BAB I
-
Upload
riadinawidya -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of BAB I
MAKALAH
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
( UROLITHIASIS )
Disusun oleh :
Kelompok 31. Ahmad Tarmizi2. Aldi nubli algazi3. Dwi Hariyati4. Ebi Dafani5. Elfira Tuwah Waya6. juniansyah7. nurpita8. Rahmat9. Wulandari10. Zul Prima11. Erid Tarmiza
1
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanyastasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud penyakit Urolithiasis
2. Bagaimana Askep pada pasien Urolithiasis
3
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswamendapatgambarandanpengalamantentangpenetapan proses
asuhankeperawatansecarakomprehensifterhadapUrolithiasis
2. Tujuan Khusus
Setelahmelakukanpembelajarantentangasuhankeperawatandenga
nUrolithiasis.Makamahasiswa/i diharapkanmampu :
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Urolithiasis
2. Mengetahui definisi Urolithiasis
3. Mengetahui etiologi Urolithiasis
4. Mengetahui manifestasi klinisUrolithiasis
5. Mengetahui patofisiologi Urolithiasis
6. Mengetahui komplikasi Urolithiasis
7. Mengetahui penatalaksanaan Urolithiasis
8. Mengetahui pemeriksaan diagnostik Urolithiasis
9. Membuat ASKEP
1.4 BATASAN MASALAH
Dalammakalahinidibatasipadamasalahsecaraumum yang seringterjadi.
Bahasandalammakalahinimencakup :
1. Anatomi dan Fisiologi
2. Definisi
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
6. Komplikasi
7. Penatalaksanaan
8. Pemeriksaan diagnostik
9. ASKEP
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
` Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi
(batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila
batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi.
Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat
sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin.
Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai
beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam velvis
ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah,
demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah.
2.2. Etiologi
Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan batu
a. Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan
hiperoksalouria.
b. Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan
kejenuhan mineral dalam air minum.
c. Faktor lain
Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis
jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan Batu Saluran Kencing
(BSK) Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium
yang akan mengubah pH Urine menjadi alkali.
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah Infeksi
Saluran Kencing. Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita
dengan perbandingan 3 : 1. Batu Saluran Kencing lebih banyak
ditemukan di Afrika dan Asia. Anggota keluarga Batu Saluran Kencing
lebih banyak mempunyai kesempatan. Memperbanyak diuresis dengan
cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya
5
batu, sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi
dalam urine meningkat. Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu dari pada pekerja yang lebih banyak
duduk. Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
keringan . Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka
morbiditas Batu Saluran Kencing berkurang. Penduduk yang vegetarian
yang kurang makan putih telur lebih sering menderita Batu Saluran
Kencing (buli-buli dan Urethra).
2.3. Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan
urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor
predisposisi terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin
akibat dari intake cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan
organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk
pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain
mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi
asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah
dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH
urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine
dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu
struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi
oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju
tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan
yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan
atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini semakin
kompleks sehingga terjadi batu.
6
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang
kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan
menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah
dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran
kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi
refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi
ginjal. Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan
kerusakan pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis
karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal. Maka dapat
terjadi penyakit GGK yang dapat menyebabkan kematian.
2.4. Manifestasi Klinis
Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan
disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu
menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal.
Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.
Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
Hematuri akibat aksi abrasi batu.
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi
dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hemat
Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi
retensi urine
2.5. Pemeriksaan diagnosa
a. Urinalisa
Warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan
hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan
ginjal). PH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin
dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium,
7
atau batu kalsium fosfat), Urin 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium,
fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan
Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen. Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl
perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen.
b. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum
dan kalsium urine.
d. Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik
pada area ginjal dan sepanjang uriter.
e. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur
anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat
menunjukkan batu atau efek ebstruksi.
g. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
2.6. Penatalaksanaan Urolithiasi
a. Istirahat cukup
b. Perbanyak masukan cairan air putih
c. Diet rendah kalsium dan rendah garam
d. Disesuaikan jenis batu misal: Batu kalsium yang perlu dibatasi: ikan teri,
bayam, coklat, kacang, teh, strowberry. Batu asam urat yang perlu
dibatasi: jeroan, otak, makanan yang banyak mengandung purin.
8
Medikamentosa:
Bila ada infeksi, beri antimikroba yang sesuai infeksi.
Hipositraturi: kalium sitrat.
Hiperkalsiuri: tiazid
Batu sistin: D-penicillamine
Operasi : bila ada obstruksi atau batunya besar
ESWL: cara memecah batu dengan gelombang syok,dilakukan
pada batu berukuran < 2 cm sampai sebesar pasir sehingga dapat
dikeluakan secara spontan.
2.7. Komplikasi
Sumbatan : akibat pecahan batu.
Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat
obstruksi.
Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan
dan pengangkatan batu ginjal.
2.7. Askep
PENGKAJIAN
1) Data Subjektif Rasa nyeri (kolik renal) merupakan gejala utama pada
episode akut dari calculus renal. Lokasi rasa nyeri tergantung kepada lokasi
dari batu. Bila baru berada dalam piala ginjal, rasa nyeri adalah akibat dari
hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan, terutama
timbul pada sudut costovertebral. Bila batu berjalan di sepanjang ureter rasa
nyeri menjadi menghebat dan sifatnya intermiten. Disebabkan oleh spasme
ureter akibat tekanan batu. Rasa nyeri menyelusuri jalur anterior dari ureter
turun ke daerah supra pubis dan menjalar ke eksternal genetalia. Seringkali
batu diam-diam dan tidak menimbulkan gejala-gejala selama beberapa tahun,
dan ini sungguh-sungguh terjadi pada batu ginjal yang sangat besar. Batu
9
yang sangat kecil dan halus bisa berlalu tanpa disadari oleh orangnya. Mual
dan muntah sering menyertai kolik renal.
2) Data Objektif Urin dipantau tentang terdapatnya darah. Gross
hematuria/perdarahan segar bisa tejadi bila batu pinggir-pinggirnya runcing
dan juga bisa terjadi mikrohematuri. Bila diduga terdapat batu, semua urin
bisa disaring untuk menentukan terdapatnya batu yang bisa keluar waktu
berkemih. Pola berkemih di catat, karena berkemih sering tapi sedikit-sedikit
sekali. Asiditas atau kalkalisan urin diperiksa dengan kertas PH/kertas
lakmus.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan
dengan agen injuri (biologis, kimia, fisik, psikologis)
2. Gangguan perfusi jaringan renal berhubungan dengan adanya
obstruksi (calculi) pada renal atau pada uretra.
3. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi ginjal dan ureter,
obstruksi mekanik dan peradangan.
4. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk memasukan atau mencerna nutrisi oleh
karena faktor biologis
10
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan Rencana keperawatan
NOC NIC
Gangguan rasa
nyaman (nyeri pada
daerah pinggang)
berhubungan
dengan agen injuri (b
iologis, kimia, fisik,
psikologis)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama..... x 24jam
pasien tisdak mengalami nyeri,
dengan kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri
( tahu penyebab nyeri,
mampunmenggunakan tehnik
non farmakologi untuk
menguramngi nyeri, mencari
bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan manajemen
nyeri
Mampu mengenal nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang
normal
Lakukan pengkajian nyeri
secara kompherensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi.
Observasi reaksi non verbal
dari ketidaknyamanan
Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah memberikan
analgetik pertama kali
Gangguan perfusi
jaringan renal berhubung
an dengan adanya obstru
ksi (calculi) pada renal
atau pada uretra.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama..... x 24jam
pasien tisdak mengalami nyeri,
dengan kriteria hasil :
Tekanan sistol dan diastol
dalam batas normal
Monitor Hmt, ureum,
albumin, total protein,
serum osmolaritas dan urin
Pertahankan intake dan
output secara akurat
11
Tidak ada gangguan mental,
orientasi kognitif dan kekuatan
otot
Tidak ada rasa haus yang
abnormal
Warna dan bau urin dalam
batas normal
Monitor TTV
Perubahan eliminasi urin
berhubungan dengan
iritasi ginjal dan ureter,
obstruksi mekanik dan pe
radangan.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama..... x 24jam
pasien tisdak mengalami nyeri,
dengan kriteria hasil :
Input dan output cairan
normal
Pola berkemih normal
Mengamati karakteristik
urine, volume urin saat
berkemi, bau dan warna.
Memberikan informasi
tentang fungsi ginjal, dan
adanya komplikasi.
Tentukan pola berkemih
normal dan perhatikan
variasi
Kalkulus dapat
menyebabkan ekstibilitas
yang menyebabkan sensasi
kebutuhan berkemih segera
Dorong meningkatkan
pemasukan cairan
Peningkatan hidrasi
membilas bakteri,darah dan
debris dan dapat membantu
lewatnya batu.
periksa semua urine catat
adanya keluaran batu dan
kirim ke laboratorium untuk
analisa Penemuan batu
memungkinkan identifikasi
tipe batu dan
12
mempengaruhi pilihan
terapi.
Observasi perubahan status
mental,perilaku atau tingkat
kesadaran
Akumulasi sisa uremik
dank e tidak seimbangan
elektrolit dapat menjadi
toksik di SSP.
Awasi pemeriksaan
laboratorium,contoh BUN,
elektrolit, kreatinin
Peninggian BUN,kreatinin
dan elektrolit
mengidentifikasikan
disfungsi ginjal
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk
memasukan atau
mencerna nutrisi oleh
karena faktor biologis
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama..... x 24jam
pasien tisdak mengalami nyeri,
dengan kriteria hasil :
Albumin serum
Prealbumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total iron binding capacity
Jumlah limfosit
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
Monitor adanya penurunan
berat badan
Monitor mual dan muntah
Monitor intake nutrisi
Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
13
Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
(terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC.
Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Volume I (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I.
(terjemahan).Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.
Bandung.
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.