BAB I ekop
-
Upload
muhammad-syarifuddin-darmawan -
Category
Documents
-
view
255 -
download
13
Transcript of BAB I ekop
BAB I
PERINTISAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI-ORGANISASI KOPERASI
“MODERN”
1.1 Lembaga-lembaga koperasi ‘Historis’ dan bentuk-bentuk kerjasama tradisional
Dalam ilmu koperasi, ‘Koperasi Historis’ adalah lembaga yang tumbuh atas dasar
solidaritas dan kerjasama antarindividu, yang pernah berkembang sejak awalsejarah manusia
sampai pada awal ‘Revolusi Industri’, di Eropa pada akhir abad ke 18 dan selama abad ke 19
karena itu, lembaga-lembaga ini seringkali disebut juga sebagai ‘koperai-koperasi Pra-
industri.
Jika analisis-amnalis mengenai sejarah Eropa serinmgkali menggunakan istilah koperasi
‘Historis’ atau koperasi ‘Pra Industri’, maka untuk fenomena serupa, yang terdapat di
Negara-negara berkembang seringkali disebut sebagai bentuk-bentuk ‘kerjasama tradisional ‘
atau sebagai lembaga-lembaga koperasi asli.
Perlu diketahui bahwa pendekatan-pendekatan sosiologis dan social politis
mendefinisikan system-sistem social, komunitas dan kelompok masyarakat sebagai
‘organisasi dengan yang menyerupai koperasi’. Hal yang sama terdapat juga, di Negara-
negara berkembang, dimana system kesukuan,bentuk keluarga besar, komunitas setempat
dan terutama berbagai bentuk usaha, organisasi menolong dan kerjasama tradisional, juga
menjadi pokok-pokok pembahasan analisis-analisis ilmiah. Sebagai contoh adalah gotong
royong di kalangan masyarakat Indonesia.
1.2 Pengembangan dan penyebaran Organisasi Koperasi Modern
1.2.1 Masalah-masalah social selama tahap-tahap awal industrialisasi di Eropa
Koperasi-koperasi modern didirikan di Eropa pada akhir abad yang lalu, pertama-tama
sebagai jawaban atas masalah-masalah social yang timbul selama tahap awal ‘Revolusi
Industri’. Namun, selama tahap-tahap awal perubahan social ekomnomi dan pertumbuhan
ekonomi yang cepat itu, timbul masalah-masalah social yang dikenal dengan sebutan Soziale
Fragen yang merupakan timbulnya berbagai kritik terhadap Kapitalisme Awal.
1.2.2 Berbagai prapaksa dan konsepsi-Makro mengenai perkembangan koperas-koperasi
modern
Pengembangan dan penyebaran organisasi-organisasi koperasi modern, yang berusaha
secara berhasil, telah merupakan suatu proses perdebatan ideologis dan konsepsional
dalam mendirikan berbagai bentuk organisasi koperasi. Konsepsi-konsepsi pertama,
terutama, dihasilkan dan disebar luaskan oleh wakil-wakil dari aliran yang disebut
‘Sosialisme Utopia’misalnya Robert Owen.
1.2.3 Pelopor-pelopor koperasi sebagai promoter utama organisasi swadaya koperasi dan
berbagai konsepsi mikro yang menunjang keberhasilan perkembangannya
Pada pertengahana abad yang lalu, para pelopor koperasi berhasil mengembangkan
berbagai konsepsi mengenai struktur organisasi koperasi yang nyata, yang cukup sesuai,
dengan kebutuhan tertentu, dengan kemungkinan pengembangan kegiatan tertentu, dan
dengan lingkungan ekonomis dan social budaya para pekerja, para pengrajin dan para
petani kecil di Negara-negara Eropa. Konsepsi yang dikembangkan oleh para pelopor
dari Rochdale, oleh H. SCHULZE-DELITISCH dan oleh F.W. RAIFFEISEN.
1.2.3.1 Pelopor-pelopor koperasi dari Rochdale
Para pelopor dari Rochdale itu tidak memiliki pendidikan dan pengalaman yang cukup
untuk mendirikan dan mengelola usaha-usaha perdagangan, maka kegiatan-kegiatan
pertokoan itu merupakan sesuatu yang baru bagi mereka. Mereka harus banyak
memikirkan dan menyusun rencana secara terinci. Sesuai dengan itu mereka membuat
aturannya sendiri, yang berlaku bagi usaha pertokoan itu. Aturan-aturan yang diterapkan
itu, kemudian menjadi prinsip-prinsip koperasi. Pada mulanya prinsip itu hanya semata-
mata merupakan aturan-aturan perusahaan yang dirancang dan dirumuskan oleh para
pekerja itu sendiri untuk melaksanakan usaha pertokoannya. Para pelopor Rochdale itu
memperbincangkan aturan-aturan itu secara mendalam dan mengetahui dampaknya.
Prinsip-prinsip Rochdale tersebut adalah :
1. Keanggotaan yang bersifat terbuka
2. Pengawasan secara demokratis (satu anggota, satu suara)
3. Bunga yanmg terbatas atas modal anggota
4. Pengembalian sisa hasil usaha sesuai dengan jasanaya pada koperasi.
5. Barang-barang hanya dijual dengan harga pasar yang berlaku dan hanay secara tunai.
6. Tidak ada perbedaan berdasarkan ras, suku bangsa, agama, dan aliran politik
7. Barang-barang ang dijual harus merupakan barang-barang yang asli, tidak rusak atau
palsu
8. Pendidikan terhadap anggota secara berkesimnambungan.
Namun prinsip-prinsip tersebut harus disesuaikan, diubah, atau sebagian tidak dapat
diterapkan, misalnya pada system dimana :
1. Koperasi-koperasi konsumsi/konsumen itu harus bertahan dalam persaingan
pasar, yang terjadi dalam kehidupan ekonomi Negara-negara industry yang telah
maju.
2. Jenis/tipe koperasi yang lain, misalnya, koperasi-koperasi kresit, harus diciptakan.
3. Koperasi didirikan dalam kondisi ekonomi dan social-budaya yang sangat
berbeda dengan keadaan di Inggiris pada pertengahan abad ke-19.
1.2.3.2 SCHULZE-DELITZSCH
HERMANN SCHULZE-DELITZSCH (1808-1883), Adalah orang pertama di
Jerman yang berhasil mengembangkan sebuah konsepsi bagi perintisan dan
pengembangan secara bertahap koperasi kredit pertokoan, demikian pula koperasi-
koperasi pengadaan sarana produksi di kalangan para pengrajin, kemudian diterapkan di
kalangan oelh para pedagang kecil dan kelompok-kelompok mata pencaran yang lain.
SCHULZE-DELITZSCH sebagai orang yang memiliki pandangan liberal dalam
bidang ekonomi nasional dan masyarakat menekankan agar prinsip menolong diri sendiri,
swadaya, prinsip mengurus/ mengelola sendiri, dan mengawasi diri sendiri, yang
dilakukan oleh para anggota, merupakan sendi-sendi dasar organisasi-organisasi koperasi.
Diantara semua jenis koperasi yang dirintis dan ditunjang oleh SCHULZE-
DELITZSCH, koperasi-koperasi kredit perkotaan dan koperasi-koperasi pengadaan di
kalangan para pengrajin dan para pedagang yang sangat berkembang.
1.2.3.3 RAIFFEISEN
RAIFFEISEN memulai, pertama-tama, memprakarsai pembentukan koperasi-
koperasi kredit, yang sebagaimana juga dianjurkan SCHULZE-DELITZSCH berdasarkan
solidaritas dan tanggungan tidak terbatas, yang dipikul oleh para anggota perkumpulan
koperasi itu, dan dituntun berdasarkan prinsip menolong diri sendiri,
mengurus/mengelola sendiri dan mengawasi diri sendiri.
Konsepsi yang dikembangkan oleh RAIFFEISEN yang pertama mengenai koperasi-
koperasi kredit pertanian. Pokok-pokok pikiran dalam konsepsinya adalah :
1. Pembentukan koperasi-koperasi kredit kecil, yang diorganisasi secara sederhana
atas dasar kelompok-kelompok anggota.
2. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan koperasi-koperasi itu dilaksnakan oleh tenaga-
tenaga kehormatan.
3. Pembentukan modal sendiri perusahaan koperasi itu, terutama melalui pembentukan
cadangan yang tidak dapat dibagi, yang dibentuk melalui sisa hasil usaha yang
diperoleh dari usaha perusahaan koperasi.
4. Kredit-kredit hanya diberikan kepada anggota yang sebagian besar adalah petani-
petani kecil. Deposito dapat diterima juga dari bukan anggota.
1.2.4 Promotor-promotor primer dan sekunder organisasi swadaya koperasi modern
Para pelopor koperasi yang telah berhasil memprakarsai organisasi koperasi dan
mengembangkan gerakan koperasi, tidak saja menyebarluaskan gagasan koperasi.
Mereka telah mengembangkan pula struktur-struktur organisasi koperasi tertentu, yang
diadaptasikan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan tertentu pada situasi kelompok-
kelompok orang, yang hidup di lingkungan ekonomis dan social budaya yang berbeda-
beda.
1.3 Perintisan, perkembangan, dan Struktur organisasi koperasi modern Negara-negara
berkembang
Banyak organisasi koperasi modern telah didirikan, terutama, di daerah-daerah pedesaan
di banyak Negara berkembang. Organisasi-organisasi itu didaftarkan sesuai dengan undang-
undang koperasi Negara yang bersangkutan dan biasanya disebut Koperasi Modern.
Organisai-organisasi yang dinamakan koperasi itu merupakan bentuk-bentuk
kerjasama modern yang sangat tersebar di daerah-daerah pedesaan di Negara-negara
berkembang. Terutama, karena organisasi ini menjadi pusat perhatian berbagai evaluasi yang
kritis, dan diskusi yang controversial mengenai usaha-usaha yang bersifat menunjang
pertumbuhan organisasi swadaya koperasi dalam kebijakan pembangunan.
1.3.3 Kekecewaan dan kritik terhadap koperasi modern dalam rangka kebijakan
pembangunan
Kekecewaan terhadap hasil-hasil yang dicapai menimbulkan suatu kecenderungan
untuk memberikan evaluasi negative secara keseluruhanterhadap koperasi-koperasi modern
dalam rangka kebijakan pembangunan. Kritik tersebut secara khusus menyangkut :
1. Dampak terhadap pembangunan yang kurang atau sangat kurang dari koperasi, yang
khususnya disebabkan karena ia tidak memberikan sumbangan dalam mengatasi
kemiskinan.
2. Jasa-jasa pelayanan yang diberikan oleh koperasi seringkali dinilai tidak efisien dan
tidak mengarah pada kebutuhan para anggotanya.
3. Tingkat efisiensi perusahaan-perusahaan koperasi rendah.
4. Tingkat ofisialisasi yang seringkali terlalu tinggi pada koperasi-koperasi (pertanian),
ditandai oleh adanya pengawasan dan dukungan/ bantuan Negara yang terlalu besar.
1.3.5 Bentuk-bentuk kerjasama tradisional dan organisasi-organisasi swadaya asli
Selain koperasi-koperasi modern (menurut pengertian hukum) di banyak Negara
berkembang masih terdapat pula berbagai jenis usaha swadaya kolektif dan kerjasama
tradisional, transitoris dan quasi modern. Apa yang disebut sebagai koperasi-koperasi asli
atau organisasi-organisasi swadaya asli ini seringkali adalah prakoperasi ataukoperasi dalam
pengertian social-ekonomis, yang tidak diorganisasikan menurut undang-undng modern.
BAB II
BERBAGI DEFINISI DAN TIPE ORGANISASI KOPERASI
2.1.1 Berbagai pendekatan yang berbeda dalam mendefinisikan koperasi
Prinsip-prinsip koperasi itu, di satu pihak, memuat sejumlah nilai, norma, dan tujuan
konkrit, yang tidak harus dikemukakan pada semua koperasi. Di lain pihak, prinsip-prinsip
tersebut merupakan prinsip-prinsip pengembangan organisasi dan pedoman-pedoman kerja
yang pragmatis, yang hanya diterapkan pada keadaaan tertentu saja. Namun, prinsip-prinsip
tersebut biasanya bukan merupakan criteria yang berguna bagi pembuatan definisi ilmiah
mengenai organisasi koperasi yang berlaku secara universal.
Cara lain untuk membedakan koperasi dari organisasi-organisasi lain dilakukan dengan
berpedoman pada lembaga-lembaga, yang didftarkan sebagai organisasi koperasi menurut
Undang-undang koperasi di berbagai Negara. Dalam ilmu ekonomi koperasi, criteria yang
digunakan dalam suatu definisi, biasanya berkaitan dengan kekhususan yang terdapat dalam
struktur dasar dari tipe (social) ekonomis organisasi koperasi.
2.1.2 Ciri-ciri umum organisasi koperasi
Berbeda dengan pendapat para esensialis, maka menurut pengertian nomalis, koperasi
adalah lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi yang tanpa memerhatikan bentuk
hukumatau wujudnya. Cirri-ciri koperasi adalah sebagai berikut :
1. Kesuka relaan untuk kerjasama hal ini tidak berarti bahwa tidak ada keanggotaan
yang bersifat keharusan, secara tidak langsung, atau secara bersyarat.
2. Kesamaan hak dalam kerjasama
3. Kebebasan yang cukup untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan individual.
2.1.3 Anggota perorangan, kegiatan-kegiatan ekomnomi anggota, kelompok koperasi, dan
perusahaan koperasi
Hubungan-hubungan utama antara unsure-unsur organisasi koperasi, yaitu anggota-
anggota perorangan, kegiatan-kegiatan ekonomi anggota, kelompok koperasi, perusahaan
koperasi dan organisasi koperasi, sebagai suatu system social ekonomi.
Jadi, kita berbicara mengenai koperasi perlu dijelaskan secara tegas, apa yang
dimaksudkan dengan istilah tersebut :
1. Anggota-anggota perorangan
2. Kegiatan-kegiatan ekonomi para anggota
3. Kelompok koperasi
4. Perusahaan koperasi
5. Hubungan-hubungan usaha yang tercermin oleh keterkaitan antara kegiatan-kegiatan
ekonomi para anggota mdan kegiatan perusahaan koperasi
6. Organisasi koperasi, sebagai suatu system social ekonomi secara keseluruhan.
2.2 Koperasi dan organisasi ekonomi lainnya
Criteria yang biasanya digunakan untuk maksud ini adalah tujuan, hubungan hak
pemilikan dan dalam kaitan dengan aspek solidaritas, perilaku yang ada atau yang
seharusnya ada pada para pelaku organisasi itu.
Perbedaan yang dibuat, terutama, berkaitan dengan :
1. Orientasi pada laba, di satu pihak, dan orientasi pada bukan laba, pada pelayanan,
atau pada kebutuhan, di lain pihak ; dan
2. Pemilikan swasta, koperasi, atau Negara.
Boettcher misalnya, mendasari pengelompokkannya mengenai usaha kerjasama, pada
pendekatan, yang berorientasi pada kelembagaan dari usaha kerjasama itu dan dengan
memperhatikan secara khusus bentuk-bentuk kerjasamadibidang ekonomi, ia membedakan
atas :
1. Kerjasama tanpa disertai dengan pembentukkan suatu organisasi ekonomi tersendiri
misalnya kartel sebagai kerjasama horizontal antarpesaing,.
2. Kerjasama melalui penyatuan orang dalam rumah tangga
3. Kerjasama melalui pembentukkan suatu perusahaan khususnya koperasi pemberi
pelayanan, koperasi produksi, peusahaan didirikan atas dasar modal, dan pembagian
laba sebanding dengan nilai saham.
2.2.1 Koperasi dan organisasi swadaya yang lain
Istilah organisasi swadaya digunakan pada berbagai jenis organisasi yang berbeda-beda.
Namun, telah terdaapat kesepakatan bahwa koperasi menurut pengertian social ekonommis
adalah suatu bentuk organisasi swadaya yang terpenting, yang bergerak di bidang ekonomi.
Organisasi swadaya adalah organisasi yang anggotanya bergabung atas dasar kepentingan
bersama untuk memperbaiki keadaan ekonomi dan sosialnya, agar menjadi lebih mampu
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam rangka mewujudkan tujuan jangka panjangnya.
Organisasi swadaya memberikan manfaat tidak saja dalam bentuk uang (seperti deviden pada
perseroan terbatas), melainkan dalam bentuk jasa-jasa dalam arti seluas-luasnya.
2.2.2 Koperasi dan perusahaan-perusahaan ‘Kapitalistis’ berdasarkan hubungan-hubungan
pemilikan swasta
Dalam pendekatan tradisional, para pemilikk perusahaan ‘swasta’ atau kapitalistis
seringkali dianggap ingin mewujudkan tujuan untuk memperoleh laba sebesar-besarnya.
Sejauh itu, criteria tersebut tidak sesuai dengan koperasi, karena para pemilimk koperasi
berkepentingan, bahwa perusahaan koperasi itu dapat menunjang secara langsung pengadaan
barang dan jasa, yang menurut jenis, harga, dan syarat-syarat yang lainnya sesuai dengan
kebutuhannya.
Sisa hasil usaha yang menguntungkan diperlukan juga oleh perusahaan-perusahaan
koperasi sekurang-kurangnya, untuk pembentukkan cadangan dan untuk bagian sisa hasil
usaha yang harus dibayarkan untuk modal yang dimasukkan oleh para anggotanya. Selain itu,
koperasi bertugas melakukan kebijakan harga secara aktif dan atas dasar itu, menawarkan
barang dan jasa, yang menunjang para anggotanya, dengan harga yang lebih rendah dari
harga pasar, atau menerpakan harga pasar dan membagikan keuntungan yang diperoleh
kepada para anggota sebanding dengan harga transaksi usaha yang dilakukannya dengan
perusahaan koperasinyadikurangi jumlah tertentu, yang diperlukan untuk membentuk
cadangan dan dan utnuk pembayaran bagian sisa hasiusaha atas modal yang dimasukkan oleh
para anggotanya.
Jadi criteria, yang menyangkut identitas ganda dan tujuan promosi anggota melalui
pelayanan sebagai cirri khas organisasi koperasi tidak terdapat pada perusahaan-perusahaan
kapitalistis atau perusahaan-perusahaan konvensional. Bagaimanapun, koperasi dapat
dipengaruhi kebijakasanaan usahanya untuk berusaha secara nyata seperti perushaaan-
perusahaan kapitalistis atau perusahaan-perusahaan konvensional.
2.2.3 Koperasi dan badan usaha yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum
Badan usaha-usaha yang memberikan pelayanan kepada msayarakat umum adalah
organisasi ekonomi yang oleh para pemiliknya ditugaskan menyediakan barang dan jasa
yang diperlukan oleh nasabah/pemakainya, yakni masyarakat umum atau kelompok
msayarakat tertentu
Berbeda dengan organisasi koperasi, pada badan usaha yang berorientasi pada pemberian
pelayanan masayarakat umum ini :
1. Para nasabah/ pemakainya adalah mereka yang memperoleh manfaat, tetapi tidak
menjadi pemilik dari organisasi ini.
2. Para nasabah/pemakainya tidak diharapkan memberikan kontribusi langsung pada
pengembangan badan usaha ini baik melalui summber daya sendiri walaupun melalui
badan usaha-usaha pribadinya.
3. Para nsabah/pemakainya berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa, yang
disediakan oleh suatu perusahaan, yang dimiliki, dibiayai, dipimpin, dan dikendalikan
oleh lembaga, dan/atau orang lain.
Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa keikutsertaan para penerima manfaat pada
badan usaha yang mberorientasi pada pemberian pelayanan kepada masyarakat umum,
proyek-proyek masyarakat yang menjadi sasarannya pemeberian pelayanan kepada
kelompok, sangat berbeda dengan keikutsertaan kepada anggota organisasi koperasi.
2.2.4 Koperasi dan organisasi pembangunan pemerintah atau semi pemerintah
Sebagai organisasi pembangunan pemerintah, ciri-ciri lembaga semacam ini tercermin
dari fungsinya sebagai alat adminstratif langsung dari pemerintah, yang mewujudkan
tujuan-tujuan yang telah diputuskan dan ditetapkan oleh pemerintah. Lembaga-lemabag ini
harus melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan ketetatpanatau instruksi yang ditetapkan oleh
yang diberikan pemerintah.
Berbeda dengan badan-badan administrasi pembangunan pemerintah atau semi
pemerintah itu, koperasi adalah organisasi non pemerintah. Badan-badan administrasi
pembangunan pemerintah dan semi pemerintah seringkali ditugaskan untuk memebrikan
berbagai pelayanan, baik kepada masyarakat umum maupun kepada kelompok pelayanan,
baik kepada masyarakat umum maupun maupun kepada kelompok sasaran yang ditetapkan.
2.2.5 Koperasi dan lembaga pengembangan usaha swadaya atau lembaga pengembangan
koperasi
Organisasi koperasi yang didukung untuk menjadi organisasi non pemerintah diharapkan
dapat menjadi lembaga-lembaga swadaya yang mandiri dan berorientasi pada kepentingan
para anggotanya dan dengan demikian, otonom dalam tujuan-tujuannya dan meumuskan
kebijakan-kebijakn usahanya. Badan-badan administrasi pembanguna pemerintah dan semi
pemerintah itu seringkali memanfaatkan organisasi koperasi, sebagai pelaksanaannya, yang
harus beroperasi samapai batas yang cukup jauh sehingga de facto organisasi yang diawasi
Negara.
2.3 Berbagai jenis (tipe) organisasim koperasi
Pada bagian pertama telah diuraikan perbedaan antara koperasi tradisional dan koperasi
modern.
2.3.1 Koperasi dalam arti social ekonomis dan koperasi dalam arti yuridis
Koperasi dalam arti yuridis adalah koperasi dalam arti social ekonomis, namun antara
kedua pengertian itu masih terdapat sejumlah perbedaan, misalnya dalam hal-hal berikut
ini :
1. Organisasi koperasi yang didaftar menurut ketentuan undang-undang koperasi suatu
Negara, dalam tujuannya mungkin menyimpang dari tujuannya semula, yakni
menunjang kepentingan para anggotanya melalui pemberian pelayanan.
2. Organisasi yang ada mungkin dirintis dengan bantuan luar, ditumbuhkan dengan
sponsor-sponsor Negara yang didaftarkan sebagai badan hukum koperasi.
3. Undang-undang koperasi di Negara-negara yang menganut system ekonomi yang
direncanakan dari pusat mungkin tidak mengizinkan pembentukkan dan kegiata
koperasi yang otonom dari berorientasi pada anggota.
2.3.2 Pra-koperasi dan koperasi
Pra-koperasi dan koperasi dibedakan atas dasar tahapan perkembangan kelembagaannya.
Jika pra-koperasi masih merupakan organisasi yang beroperasi pada tingkat atau tahap
pembentukan, maka koperasi dipandang sebagai organisasi yang telah berhasil
mempertahankan eksistensinya dan telah dapat berkembang sebagai organisasi swadaya yang
mandiri, otonom, dan berorientasi pada anggota.
Koperasi dalam arti yuridis, yaitu organisasi yang terdaftar sebagai prakoperasi
mmenurut perundang-undangan koperasi. Sedangkan koperasi dalam arti social ekonomis
yang terlepas dari badan hukumnya, masih beroperasi pada tahap pembentukannya dan
diharapkan dapat berkembang menjadi suatu lembaga swadaya koperasi yang kuat
keuangannya, yang mandiri dan berorientasi pada anggota, serta otonom.
2.3.3 Koperasi yang otonom dan koperasi yang diofisialisasi, koperasi yang disponsori oleh
Negara dan koperasi yang diawasi oleh Negara
Koperasi yang otonom dapat didefinisikan sebagi organisasi yang berorientasi pada
anggota, yang sesuai dengan kerangka hukum tertentu. Otonom dalam menetapkan tujuan-
tujuannya dan merumuskan kebijakan-kebijakan usahanya, seperti pada perusahaaan-
perusahaan swasta dan organisasi ekonomi lainnya.
Koperasi yang diofisialisasi diartikan sebagai organisasi yang masih tergantung secara
langsung pada pengaruh Negara dan pada campur tangan pemerintah dalam menetapkan
tujuan-tujuannya dan dalam merumuskan kebijakan usahanya, hal ini biasanya dilakukan
oleh lembaga-lembaga swadaya pemerintah atau pemerintah dalam bentuk intensitasnya.
2.3.4 Koperasi produksi dan koperasi pemberi peningkatan pelayanan
Pembedaan yang seringkali dilakukan adalah pembedaan antara koperasi produksi
(productive co-operative) dan koperasi pemberi/ peningkatan pelayanan (promotion or
service co-operative).
1. Pada koperasi produksi, anggota adala pekerja atau karyawan, sekaligus pengusaha
atau majikan dari perusahaan koperasi yanmg dimilikinya secara bersama-sama.
2. Pada koperasi pemberi/peningkatan pelayanan, para anggota sendiri memiliki usaha
ekonomi namun menghendaki peningkatan kemampuannyamelalui pelayanan barang
dan jasa.
2.3.4.1 Koperasi Produksi
Dengan memperhatikan hal ini, kita dapat membedakan tiga bentuk berikut ini :
1. Koperasi, yang mencakup kegiatan produksi bersama dan kegiatan konsumsi
bersama.
2. Koperasi, yang berorientasi pada kegiatan konsumsi bersama.
3. Koperasi, yang berorientasi pada kegiatan produksi bersama (koperasi
produksi dalam arti yang sempit, dan yang lazim digunakan)
Dalam praktik ini, sebagian besar koperasi kurang berhasil, dikarenakana jenis koperasi
ini seringkali menjadi pusat perhatian berbagai ideology dan konsepsi yang berkaitan dengan
koperasi.
2.3.4.2 Koperasi pemberi/ peningkatan pelayanan
Sebagian besar koperasi yang ada adalah koperasi pemberi peningkatan pelayanan
(promotion or co operatives) yang bertugas memberikan dan meningkatkan pelayanan
kepada usaha ekonomi para anggotanya. Sesuai dengan tipe usaha ekonomi para anggotanya
jenis koperasi ini dibedakan atas :
1. Koperasi yang bertugas meningkatkan kepentingan ekonomi rumah tangga para
anggotanya.
2. Koperasi yang bertugas meningkatkan kemampuan ekonomi perusahaan.
Jadi, ditinjau dari segi peningkatan kepentingan ekonomi rumah tangga para anggotanya,
koperasi produksi dapat dianggap secara khusus, sebagai perusahaan yang bertugas
meningkatkan pemanfaatan tenaga kerja.
2.3.5 Pengelompokkan koperasi menurut fungsi yang dilaksanakan oleh perusahaan koperasi
Sesuai dengan fungsi-fungsi utama yang dilaksanakan oleh perusahaan koperasi, secara
prinsip, kita dapat bedakan antara koperasi pengadaan dan koperasi pemasaran. Namun
dengan memperhatikan cirri-ciri sebagai berikut :
1. Koperasi, dimana para anggotanya memperoleh lapangan kerja kepadanya disebut
koperasi produksi.
2. Koperasi, yang menyediakan barang dan jasa bagi para anggotanya, disebut koperasi
pengadaan (koperasi pembeliaan)
3. Koperasi, yang menjual/memasarkan barang dan jasa para anggotanya disebut
koperasi penjualan atau koperasi pemasaran.
2.3.6 Tipe-tipe koperasi berdasarkan struktur kombinasi bisnis pada koperasi primer
Tipe-tipenya adalah sebagai berikut :
1. Koperasi yang beroperasi secara eksekutif, juga dinamakan koperasi tradisional.
2. Koperasi mata rantai tata niaga
3. Koperasi yang terpadu
2.3.7 Berbagai criteria lain yang diterapkan dalam membedakan organisasi-organisasi koperasi
Selain criteria diatas, terdapat pula criteria yang lain yang digunakan untuk membedakan
organisasi koperasi. Diantaranya sebagai berikut :
1. Menurut sector ekonomi atau bidang usaha ekonomi para anggotanya.
2. Menurut profesi para anggotanya (misalnya koperasi petani, koperasi nelayan)
3. Menurut pemusatan geografis dari kegiatan para anggotanya (misalnya koperasi
perkotaan)
4. Menurut daerah kerja perusahaan-perusahaan koperasi
2.3.8 Organisasi koperasi primer, sekunder, dan tersier
Koperasi-koperasi (pusat) ini, yang berada di tingkat sekunder biasanya membentuk lagi
organisasi-organisasi koperasi tingkat tersier biasanya tingkat nasional. Jadi pada umumnya
terdapat system organisasi koperasi dengan dua tingkat atau tiga tingkat, sesuai dengan
tingkat operasinya :
1. Organisasi koperasi primer, yang bertugas meningkatkan kepentingan usaha ekonomi
para anggota perorangan.
2. Organisasi koperasi sekunder, yang bertugas memberikan pelayanan kepada para
anggotanya di tingkat primier, yaitu organisasi primer, dan
3. Organisasi koperasi tersier, yang melayani para anggotanya ditingkat sekunder, yaitu
organisasi koperasi sekunder.
Pelayanan yang diberikan oleh lembaga-lembaga koperasi sekunder dan tersier dapat
dibedakan atas pelayanan yang secara langsung bersifat ekonomis/bisnis dan pelayanan
lainnya, seperti jasa konsultan, auditing, dan pendidikan. Pelayanan semacam itu terkadang
disediakan oleh satu lembaga saja, namun pada umumnya terdapat kecenderungan kearah
spesialisasi pelayanan pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi, dan karenanya terdapat
perbedaan pokok mantara lain sebagai berikut :
1. Organisasi koperasi pusat, yang melayani perusahaan-perusahaan koperasi (bank-
bank koperasi dan lembaga bisnis)
2. Lembaga-lembaga (perkumpulan-perkumpulan) koperasim pusat, yang menyediakan
pelayanan, seperti : audit, konsultasi,dan pendidikan.
BAB III
BEBERAPA POKOK PIKIRAN MENGENAI ORGANISASI KOPERASI
Dalam ilmu ekonomi koperasi modern, organisasi koperasi diartikan sebagai suatu
system social ekonomi atau social teknik, system ekonomi, yang terbuka dan berorientasi
pada tujuan. Sebagai sub-sub system yang konkrit dari suatu organisasi koperasi adalah :
1. Usaha-usaha ekonomi para anggotanya, dalam bentuk perusahaan atau rumah tangga
masing-masing anggotanya.
2. Kelompok koperasi, dan
3. Perusahan koperasi
Selanjutnya, suatu organisasi koperasi dapat dianggap pula sebagai system komunikasi
dan sebagai suatu system informasi manajemen anggota.
3.1 Anggota-anggota perorangan dan usaha-usaha ekonomi anggota
Koperasi sebagai organisasi social ekonomi dimana para anggota, yang bergabung dalam
kelompok-kelompok koperasi, berusaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan
koperasinya, agar mampu menyediakan barang dan jasa yang dibutujkan oleh setiap usaha-
usaha ekonomi anggota.
3.1.1 Tentang kepentingan dan motif para anggota untuk berkoperasi
Dengan mengikuti suatu urutan tertentu, dari kebutuhan dasar pada peringkat yang lebih
rendah menuju kea rah kebutuhan-kebutuhan yang beraneka ragam pada peringkat yag lebih
tinggi. Kebutuhannya menurut urutan berikut ini :
1. Kebutuhan yang bersifat biologis-fisiologis : pangan,sandang,papan
2. Kebutuhan akan keselamatan,keamanan,ketertiban
3. Kebutuhan akan rasa memiliki, pengakuan dan rasa cinta kecintaan
4. Kebutuhan akan penghargaan,kehormatan, keberhasilan, dan harga diri.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri.
3.1.2 Berbagai dimensi partisipasi anggota dalam koperasi
1. Dalam kedudukannya sebagai pemilik, para anggota :
a. Memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan perusahaan
koperasinya dalam bentuk koperasi keuangan.
b. Dengan mmengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan
dalam proses pengawasan terhadap tata kehidupan koperasinya.
2. Dalam kedudukannya sebagai pelanggan/pemakai, para anggota memanfaatkan
berbagai potensi yang disediakan oleh perusahaan koperasi damlam menunjukkan
kepentingannya.
3.1.3 Berbagai insentif dan kontribusi paa anggota perorangan
Selain aspek-aspek ‘meta ekonomis’ tersebut, maka sesuai dengan dimensi partisipasi
dan intensif dan kontribusipara anggota perorangan sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan secara efisien melalui penyediaan barang dan jasa
2. Kontribusi para anggota bagi pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasi
3. Partisipasi dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan mengenai berbagai
kegiatan, dan dalam pengawasan tata kehidupan koperasinya.
3.2 Kelompok Koperasi
3.2.1 Umum
Kelompok koperasi dimana para anggota perorangan bergabung atas dasar sekurang-
kurangnya satu kepentingan yang sama. Fungsi yang sangat penting dari kelompok koperasi
adalah mentapkan tujuan organisasi koperasi dan tugas-tugas konkret yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan koperasi yaitu peningkatan pelayanan dan megawasi serta
mengevaluasi prestasinya.
3.2.2 Kelompok-kelompok koperasi yang kecil dan yang besar
Pada kelompok-kelompok besar, hubungan antar para anggota perorangan lebih bersifat
lugas (impersonal). Perintisan dan pengembangan koperasi melalui kegiatan swadaya,
kebanyakan dilakukan oleh individu yang membentuk kelompok-kelompok yang relative
kecil, namun bersatupadu dan homogen.
3.2.3 Kelompok-kelompok koperasi yang homogeny dan heterogen
Tujuan-tujauna yang berorientasi pada koperasi yang hendak diupayakan oleh semua
anggota, secara bersama, merupakan tujuan kelompok koperasi. Jika semua anggota sepakat
terhadap tujuan yang sama tujuan yag identis maka kelompok koperasi tersebut bersifat
homogen.
Jika tujuan-tujuan para anggota yang berorientassi pada koperasi tidak sama, maka
kelompok koperasi itu dinamakan kelompok heterogen. Tingkat heterogenitas kelompok-
kelompok koperasi tiu dapat menunjukkan perbedaa yang cukup menyolok.
3.2.4 Beberapa aspek menyangkut koordinasi tujuan diligkungan kelompok koperasi
Hubungan-hubungan yang saling bertentangan antara tujuan yang berorientasi pada
koperasi dan para anggota atau sub-kelompok anggota dapat bersifat selaras,netral atau
bertentangan. Hubungan-hubungan yang saling bertentangan antara tujuan-tujuan itu
seringkali yang disebabkan karena adanya kelangkaan sumber daya.
Namun, ditilah tujuan atau kepentingan yang saling bertentangan tidak boleh disalahkan
dan diidentifikasikan dengan cara-cara kekerasan. Istilah teknis yang diterapkan di ilmu
ekonomi dan ilmu koperasi menunjukkan atau menggantikam hubungan-hubungan yang
divergen antara tujuan masing-masing anggota dan sub kelompok anggota dalam suatu
kelompok koperasi.
3.2.6 Pelimpahan fungsi dan tugas pelaksanaan dan pengawasan
Jika fungsi-fungsi dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh organisasi koperasi itu
dilimpahkan kepada alat perlengkapan organisasi dan manajemen, dan dengan demikian
penyelarasan konflik-konflik vertical menyangkut kepentinagan dan pendapat yang mungkin
akan timbul atau yang telah ada. Definisi dari konflik horizontal sebagai pertentangan
pendapat dan kepentingan dilimngkungan alat perlengkapan alat organisasi, dan konflik
vertical sebagai pertentangan antara berbagai alat perlengkapan organisasi koperasi.
3.3 Tentang Tujuan Perusahaan Koperasi
3.3.1 Promosi anggota sebagai tugas perusahaan koperasi
Tugas utama koperasi adalah menunjang kegiatan perusahaan dan/atau rumah tangga
para anggotanya dalam rangka meningkatkan kekuatan ekonominya melalui penyediaan
barang dan jasa yang dibutuhkan :
1. Yang samaa sekali tidak tersedia di pasar
2. Yang ditawarkan dengan harga, mutu, dan syarat-syarat yang lebih menguntungkan,
ketimbang yang ditawarkan di pasar.
3.3.2 Fungsi-fungsi perusahaan koperasi
Koperasi tersebut harus melaksanakan fungsi-fungsi yang mencerminkan berbagai
keuntungan dari kerjasama dan dengan demikian, meningkatkan pelayanan yang cukup bagi
kemanfaatan para anggotanya.
3.3.3 Sistem tujuan pada perusahaan koperasi
Pengadaan (produksi) potensi pelayanan perusahaan koperasi merupakan hasil dari :
1. Pelaksanaan fungsi informasinya
2. Pelaksanaan fungsi pendidikan dan pelatihannya
3. Pencapaian ‘economics of scale’
4. Perbaikkan struktur pasar
Tujuan koperasi yang sangat penting yaitu :
1. Sekurang-kurangnya mempertahankan, atau, jika mungkin, meningkatkan pangsa
pasar dari satu atau beberapa barang dan jasa, dan menekankan serendahrendahnya
biaya produksi.
2. - melindungi potensi ekonominya
- menjaga/mempertahankan likuiditas
- menciptakan inovasi
3.3.4.1 Tentang pembentukan modal sendiri
Dihadapkan pada aspek-aspek berikut ini :
1. Modal penyerataan anggota pada koperasi
2. Calon pemilik modal (share-holder) koperasi adalah para anggota kelompok koperasi
3. Perubahan jumlah anggota dapat terjadi setiap saat, maka koperasi harus bersiap
membayar modal kembali modal yang disetor.
4. Jika anggota berasal dari kalangan bawah maka mereka mungkin hanya mampu
menyerahkan suatu jumlah yang terbatas.
3.3.4.2 Tentang pembagian sisa hasil usaha/keuntungan
Dalam merancang strategi usaha yang paling tepat, baik dalam rangka meningkatkan
kepentingan pelayanan kepada para anggota secara langsung, melalui kebijkan harga yang
aktif dalam penawaran barang dan jasa, maupun dalam rangka memperoleh kelebihan hasil
usaha atau keuntungan dan membagikannya kembali kepada para anggota sesuai dengan jasa
usahanaya.
3.3.4.3 Tentang ukuran besarnya perusahaan koperasi
Pertumbuhan koperasi sebagai akibat keberhasilan pasar dapat dibedakan sebagai :
1. Pertumbuhan intern pasar, berarti keikutsertaan perusahaan koperasai dalam
pertumbuhan pasar secara keseluruhan.
2. Pertumbuhan ekstern pasar, berarti perusahaan koperasi tersebut berhasil memasuki
pasar pengadaan atau pasar hasil pelemparan penjualannya
3. Pertumbuhan perusahaan koperasi dan peningkatanpangsa pasarnya dapat dicapai
melalui :
1. Pertumbuhan ekonomi para anggotanya
2. Peningkaan intensittas hubungan bisnis dengan para anggotanya
3. Peningkatan jumlah anggota
4. Peningkatan usaha dengan bukan anggota.
3.3.5.1 Tipe-tipe ‘manajer koperasi
Manajer koperasi menurut kategori sebagai berikut :
1. Manajer hanya diperbolehkan melaksanakan kegiatannya menurut ketentuan yang
terinci
2. Manajer yang diberi tugas dan diperbolehkan melaksanakan beberapa kegiatan
perusahaan koperasi atau tanggungjawabnya sendiri.
3. Manajer yang diserahi tugas untuk mengembangkan perusahaan koperasi atas
tanggungjawabnya sendiri, sebagaimana berlaku pada manjer peusahaan lain
3.3.5.2 Manajer sebagai ‘pengusaha koperasi’ (wirakoperasi)
Tanggungjawab manajer koperasi :
1. Mengembangkan perusahaan koperasi sebagai lembaga ekonomi/bisnis yang efisien,
yang berhasil dalam persainagan pasar.
2. Menunjang kegiatan usaha para anggota secaa efisien.
3.3.5.3 Beberapa alasan dan masalah menyangkut pembuatan keputusan secar otonom oleh
para manajer
Peningkatan pelayanan terhadap para anggota menuntut adanya keputusan-keputusan
secara permanen mengenai jenis, kualitas, kuantitas, kombinasi, kondisi dan sebagainya, dari
pelayanan yang ditawarkan oleh perusahaan koperasi
3.4 Tipe-tipe structural dalam kombinasi usaha koperasi dan aspek-aspek menyangkut
koordinasi tujuan dan partisipasi anggota dalam organisasi koperasi
3.4.1 Tiga Tipe struktur yang berbeda dalam kombinasi usaha koperasi
1. Koperasi yang beroperasi secara eksekutif
2. Koperasi yang beroperasi secara tradisioanal
3. Koperasi matarantai tataniaga
3.4.1.1 Koperasi yang beroperasi secara eksekutif atau koperasi tradisional
Pada koperasi yang beroperasi secara eksekutif kegiatan-kegiatan ekonominya secara
eksekutif ditentukan oleh persyaratan-persyaratan yang ditetapkan secara eksplisit dan
kebutuhan spesifik para anggoa akan jasa pelayanan perusahaan koperasi, sehingga
perusahaan koperasi itu semata-mata hanya bertindak sebagai suatu badan pelaksana yang
kegiatannya ditentukan oleh kepentingan ekonomi/usaha para anggotanya.
3.4.1.2 Koperasi mata rantai tataniaga
Dalam hal ini, perusahaan koperasi memiliki otonomi yang luas untuk merumuskan
sendiri system-tujuannya, tidak saja pada tingkat operasional, melainkan dalam rangka
tingkat penerapan tujuan-tujuan koperasi yang lebih penting yang dilaksanakoleh manajer.
3.4.1.3 Koperasi yang terintegrasi
Pada suatu koperasi yang terintegrasi, kegiatan ekonomi sebagai suatu bentuk kombinasi
usaha koperasi diarahkan oleh manajemen perusahaan koperasi, yang mengambil alih
sebagian atau seluruh fungsi manajemen dari perusahaan para anggotanya.
3.4.2 Excurcus mengenai beberapa hubungan dasar antara berbagai tujuan
Dalam hal ini tujuan-tujuan yang bersifat saling melengkapi dapat berubah menjadi
saling bertentangan. Dua tujuan atau leih dapat dikatakan bersifat selaraas jika tujuan-tujuan
tersebut dapat diterpakan secara serentak.
3.4.3 Pentingnya proses koordinasi-tujuan secara terpadu
Tujuan itu biasanya bukan merupakan hasil penambahan ata agregasi tujuan-tujuan para
anggota dan para pembuat keputusan lainnya. Tujuan koperasi dapat diartikan sebagai hasil
berbagai proses perbandingan. Proses perbandingan dibedakan menjadi tipe-tipe berikut ini :
1. Pemecahan masalah melalui diskusi pada koperasi
2. Persuasi
3. Tawar-menawar
4. Kebijakan
3.4.4 Peningkatan Pelayanan secara efisien bagi para anggota sebagai suatu prasyarat
keberhasilan perkembangan organisasi koperasi
Jika para anggota tidak puas dengan pelayanan koperasi maka mereka dapat mengambil
suatu keputusan mereka dapat bertindak sesuai dengan peran gandanya sebgai pelanggan dan
pemilik perusahaan itu dengan car keluar atau dengan menggunakan suara.
3.4.5 Beberapa aspek mengenai partisipasi anggota dalam proses penetapan tujuan, pembagian
keputusan dan dalam proses pengawasan koperasi
3.4.5.1 Beberapa aspek hukum menyangkut partisipasi anggota dalam proses penetapan tujuan
dan pengendalian kegiatan koperasi
Koperasi sering disebut sebgai organisasi yang demokratis dan partisipatif. Undang-
undang koperasi dan anggaran dasar koperasi biasanya menetapkan ketentuan-ketentuan
khusus yang mengatur tentang partisipasi anggota dalam menentukan tujuan dan
mengemdalikan kegiatan organisasi koperasinya.
3.4.6 Catatan akhir mengenai persyaratan-persyaratan umum bagi keberhasilan pengembangan
organisasi koperasi
Organisasi koperasi harus :
1. Berusaha secara efisien atau produktif.
2. Efisies dan efektif bagi anggotanya
3. Dalam jangka panjang, memberikan kepada setiap anggota intensif karena
pemanfaatannya.
4. Menghindari terjadinya suatu situasi, dimana kemanfaatan dai uaha bersama itu
menjadi milik umum.
3.4.7 Aspek-aspek khusus pada koperasi produksi
Koperasi produksi dibentuk jika :
1. Para anggota koperasi pemberi/peningkatan pelayanan mengalihkan dan
mengintegrasikan semua fungsi perusahaan.
2. Para petani, pengrajin, dan industry kecil.
3. Pekerja-pekerja petani/industry.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh koperasi produksi timbul dari penerapan
prinsip-pring relative prinsip persamaan hak dan demokrasi dalam kelompok koperas, di sau
pihak, dan dari kebutuhan akan suatu struktur hirarki dan sitem penggajianyang berbeda-
beda.
BAB IV
BERBAGAI HARAPAN TERHADAP KOPERASI DAN KONTRIBUSI
KOPERASI TERHADAP PROSES PEMBANGUNAN
4.1 Harapan terhadap peran koperasi di Negara-negara sedang berkembang
Dibandingkan dengan jenis organisasi lain, relevansi lembaga koperasi yang relative
(otonom) ditinjau dari sisi ekonomi :
1. Kelompok koperasi yang terorganisasi secara terbuka dan demokratis
2. Melalui pembentukan perusahaan koperasi yang dimiliki secara bersama, untuk
memperoleh pelayanan pada barang dan jasa.
3. Struktur dasar organisasi yang bersifat social ekonomis.
4. Para anggota tergolong dalam kelompk-kelompk social ekonomi
5. Pemerintah Negara-negar berkembang aar merumuskan dan menerapkan kebijakan
yang memungkinkan koperasi memperoleh bantuan ekonomi
6. Kebijakan harus ditinjau kembali dan disesuaikan dengan perubahan-perubahan
ekonomi dan social, dan kemajuan teknologi.
7. Gerakan koperasi perlu dilibatkan dalam perumusan, dan pelaksanaan kebijakan
8. Gerakan koperasi perlu didorong kerjasama
4.2 Beberapa dampak utama yang ditimbulkan oleh koprasi terhadap proses pembangunan social
ekonomi suatu tinjauan analistis
4.2.1 Dampak mikro dan dampak makro yang ditimbulkan oleh koperasi
Dampak terhadap pembangunan, yang ditimbulkan oleh kebanyakan semua koperasi
yang bergerak dalam suatu sector atau daerah tertentu merupakan dampak yang teragregasi,
dan dampak myang bersifat makro, sedangkan dampak yang ditimbulkan oleh suatu koperasi
tertentu disebut dampak mikro.
4.2.2 Dampak mikro dari suatu koperasi
Damapak mikro dibedakan menjadi :
1. Dampak yang bersifat langsung, terhadap para anggota dan perekonomiannya, yang
merupakan akibat dari peningkatan pelayanan perusahaan koperasi dan dari kegiatan-
kegiatan kelompok koperasi
2. Dampak yang bersifat tidak langsung yang timbul karena eksistensi dan kegiatan-
kegiatan koperasi terhadap lingkungan dari kombinasai usaha koperasi.
4.2.3 Dampak makro atau fungsi-fungsi pembangunan organisasi koperasi
Agregasi berbagai dampak mikro membentuk dampak makro yang berkaitan dengan
pembangunan dalam pendekatan para fungsional hal ini seringkali dibahas sebagai fungsi-
fungsi pembangunan koperasi.
4.2.3.1 Kontribusi yang potensial terhadap pembanguna politik
Sehubungan dengan pembangunan system (sub-sistem) politik, terdapat sejumlah
harapan pada dampak-dampak dari proses belajar para anggota koperasi, yang berpartisispasi
secara aktif dalam lembaga-lembaga koperasi yang di organisasi secara demokratis.
4.2.3.2 Kontribusi yang potensial terhadap pembangunan social budaya
Pentingnya peran koperasi dalam proses pembangunan social budaya. Koerasi harus
menciptakan inovasi tertentu, yang dapat mengubah masyarakat tradisional tanpa merusak
identitas budaya.
4.2.3.3 Aspek Integrasi
Jika koperasi berhasil meningkatkan pelayanan yang efisien bagi sebagian para
anggotanya yang termasuk ke dalam golongan penduduk yang secara sosio ekonomis lemah,
maka ia telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap proses integrasi ekonomi
dan social.
4.2.3.4 Dampak-dampak pembangunan dan fungsi-fungsi pembangunan koperasi
Dampak-dampak yang secara potensial, berkaitan dengan pembangunan seringkali
disebut sebagai ‘fungsi-fungsi pembangunan koperasi’. Oleh karena itu, peningkatan
pelayanan bagi para anggota secara efisien, sesuai dengan kepentingan, kebutuhan dan tujuan
yang diiinginkannya :
1. Partisipai anggota secara aktif dalam organisasi koperasi
2. Keberhasilan perkembangan organisasi koperasi selanjutnya dan pertumbuhan
potensi pelayanan perusahaan koperasi.
3. Kontribusi koperasi secara intensif terhadap pembangunan sektoral dan nasional
dalam jangka panjang.
4.3 Aspek-aspek pokok mengenai koperasi dan system ekonomi
4.3.1.1 Sosialisme,koperasi awal,koperativisme,persemakmuran koperasi
Menurut gagasan ini, koperasi harus berkemmbang secara bertahap demikian
mentransformasikan pemilikan pribadi perorangan menjadi milik bersama.
4.3.1.2 Koperasi dalam konsepsi Marxis/Leninis
Memandang koperasi dalam tahap kapitalisme dari dua sudut pandang yang. Di satu
pihak, koperasi (produksi) yang menghindari timbulnya gejala eksploitasi agaknya tepat
untuk mendemonstrasikan kemungkinan timbulnya suatu masyarakat komunis. Sebaliknya,
koperasi-koperasi yang efisien bagi para anggotanya dianggap mengurangi tindakan
revolusioner dan dianggap demikian memperpanjang kelangsungan hidup kapitalisme.
4.3.2 Beberapa aspek mengenai organisasi swadaya koperasi dan system
4.3.2.1 Berbagai system ekonomi
1. System ekonomi pasar swasta
2. System ekonomis sosialis yang direncanakan pusatnya
3. System ekonomi pasar sosialis.
4.3.2.2 Kebijaksanaan pembangunan nasional dan penciptaan persyaratan-persyaratan pokok
untuk mendukung perkemmbangan organisasi swadaya koperasi
Dengan mempertimbangkan pendekatan-pendekatan yang dilakukan pemerintah terhadap
koperasi, sebagaimana diuraikan sebagai berikut :
1. Konsepsi dan kebijakan pemerintah untuk pembangunan nasional, sektoral dan
regional,dan
2. Konsepsi dan kebijakan pemerintah untuk perintisan dan perkembangan organisasi
swadaya koperasi
BAB V
KONSEPSI DAN KEBIJAKAN YANG MENUNJANG PERKEMBANGAN
KOPERASI DENGAN ACUAN KHUSUS PADA NEGARA-NEGARA SEDANG
BERKEMBANG
5.1 Tentang cirri-ciri instrumental organisasi koperasi dalam kebijakan pembangunan
5.1.1 Beberapa hubungan pokok antara Negara dan koperasi
Secara umum dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Hubungan-hubungan konsepsional atau ideologis antara Negara dan koperasi.
2. Hubungan-hubungan yuridis dan faksional antara pemerintah atau organisasi yang
diawasi oleh Negara dan koperasi di berbagai Negara.
5.1.2 Koperasi sebagai alat atau tujuan kebijakan pembangunan nasional
Jadi selain nilai-nilai intrinsic yang terdapat dalam kerjasama itu dilihat dari sudut
pandang pemerintah-pemerintah yang mendukung perkembangan perkoperasian sebagai
pembangunan nasional.
5.1.3 Koperasi sebagai alat (langsung) pemerintah atau sebagai alat swadaya yang otonom dari
para anggota ?
1. Pemerintah mengaggap koperasi sebagai alatnya, mempengaruhi atau mengawasinya
secar langsung dalam rangka melaksanakan tugas-tugas khusus dan kegiatan-kegiatan
tertentu.
2. Dimana pemerintah memperlakukan koperasi sebagai alat swadaya bagi para
anggotanya dan mencoba mempengaruhinya secara tidak langsung agar menunjang
kepentingan para anggotanya.
5.1.4 Koperasi sebagai alat (langsung) pemerintah dan alat dari organisasi-organisasi yang
diawasi Negara
Koperasi-koperasi tersebut sampai pada suatu tingkat diawasi Negara dimana tujuan-
tujuan operasional dan kegiatan-kegiatan usahanya.
1. Ditetapkan secara resmi melalui berbagai kebijakan dan program pembangunan
pemerintah
2. Secara tidak resmi tetapi langsung dipengaruhi oleh aparat pemmbangunan
pemerintahyang bertanggung jawab aas pelaksanaan kebijakan program tersebut.
5.1.5 Pentingnya definisi yang tepat mengenai kewenangan dari organisasi pembangunan
pemerintah dan mengenai otonomi organisasi swadaya koperasi
Tugas-tugas dan kewenangan sebagai berikut :
1. Organisasi pembangunan pemerintah : organisasi yang diawasi Negara dan lembaga-
lembaga pengembangan swadaya yang bertindak sebagai alat pemerintah
2. Organisasi swadaya koperasi, seagai alat swadaya bagi peningkatan kepentingan para
anggotanya.
Kita telah melihat bahwa lembaga-lembaga swadaya koperasi sebagai organisasi-
organisasi non pemerintah memerlukan otonomi yang cukup untuk :
1. Menetapkan tujuan-tujuannya
2. Menetapkan struktur komunikasi intern dan pengambilan keputusan
3. Merencanakan dan melaksanakan kebijakan-kebijakn usahanya.
5.1.6 Pelaksanaan program pembangunan pemerintah oleh organisasi swadaya koperasi yang
otonom
Program dan proyek pembangunan pemerintah dapat dilaksanakan secara efektif dengan
syarat sebgai berikut :
1. Program-program itu sesuao dengan kepentingan para anggota dan
mempertimbangkan secukupnya kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan subyektif
2. Motivasi swadaya para anggota
3. Perusahaan-perusahaan koperasi itu telah berhasil mengembangkan kemampuan
manajerial dan kapasitasna secara penuh
4. Biaya-biaya khusus yang menjadi beban koperasi telah diperhitungkan sebelumnya.
Kita dapat membedakan dua jenis tindakan, program yang melibatkan koperasi, yaitu :
1. Yang dilaksanakan oleh atau melalui koperasiyang menawarkan berbagai barang dan
jasa pelayanan kepada anggota atau sub kelompok.
2. Yang dirancang untuk mendukung pengembangan organisasi swadaya koperasi yang
berorientasi pada anggota.
5.2 Penciptaan persyarat-syaratan pokok bagipertumbuhan organisasi swadaya koperasi
secara bertahap negaa sebagai promoter tidak langsung dalam pembangunan koperasi oleh
koperasi sendiri
5.2.1 Berbagai kebijakan dan sarana yang menunjang pengembangan koperasi
Kebijakan-kebijakan pemerintah secara bertahap organisasi-organisasi swadaya koperasi
diuraikan sebgai berikut :
1. Peraturan perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan anggaran dasar yang
memadai
2. Fasilitas-fasilitas sebagai informasi, pendidikan, dan pelatihan.
3. Fasilitas pelayanan seperti auditing dan konsultasi serta bantuan manajemen
4. Perlakuan yang sama atau yang bersifat preferensial.
5. Keringanan atau pembebasan pajak
6. Bantuan-bantuan keuangan dalam bentuk kredit, subsidi, dan donasi untuk kasus-
kasus tertentu
7. Peraturan-peraturan anti trust dan ketentuan-ketentuan yang mencegah perusahaan-
perusahaan Negara dan swasta menyalahgunakan kekuatan pasarnya
8. Struktur lembaga-lembaga pengembangan swadaya yang secara efisien melaksanakan
tugas-tugas yang bersifat mendukung.
5.2.2 Persyaratan-persyaratan pokok bagi pertumbuhan berbagai prakarsa yang menyangkut
swadaya koperasi
Kebijakan-kebijakan pengembangan koperasi yang dirancang sesuai dengan konsepsi ini
dapat menciptakan kondisi-kondisi pokok yang tepat :
1. Untuk memperluas kesempatan bagi pengembangan koperasi yang otonom.
2. Untuk mempersiapkan suatu dasar bagi keberhasilan de-ofisialisasi koperasi yang
disponsori oleh pemerintah
3. Untuk mendorong perkembangan selanjutnya dari organisasi-organisasi swadaya dan
bentuk kerjasama yang lain.
4. Untuk mendukung (a) koperasi yang dibentuk dan diurus sendiri oleh para
anggotanya, (b) pembangunan koperasi yang didirikan oleh para promoter
5. Untuk memberikan dasar yang sesuai bagi para pelaksaan strategi pemerintah.
5.3 Konsepsi mengenai pemebrian bantuan pemerintah dan organisasi-organisasi yang diawasi
Negara bagi pembentukan koperasi Negara sebagai sponsor pengembangan kelembagaan
organisasi swadaya koperasi
5.3.1 Konsepsi mengenai sponsor pemerintah dalam pengembangan koperasi yang otonom
dalam bentuk model tiga tahap
1. Tahap pertama mendukung perintisan pembentukan organisasi koperasi
Tujuan utama selama tahap ini adalah merintis pembentukan koperasi dari perusahaan
koperasi, yang menurut ukuran, struktur dan kemampuan manajemennya cukup
melayani kepentingan para anggotanya secara efisien dengan menawarkan barang dan
jasa yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya dengan harapan agar dalam jangka
panjang mampe dipenuhi sendiri oleh organisasi koperasi yang otonom.
2. Tahap kedua, melepaskan koperasi dari ketergantungannya pada sponsor dan
pengawasan teknis, manajemen dan keuangan secara langsung dari organisasi
pemerintah dan organisasi yang mdikendalikan oleh Negara
Tujuan utama dari tahap ini adalah mendukung perkembangan sendiri koperasi ke
tingkat kemandirian dan otonomi. Artinya bantuan dikurangi.
3. Tahap ketiga perkembangan koperasi sebagai organisasi mandiri yang otonom
Setelah berhasil mencapai tingkat swadaya dan otonom, koperasi-koperasi yang
sebelumnya disponsori oleh Negara dapat mengembangkan dirinya sebagai organisasi
swadaya koperasi bekerjasama dengan dan didukung oleh lembaga-lembaga koperasi
sekunder dan tersier.
5.3.2 Kelemahan-kelemahan dalam penerapan kebijakan dan program yang mensponsori
pengembangan koperasi
Kelemahannya antara lain :
1. Untuk membangkitkan motivasi para petani agar menjadi anggota-anggota koperasi
desa, ditumbuhkan harapan-harapan yang tidak realistis, sehingga menimbulkan
kekecewaan
2. Selama proses pembentukan koperasi, persyaratan dan criteria yang mendasari
pembentukan kelompok-kelompok koperasi yang kuat, efisien, dan perusahaan
koperasi yang mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya secra otonom tidak
mendapat pertimbangan yang cukup.
3. Karena alasan administrasi, kegiatan pemerintah seringkali dipusatkan pada
pembentukan perusahaan koperasi, dan mengabaikan penyuluhan dan pelatihan kerja.
4. Koperasi telah dibebani dengan tugas-tugas untuk menyediakan berbagai jenis jasa
bagi para anggotanya.
5. Koperasi telah diserahi tugas atau ditugaskan mengenai program pemerintah,
walaupun perusahaan koperasi tersebut belum memiliki kemampuan
6. Tujuan dan kegiatan koperasi tidak cukip mempertimbangkan, atau bahkan
bertentangan dengan kepentingan dan kebutuhab subyektif yang mendesak.
5.3.3 Beberapa persyaratan pokok bagi keberhasilan De-ofisialisasi koperasi yang disponsori
oleh Negara
Persyaratan minimum tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pada dasarnya organisasi-organisasi pemerintah dan yang diawasi Negara seharusnya
mengakui koperasi sebgai sarana yang meningkatkan kepentingan para anggota dan
yang melestarikan otonomi koperasi
2. Berbagai strategi pendukung seharusnya berorientasi pada prinsip subsidaritas
3. Lembaga pengembangan swadaya harus menerapkan pendekatan yang bersifat
mendidik.
4. Pada pembentukan koperasi, pertimbangan yang cukup harus diberikan pada bentuk
yang optimal dari organisasi koperasi primer.
5. Selanjutnya, keberhasilan de-ofisialisasi akan tergantung pada :
a. Kemungkinan pembentukan modal pada koperasi otonomi terutama meningkatkan
cadangan dan modal
b. Informasi
c. Latihan bagi para manajer yang mampu dan dinamais untuk dipekerjakan
d. Pengadaan ketentuan-ketentuan hukum, anggaran dasar da peraturan-peraturan
organisasi.
6. Akhirnya, perlu ditegaskan bahwa kualitas dan intensitas kebijakan pembangunan
nasional untuk meningkatkan kegiatan koperasi secara tidak langsung.
5.3.4 Keuntungan-keuntungan dari de-ofisialisasi ditinjau dari kebijakan pembangunan
nasional
1. Dampak-dampak yang bersifat intensif terhadap pembangunan dapat diharapkan
timbul dari berbagai kegiatan organisasi.
2. Sarana keuangan Negara yang semula dibutuhkan untuk pembangunan koperasi dapat
dimanfaatkan untuk keperkuan-keperluan lain
3. Orang-orang yang memilkik kualifikasi yang langka pada organisasi yang dibiayai
oleh pemerintah dapat memusatkan pada tugas-tugas baru
4. Penerimaan-penerimaan pajak dapat diharapkan dari pembiayaan yang dilakukan oleh
organisasi-organisasi koperasi keuangan.
5. Program-program pemerintah yang sesuai.
5.4 Tentang keputusa-keputusan yang meyetujui berbagai konsepsi yang mendukung
pengembangan organisasi koperasi
5.4.1 Pertimbangan-pertimbangan berkenaan dengan penerpan berbagai konsepsi yang berbeda
Tiga konsepsi yang terdahulu dalam pelaksanaan strateginya adalah sebagi berikut :
1. Kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan konsepsi pemerintah dalam menunjang
koperasi secara tidak langsung.
2. Jika strategi seperti itu tidak cukup mantap dan prakarsa pemerintah dianggap perlu
dan calon para calon anggota dapat memenuhi persyaratan-persyaratan personal dan
financial untuk membentuk koperasi yang mantap.
3. Strategi-strategi jangka menengah dan jangka panjang yang sesuai untuk merintis dan
mendirikan organisasi swadaya.
5.5 Beberapa persyaratan dan aspek pokok berkenaan dengan upaya-upaya yang bersifat
menunjang perintisan organisasi swadaya koperasi
Organisasi swadaya koperasi diharapkan dapat terbentuk dengan berhasil jika memenuhi
sejumlah persyaratan tertentu, sekurang-kurangnya :
1. Terdapat sejumlah calon anggota yang tidak puas dengan keadaan ekonomi dan social
yang ada
2. Mereka memiliki gagasan yang jelas mengenai organisasi koperasi sebagai saran
yang tepat unutk mewujudkan kepentingan bersamanya
3. Terdapat berbagai hal yang merupakan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari
kerjasama itu, yang dapat diwujudkan bagi kemanfaatan mereka bersama
4. Mereka menyadari bahwa pemebntukan koperasi itu adalah alternative terbaik
5. Mereka cukup memiliki motivasi dan mampu berpartisipasi membentuk peusahaan
koperasi
5.5.1 Tahap-tahap perintisan dan pembentukan organisasi swadaya koperasi
Berkenaan dengan proses perintisan dan pembentukan suatu organisasi swadaya koperasi,
perlu dibedakan sekurang-kurangnya sebagai berikut :
1. Tahap pra-koperasi, yaitu tahap sebelum perintisan koperasi dimmulai
2. Tahap pembentukan organisasi swadaya koperasi, yang dapat dibedakan pula atas
beberapa sub-tahapan, dan
3. Tahap perkembangan koperasi, sebagai swadaya yang otonom dan mandiri
5.5.2 Dua pendekatan yang berbeda dalam upaya mendukung peritisan dan pengembangan
organisasi swadaya koperasi
Kita dapat membedakan dua jenis strategi yang dapat digunakan untuk mendukung
pembentukan organisasi swadaya koperasi oleh promoter-promotor dari luar :
1. Promoter luar berusaha meyakinkan para calaon anggota agar mempersatukan diri
dalam suatu kelompok organisasi mendidik damn melatih mereka untuk membentuk
perusahaan koperasi dan membiayai kontribusi.
2. Promoter luar berusaha meyakinkan para calon anggota dan mempersatukan diri
dalam suatu kelompok koperasi,melalui pendekatan edukatif-partisipastif para
anggota kelompok mengambil keputusan sendiri mengenai semua aspek yang
berkaitan dengan pembentukan koperasi itu.
5.5.3 Kesimpulan singkat upaya berkenaan dengan perbaikan strategi ang disusun untuk
menunjang pembentukan organisasi swadaya koperasi
1. Menciptakan atau menyempurnakan persyaratan poko, dimana para individu atau
kelompok diperbolehkan dan dimotivasi untuk megusahakan dan meningkatkan
kegiatan
2. Melestarikan otonomi organisasi swadaya koperasi dan geraakan koperasi
3. Mempertimbangkan sebaik-baiknmya kebutuhan, kepentingan dan tujuan subyektif
4. Mengikuti pendekatan dari bawah ke atas yang edukatif
5. Melaksankan prinsip subsidaritas dalam praktek dengan memberikan pengertian
khusus
6. Jika mungkin, mengintegrasikan, struktur setempat yang berorientasi pada koperasi,
dan bentuk swadaya dan gotong royong asli
7. Sejauh mungkin menunjang pembentukan kelompok-kelompok koperasi yang
kecil,homogeny, dan terpadu.
8. Mendirikan perusahaan-perusahaan koperasi yang berusaha secara efisien, yang
melaluikerjasama dengan organisasi sekumnder dan tersier
9. Menyesuaikan struktur organisasi koperasi dengan kondisi ekonomi dan social
budaya
10. Mengembangkan konsepsi-konsepsi mengenai pengembangan lembaga swadaya
koperasi yang dapat digunakan oleh para anggota.