Bab I Bab II IU Sgd 06

download Bab I Bab II IU Sgd 06

of 20

Transcript of Bab I Bab II IU Sgd 06

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    1/20

    BAB 1

    (PENDAHULUAN)

    1.1. Latar Belakang

    Perkembangan ilmu kedokteran yang sangat dinamis sehingga menuntut mahasiswa

    untuk terus belajar dan menggali ilmu tanpa mengenal waktu. Hal itu sangat diperlukan

    terhadap mahasiswa yang menjadi calon dokter masa depan dinegara Indonesia, jadi dengan

    konsep keilmuan yang baik maka lahirlah seorang dokter yang kompeten dan dipercaya oleh

    masyarakat, itulah yang merupakan salah satu latar belakang pada penyusun makalah ini.

    Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan air kencing. Gangguan ini lebih

    sering terjadi pada wanita yang pernah melahirkan daripada yang belum pernah melahirkan

    (nulipara). Diduga disebabkan oleh perubahan otot dan asia di dasar panggul. !ebanyakan

    penderita inkontinensia telah menderita desensus dinding depan "agina disertai sisto#

    uretrokel. $etapi kadang#kadang dijumpai penderita dengan prolapsus total uterus dan "agina

    dengan kontinensia urine yang baik.

    %ngka kejadian ber"ariasi, karena banyak yang tidak dilaporkan dan diobati. Di

    %merika &erikat, diperkirakan sekitar '#' juta orang dewasa mengalami gangguan ini.

    Gangguan ini bisa mengenai wanita segala usia. Pre"alensi dan berat gangguan meningkat

    dengan bertambahnnya umur dan paritas. Pada usia '* tahun atau lebih didapatkan kejadian

    '+, sedang pada usia *#-* tahun mencapai '+. Pre"alansi meningkat sampai '-+ pada

    wanita usia lebih dari -* tahun. Pada nulipara didapatkan kejadian *+, pada wanita dengan

    anak satu mencapai '+ dan meningkat sampai + pada wanita dengan * anak.

    Pada wanita umumnya inkontinensia merupakan inkontinensia stres, artinya

    keluarnya urine semata#mata karena batuk, bersin dan segala gerakan lain dan jarang

    ditemukan adanya inkontinensia desakan, dimana didapatkan keinginan miksi mendadak.

    !einginan ini demikian mendesaknya sehingga sebelum mencapai kamar kecil penderita

    telah membasahkan celananya. enis inkontinensia ini dikenal karena gangguan neuropatik

    pada kandung kemih.

    Modul XX Skenario 6 1

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    2/20

    &istitis yang sering kambuh, juga kelainan anatomik yang dianggap sebagai penyebab

    inkontinensia stres, dapat menyebabkan inkontinensia desakan. &ering didapati inkontinensia

    stres dan desakan secara bersamaan.

    1.2. Tujuan

    Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan berguna

    bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana tujuannya untuk

    mengetahui pengertian inkontinensia urin, mekanisme inkontinensia urin, dan penanganan

    inkontinensia urin itu sendiri. %dapun juga dapat menambah wawasan mahasiswa/I dalam

    menguraikan suatu persoalan secara holistic dan tepat, melatih pemikiran ilmiah tersebut

    sangat dibutuhkan bagi seorang dokter agar mampu menganalisis suatu persoalan secara

    cepat dan tepat. &ecara khusus makalah ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan

    para pembaca dan penulis, sebagai bahan reerensi mahasiswa/I untuk menghadapi ujian

    akhir modul.

    Modul XX Skenario 6 2

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    3/20

    BAB II

    (PEMBAHASAN)

    2.1. Skenario !

    0odul 11 ($2032H !403%5G,

    G46I%6$6I D%5 D4G4546%$I7)

    IN"#NTINENSIA U$IN

    &eorang laki#laki umur 89 tahun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan selalu

    buang air kecil sedikit#sedikit tanpa disadari. !eadaan ini sudah dialaminya sejak tahun

    yang lalu. &elama ini penderita berjalan tidak stabil, karena keluhan pada lututnya yang

    sering sakit dan bengkak.

    6P$ : D0 dan &troke

    2.2. LEA$NIN% #B&E'TIE

    '. 0engetahui deinisi inkontinensia urin. 0engetahui etiologi inkontinensia urin

    . 0engetahui klasiikasi inkontinensia urin

    ;. 0engetahui manisestasi klinis inkontinensia urin

    *. 0engetahui tatalaksanaan inkontinensia urin

    Modul XX Skenario 6 3

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    4/20

    2.. PEMBAHASAN LEA$NIN% #B&E'TIE

    2..1. Inkontinen*ia Urin

    A. De+ini*i

    Inkontinensia urin adalah keluarnya urin yang tidak terkendali sehingga

    menimbulkan masalah higienis dan sosial. Inkontinensia urin merupakan masalah yang

    sering dijumpai pada orang usia lanjut dan menimbulkan masalah isik dan psikososial,

    seperti dekubitus,jatuh, depresi, dan isolasi dari lingkungan sosial. Inkontinensia urin

    dapat bersiat akut atau persisten.

    Inkontinensia urin yang bersiat akut dapat diobati bila penyakit atau masalah

    yang mendasari diatasi seperti ineksi saluran kemih, gangguan kesadaran, vaginitis

    atrofik, obat

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    5/20

    3atasan inkontinensia adalah pengeluaran urin (atau eses) tanpa disadari,

    dalam jumlah dan rekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan

    kesehatan atau sosial (!ane dkk., '9=9 dalam Pranarka, ).

    The International Continence Society menyusun deinisi inkontinensia urin

    sebagai suatu keadaan pengeluaran urin yang in"olunter, kencing tidak lancar dan tidak

    lampias, secara objekti dapat diperagakan (demonstrable), memberikan dampak sosial

    atau higienik bagi penderita.

    5amun dalam berbagai kepustakaan, deinisi inkontinensia urin masih belum

    seragam bahkan dalam International Classification of Disease (ICD-10) tidak

    tercantum kode spesiik inkontinensia urin pada anak. !ode I>D yang terdapat untuk

    inkontinensia urin adalah unspecified urinary incontinence (6)

    B. Etiologi

    &eiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan

    ungsi organ kemih, antara lain disebabkan melemahnya otot dasar panggul, kebiasaan

    mengejan yang salah ataupun karena penurunan estrogen.

    !elemahan otot dasar panggul dapat terjadi karena kehamilan, setelah

    melahirkan, kegemukan (obesitas), menopause, usia lanjut, kurang akti"itas dan operasi

    "agina. Penambahan berat dan tekanan selama kehamilan dapat menyebabkan

    melemahnya otot dasar panggul karena ditekan selama sembilan bulan.

    Proses persalinan juga dapat membuat otot # otot dasar panggul rusak akibatregangan otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat

    meningkatkan risiko terjadinya Inkontinensia urin. Dengan menurunnya kadar hormon

    estrogen pada wanita di usia menopause (* tahun ke atas), akan terjadi penurunan

    tonus otot "agina dan otot pintu saluran kemih (uretra), sehingga menyebabkan

    terjadinya Inkontinensia urin

    Modul XX Skenario 6 5

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    6/20

    7aktor risiko yang lain adalah obesitas atau kegemukan, riwayat operasi

    kandungan dan lainnya juga berisiko mengakibatkan Inkontinensia urin. &emakin tua

    seseorang semakin besar kemungkinan mengalami Inkontinensia urin, karena terjadi

    perubahan struktur kandung kemih dan otot dasar panggul.

    Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat menahan air seni. &elain itu, adanya

    kontraksi ( gerakan ) abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun

    kandung kemih baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih.

    6esiko Inkontinensia urin meningkat pada wanita dengan nilai indeks massa

    tubuh yang lebih besar, riwayat histerektomi, ineksi urin, dan trauma perineal.

    Penyebab Inkontinensia urin antara lain terkait dengan gangguan di saluran kemih

    bagian bawah, eek obat#obatan, produksi urin meningkat atau adanya gangguan

    kemampuan / keinginan ke toilet ( 0artin dan 7rey, * ? &etiati dan pramantara

    8).

    0enurut &etiati dan Pramantara ( 8 ) pada usia lanjut di masyarakat,

    penyebab Inkontinensia urin dikaitkan dengan depresi, transient ischaemic attacks dan

    stroke, gagal jantung kongesti, konstipasi, Inkontinensia eses, obesitas, penyakit paru

    obstrukti kronik, dan gangguan mobilitas.

    4mpat penyebab pokok Inkontinensia urin yang perlu dibedakan yaitu :

    gangguan urologi, neurologis, ungsional / psikologis, dan iatrogenik/lingkungan.

    0engetahui penyebab Inkontinensia urin penting dalam menentukan penatalaksanaan

    yang tepat.

    '. "la*i+ika*i

    Inkontinensia urin dapat dikelompokkan menjadi yaitu :

    1! Inkontinensia urin akut " Transient incontinence !

    Modul XX Skenario 6 6

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    7/20

    Inkontinensia urin ini terjadi secara mendadak, terjadi kurang dari -

    bulan dan biasanya berkaitan dengan kondisi sakit akut atau problem

    iatrogenik yang menghilang jika kondisi akut teratasi. Penyebabnya berupa

    delirium, ineksi, inlamasi, gangguan mobilitas, kondisi#kondisi yang

    mengakibatkan poliuria (hiperglikemia, hiperkalsemia) ataupun kondisi

    kelebihan cairan seperti gagal jantung kongesti.

    ) Inkontinensia urin kronik ( persisten )

    Inkontinensia urin ini tidak berkaitan dengan kondisi akut dan

    berlangsung lama ( lebih dari - bulan ). %da penyebab kelainan mendasar

    yang melatarbelakangi Inkontinensia urin kronik ( persisten ) yaitu :

    menurunnya kapasitas kandung kemih akibat hiperakti dan karena kegagalan

    pengosongan kandung kemih akibat lemahnya kontraksi otot detrusor.

    Inkontinensia urin kronik ini dikelompokkan lagi menjadi ; tipe (stress, urge,

    overflo#, fungsional). 3erikut ini adalah penjelasan dari masing#masing tipe

    Inkontinensia urin kronik atau persisten :

    i. Inkontinensia urin tipestress

    Inkontinensia urin ini terjadi apabila urin secara tidak terkontrol

    keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut, melemahnya otot dasar

    panggul, operasi dan penurunan estrogen. Gejalanya antara lain kencing

    sewaktu batuk, mengedan, tertawa, bersin, berlari, atau hal lain yang

    meningkatkan tekanan pada rongga perut. Pengobatan dapat dilakukan

    tanpa operasi ( misalnya dengan $egel e%ercises, dan beberapa jenis

    obatobatan ), maupun dengan operasi.

    ii. Inkontinensia urin tipe urge

    $imbul pada keadaan otot detrusor kandung kemih yang tidak

    stabil, yang mana otot ini bereaksi secara berlebihan. Inkontinensia urin

    Modul XX Skenario 6 7

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    8/20

    ini ditandai dengan ketidakmampuan menunda berkemih setelah sensasi

    berkemih muncul. 0aniestasinya dapat berupa perasaan ingin kencing

    yang mendadak ( urge ), kencing berulang kali (rekuensi) dan kencing di

    malam hari ( nokturia ).

    iii. Inkontinensia urin tipe o"erlow

    Pada keadaan ini urin mengalir keluar akibat isinya yang sudah

    terlalu banyak di dalam kandung kemih, umumnya akibat otot detrusor

    kandung kemih yang lemah.3iasanya hal ini dijumpai pada gangguan

    sara akibat penyakit diabetes, cedera pada sumsum tulang belakang, atau

    saluran kencing yang tersumbat. Gejalanya berupa rasa tidak puas setelah

    kencing ( merasa urin masih tersisa di dalam kandung kemih ), urin yang

    keluar sedikit dan pancarannya lemah.

    i". Inkontinensia urin tipe ungsional

    $erjadi akibat penurunan yang berat dari ungsi isik dan kogniti

    sehingga pasien tidak dapat mencapai toilet pada saat yang tepat. Hal ini

    terjadi pada demensia berat, gangguan mobilitas, gangguan neurologik

    dan psikologik( &etiati et al, 8 ? Iglesias et al, ).

    D. Pato+i*iologi

    Proses berkemih normal dikendalikan oleh mekanisme volunter dan

    involunter Sfingter uretra eksternal dan otot dasar panggul berada di bawah kontrol

    Modul XX Skenario 6 8

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    9/20

    mekanisme volunter &edangkan otot detrusor kandung kemih dan sfingter uretra

    internalberada di bawah kontrol sistem sara otonom.

    !etika otot detrusor berelaksasi maka akan terjadi proses pengisian kandung

    kemih sebaliknya jika otot ini berkontraksi maka proses berkemih ( pengosongan

    kandung kemih ) akan berlangsung. !ontraksi otot detrusor kandung kemih

    disebabkan oleh akti"itas sara parasimpatis, dimana akti"itas ini dapat terjadi karena

    dipicu oleh asetilkoline

    ika terjadi perubahan#perubahan pada mekanisme normal ini maka akan

    menyebabkan proses berkemih terganggu. Pada usia lanjut baik wanita maupun pria

    terjadi perubahan anatomis dan isiologis dari sistem urogenital bagian bawah.

    Perubahan tersebut berkaitan dengan menurunnya kadar estrogen pada wanita dan

    hormon androgen pada pria.

    Perubahan yang terjadi ini dapat berupa peningkatanfibrosis dan kandungan

    kolagen pada dinding kandung kemih yang mengakibatkan ungsi kontraktil dari

    kandung kemih tidak eekti lagi. Pada otot uretra terjadi perubahan "askularisasi

    pada lapisan submukosa, atrofi mukosa dan penipisan otot uretra. !eadaan ini

    menyebabkan tekanan penutupan uretra berkurang.

    @tot dasar panggul juga mengalami perubahan berupa melemahnya ungsi dan

    kekuatan otot. &ecara keseluruhan perubahan yang terjadi pada sistem urogenital

    bagian bawah akibat proses menua merupakan aktor kontributor

    terjadinyaInkontinensia urin ( &etiati dan Pramantara, 8 ).

    0ekanisme timbulnya inkontinensia sangat beragam dan sering merupakankelainan ganda, sedikitnya ada empat pola gambaran urodinamik yang dapat

    ditemukan pada buli#buli neurogenik, yaitu:

    '. Hiperreleksia otot detrusor bersama#sama dengan hiperreleksia (spastisias)

    singter

    Modul XX Skenario 6 9

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    10/20

    . %releksia otot detrusor bersama#sama dengan areleksia singter

    . %releksia otot detrusor bersama#sama dengan hiperreleksia (spastisias)

    singter

    ;. Hiperreleksia otot detrusor bersama#sama dengan areleksia singter

    0aniestasi klinik inkontinensia yang timbul akan ber"ariasi tergantung pada

    intensitas dan kombinasi kelainan urodinamik yang ditemukan, ringkasnya buli#buli

    bisa normal atau kapasitasnya kecil, otot detrusor bisa akontraktil atau kontraktil

    (biasanya hiperreleksia), leher buli#buli bisa kompeten atau inkompeten, mekanisme

    singter distal dapat normal, inkompeten atau obstrukti (disinergia detrusor# singter

    atau obstrukti statik singter distal).

    E. Mani+e*ta*i "lini*

    $anda dan gejala Inkontinensia urine berdasarkan tipe inkontinensia sendiri :

    Inkontinensia akibat stress

    4liminasi urin diluar keinginan melalui uretra sebagai akibat dari

    peningkatan mendadak pada tekanan intra abdomen.

    2rge Inkontinensia

    $erjadi bila pasien merasakan dorongan atau keinginan untuk urinasi

    tetapi tidak mampu menahannya cukup lama sebelum mencapai toilet.

    @"erlow inkontinensia

    Ditandai oleh eliminasi urin yang sering dan kadang < kadang terjadi

    hampir terus menerus dari kandung kemih.

    Inkontinensia ungsional

    Modul XX Skenario 6 10

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    11/20

    0erupakan Inkontinensia dengan ungsi saluran kemih bagian bawah

    yang utuh tetapi aktor lain, seperti gangguan kogniti berat yang membuat

    pasien sulit untuk mengidentiikasi perlunya urinasi ( misal, demensia

    alAheimer ) atau gangguan isik yang menyebabkan pasien sulit atau tidak

    mungkin menjangkau toilet untuk melakukan urinasi.

    3entuk < bentuk Inkontinensia urin campuran : 0encakup ciri < ciri

    inkontinensia seperti yang baru disebutkan.

    ,. Pe-erik*aan

    I. %namnesis

    %dalah komunikasi antara dokter dengan pasien atau keluarga pasien atau orang

    terdekat dari pasien tersebut. 0enanyakan keluhan utama dan keluhan penyerta.

    Pada inkontinensia, pasien datang dengan keluhan sering tidak dapat menahan

    kencing sehingga sering kencing dicelana sebelum sampai ke B>. Pasien juga mengatakan

    kadang saat tertawa dengan bersemangat, tanpa sadar terkencing#kencing. &edangkan

    penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis sebelumnya tidak ada.

    II. Pemeriksaan'. Pemeriksaan isik

    $ujuan pemeriksaan isik adalah mengenali pemicu inkontinensia urin

    danmembantu menetapkan patoisiologinya. &elain pemeriksaan isik umum yang

    Modul XX Skenario 6 11

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    12/20

    selalu harus dilakukan, pemeriksaan terhadap abdomen, genitalia, rectum, ungsi

    neurologis, dan pel"is (pada wanita) sangat diperlukan.

    Pemeriksaan abdomen harus mengenali adanya kandung kemih yangpenuh, rasa

    nyeri, massa, atau riwayat pembedahan. !ondisi kulit dan abnormalitas anatomis harus diidentiikasi ketika memeriksa

    genitalia.

    Pemeriksaan rectum terutama dilakukan untuk medapatkan adanya obstipasi atau

    skibala, dan e"aluasi tonus singter, sensasi perineal, dan releks bulboka"ernosus.

    5odul prostat dapat dikenali pada saat pemeriksaan rectum.

    Pemeriksaan pel"is menge"aluasi adanya atroi mukosa, "aginitis atroi,massa,

    tonus otot, prolaps pel"is, dan adanya sistokel atau rektokel.

    4"aluasi neurologis sebagian diperoleh saat pemeriksaan rectum ketika pemeriksansensasi perineum, tonus anus, dan reles bulboka"ernosus.

    Pemeriksaan neurologis juga perlu menge"aluasi penyakit#penyakit yang dapat

    diobati seperti kompresi medula spinalis dan penyakit parkinson. Pemeriksaan isik

    seyogyanya juga meliputi pengkajian tehadap status ungsional dan kogniti,

    memperhatikan apakah pasien menyadari keinginan untuk berkemih dan

    mengunakan toilet.

    . $es diganostik

    0enurut @uslander, tes diagnostik pada inkontinensia perlu dilakukan untuk

    mengidentiikasi aktor yang potensial mengakibatkan inkontinensia, mengidentiikasi

    kebutuhan klien dan menentukan tipe inkontinensia. 0engukur sisa urin setelah

    berkemih, dilakukan dengan cara : &etelah buang air kecil, pasang kateter, urin yang

    keluar melalui kateter diukur atau menggunakan pemeriksaan ultrasonik pel"is, bila

    sisa urin C ' cc berarti pengosongan kandung kemih tidak adekuat.

    2rinalisis

    Dilakukan terhadap spesimen urin yang bersih untuk mendeteksi

    adanyaaktor yang berperan terhadap terjadinya inkontinensia urin seperti

    Modul XX Skenario 6 12

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    13/20

    hematuri,piouri, bakteriuri, glukosuria, dan proteinuria. $es diagnostik

    lanjutan perludilanjutkan bila e"aluasi awal didiagnosis belum jelas. $es lanjutan

    tersebut adalah :

    $es laboratorium tambahan seperti kultur urin, blood urea nitrogen,creatinin,

    kalsium glukosa sitologi. $es urodinamik ##C untuk mengetahui anatomi dan ungsi saluran

    kemihbagian bawah $es tekanan urethra ##C mengukur tekanan di dalam urethra saat istirahatdan

    saat dianmis. Imaging ##C tes terhadap saluran perkemihan bagian atas dan bawah.

    III. Pemeriksaan penunjuang

    2ji urodinamik sederhana dapat dilakukan tanpa menggunakan alat#alat mahal.

    &isa#sisa urin pasca berkemih perlu diperkirakan pada pemeriksaan isis. Pengukuran yang

    spesiik dapat dilakukan dengan ultrasound atau kateterisasi urin. 0erembesnya urin pada

    saat dilakukan penekanan dapat juga dilakukan.

    4"aluasi tersebut juga harus dikerjakan ketika kandung kemih penuhdan ada desakan keinginan untuk berkemih. Diminta untuk batuk ketika sedang diperiksa

    dalam posisi litotomi atau berdiri. 0erembesnya urin seringkali dapat dilihat.Inormasi yang

    dapat diperoleh antara lain saat pertama ada keinginan berkemih, ada atau tidak adanya

    kontraksi kandung kemih tak terkendali, dan kapasitas kandung kemih.

    %. Diagno*i*

    Diagnosis Inkontinensia urin bertujuan untuk :

    ') 0enentukan kemungkinan Inkontinensia urin tersebut re"ersibel.

    ) 0enentukan kondisi yang memerlukan uji diagnostik khusus) 0enentukan jenis penanganan operati, obat, dan perilaku

    Modul XX Skenario 6 13

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    14/20

    0enurut &etiati dan Pramantara ( 8 ) diagnosis Inkontinensia urin

    dilakukan lewat obser"asi langsung serta mengajukan pertanyaan penapis.

    Pertanyaan penapis diagnosis Inkontinensia urin ini berisi riwayat obstreti dan

    ginekologi, gejala dan keluhan utama gangguan berkemih serta riwayat penyakit.

    Sandvi% Severity Inde% ( &&I ) dan The Three Incontinence &uestions ( I )

    merupakan salah satu contoh alat ukur yang berisi pertanyaan penapis diagnosis

    Inkontinensia urin.

    Derajat / tingkatan Inkontinensia urin dapat diketahui dengan menggunakan

    skala &&I sedangkan tipe Inkontinensia urin dapat diketahui dengan menggunakan

    I. %lat ukur I ini terdiri dari tiga pertanyaan dengan pilihan jawaban dimana

    dari masing#masing pilihan jawaban tersebut merupakan petunjuk dari gejala

    ( symptom ) tipe Inkontinensia urin yang terjadi.

    &&I terdiri dari dua pertanyaan dimana hasil penilaian sehubungan dengan

    Inkontinensia urin yang terjadi didapatkan dengan mengalikan skor jawaban

    pertanyaan pertama dengan skor pertanyaan kedua.

    Hasil pengelompokkannya adalah sebagai berikut :

    ') &kor '# : Slight incontinence

    ) &kor #* : moderate incontinence

    )&kor -#= :severe incontinence ( 3rown et al, - )

    I>I#&7 merupakan instrumen yang telah diterima setelah perkembangan

    dari beberapa seri kuesioner yang dapat diaplikasikan pada pasien dengan

    inkontinensia. Pertanyaan pada kuesioner, I>I&7 telah secara penuh ter"alidasi

    I>I#&7 ini menggambarkan usaha untuk menangkap dan mereleksikan pandangan

    pasien, serta disusun untuk menge"aluasi kondisi pasien secara tepat (%brams,

    ).

    Modul XX Skenario 6 14

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    15/20

    Dari pemeriksaan dengan menggunakan kuesioner diagnosis Inkontinesia

    urin idealnya kita sudah dapat menentukan jenis dan tingkat Inkontinensia urin yang

    terjadi. &edangkan untuk mencapai tujuan diagnosis yang lebih komprehensi

    pemeriksaan Inkontinensia urin dapat dilakukan lewat beberapa aspek seperti :

    riwayat penyakit, pemeriksaan isik terarah, urinalisis, "olume residu, urin pasca

    berkemih dan pemeriksaan penunjang khusus ( &etiati dan Pramantara, 8 ?

    &and"iE et al, '99* ).

    0enurut 0artin dan 7rey ( * ) tahapan diagnostik Inkontinensia urin meliputi:

    ') %namnesis yang teliti dan pemeriksaan isik yang seksama. Hal#hal yang perlu

    ditanyakan dalam anamnesis antara lain pola berkemih ( voiding ), rekuensi dan

    "olume urin, riwayat medis.

    ) Pemeriksaan isik meliputi perkembangan psikomotor, inspeksi daerah genital

    dan punggung

    ) Pemeriksaan penunjang baik laboratorik maupun pencitraan, urinalisis, biakan

    urin dan pemeriksaan kimia darah.

    H. Penatalak*anaan

    Pemeriksaan diagnosis harus mencakup e"aluasi oal ginjal. Dapat dilakukan

    melalui urinarisasi, kultur urine, elektrolit urine, urea nitrogen darah, kreatin serum

    dan kreatin elearance.

    3iasanya kandung kemih berisi sedikit air kemih atau sama sekali kosong

    setelah berkemih. Pengosongan kandung kencing dengan sempurna. 3eberapa kondisi

    yang sering terjadi dimana pengosongan kandung kemih tidak sempurna dapat

    Modul XX Skenario 6 15

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    16/20

    menimbulkan prostat benigna, striktur uretra dan interupsi iner"asi kandung kemih.

    %ir kemih yang tertinggal didalam kandung kemih setelah berkemih disebut air

    kemih residu.

    &alah satu cara untuk menentukan jumlah residu urine ialah dengan

    melakukan katerisasi segera setelah ornag itu berkemih. >ara ini ssewaktu < waktu

    suka dipesan oleh dokter baik hanya sekali atau berulang kali. &ebelum katerisasi

    harus berkonsultasi kembali dengan dokter tentang drainase air kemih selanjutnya.

    3ila diduga terdapat jumlah besar dari urine residu, biasanya dokter

    memasangkan kateter da"er. Folume urine residu * ml atau kurang menunjukkan

    ungsi kandung kencing yang normal atau kondisi kandung kemih pulih kembali.

    2ntuk mencegah tidak terjangkaunya urine residu oleh kateter, perlu

    dilaksanakan protet 1 < 6ay air kencing residu. Pada prosedur dipakai bahan

    kontraks yang tidak tembus sinar yang diekresikan oleh ginjal setelah suntikan Aat

    kontraks intra"ena, Aat kontrkas melalui kandung kemih.

    umlah urine yang cukup banyak mengandung Aat kontraks dibiarkan

    berakumulasi dalam kandung kemih sebelum orang diminta untuk berkemih. &egera

    setelah bekemih oto 1 < 6ay dibuat.

    $iap urin yang tertahan pada kandung kemih akan dapat di"isualisasikan pada

    radiograi. Ini berarti pada penentuan jumlah "olume urine residu diperlukan dengan

    keterkaitan "isualisasi study saluran kemih dari saluran kemih.

    Pemeriksaan 4ystometic dilakuakan untuk e"aluasi tonus kandung kemih.

    Pada umumnya pemeriksaan dilakukan bila terjadi inkontinen atau bila ditemukan

    data bahwa terjadi disungsi kandung kemih yang neurologik. Dipasang kateter olaysebelum dilakukan pemeriksaan. &etelah pasien tertidur terlentang, disiapkan 5a >l

    normal dalam botol satu liter atau auabidest steril dan >ysometer disambungkan

    dengan kateter.

    Modul XX Skenario 6 16

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    17/20

    >airan dimasukkan dengan kecepatan yang teratur pengukuran tekanan

    terhadap cairan yang didorong oleh otot kandung kemih diukur setelah dimasukkan

    * ml cairan. @rang ditanya tentang rasa penuh, keinginan berkemih atau perasaan

    tidak nyaman yang mendesak. >iaran terus dimasukkan sampai terjadi atau desakkan

    ditentukan bahwa perasaan itu tidak timbul.

    Pada waktu pemeriksaan >ystometrik, diberikan bethanecol chloride

    ( urecholine ) dan diharapkan eeknya terhadap tonus kandung kemih yang lemah,

    atau obat < obat anticholigeric untuk mengkaji relaksasi pad kandung kemih yang

    hiperakti. $idak diperlukan perawatan speciik setelah pemeriksaan >ytrometrio.

    I. "o-lika*i

    Ineksi saluran kemih merupakan sumber morbiditas yang menonjol united

    states dan juga menonjol dalam perkembangan kegagalan ginjal kronis pad tiap

    bagian dari saluran kemih.

    !ebanyakan ineksi saluran kemih tidak merupakan komplikasi, keadaannya

    tidak simtomasis, spontan, jelas dan sebagian merupakan cukup menonjol yang

    mengisyarakatkan pemikiran sebagai suatu masalah kesehatan.

    $idak terdapat hal yang kontro"ersial dikalangan yang melaksanakan

    pencegahan pelayanan kesehatan sehubungan pertanyaan tentang kebutuhan

    pemeriksaan ineksi asimtomasis, namun terdapat kesukaran untuk mengidentiikasi

    kelompok beresiko dimana deteksi dan pengobatan dari ineksi ini memperlihatkan

    perbaikan kesehatan seseorang. Banita cenderung mudah terserang ineksi saluran

    kemih bila dibandingkan dengan pria.

    Modul XX Skenario 6 17

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    18/20

    Modul XX Skenario 6 18

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    19/20

    BAB III

    (PENUTUP)

    .1. "e*i-ulan

    Dari hasil pembelajaran pada Small 'roup Discussion 0( dan pembelajaran

    mandiri serta kuliah pakar, dapat disimpulkan inkontinensia urin adalah keluarnya urin

    yang tidak terkendali sehingga menimbulkan masalah higienis dan sosial. Inkontinensia

    urin merupakan masalah yang sering dijumpai pada orang usia lanjut dan menimbulkan

    masalah isik dan psikososial, seperti dekubitus, jatuh, depresi, dan isolasi dari

    lingkungan sosial. Inkontinensia urin dapat bersiat akut atau persisten.

    !elemahan otot dasar panggul dapat terjadi karena kehamilan, setelah

    melahirkan, kegemukan (obesitas), menopause, usia lanjut, kurang akti"itas dan operasi

    "agina. Penambahan berat dan tekanan selama kehamilan dapat menyebabkan

    melemahnya otot dasar panggul karena ditekan selama sembilan bulan.

    Proses persalinan juga dapat membuat otot # otot dasar panggul rusak akibat

    regangan otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat

    meningkatkan risiko terjadinya Inkontinensia urin. Dengan menurunnya kadar hormon

    estrogen pada wanita di usia menopause (* tahun ke atas), akan terjadi penurunan tonus

    otot "agina dan otot pintu saluran kemih (uretra), sehingga menyebabkan terjadinya

    Inkontinensia urin

    .2. Saran

    Dalam penyelesaian makalah ini kami juga memberikan saran bagi para pembaca

    dan mahasiswa melakukan pembuatan makalah berikutnya :

    !ombinasikan metode pembuatan makalah berikutnya

    Pembahasan yang lebih mendalam disertai data#data yang lebih akurat.

    Pembahasan studi kasus dengan cara melakukan penelitian langsung ke lokasi

    Modul XX Skenario 6 19

  • 7/24/2019 Bab I Bab II IU Sgd 06

    20/20

    3eberapa poin diatas merupakan saran yang kami berikan apabila ada yang ingin

    melanjutkan penelitian terhadap makalah ini, dan demikian makalah ini disusun serta

    bear harapan nantinya makalah ini dapat berguna bagi pembaca khususnya mahasiswa

    7akultas !edokteran 2I&2 semester FI '; dalam penambahan wawasan dan ilmu

    pengetahuan.

    Modul XX Skenario 6 20