidak

memperlihatkan urutan sebab-akibat.

Page 12: BAB I Emprisme

b. Tentang Eksistensi Tuhan

Hume mengkritik keras ketiga bukti keberadaan Tuhan yang

disampaikan Descartes. Dua bukti pertama Descartes mengenai

keberadaan Tuhan adalah bukti sebab-akibat. Keduanya membuktikan

bahwa Tuhan ada sebagai satu-satunya sebab munculnya gagasanku

mengenai Dia dan munculnya gagasan mengenai keberadaanku sebagai

benda yang berpikir. Namun kita tidak mempunyai kesan indera

mengenai Tuhan sebagai suatu sebab, kita juga tidak mempunyai kesan

apapun mengenai benda berpikir sebagai akibat. Apalagi, pada kedua

bukti sebab-akibat mengenai keberadaan Tuhan ini, Descartes

mendasarkan diri pada kejelasan dan kejernihan pemikiran bahwa sebab

harus sama nyatanya dengan akibatnya. Bagi Descartes gagasan ini

sangat jelas sehingga tidak ada pikiran rasional apapun yang bisa

meragukannya, namun bagi Hume gagasan ini sangatlah tidak berarti.

Gagasan tersebut tidak memunculkan baik landasan rasional maupun

empiris untuk kausalitas. Adapun bukti ketiga mengenai keberadaan

Tuhan, yang dimunculkan pada buku “Meditation Descartes”

menggunakan bukti ontologis yang dikemukakan Saint Anselm di abad

XI. Bukti itu mengemukakan ide bawaan mengenai Tuhan yang memiliki

segala kesempurnaan, dan oleh karena itu pasti memiliki kesempunaan

pada wujud-Nya. Bukti ini sampai pula pada kesimpulan bahwa Tuhan

itu memang ada. Hume meruntuhkan bukti ini dengan pertama-tama

mengingatkan kita bahwa filsuf empirisme seperti John Locke telah

menunjukan tidak ada yang namanya ide bawaan, kita hanya memiliki

gagasan yang muncul dari pengalaman kesan. Bukti ontologis Saint

Anselm mengenai keberadaan Tuhan menyatakan bahwa ide ketuhanan

itu dengan sendirinya terbukti dalam akal pikiran: Tuhan mempunyai

segala kesempurnaan, Dia Maha Tahu, Maha Kuasa, dan Maha Baik.

Oleh karena itu, Dia tak mungkin kurang sempurna dalam keberadaan-

Nya. Hume menjawabnya dengan uji empiris atas gagasan: jika tidak ada

Page 13: BAB I Emprisme

kesan dalam pengalaman, gagasan itu tidaklah bermakna, tak berarti.

Namun kita tidak bisa mempunyai kesan indera atas zat supranatural,

dengan demikian ide ketuhanan tidak lulus dalam uji empiris.

3. George Berkeley

George Berkeley adalah seorang filsuf Irlandia yang juga menjabat

sebagai uskup di Gereja Anglikan. Bersama John Locke dan David Hume, ia

tergolong sebagai filsuf empiris Inggris yang terkenal. Ia dilahirkan pada

tahun 1685 dan meninggal pada tahun 1753. Berkeley mengembangkan suatu

pandangan tentang pengenalan visual tentang jarak dan ruang. Selain itu, ia

juga mengembangkan sistem metafisik yang serupa dengan idealisme untuk

melawan pandangan skeptisisme.

Inti pandangan filsafat Berkeley adalah tentang pengenalan. Menurut

Berkeley, pengamatan terjadi bukan karena hubungan antara subyek yang

mengamati dan obyek yang diamati. Pengamatan justru terjadi karena

hubungan pengamatan antara pengamatan indra yang satu dengan pengamatan

indra yang lain. Misalnya, jika seseorang mengamati meja, hal itu

dimungkinkan karena ada hubungan antara indra pelihat dan indra peraba.

Indra penglihatan hanya mampu menunjukkan ada warna meja, sedangkan

bentuk meja didapat dari indra peraba. Kedua indra tersebut juga tidak

menunjukkan jarak antara meja dengan orang itu, sebab yang memungkinkan

pengenalan jarak adalah indra lain dan juga pengalaman. Dengan demikian,

Berkeley mengatakan bahwa pengenalan hanya mungkin terjadap sesuatu

yang kongkret.

4. Thomas Hobbes

Page 14: BAB I Emprisme

E. Hubungan Empirisme dan Matematika

Filsafat matematika lahir di Yunani Kuno yang ditemukan dan

dikembangkan oleh para filsuf seperti Socrates, Plato, Aristoteles dan juga

oleh beberapa filsuf pra-Socrates, masalah filsafat matematika ini masih

menjadi kajian filsuf-filsuf masa kini.

Terkait hubungannya dengan matematika, empirisme seringkali

disandingkan dengan rasionalisme. Hal ini disebabkan karena pembuktian-

pembuktian suatu teorema dalam matematika, kita seringkali menggunakan

akal (rasio) dan pengalaman indera (empirisis) untuk merangsang ingatan dan

membawa kesadaran terhadap pengetahuan yang selama itu sudah ada dalam

pikiran.

Salah satu tokoh matematika yang menggunakan empirisme dan

rasionalisme dalam matematika adalah Thales. Ketika mempelajari

Matematika mesir dan mengagumi piramida, ia kemudian menghitung tinggi

piramida dengan bantuan bayangannya. Thales mengambil sebuah tongkat,

misalnya PQ, ia membuat lingkaran pusat P jari-jari sama dengan PQ. Pada

saat itu Thales melakukannya di pagi hari yang cerah, sehingga bayangan Q

jatuh tepat pada tepi lingkaran atau bayangan PQ=PR, pada saat itu pula

bayangan T jatuh di titik S, sehingga KS dapat diukur. Berarti MS=TM=t

tinggi piramida. Sebut MK = AB = a (setengah alas piramida) dapat diukur.

KS = b dapat diukur. Jadi t = a + b. demikian metoda bayangan dari Thales.

Thales adalah orang pertama yang namanya dikaitkan dengan suatu

penemuan, yakni dalil Thales. Dalil Thales tersebut adalah garis-garis sejajar

akan memotong dua garis atas perbandingan-perbandingan seharga, misalnya

AP : PB = DQ : QC.

Dalil ini masih dipelajari di SMP atau di SMA sekarang ini, selain itu

juga Thales orang pertama yang menemukan sifat-sifat geometri seperti

berikut ini:

1. Diameter membagi dua sama besar suatu lingkaran

2. Sudut alas suatu segitiga sama kaki, sama besar

Page 15: BAB I Emprisme

3. Sudut siku yang dibentuk dua garis berpotongan tegaklurus sama besar

4. Dua segitiga kongruen jika dua sudut dan satu kaki yang bersesuaian dari

sudut itu, sama besar

Walaupun teori ini sederhana menurut kita sekarang, tetapi Thales

orang pertama yang menyusun teori ini bukan hanya berdasarkan pengalaman

(empiris) tetapi juga berdasarkan pemikiran yang logis (rasio).

Perkembangan cabang-cabang matematika mulai zaman sebelum

Masehi sampai sekarang seperti aritmetika, geometri kalkulus, aljabar,

statistik dan analisis beserta pembuktian-pembuktian yang telah ditemukan

oleh para ahli matematika dapat kita pelajari sampai sekarang. Apabila kita

mengkaji baik teori maupun bukti-bukti dari teorema-teorema cabang-cabang

matematika tersebut maka ini tidak terlepas dari penemuan-penemuan para

akhli matematika dan filsafat matematika beserta paham yang dianutnya

dalam hal ini adalah paham rasionalisme dan empirisisme.

Page 16: BAB I Emprisme

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Empirisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa

pengetahuan secara keseluruhan atau parsial didasarkan kepada

pengalaman yang menggunakan indera.

2. Menurut anonim (Yayat, 2011), empirisme terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:

empirio-kritisisme, empirisme logis dan empirisme radikal.

3. Dalam paham empirisme terdapat beberapa ajaran, yaitu:

Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang

dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.

Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan

bukan akal atau rasio.

Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.

Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara

tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran

definisional logika dan matematika).

Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang

realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca

indera kita.

Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman

sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

4. Terdapat beberapa tokoh yang menganut paham empirisme, diantaranya

yaitu: John Locke, David Hume, George Berkeley dan Thomas Hobbes

5. Terkait hubungannya dengan matematika, empirisme seringkali

disandingkan dengan rasionalisme. Hal ini disebabkan karena pembuktian-

pembuktian suatu teorema dalam matematika, kita seringkali

menggunakan akal (rasio) dan pengalaman indera (empirisis).

Page 17: BAB I Emprisme

B. Saran

Page 18: BAB I Emprisme

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). Empirisme John Locke (1632-1704)[online]. Tersedia: http://atullaina.blogspot.com/2012/04/empirisme-john-locke-1632 1704.html#fji1336196177077 [6 mei 2012].

Usdiyana, Dian. Pengertian Rasionalisme dan Empirisme.[Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196009011987032-DIAN_USDIYANA/Tugas_Akhir.pdf. [5 Mei 2012]

Yayat, Supriatna. (2011). Makalah Empirisme. [Online]. Tersedia:

http://yayat56.blogspot.com/2011/05/makalah-empirisme.html.

[5 Mei 2012]