BAB I bp.doc

5
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian produktifitas kerja. ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk pneumonia (Sudoyo, 2007) Pneumonia adalah infeksi saluran akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomis pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstisialis, dan bronkopneumonia (Mansjoer, Arif, dkk, 2005) Bronkopneumonia sebagai penyakit yang menimbulkan gangguan pada sistem pernafasan, merupakan salah satu bentuk pneumonia yang terletak pada alveoli paru (Price, 2005) Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini dikarenakan respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering bronkopneumonia pada bayi dan anak adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae (Sudoyo, 2007)

description

bab1 skripsi bronkopneumonia

Transcript of BAB I bp.doc

Page 1: BAB I bp.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan

dan kematian yang tinggi serta kerugian produktifitas kerja. ISNBA dapat

dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk pneumonia

(Sudoyo, 2007)

Pneumonia adalah infeksi saluran akut bagian bawah yang mengenai

parenkim paru. Menurut anatomis pneumonia pada anak dibedakan menjadi

pneumonia lobaris, pneumonia interstisialis, dan bronkopneumonia (Mansjoer,

Arif, dkk, 2005)

Bronkopneumonia sebagai penyakit yang menimbulkan gangguan pada

sistem pernafasan, merupakan salah satu bentuk pneumonia yang terletak pada

alveoli paru (Price, 2005)

Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini

dikarenakan respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik.

Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering bronkopneumonia pada bayi dan anak

adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae (Sudoyo, 2007)

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis adalah peradangan

pada parenkim paru yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi

berbentuk bercak-bercak (patchy distribution). Konsolidasi bercak berpusat

disekitar bronkus yang mengalami peradangan multifokal dan biasanya bilateral.

Konsolidasi pneumonia yang tersebar (patchy) ini biasanya mengikuti suatu

bronkitis atau bronkiolitis.

World Health Organitation (WHO) tahun 2005 menyatakan Propotional

Mortality Ratio (PMR) balita akibat pneumonia di seluruh dunia sekitar 19% atau

Page 2: BAB I bp.doc

berkisar 1,6 - 2,2 juta dan sekitar 70% terjadi di negara-negara berkembang,

terutama di Afrika dan Asia Tenggara (WHO, 2006). Pada tahun 2006, Indonesia

menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan

jumlah penderita mencapai enam juta jiwa (Hartoyo,2009)

Menurut hasil penelitian Johnson, dkk (April 2008) di Afrika Barat, dari

323 kasus pneumonia pada balita ditemukan 127 (39,3%) bronkopneumonia, 39

(12,1%) lobar pneumonia, dan 23 (7,1%) bronkopneumonia dan lobar pneumonia

(Johnson, 2008).

Berdasarkan data WHO penyakit saluran pernafasan akut salah satu

penyumbang dari banyak penyebab kesakitan dan kematian. Pada tahun 2000 di

El Salvador, Incidence Rate (IR) ISPA 252 per 1.000 penduduk dengan proporsi

52% pada umur dibawah 5 tahun. IR pneumonia dan bronkopneumonia 44,7 per

1.000 penduduk dengan proporsi 38,3% pada umur dibawah 1 tahun (WHO,

2000)

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, pneumonia merupakan penyakit

yang tergolong kedalam ISPA dengan PMR 80-90%. PMR pneumonia pada balita

berturut-turut pada tahun 2000, 2001, 2002, 2003, dan 2004 masing-masing

30,1% (20 provinsi), 22,6% (20 provinsi), 22,1% (29 propinsi), 29,5% (24

propinsi), dan 27,1% (23 propinsi) (Depkes, 2005)

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2007, jumlah kematian akibat penyakit

sistem napas pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia sebanyak 7.214 dari

197.780 penderita dengan Case Fatality Rate (CFR) 3,65% dan 8.190 dari

205.076 penderita dengan CFR 3,99% tahun 2008. Target cakupan penemuan

kasus program ISPA nasional pada pneumonia balita 76% dari perkiraan jumlah

kasus, namun cakupan penemuan kasus baru mencapai 18,8% (laporan dari 26

provinsi) (Depkes, 2008)

Berdasarkan data diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Karakteristik Balita Bronkopneumonia di Puskesmas Kenten

Palembang”

Page 3: BAB I bp.doc

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik

balita bronkopneumonia di Puskesmas Kenten Palembang periode Januari

2012- Desember 2012?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik balita bronkopneumonia di Puskesmas

Kenten Palembang

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui balita penderita bronkopneumonia berdasarkan

umur

b. Untuk mengetahui balita penderita bronkopneumonia berdasarkan

jenis kelamin

c. Untuk mengetahui balita penderita bronkopneumonia berdasarkan

derajat bronkopneumonia

d. Untuk mengetahui balita penderita bronkopneumonia berdasarkan

status gizi

e. Untuk mengetahui balita penderita bronkopneumonia berdasarkan

status imunisasi

f. Untuk mengetahui balita penderita bronkopneumonia berdasarkan

pendidikan orangtua

g. Untuk mengetahui balita penderita bronkopneumonia berdasarkan

pekerjaan orangtua

Page 4: BAB I bp.doc

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Puskesmas dapat sebagai informasi dan bahan masukan mengenai

karakteristik balita bronkopneumonia

b. Bagi peneliti dapat meningkatkan pengetahuan khususnya di bidang

penyakit respirasi dan menambah pengalaman dalam bidang penelitian