BAB I dan bab 2
-
Upload
latifatu-anisa -
Category
Documents
-
view
218 -
download
1
description
Transcript of BAB I dan bab 2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi, yang ditandai oleh membanjirnya informasi dan
pesatnya perkembangan teknologi, maka ”tantangan” generasi yang akan
datang lebih berat dibandingkan dengan generasi terdahulu. Karena itu
generasi muda juga harus dibekali sesuai dengan tantangannya ke depan.
Dalam hal ini, generasi muda harus dibekali untuk kreatif, kompetitif, dan
kooperatif. Untuk membekali ketiga kemampuan tersebut, dunia pendidikan
memegang peranan yang sangat penting. Dalam perkembangan dunia global
yang sangat cepat ini, siswa yang mampu menghadapinya adalah siswa yang
berkembang pola pikirnya dan siswa yang mampu menyelesaikan masalah
dengan baik. Karena itu satuan pendidikan harus mampu mengkondisikan
bagaimana supaya siswa dapat menjadi pemecah masalah yang baik. Maka
dari itu kami menuliskan tentang strategi pembelajaran berbasis masalah yang
sekiranya dapat membantu pembentukan generasi muda yang tangguh dan
dapat memecahkan masalah dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah:
1. Apakah pengertian PBL itu?
2. Apa saja karakteristik-karakteristik pembelajaran berbasis masalah?
3. Bagaimana tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran beerbasis
masalah?
C. Tujuan
1. Siswa diharapkan mampu menyelesaikan masalah fisika yang berkaitan
tentang kehidupan sehari-hari.
2. Memberikan suasana baru kepada siswa dalam pembelajaran fisika.
3. Membentuk siswa yang lebih mandiri, aktif dan kreatif dalam belajar
fisika.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Karakteristik Strategi Pembelajran Berbasis Masalahh
Pembelajaran Berbasis Masalah atau sering disebut dengan Problem Based
Learning ini memiliki beberapa arti, diantaranya :
1. Menurut Boud dan Felleti, (1997), Fogarty (1997) menyatakan bahwa
model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan
pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar
(siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-
structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar.
2. Menurut Arends (Nurhayati Abbas, 2000: 12) menyatakan bahwa model
pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa
dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan
keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa, dan
meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
3. Menurut Ward, 2002: Stepien, dkk., 1993 menyatakan bahwa model
berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa
untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah
sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan
masalah.
4. Ratnaningsih, 2003: menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah
adalah suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk
memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang
disajikan pada awal pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) adalah suatu metode pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi peserta didik yang
menuntut aktivitasnya dalam menyelesaikan masalah secara ilmiah serta
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensil dari pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah juga dapat diartikan sebagi rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari PBM, yaitu:
1. Merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi
PBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBM
menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran,
artinya tanpa ada masalah maka tidak akan ada proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan ilmiah.
Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir
deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan
empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-
tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah
didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
B. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajran Berbasis Masalah
1. Keunggulan strategi PBL bermuatan karaktera. Pemecaan masala merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.b. Pemecahan maslaha dapat menantang kemampuan peserta didik,
sehingga memberikan keleluasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik .
d. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nayata.
e. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya, dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang dilakukan.
f. Peserta didik mamu memecakan masalah dengan suasana pembelajaran yang aktif-menyenangkan.
g. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan pserta didik untuk berpikir kritis dan mengenbangkan kemapuan mereka guna beradaptasi dengan pengetahuanberu.
h. Pemecahan masala dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka memiliki dalam duia nyata.
i. PBM dapat mengebangkan minat peserta didik untuk mengembangakan konsep belajar secara terus-menerus, karena dalam praksisnya masalah tidak akan pernah selesai. Artinya, ketika satu masala selasai diatasi, masalah lain muncul damn membutuhhkan penyelesaian secepatnaya.
2. Kelemahan Strategi PBL Bermutan Karaktera. Ketiaka peserta didik tidak memiliki minat tinggi, atua tidak
mempunayi kepercayaan diri bahwa dirinya mampu menyelesaikan masalah yang dipelajari, maka mereka cenderung enggan untuk mencoba karena takut salah.
b. Tanpa pemahhaman “Mengapa mereka berusaha” untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka meraka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. Artinya, perlu dijelaskan manfaat menyelesaikan masalah yang dibahas pada peserta didik.
c. Proses pelaksanaan PBL membutuhkan waktu yang lebih lama atau panjang. Itu pun belum cukup, kerena seringkali peserta didik masih memerlukan waktu tambahan untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan. Padahal, waktu pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban kurikulum yang ada.
C. Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajran Berbasis Masalah
D. Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajran Berbasis Masalah
Untuk dapat menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning), guru harus memilih bahan pelajaran yang memiliki
permasalahan yang dapat diselesaikan peserta didik secara terbuka,
demokratis, rasional dan logis. Permasalah tersebut dapat diambil dari buku
ajar maupun buku teks, atau sumber-sumber lain.
Adapun kriteria masalah yang disajikan guru minimal mengandung gap
atau kesenjangn antara teori yang dipelajari atau dibahas dengan kondisi real
yang terjadi. Kesenjangan tersebut hendaknya dapat dirasakan peserata didik,
melaluii kegundahan, keresahan, keluhan atau kecemasan. Konsekuensinya,
materi pelajaran tidaak hanya bersumbber pada buku ajar maupun buku teks,
melainkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi saat ini.
Materi pelajaran yang mengandung masalah dan kriteria masalah di atas
menjadi prasyarat sebelum dimulainya pennerapan strategi pembelajaran
berbasis masalah. Setelah materi pelajaran dan masalah dengan segenap
ketentuan dapat disajikan, guru bisa menggunakan strategi pembelajaran
berbasisi masalah ini. Menurut Hamruni (2009), terdapat enam langkah untuk
dapat menerapkan strategi Pmbelajaran berbasis masalah ini.
1. Menyadari Adanya Masalah
Implementasi atau penggunaan Pembelajran Berbasis Masalah
harus dimulai dari membangun kesadaran kritis peserta didik akan adnya
masalah yang akan dipecahkan. Pada tahap ini guru dapat menunjukkan
adanya gap atau kesenjangan antara realitas yang terjadi dengan idealitas
atau yang dikehendaki.
2. Merumuskan Masalah
Setelah materi pelajaran dapat disajikan secara problematik, dan
para peserta mampu menangkap gap dalam masala tersebut, maka guru
dapat membantu peserta didik untuk merumuskan masalah, sehingga
menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebiih fokus dan spesifik.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah hubungan sebab akibat yang sifatnya sementara
dan belum teruji kebenarannya, namun memenui syarat loggis rasional
dan empiris. Dalam dunia akademik termasuk di dalam sekolah/madrasah ,
diwajibkan terjadinya prose berpikir yang rasional dan ilmiah. Salah satu
proses berpikir rasional ilmiah tersebut adalah pengajuan hipotesis.
4. Mengumpulkan Data
Sebagai konsekuensi prosesberpikir empiris, keberadaan data
dalam kerangka berpikir ilmiah sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan data
akan berpengaruh pada hepotesis yang disajikan. Dalam tahap ini, peserta
didik diharapkan mampu mengumpulkan data yang relevan secepat
mungkin, kemudian mengorganisasikannya, serta menyajikannya secara
skematis atau terpetakan, sehingga mudah dipahami. Di balik tahap ini
dimaksudkan guru mampu menanamkan nilai-nilaikarakter, seperti belajar
keras, mandiri, disiplin, toleren, peduli lingkungan, pedulisosial dan
tanggung jawab.
5. Menguji Hipotesis
Berdasrkan data yang berhasil dikumpulkan, diharapkan peserta
didik mampu menguji hipotesis yang diajukan pada langkah ke-tiga.
Akhirnya, peserta didik mampu memilih hipotesis yang sesuai dan dapat
dibenarkan secararassional dan dibuktikan secara empiris, serta menolak
hipotesis yang lain.
6. Menentukan Pilihan Penyelesaian
Tahap terakhir dari pelakasanaan strategi pembelajaran berbasis
masalah adalah memilih salah satu solusi yang diambil dari hipotesis yang
telah teruji kebenarannya sebagai sebuah pilihan. Dengan demikian,
kemampuan yang. Diarapkan pada tahap terakhir ini adalah kecakapan
memilih alternatif penyelesaian masalh secara bijaksana. Di balik langkah
ini dimaksudkan guru mampu menanamkan nilai-nilai karakter, seperti
tanggung jawab, disiplin, keberanian, mandiri, demokratis, menghargai
prestasi, peduli lingkungan dan peduli sosial.
E. Upaya Pemecahan Kasus Pembelajaran