BAB I DME
-
Upload
mochammad-ilham-cendana -
Category
Documents
-
view
130 -
download
1
description
Transcript of BAB I DME
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang1.2. Penetapan Kapasitas Produksi
Dalam pendirian pabrik dimethyl ether di Indonesia ada beberapa pertimbangan-pertimbangan yang harus dilkaukan, yaitu :a. Proyeksi kebutuhan pasarb. Ketersediaan bahan bakuc. Kapasitas minimal1.2.1. Proyeksi kebutuhan pasar
Sumber energi di Indonesia terus berkurang seadangkan kebutuhan akan bahan bakar terus meningkat, meningkatnya kebutuhan akan bahan bakar tidak diimbangi oleh produksi yang cukup ini dapat d lihat dari jumlah impor LPG maupun solar yang dari tahun ketahun terus meningkat sebagaimana yang terlihat pada table berikut :
Tabel 1.2.1.1. Produksi dan kebutuhan LPG dan Solar di Indonesia
TahunLPG Solar
Produksi (Ton) Kebutuhan (Ton) Produksi (Ton) Kebutuhan (Ton)
2009 2,185,950
3,014,621
13,278,720
20,019,117
2010 2,478,371
4,100,330
15,184,820
23,070,310
2011 2,285,439
4,277,213
15,221,780
25,796,287
2012 2,492,609
4,994,271
16,932,160
25,195,054
(sumber : departemen Perindustrian dan Perdagangan)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pemenuhan kebutuhan bahan bakar di Indonesia setiap tahunnya masih belum mencukupi sehingga tetap dilakukan impor untuk memenuhi kekurangan produksi dalam negeri.
Pabrik Dimethyl Ether ini akan dididirikan pada tahun 2020 maka untuk
mengetahui data proyeksi Impor, Ekspor, produksi dan kebutuhan lokal Dimethyl
Ether pada tahun 2020 dapat dihitung dengan menggunakan metode Least Square
Time.
Metode Least Square Time:
Y = ax + b
Maka,
a =
b =
Dimana : y = variable terikat x = variable bebas
a = slope of regration b = axis intersep
n = jumlah data
Dari teori perkiraan least square maka didapat kebutuhan DME sebagai berikut:
Tabel 1.2.1.2. Proyeksi produksi LPG pada tahun 2020
Tahun Tahun ke- (X) Produksi (Y)
2004 1 2,026,9
35
2005 2 1,827,8
14
2006 3 1,428,4
90
2007 4 1,409,4
30
2008 5 1,690,7
66
2009 6 2,185,9
50
2010 7 2,478,3
71
2011 8 2,285,4
39
2012 9 2,492,6
09
Maka didapatkan persamaan least square untuk produksi sebagai berikut :
Y=89292x + 1000000
Dalam bentuk grafik, yaitu :
Gambar 1.1 Perkembangan produksi LPG
Pada tahun ke-17 (2020) maka produksi LPG sebayak :
Y=89292x + 1000000
Y=89292(20) + 1000000
Y=2785840 Ton
Tabel 1.2.1.3. Proyeksi kebutuhan impor LPG pada tahun 2020
Tahun Tahun ke- (X) Impor (Y)
2004 1 32,9
94
2005 2 22,1
66
2006 3 68,9
97
2007 4 137,7
60
2008 5 418,1
39
2009 6 917,1
71
2010 7 1,621,9
59
2011 8 1,991,7
74
2012 9 2,501,6
62
Maka didapatkan persamaan least square untuk impor sebagai berikut :
Y=277720x - 68593
Dalam bentuk grafik, yaitu :
Gambar 1.2 Perkembangan impor LPG
Pada tahun ke-17 (2020) maka impor LPG sebayak :
Y= 277720x – 68593
Y= 277720(17) – 68593
Y= 5485807 Ton
Tabel 1.2.1.4. Proyeksi kebutuhan LPG padadalam negeri tahun 2020
Tahun Tahun ke- (X) Kebutuhan (Y)
2004 1 1,078,1
49
2005 2 834,6
14
2006 3 1,207,7
89
2007 4 1,278,6
79
2008 5 2,008,4
05
2009 6 3,014,6
21 2010 7 4,100,3
30
2011 8 4,277,2
13
2012 9 4,994,2
71
Maka didapatkan persamaan least square untuk kebutuhan sebagai berikut :
Y= 477300x – 11900
Dalam bentuk grafik, yaitu :
Gambar 1.3 Perkembangan kebutuhan LPG
Pada tahun ke-17 (2020) maka kebutuhan LPG sebayak :
Y= 477300x - 11900
Y= 477300(17) - 11900
Y= 8102200 Ton
Tabel 1.2.1.5. Proyeksi produksi solar pada tahun 2020
Tahun Tahun ke- (X) Produksi (Y)
2009 1 13,278,720
2010 2 15,184,820
2011 3 15,221,780
2012 4 16,932,160
Maka didapatkan persamaan least square untuk produksi sebagai berikut :
Y= 1000000x + 10000000
Dalam bentuk grafik, yaitu :
Gambar 1.4 Perkembangan produksi solar
Pada tahun ke-12 (2020) maka produksi solar sebayak :
Y= 1000000x + 10000000
Y= 1000000(12) + 10000000
Y= 22000000 Ton
Tabel 1.2.1.6. Proyeksi impor solar pada tahun 2020
Tahun Tahun ke- (X) impor (Y)
2009 1 6,918,152
2010 2 8,497,025
2011 3 10,895,268
2012 4 8,326,926
Maka didapatkan persamaan least square untuk impor sebagai berikut :
Y= 66245x + 7000000
Dalam bentuk grafik, yaitu :
Gambar 1.5 Perkembangan impor solar
Pada tahun ke-12 (2020) maka produksi solar sebayak :
Y= 66245x + 700000
Y= 66245(12) + 700000
Y= 7794940 Ton
Tabel 1.2.1.7. Proyeksi kebutuhan solar pada tahun 2020
Tahun Tahun ke- (X) kebutuhan (Y)
2009 1 20,019,117
2010 2 23,070,310
2011 3 25,796,287
2012 4 25,195,054
Maka didapatkan persamaan least square untuk kebutuhan sebagai berikut :
Y= 908667x + 20000000
Dalam bentuk grafik, yaitu :
Gambar 1.6 Perkembangan kebutuhan solar
Pada tahun ke-12 (2020) maka produksi solar sebayak :
Y= 908667x + 20000000
Y= 908667(12) + 20000000
Y= 30904000 Ton
Berdasarkan pada data kebutuhan, produksi serta impor bahna bakar LPG maupun solar di Indonesia, maka pada tahun 2020 diperkirakan DME yang dapat dikonsumsi sebagai pengganti bahan bakar diatas sebesar 13.280.474 Ton dan ini merupakan peluang pasar yang sangat baik terutama untuk menutupi kebutuhan impor bahan bakar yang akhirnya dapat menghemat devisa Negara.
1.2.2. Ketrsediaan bahan bakuBahan yang digunakan untuk pembuatan DME yaitu biomassa berupa sekam padi. Setiap tahunnya Indonesia menghasilkan padi namun pemanfaatan dari sekam padi masilah minim, pada tahun 2012 menghasilkan padi sebanyak 138112252 Ton. Setiap kilogram beras menghasilkan sekam padi sebanyak 280 gram sehingga diperoleh 38.671.430 Ton sekam padi tahun 2012. Jumlah sebanyak itu cukup untuk menghasilkan syngas pada proses pembutan DME. Keunggulan dari sekam padi selain ketersediaan yang banyak juga biaya pembeliannya yang cukup murah dan yang paling penting merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui sehingga dapat menghemat cadangan sumber daya mineral yang tak dapat diperbaharui (green energy).
1.2.3. Kapasitas minimalDari hasil seminar international DME association tahun 2006 diperolah informasi produksi paling besar yang telah dibuat untuk memproduksi DME sebesar 800000 Ton/Tahun. Proses ini dilakukan dengan motoda dehidrasi methanol dan memiliki kemurnian sampai 99%. Dengan melihat peluang pasar yang besar akan DME di dalam negeri serta mudahnya memperoleh bahan baku maka penetapan kapasitas pabrik yang akan didirikan sebesar kebutuhan impor LPG dan solar tahun 2020 yaitu sebesar 13.280.474 Ton pertahun.Dari beberapa hal tersebut di atas, maka dalam perancangan pabrik DME menggunakan metoda indirect synthesis dengan pertimbangan :
1. produksi DME sebbesar 13.280.474 Ton pertahun mampu memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri dan juga menghilangkan impor bahan bakar dari luar negeri.
2. Dapat memacu perkembangan industri lain di dalam negeri yang menggunakan DME sebagai bahan bakunya.
3. Dapat menghemat cadangan sumber daya mineral yang tak dapat diperbaharui, sehingga harga bahan bakar lebih stabil.
4. bahan baku biomassa dapat dipenuhi dari dalam negeri ,dan dapat diperbaharui yang otomatis lebih mensejahterakan para petani karena sekam padi menjadi barang bernilai ekonomis.
1.3. Bahan Baku dan Produk
1.3.1 Spesifikasi bahan baku dan produk
1.3.1.1 Bahan baku
A. Sekam padi
Sifat fisik :
Particle siza (µm) : 856 Apparent density (kg.m-3) : 389 Porosity : 0.64
1.3.1.2 Bahan pembantu
A. Hidrogen
Sifat fisik :
Rumus Molekul : H2
Berat molekul : 1.016
Densitas : (0 °C, 101.325 kPa)0.08988 g/L Liquid dan
0.07 (0.0763 solid)
Titik Didih (760 mmHg) : -252,87 oC
Titik Beku : -259,14 oC
Tekanan kritis (pc) : 1,293MPa
Temperatur Kritis (tc) : 32,97 K
Kapasitas panas : (25 °C) (H2) 28.836 J·mol−1·K−1
Sifat kimia:
suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, bukan logam, hambar,.
gas diatomik yang sangat mudah terbakar dengan rumus molekul H2
B. Karbon dioksida
Sifat fisik :
Rumus Molekul : CO2
Berat molekul : 44.01
Densitas : 1562 kg/m3 (solid at 1 atm and −78.5 °C)
Titik Didih (760 mmHg) : -78.5 oC
Titik Beku : -56.6 oC
Tekanan kritis (pc) : 73.825 bar
Temperatur Kritis (tc) : 31.01 K
Kapasitas panas : (25 °C) 37.135 J/K mol
C. Karbon monoksida
Sifat fisik :
Rumus Molekul : CO
Berat molekul : 28.01
Densitas : 1.25 g/L (at 1 atm and 0 °C)
Titik Didih (760 mmHg) : -191.5 oC
Titik Beku : -205 oC
Tekanan kritis (pc) : 35 bar
Temperatur Kritis (tc) : -140.3 oC
Kapasitas panas : (1.013 bar and 15.6 °C): 0.029 kJ/(mol.K)
D. Katalis Cu/Al2O3
Sifat fisik :
Rumus Molekul : Cu/Al2O3
Berat molekul : 101.96
Bentuk fisik : padat
Titik Didih (760 mmHg) : 2980 oC
Spesific grafity : 4
1.3.1.3 Produk
A. Dimethyl Eter
Rumus Molekul : CH3OCH3
Berat molekul : 46.08
Densitas gas : 0.1222 (lb/ft3)
Titik Didih (760 mmHg) : -23.7 oC
Titik Beku : -138.5 oC
Tekanan kritis (pc) : 73.825 bar
Temperatur Kritis (tc) : 126.9 oC
Kapasitas panas : (25 °C) 65.57 J K−1 mol−1
1.4. Lokasi dan Letak Pabrik
Pemilihan lokasi pabrik merupakan salah satu faktor utama yang
menentukan keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu pabrik. Beberapa faktor
yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan lokasi pabrik antara lain :
penyediaan bahan baku, daerah pemasaran, utilitas, tenaga kerja, dll.
Pemilihan lokasi pabrik DME direncanakan didirikan di daerah Gresik, propinsi
Jawa Timur dengan mendasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut :
1. Penyediaan Bahan baku
2. Pemasaran
3. Transportasi
4. Penyediaan Utilitas
5. Tenaga Kerja
6. Lahan
7. Kebijaksanaan Pemerintah
8. Faktor Komunikasi
9. Sarana dan Prasarana
1. Penyediaan Bahan Baku
Bahan baku merupakan kebutuhan utama bagi kelangsungan dari suatu
pengoperasian suatu pabrik, sehingga pengadaannya harus benar-benar
diperhatikan. Sebagai bahan baku utama yang digunakan didalam proses ini
adalah sekam pdi, dalam hal ini bahan baku diperoleh dengan mudah karena
jawa timur termasuk salah satu penghasil terbesar di Indonesia.
2. Pemasaran
Daerah Gresik merupakan daerah yang strategis untuk pendirian suatu pabrik,
dikarenakan dekat dengan Surabaya dan terdapat pelabuhan di sekitar
Gresikyang mempermudah transportasi jual beli. Target pemasaran ialah
pengolahan LPG maupun solar milik PERTAMINA
3. Transportasi
Sarana transportasi sangat penting bagi industri. Gresik merupakan kompleks
industri yang didalam areal ini telah tersedia jalur transportasi yang lengkap
mulai dari jalan raya, kereta api dan pelabuhan. Dengan lengkapnya sarana
transportasi tersebut, maka pemilihan lokasi di Gresik sangat tepat.
4. Penyediaan Utilitas
Perlu diperhatikan sarana-sarana pendukung seperti tersedianya air, listrik dan
sarana lainnya agar produksi dapat berjalan baik. Gresik merupakan kota
industri, untuk aliran listrik dapat dipenuhi oleh PLTU dan PLTG yang dikelola
oleh PT Pembangkitan Jawa-bali. Kebutuhan air pendingin didapatkan dari air
laut karena Merak merupakan kota yang dekat dengan laut.
5. Tenaga Kerja
Tersedianya tenaga kerja yang terampil mutlak diperlukan untuk menjalankan
mesin-mesin produksi dan tenaga kerja yang direkrut dapat berasal dari daerah
sekitar Gresik.
6. Lahan
Faktor ini berkaitan dengan rencana pengembangan pabrik lebih lanjut. Gresik
merupakan kawasan industri, sehingga lahan-lahan di daerah tersebut telah
disiapkan untuk pendirian dan pengembangan suatu pabrik, sehingga
kemungkinan pengembangan suatu pabrik tidak menjadi suatu persoalan.
7. Kebijaksanaan Pemerintah
Pendirian pabrik perlu mempertimbangkan faktor kepentingan pemerintah yang
terkait didalamnya. Kebijaksanaan pengembangan industri dan hubungan
dengan pemerataan kesempatan kerja serta hasil-hasil pembangunan. Gresik
merupakan daerah yang telah dipersiapkan untuk sebuah kawasan industri,
sehingga sudah sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah.
8. Faktor Komunikasi
Keadaan sosial kemasyarakatan di daerah Gresik yang sudah terbiasa dengan
lingkungan industri, memudahkan adaptasi dan sosialisasi serta penerimaan
masyarakat terhadap pendirian pabrik baru.
9. Sarana dan Prasarana
Pendirian pabrik di daerah Gresik dengan mempertimbangkan bahwa di daerah
itu telah memiliki sarana dan prasarana yang meliputi jalan, bank dan jaringan
telekomunikasi yang baik dan lengkap.
Dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan di atas, tepatlah kiranya
Merak dipilih sebagai daerah pabrik yang direncanakan.
1.4.2 Letak Pabrik
1.5. Pemilihan ProsesLokasi pabrik