BAB I agro

20
Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka BAB BAB I I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi yang sentralistis dimasa lalu, mengakibatkan terjadinya krisis multidimensi yang dialami bangsa Indonesia, khususnya krisis dibidang ekonomi. Krisis ekonomi yang terjadi merupakan akibat dari masalah fundamental dan keadaan khusus. Masalah fundamental adalah tantangan internal berupa kesenjangan yang ditandai oleh adanya pengangguran dan kemiskinan, sedangkan tantangan eksternal adalah upaya meningkatkan daya saing menghadapi era perdagangan bebas. Keadaan khusus adalah bencana alam yang datang bersamaan dengan krisis moneter. Hal tersebut bukan saja menyebabkan kegagalan membangun perekonomian nasional yang kokoh, tetapi justru telah menciptakan disparitas ekonomi antar daerah dan antar golongan masyarakat di Indonesia. Disparitas ekonomi yang terjadi sudah sangat mengkhawatirkan, karena selain telah memicu kecemburuan dan kerusuhan sosial, juga telah menimbulkan gejala disintegrasi berbangsa dan bernegara. Kenyataan telah membuktikan dan menyadarkan akan pentingnya peran strategis sektor pertanian sebagai pilar penyangga atau basis utama ekonomi nasional dalam upaya penanggulangan dampak krisis. Disamping pendekatan kemitraan dan Laporan Antara Laporan Antara I - 1

description

malaka

Transcript of BAB I agro

Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten MalakaPenyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka

BABBAB IIPENDAHULUANPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGPembangunan ekonomi yang sentralistis dimasa lalu, mengakibatkan

terjadinya krisis multidimensi yang dialami bangsa Indonesia, khususnya krisis

dibidang ekonomi. Krisis ekonomi yang terjadi merupakan akibat dari masalah

fundamental dan keadaan khusus. Masalah fundamental adalah tantangan internal

berupa kesenjangan yang ditandai oleh adanya pengangguran dan kemiskinan,

sedangkan tantangan eksternal adalah upaya meningkatkan daya saing menghadapi

era perdagangan bebas. Keadaan khusus adalah bencana alam yang datang

bersamaan dengan krisis moneter. Hal tersebut bukan saja menyebabkan kegagalan

membangun perekonomian nasional yang kokoh, tetapi justru telah menciptakan

disparitas ekonomi antar daerah dan antar golongan masyarakat di Indonesia.

Disparitas ekonomi yang terjadi sudah sangat mengkhawatirkan, karena selain telah

memicu kecemburuan dan kerusuhan sosial, juga telah menimbulkan gejala

disintegrasi berbangsa dan bernegara.

Kenyataan telah membuktikan dan menyadarkan akan pentingnya peran

strategis sektor pertanian sebagai pilar penyangga atau basis utama ekonomi nasional

dalam upaya penanggulangan dampak krisis. Disamping pendekatan kemitraan dan

penguatan jaringan, akan disinergikan pula dengan pendekatan peningkatan nilai

tambah produksi pada usaha-usaha kecil yang berorientasi pada pasar/ekspor sesuai

kompetensi ekonomi lokal daerahnya.

Sudah saatnya pembangunan ekonomi daerah yang menyangkut sebagian

besar kepentingan ekonomi rakyat banyak tidak berhenti pada retorika saja, melainkan

harus sesegera mungkin diwujudkan dalam aksi nyata dan dukungan kebijaksanaan

makro ekonomi. Hal ini antara lain diwujudkan melalui penerapan konsep

pengembangan agropolitan dan agribisnis dalam pembangunan daerah atau

pengembangan ekonomi lokal. Rapuhnya perekonomian nasional dan disparitas

Laporan AntaraLaporan Antara I - 1

Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten MalakaPenyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka

ekonomi antar daerah mencerminkan bahwa perekonomian Indonesia di masa lalu

tidak berakar kuat pada ekonomi daerah.

Saat ini, sumber daya ekonomi yang dikuasai oleh rakyat di setiap daerah

adalah sumber daya agribisnis yang berbasiskan tanaman pangan, hortikultura,

perikanan, perkebunan, peternakan, dan kehutanan. Oleh karena itu, cara yang paling

efektif untuk mengembangkan perekonomian daerah adalah melalui pengembangan

agribisnis.

Untuk mentafsirkan ide dari strategi pembangunan perdesaan yang dipercepat

maka disusun suatu konsep yang disebut Konsep Agropolitan, yaitu konsep

pembangunan yang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat perdesaan,

membagi manfaat ekonomi secara lebih adil dan meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam pembangunan.

1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARANMaksud dan tujuan yang hendak dicapai dari pengembangan kawasan

Agropolitan adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

melalui pencepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan

kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya

saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi di kawasan.

1.2.1 MAKSUDMaksud dari pekerjaan “Penyusunan Master Plan Kawasan Agropolitan

Kabupaten Malaka” ini adalah untuk Memberi informasi kepada seluruh pemangku

kepentingan tentang peluang Kabupaten Malaka dalam membangun Kawasan

Agropolitan dalam rangka akselerasi pembangunan Ekonomi melalui Pembangunan

Agribisnis dengan pendekatan Perwilayahan.

1.2.2 TUJUANTujuan dari pekerjaan “Penyusunan Master Plan Kawasan Agropolitan

Kabupaten Malaka” ini mendapatkan dukungan kongkrit baik dari Pemerintah Pusat,

Pemerintah Provinsi, Pemangku kepentingan, serta kalangan swasta dalam rencana

Pengembangan Agribisnis dengan cakupan :

Tujuan lainnya, adalah :

1. Terwujudnya rencana jangka menengah dan rencana jangka panjang

pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka agar sesuai dengan

fungsi-fungsi kegiatan yang dapat dijabarkan kedalam program kegiatan tahunan

Laporan AntaraLaporan Antara I - 2

Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten MalakaPenyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka

dan lima tahunan dari semua sektor yang terkait, sesuai dengan RTRWK

(Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota) dan Renstra (Rencana Strategis)

Wilayah Kabupaten Malaka;

2. Optimalisasi sumber daya pertanian, melalui pemanfaatan lahan pertanian yang

ada dengan membentuk sentra pengembangan komoditas unggulan pertanian;

3. Mendorong berkembangnya sistem usaha agrobisnis yang berdaya saing dan

berbasis kerakyatan;

4. Mewujudkan pengembangan berbagai subsistem secara terpadu dalam sistem

agribisnis.

1.2.3 SASARANSasaran yang akan dicapai dalam pekerjaan “Penyusunan Master Plan

Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka” adalah tersusunnya Instrumen Perencanaan

Pembangunan Kawasan Agropolitan yang meliputi :

1. Rencana Dasar Pengembangan Kawasan Agropolitan;

2. Rencana Pengembangan Komoditas Unggulan Kawasan Agropolitan;

3. Rencana Infrastruktur dan Suprastruktur Kawasan Agropolitan;

4. Rencana Struktur Tata Ruang Kawasan Agropolitan;

5. Rencana Manajemen dan Pengusahaan Kawasan;

6. Rencana Pengembangan Sarana Kawasan Agropolitan.

Untuk mencapai sasaran tersebut diatas maka diperlukan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi permasalahan tata ruang kawasan eksisting (tata guna tanah);

b. Mengidentifikasi potensi kawasan dan komoditi unggulan;

c. Mengidentifikasi sebaran pusat-pusat kegiatan (pusat produksi, permukiman,

pusat perdagangan/pemasaran dan sebagainya);

d. Mengidentifikasi aliran barang dan manusia;

e. Mengidentifikasi sistem jaringan infrastruktur (jalan, irigasi, listrik, telepon, air

bersih, dan sebagainya);

f. Mengidentifikasi sarana-sarana kegiatan ekonomi dan sosial (pusat perdagangan,

pendidikan, peribadatan, pusat industri, pasar, bank, koperasi, lembaga-lembaga

keuangan lainnya);

g. Menyusun struktur pemanfaatan tata ruang eksisting

h. Penyusunan Master Plan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka (kegiatan

ekonomi, sosial, permukiman), sistem pusat-pusat produksi, pusat-pusat

pemasaran dan sistem prasarana (transportasi, sumber daya air, kelistrikan,

komunikasi dan drainase);

Laporan AntaraLaporan Antara I - 3

Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten MalakaPenyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka

i. Masyarakat pelaku agribisnis;

j. Kelembagaan sistem agribisnis;

k. Lembaga penyuluhan pembangunan terpadu.

1.3 RUANG LINGKUP1.3.1 RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup Pekerjaan “Penyusunan Master Plan Kawasan Agropolitan Kabupaten

Malaka” meliputi :

1. Identifikasi kesesuaian lahan kawasan agropolitan untuk komoditas unggulan dan

jenis aktivitas yang akan dikembangkan dan kebijakan rencana pemanfaatan

ruang pada lingkup yang lebih luas seperti RDTRK, RTRWK, dan RTRWP;

2. Kajian potensi dan masalah kawasan serta orientasi kawasan ditinjau dari :

a. Kondisi fisik dasar kawasan yang meliputi keadaan topografi/kemiringan

tanah, geologi/ struktur batuan/tanah, hidrologi/sumber-sumber air, iklim.

Informasi tersebut perlu dilengkapi peta dengan kedalaman skala 1 : 10.000;

b. Tata guna lahan eksisting yang meliputi pola pemanfaatan lahan (lahan

budidaya dan non budidaya) yang disajikan dalam peta dengan kedalaman

1 : 10.000;

c. Aspek kependudukan yang meliputi jumlah penduduk 5 tahun terakhir,

distribusi penduduk, data penduduk berdasarkan usia kerja dan jenis struktur

tenaga kerja;

d. Kondisi fungsi-fungsi kawasan yang meliputi fungsi kawasan pertanian

(pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan) dan non pertanian

fungsi ekonomi meliputi pusat perbelanjaan/kios saprotan, perdagangan,

pelayanan pergudangan, fungsi sosial yang meliputi fasilitas pendidikan,

kesehatan, rekreasi dan sebagainya) disajikan dalam peta dengan kedalaman

1 : 10.000;

e. Kondisi prasarana kawasan yang meliputi panjang dan lebar jalan menurut

fungsinya, jenis dan kondisi perkerasan jalan, disajikan dalam bentuk peta

dengan kedalaman 1 : 10.000, sistem distribusi dan kapasitas irigasi, sumber

air bersih dan air baku, sistem distribusi jaringan listrik dan jaringan

telekomunikasi, sistem pembuangan air limbah dan pembuangan sampah;

3. Melakukan analisis berdasarkan potensi dan masalah kawasan. Adapun tahapan

analisis tersebut meliputi :

a. Proses penentuan jenis kawasan berdasarkan kegiatan dominan yang

ditetapkan berdasarkan :

Laporan AntaraLaporan Antara I - 4

Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten MalakaPenyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka

Rencana penggunaan lahan yang telah ditetapkan berdasarkan

RTRWP, RTRWK, dan RDTRK;

Analisis persebaran kegiatan dalam kawasan;

Analisis kemudahan pencapaian antar bagian dalam kawasan.

b. Proses penentuan struktur pengembangan tata ruang kawasan berdasarkan :

Analisis kecenderungan perkembangan fisik dasar kawasan;

Analisis tingkat pelayanan sarana dan prasarana kawasan;

Analisis hubungan fungsional antar kegiatan-kegiatan dalam kawasan.

c. Proses penentuan jenis dan intensitas prasarana dan sarana utama bagian

wilayah kawasan :

Analisis daya tampung ruang (land capability);

Analisis kebutuhan jenis sarana dan prasarana berdasarkan pada

fungsi dan daya tampung kawasan/bagian kawasan;

Pemahaman dan penafsiran standar teknis dan identifikasi keinginan

masyarakat guna menghitung besarnya kebutuhan ruang bagi

prasarana dan sarana untuk setiap bagian atau wilayah kawasan.

4. Melakukan perumusan rencana dengan tahapan sebagai berikut :

a. Identifikasi kebijaksanaan dasar rencana yang mencakup :

Penentuan fungsi kawasan;

Penentuan kebijakan kependudukan, dalam jumlah dan kepadatan;

Pengembangan tata ruang, dalam hal penetapan secara intensitas dan

ekstensifikasi;

Penentuan strategi dasar pengembangan kegiatan-kegiatan kawasan;

Pengembangan sarana dan prasarana dalam kaitannya dengan fungsi-

fungsi kawasan yang akan ditingkatkan.

b. Selanjutnya rumusan kebijaksanaan rencana tersebut dijabarkan dalam

rencana-rencana fisik kawasan, meliputi :

Pengembangan konsep kawasan agropolitan yang direncanakan pada

masa datang yang memberikan gambaran sketsa lokasi kegiatan-

kegiatan utama seperti pusat-pusat produksi, pemasaran, permukiman,

dan jaringan jalan utama;

Konsep kawasan ini harus menggambarkan sistematika fungsi-fungsi

kawasan dan hubungan antar fungsi kawasan;

c. Pengembangan rencana struktur tata ruang kawasan yang

mengatur/mengarahkan penempatan dan intensitas tiap jenis penggunaan

seperti :

Rencana pengembangan pemukiman;

Laporan AntaraLaporan Antara I - 5

Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten MalakaPenyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka

Rencana pengembangan pusat-pusat produksi;

Rencana pengembangan pusat-pusat pemasaran;

Rencana pengembangan sistem transportasi;

Rencana prasarana dan sarana yang meliputi :

- Jenis-jenis sarana untuk kegiatan sosial ekonomi;

- Penempatan lokasi prasarana dan sarana;

- Jenis-jenis prasarana menurut sistem jaringan kapasitasnya.

5. Setelah dijabarkan dalam merumuskan pokok-pokok pelaksanaan

pembangunannya antara lain meliputi :

a. Tahapan pelaksanaan, yaitu mengatur prioritas pelaksanaan pembangunan

pada tiap jangka waktu pendek, menengah dan panjang, disusun beserta

program-program pembangunan yang meliputi jenis dan besar setiap

program;

b. Penetapan pembiayaan pembangunan yaitu menetapkan sumber-sumber

pembiayaan untuk pelaksanaan pembangunan yang meliputi APBD I/II,

bantuan pusat, bantuan luar negeri, pelibatan swasta dan BUMN/D;

c. Pengorganisasian aparatur pelaksanaan pembangunan kawasan baik

organisasi fungsional dan kewenangan-kewenangan tata kerja sesuai dengan

peraturan perundang undangan yang berlaku.

Adapun jenis informasi penunjang yang menyangkut tahapan identifikasi,

analisis dan rencana meliputi :

1. Fasilitas pelayanan lainnya untuk mendukung kegiatan di kawasan agropolitan

yang meliputi kondisi fisik (topografi, tata guna lahan, iklim, hidrologi), kondisi

sosial (meliputi : jumlah dan persebaran penduduk) dan ekonomi kawasan

(kegiatan pertanian dan non pertanian, kegiatan industri dan jasa), prasarana dan

sarana kawasan (sistem jaringan jalan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi,

sistem jaringan irigasi dan air bersih, permukiman, sarana perdagangan dan jasa,

keuangan dan sebagainya);

2. Penatapan jenis kegiatan yang akan dikembangkan dan penetapan jenis komoditi

yang akan dikembangkan pada kawasan agropolitan;

3. Kajian tentang aturan atau peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan

kawasan agropolitan;

4. Kajian tentang pengembangan sistem dan usaha agribisnis dalam suatu

kesisteman yang utuh dan menyeluruh, yang meliputi :

a. Pengembangan sub-sistem budidaya (on-farm agribisnis);

b. Sub-sistem agribisnis hulu;

Laporan AntaraLaporan Antara I - 6

Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten MalakaPenyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka

c. Sub-sistem agribisnis hilir; dan

d. Pengembangan jasa-jasa penunjang.

5. Kajian tentang pengembangan kelembagaan kawasan agropolitan;

6. Kajian tentang pengembangan perkreditan dan permodalan;

7. Kajian tentang kebutuhan prasarana dan sarana dan menyusun kebutuhan

tersebut menjadi program-program pembangunan, yaitu :

a. Prasarana dan sarana untuk menunjang sub-sistem agribisnis hulu (up

stream agribusiness) untuk kelancaran aliran barang masuk dari kota ke

kawasan agropolitan berupa :

Jalan penghubung antar desa-kota;

Gudang penyimpanan saprotan (sarana produksi pertanian);

Tempat bongkar muat saprotan.

b. Prasarana dan sarana untuk menunjang sub-sistem usaha tani/pertanian

primer (on-farm agribusiness) untuk peningkatan usaha budidaya pertanian

(tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan

kehutanan) berupa :

Jalan usaha tani dari desa pusat ke desa hinterland maupun antar desa

hinterland yang menjadi pemasok hasil pertanian;

Penyediaan sarana air baku melalui pembuatan embung-embung

sumur;

Dermaga, tempat pendaratan ikan, dan tambatan perahu;

Sub-terminal pengumpul pada desa- desa hinterland.

c. Prasarana dan sarana untuk menunjang sub-sistem agribisnis hilir (down

stream agribusiness) berupa industri pengolahan hasil pertanian sebelum

dipasarkan berupa :

Sarana pengeringan hasil pertanian;

Gudang penyimpanan hasil pertanian, termasuk pengawetan/

pendinginan;

Sarana pengolahan hasil pertanian;

Terminal, pelataran, tempat parkir serta bongkar muat;

Kelembagaan perekonomian seperti bangunan koperasi, perbankan,

balai pelatihan;

Jalan antar desa-kota, antar desa, poros desa, lingkar desa;

Sarana penunjang seperti pembangki listrik, telepon, air bersih dan

pembuangan limbah

Laporan AntaraLaporan Antara I - 7

Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten MalakaPenyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka

Secara ringkas lingkup pekerjaan ini, meliputi :

1. Identifikasi existing pengunaan lahan dan kesesuaian peruntukan lahan Kawasan

Agropolitan Kabupaten Malaka Malaka dan jenis aktifitas yang akan

dikembangkan dan kebijakan rencana pemanfaatan ruang;

2. Kajian potensi dan masalah Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka, serta

orientasi kawasan;

3. Melakukan analisis berdasarkan potensi dan masalah kawasan;

4. Melakukan perumusan masalah;

5. Pembuatan peta rencana yang dituangkan pada skala 1 : 10.000;

6. Penyusunan matriks kebijakan, strategi, indikasi program pengembangan

komoditas;

7. Penyusunan matriks kebijakan strategis, indikasi program tata ruang.

1.3.2 RUANG LINGKUP LOKASILokasi pelaksanaan pekerjaan “Penyusunan Master Plan Kawasan Agropolitan

Kabupaten Malaka” ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Malaka (12 Kecamatan dan

127 Desa), Provinsi Nusa Tenggara Timur wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia, meliputi :

1) Kecamatan Kobalima Timur (4 Desa);

2) Kecamatan Laenmanen (9 Desa);

3) Kecamatan Io Kufeu (7 Desa);

4) Kecamatan Kobalima (8 Desa);

5) Kecamatan Malaka Timur (6 Desa);

6) Kecamatan Rinhat (20 Desa);

7) Kecamatan Wewiku (12 Desa);

8) Kecamatan Botin Leobele (5 Desa);

9) Kecamatan Sasitamean (9 Desa);

10) Kecamatan Malaka Barat (16 Desa);

11) Kecamatan Weliman (14 Desa);

12) Kecamatan Malaka Tengah (17 Desa).

1.4 DASAR HUKUM PERENCANAAN KAWASAN AGROPOLITANDasar hukum yang digunakan dalam Penyusunan Kawasan Agropolitan

Kabupaten Malaka adalah:

1. Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Laporan AntaraLaporan Antara I - 8

Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten MalakaPenyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak Tanah dan

Benda-Benda yang Ada Diatasnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1961 Nomor 288, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2324);

4. Undang-Undang No. 23 tahun 1983 tentang Budidaya Tanaman yang

memberikan kebebasan pada petani untuk menentukan komoditas yang ditanam

sepanjang komoditas tersebut menguntungkan.

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3274);

6. Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang propenas menyusul Undang-undang

No. 7 1996 tentang pangan yang menyebutkan perlunya dibangun ketahanan

pangan yang meliputi ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan untuk

mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerawanan pangan jika dikaitkan dengan

peningkatan laju pertumbuhan penduduk (LPP).

7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4377);

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir

kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

10. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4444);

11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4725);

Laporan AntaraLaporan Antara I - 9

Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten MalakaPenyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka

12. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4851);

13. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

14. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

15. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5052);

16. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

17. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5168);

18. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

19. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5214);

20. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5280);

21. Undang Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

22. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan hak dan

kewajiban serta bentuk dan tatacara peran serta masyarakat dalam penataan

ruang.

23. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

Laporan AntaraLaporan Antara I - 10

Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten MalakaPenyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka

24. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4242);

25. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);

26. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);

27. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4655);

28. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

29. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

30. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya

Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858);

31. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);

32. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan

Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004);

33. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan

Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

34. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara

Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5160);

35. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 tahun 2011 tentang Pedoman

Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi untuk Kabupaten / Kota.

Laporan AntaraLaporan Antara I - 11

Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten MalakaPenyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka

36. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5230);

37. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran

Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 62, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292);

38. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tingkat Ketelitian Peta

Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor

8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393);

39. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan

Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;

40. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional

Pengelolaan Sumber Daya Air;

41. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 179 Tahun 2014 Tentang Rencana

Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Nusa Tenggara Timur

(Kabupaten Malaka).

42. Keputusan Presiden Nomor 3 tahun 1989 tentang Pengelolaan Kawasan

Budidaya;

43. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung;

44. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis

Sempadan Sungai;

45. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan

Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan;

46. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman

Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam

Penyusunan Rencana Tata Ruang;

47. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman

Kriteria Teknis Kawasan Budidaya;

48. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 69 Tahun 2007 tentang Kerjasama

Pembangunan Perkotaan;

49. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 74 Tahun 2007 tentang Pedoman

Pemberian Kemudahan Perizinan dan Insentif dalam Pembangunan Rumah

Susun Sederhana di Kawaan Perkotaan;

50. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman

Perencanaan Kawasan Perkotaan;

Laporan AntaraLaporan Antara I - 12

Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten MalakaPenyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka

51. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;

52. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 11/PERMEN/M/2008

tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan dan Permukiman;

53. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang

Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan

Toko Modern;

54. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2009 tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) di Wilayah

Perkotaan/Kawasan Perkotaan;

55. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 81 Tahun 2011 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Provinsi dan Daerah

Kabupaten/Kota;

56. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2014 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

57. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2014 tentang Pedoman

Pemanfaatan Ruang Di Dalam Bumi;

58. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 tentang Pedoman

Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan

Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan;

59. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/KPTS/UM/1980 dan Nomor

683/KPTS/UM/II/1998 tentang Klasifikasi Kemampuan Lahan;

60. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis

Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang wajib di lengkapi dengan analisis

mengenai dampak lingkungan hidup;

61. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 2004 tentang Pedoman

Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

62. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1989 tentang Pengaturan dan

Pengendalian secara Proporsional Pembangunan Rumah Tinggal di Wilayah

Perkotaan.

1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dalam buku Laporan Antara

Penyusunan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka, disusun materi pembahasan

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Laporan AntaraLaporan Antara I - 13

Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten MalakaPenyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malaka

Berisikan latar belakang penyusunan rencana pengembangan kawasan

agropolitan Kabupaten Malaka, pengertian dasar agropolitan, prinsip dasar

penyusunan kawasan agropolitan, maksud, tujuan, serta sasaran

penyusunan rencana pengembangan kawasan agropolitan, dasar hukum,

tahapan pekerjaan perencanaan, dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KEBIJAKANPada bab ini menguraikan review kebijakan dari produk-produk dokumen

perencanaan yang mendukung dalam kegiatan nyusunan Kawasan

Agropolitan Kabupaten Malaka.

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALAKABab ini menjelaskan tentang gambaran umum kawasan meliputi kondisi

geografi, sosial dan ekonomi Kabupaten Malaka, juga menjelaskan

gambaran umum Kecamatan yang terpilih sebagai Kawasan Agropolitan.

BAB IV ANALISA KABUPATEN MALAKABab ini memuat proses analisa pengembangan Kawasan Agropolitan mulai

dari analisa kebijakan tata ruang yang ada, analisa kesesuaian dan

kemampuan lahan, analisa sub sistem agropolitan, analisa keterpaduan,

analisa kelembagaan, analisa lingkage antar sektor, sampai dengan analisa

SWOT.

BAB V KONSEP PENGEMBANGAN KABUPATEN MALAKABab ini memuat visi dan misi pengembangan agropolitan di Kabupaten

Malaka serta konsep umum kawasan agropolitan dan konsep rencana

struktur ruang kawasan.

Laporan AntaraLaporan Antara I - 14