BAB I

26

Click here to load reader

description

its obout keidupan masyarakat pesisir pantai barat sumatera

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Wilayah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang letaknya tersebar di sekitar

khatulistiwa. Luas wilayah lautan lebih luas dari pada luas wilayah daratan. Menurut

Soimun Indonesia terdiri atas sekitar 3.300.000 kilometer persegi perairan laut yang

terkenal dengan nama Laut Nusantara, dan 1.900.000. juta kilometer persegi daratan

berupa pulau dan perairan laut dan daratan itu terwujud sebagai garis pantai

sepanjang 80.000-an kilometer persegi1

Sumatera Barat adalah sebuah provinsi yang terletak di pesisir barat Pulau

Sumatra. Provinsi ini merupakan bagian dari Indonesia, yang memiliki lautan yang

lebih luas dari pada daratan. Sumatera Barat memiliki lebih kurang 300 pulau.

Sebanyak 252 pulau terletak di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Keberadaan pulau-

pulau yang terdapat di Sumatra Barat dihubungkan oleh kapal-kapal dan perahu-

perahu tradisional, kapal dan perahu tradisional memegang peranan penting, baik

sebagai alat transportasi angkutan perdagangan maupun sebagai alat penangkapan

ikan.2

Sebagai di Propinsi Sumatera salah satu kota Pemerintahan Barat. Kota Pariaman

terletak di Pesisir pantai barat Sumatera Barat yang luasnya 73,36 kilometer persegi,

1 Soimun. Analisis Pola Pemukiman Di Lingkungan Perairan Di Indonesia(Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan 1994), hal 11.

2Sarjulis, Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam 1970-2009, Skripsi, (Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Padang 2011).

1

Page 2: BAB I

yang terdiri dari lautan seluas 12 kilometer persegi dan panjang garis pantai 12

kilometer sebagai daerah yang memiliki laut, menyebabkan ekonomi penduduk,

khususnya masyarakat nelayan di daerah pesisir Pariaman tergantung pada hasil laut.

salah satu daerah yang sangat tergantung pada hasil laut iu adalah masyarakat Desa

Pasir Sunur, Kecamatan Pariaman Selatan kota Pariaman.

Desa Pasir Sunur memiliki luas wilayah 0,61 kilometer persegi. Dari luas kota

Pariaman mencapai 73,36 km2 dengan panjang garis pantai 12 km2.3 batas wilayah

Desa Pasir Sunur yaitu: Sebelah Utara: Marunggi, Sebelah Selatan: Sunur Barat,

Sebelah Barat: Samudera Hindia, Sebelah Timur: Sunur Barat

Di Desa Pasir Sunur terdapat kawasan pemukiman nelayan yang letaknya lebih

kurang 5 kilometer dari kantor kecamatan, dan lebih kurang 6 kilometer dari ibukota .

Desa ini lebih kurang berjarak 52 km ibukota propinsi di Padang.4

Pada umumnya masyarakat desa pantai Sunur memanfaatkan perairan laut

sebagai sumber kehidupan sebagai nelayan. Pekerjaan menangkap ikan bagi

masyarakat pantai merupakan kegiatan yang dilalui oleh berbagai generasi yaitu

semenjak kawasan itu mulai ditempati umat manusia hingga sekarang. Hal ini

merupakan salah satu bentuk usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Faktor pendorong usaha tersebut adalah dorongan alamiah, baik untuk

mempertahankan diri maupun untuk mengembangkan kelompok.

3 Profil Kota Pariaman. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Pariaman 2012.

4 Profil Desa Pasir Sunur. 2013

2

Page 3: BAB I

Pasir Sunur merupakan salah satu desa pantai yang terdapat di wilayah pesisir

pantai Pariaman yang memiliki wilayah pantai yang potensial akan sumber daya ikan

yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Dengan adanya potensi sektor kelautan

yang cukup besar memungkinkan masyarakatnya menjadikan perikanan sebagai

sumber mata pencaharian. Jumlah masyarakat di Pasir Sunur secara keseluruhan saat

ini tercatat sebanyak 304 orang, sedangkan 22 orang masyarakat Pasir Sunur

berprofesi sebagai buruh perikanan atau nelayan, 3 orang pemilik kapal, 25 pemilik

perahu atau sampan5 .

Pada tahun 1990-an nelayan desa Pasir Sunur mengalami perekonomian yang

menurun , karena adanya nelayan dari luar yang menangkap ikan di desa Pasir Sunur

yang sudah menggunakan Bagan sedangkan nelayan Pasir Sunur cara penangkapan

ikan masih tradisional6. Hal ini yang membuat penangkapan ikan nelayan berkurang

dalam jual beli, para nelayan menjual ikannya ditepi pantai tempat sampan mereka

berlabuh dan disana sudah ada pedagang ikan yang membeli ikan untuk dijual lagi

kekonsumen lain.

Yang menarik bagi peneliti adalah tidak adanya perubahan yang signifikan cara

penangkapan atau alat yang digunakan nelayan desa Pasir Sunur ini dalam mencari

ikan, bahkan sampai saat ini nelayan tetap melakukan penangkapan ikan dengan cara

tradisional yaitu dengan sampan, dimana sampan ini hanya mengandalkan angin

untuk menangkap ikan, namun sejak beroperasinya bagan, yaitu kapal yang

5 Profil Desa Ibid., hal. 5.6 Padang pariaman Dalam Angka Tahun 1994. Hal. 136 .

3

Page 4: BAB I

berukuran lebih besar dari sampan yang memiliki mesin, dimulai sekitar tahun 1990-

an , menyebabkan pendapatan nelayan tradisional di desa Pasir Sunur mengalami

penurunan karena, bagan ini mempunyai daya tangkap lebih besar dibandingkan

dengan sampan, dan yang memiliki bagan yaitu nelayan dari luar Pasir Sunur seperti;

Desa Karannaur, Taluk, Padang, Tiku bahkan sampai nelayan Sibolga7.

Selain Bagan penangkapan ikan yang dilakukan dari nelayan luar, penangkapan

ikan juga dilakukan dengan pukat harimau yaitu sejenis bom yang bisa merusak

terumbu karang, Padahal terumbu karang adalah tempat ikan bertelur atau sebagai

rumah untuk menetap, hal inilah yang membuat hasil tangkapan nelayan semakin

berkurang. Kehidupan nelayan di desa Pasir Sunur dalam menangkap ikan hanya

mengandalkan cuaca dan melihat bintang. Didalam setahun nelayan hanya 6 bulan

menangkap ikan. Menariknya adalah kalau hasil tangkapan nelayan melimpah tidak

serta merta senang. malah membuat nelayan kesulitan karna pada waktu itu

transportasi sulit, dan alat untuk pendingin ikan tidak ada, maka ikan hanya ditimbun

dengan pasir untuk membuangnya, namun yang menarik bagi peneliti, nelayan

merasa kebutuhannya malah lebih dari cukup penghasilanya sampai tahun 1990

dibandingkan dengan sekarang. Meskipun teknologi sudah canggih banyak

bermunculan kapal, namun dengan kondisi ekonomi yang rendah maka alat ini tidak

dapat dibeli bahkan sampai saat sekarang. Nelayan desa Pasir Sunur masih

tradisional.8

7 Wawancara Dengan Kasudi, Edi . 28 Februari 2015 di Sunur.8 Profil Desa Ibid., hal. 8.

4

Page 5: BAB I

Kegiatan menangkap ikan dilaut dilakukan oleh laki-laki, baik yang sudah

berkeluarga maupun yang belum berkeluarga. Para nelayan hanya menggunakan

perahu ukuran kecil atau sampan. Jika menggunakan perahu kecil, nelayan tidak

terlalu jauh meninggalkan garis pantai. Nelayan biasanya berangkat melaut sekitar

pukul 05.00 WIB dan kembali pukul 13.00 WIB, sebelum sampan menepi, sudah

banyak pembeli yang menunggu dipantai, sehingga nelayan tidak kesulitan dalam

menjajakan jualannya.9

Namun dalam jual beli ini nelayan desa Pasir Sunur harus menunggu hasil jualan

dari pedagang untuk mendapatkan uang jadi hasil tangkapan nelayan ini tergantung

laku atau tidaknya ikan dari pedagang.

Peranan istri juga ada bagi kehidupan nelayan, sebagai ibu rumah tangga untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangga, istri nelayan juga mempunyai kegiatan lain

untuk menopang perekonomian keluarga. Mereka biasanya membuat makanan kecil,

menjual ikan di pasar dan di kampung-kampung juga menjemur ikan teri. Biasanya

ikan yang dijemur ikan kecil-kecil yang tidak laku terjual pada hari itu. Sehingga

dengan proses pengeringan tersebut ikan bisa dijual dalam jangka waktu lama tanpa

khawatir akan berubah rasa.

Pada tahun 1990-an kedai nasi sek mulai bermunculan di sepanjang pantai, nasi

sek yaitu, singkatan dari sebungkus kenyang ,yang bermunculan disepanjang pantai

9Iriani, Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Sago Kec. IV Jurai, Kab Pesisir Selatan. (Padang: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jendral Nilai Budaya Seni dan Film, 2001), hal 40.

5

Page 6: BAB I

Sunur, Lohong, Pasir hingga ke Pantai Pauh. Hal ini yang dilakukan istri nelayan

untuk menopang perekonomian rumah tangga, ikan kecil selain dijemur menjadi

masakan khas dalam masakan nasi sek ini.10usaha nasi sek ini mulai bermunculan

ketika kehidupan nelayan mengalami kesulitan dalam menangkap ikan dan sebagian

yang membuka usaha nasi sek ini adalah keluarga nelayan, selain itu usaha nasi sek

ini juga diminati oleh masyarakat dan kalangan atas karena unik, umumnya usaha

kedai nasi ikannya besar-besar berbeda dengan nasi sek ini gulai ikannya kecil-kecil

atau sering juga dinamakan anak-anak ikan. Usaha inilah yang sampai saat sekarang

masih banyak dijumpai disepanjang pesisir pantai Pariaman bahkan sudah menjadi

makanan khas Pariaman.

Selain itu Pemerintah juga memberikan sosialisasi untuk masyarakat desa

nelayan desa Pasir Sunur masyarakat diberi pengarahan tentang pelestarian

perikanan, sebagaimana diketahui sumberdaya perikanan senantiasa tergantung pada

waktu, perlu diketahui pola atau fungsi produksi ikan, pertumbuhan populasinya dan

apa yang ingin dicapai dengan beberapa kendala tertentu. Sehingga para nelayan

tidak merusak populasi laut, seperti terumbu karang dan penggunaan pukat harimau

yang mengancam punahnya kehidupan laut.

Namun, keterbatasan kemampuan nelayan-nelayan tradisional dari berbagai

aspek merupakan hambatan potensial bagi mereka untuk meningkatkan kesejahteraan

sosial dan mengatasi kemiskinan yang membelit kehidupan mereka selama ini.11

10 Profil Kota Pariaman Humas Sekretariat Daerah Kota Pariaman. 2012.11 Kusnadi. Akar Kemiskinan Nelayan. (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta 2008.)

6

Page 7: BAB I

Bahkan pendapatan nelayan jauh dibawah rata-rata, sehingga banyak masyarakat

nelayan yang berpindah pada profesi lain, seperti berdagang, tukang ojek dan bertani.

Selain keterbatasan kemampuan nelayan, penyebab lainnya adalah faktor alam yang

cendrung berubah-ubah dari waktu kewaktu, sehingga pendapatan nelayan tidak

stabil. Ketika musim badai dan terang bulan, saat itu biasanya selalu merupakan

masa paceklik bagi desa nelayan Pasir Sunur. ikan sedikit didapat sehingga

kehidupan nelayan cukup sulit12.

Dinamika kehidupan sosial dan aktivitas ekonomi nelayan di Pasir Sunur menarik

untuk dikaji, terutama bila dikaitkan dengan belum banyaknya perhatian ilmuwan

untuk mengkaji perubahan-perubahan yang dialami masyarakat desa pantai..

Penelitian yang juga mengkaji masyarakat pantai di Sumatera Barat secara umum dan

Pesisir Selatan secara khusus adalah karya Azmi Fitrisia “Nelayan Kenagarian Painan

Studi Sosial Ekonomi 1970-1995”. Azmi memberikan perhatian pada perubahan pola

produksi, distribusi dan konsumsi terhadap perubahan status sosial nelayan13.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Deswita yaitu “Perubahan di Desa Pantai:

Suatu Kajian Tentang Sejarah Sosial Desa Simpang Carocok Kenagarian Ampang

Pulai Tarusan Tahun 1979-1999. Penelitiannya mengungkapkan tentang perubahan

12 Sarjulis, Ibid. Tahun 2011.13Azmi Fitrisia, Nelayan Kenagarian Painan Studi Sosial Ekonomi 1970-1995, Skripsi

(Padang: Fakultas Sastra Universita Andalas, Tahun 2006). hal. 8.

7

Page 8: BAB I

sosial yang mencakup perubahan sosial budaya, politik dan ekonomi masyarakat

nelayan di Kenagarian Ampang Pulai Tarusan sejak tahun 1979-1999 14.

Walaupun ada penelitian lain, namun pilihan tema, ruang lingkup, tempat dan

waktu kajiannya relatif berbeda dari penelitian yang penulis lakukan. Berdasarkan

kelangkaan itulah penelitian ini dilakukan. Untuk itu penulis memberi judul tulisan

ini “Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Desa Pasirsunur Kecamatan

Pariaman Selatan Tahun 1990-2013 Kota Pariaman”.

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini terdiri dari batasan spasial dan temporal. Batasan spasial dalam

kajian ini adalah di desa Pasir Sunur. Pemilihan lokasi ini disebabkan karena

masyarakatnya umumnya berprofesi sebagai nelayan tradisional dan kehidupan

mereka bergantung kepada hasil laut. Untuk lebih memudahkan dan terfokusnya

pengkajian ini, disusun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini:

1. Bagaimanakah kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan desa Pasir

Sunur sebelum tahun 1990-2013?

2. Bagaimana keadaan ekonomi Masyarakat Desa Pasir Sunur tahun 1990-

2013?

3. Mengapa munculnya wisata kuliner di Pasir Sunur tahun 1990 ?

14Deswita. Perubahan di Desa Pantai: Suatu Kajian Tentang Sejarah Sosial Desa Simpang Carocok Kenagarian Ampang Pulai Tarusan Tahun 1979-1999. Skripsi (Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas. 2001).

8

Page 9: BAB I

Batasan temporal yang dipilih adalah tahun 1990-2013. Pada tahun 1990

perekonomian di Pasir Sunur mulai mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun

2013 terdapat bantuan dari pemerintah untuk memajukan usaha perikanan. Dan ada

alat tangkap modern sehingga memudahkan para nelayan untuk menangkap ikan

demi memperlancar kehidupan perekonomiannya.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan aktivitas nelayan di desa Pasir

Sunur. Penelitian ini juga bertujuan mengungkapkan usaha-usaha yang dilakukan

nelayan di Desa Pasir Sunur tersebut untuk mempertahankan kehidupannya dan

menjelaskan sikap para nelayan dalam menghadapi perubahan yang terjadi.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermamfaat untuk menjadi salah satu bagian

dari penulisan sejarah, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

pengetahuan bagi orang lain dan generasi yang akan datang. Selain itu, penelitian ini

juga diharapkan dapat menjadi bagian koleksi kepustakaaan dan bacaan yang

bermanfaat bagi orang banyak.

1.Menjelaskan kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan desa Pasir Sunur

sebelum tahun 1990 ?

9

Page 10: BAB I

2.Menjelaskan dinamika ekonomi masyarakat desa Pasir Sunur dari tahun 1990-

2013 ?

3.Menjelaskan penyebab munculnya wisata kuliner di desa Pasir Sunur tahun

1990 ?

D. Kerangka Analisis

Kemiskinan nelayan, khususnya nelayan tradisional, merupakan masalah serius

yang terjadi pada masyarakat nelayan. Nelayan yang hidup di desa-desa pesisir yang

perairannya dalam kondisi tangkap lebih akan menghadapi tekanan-tekanan sosial

ekonomi yang lebih berat daripada nelayan yang hidup di desa-desa pesisir yang

kondisi sumber daya perikanannya masih potensial. Aspek-aspek lingkungan,

keragaman potensi sumber daya ekonomi lokal, peluang pasar, kualitas sumber daya

manusia nelayan dan sebagainya akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas

kemiskinan nelayan.15

Masalah kemiskinan tidak hanya berhubungan dengan ukuran-ukuran ekonomi,

tetapi berkaitan pula dengan persoalan-persoalan non-ekonomi, sosial budaya dan

politik. Artinya sebab terjadinya kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh faktor

ekonomi. Kemiskinan adalah keadaan standar hidup absolut dari sekelompok orang

miskin, yaitu kondisi dimana kelompok tersebut tidak dapat memenuhi standar

kehidupan minimum tertentu.16

15 Kusnadi. Ibid. 2008. Hal. 1.16Masyhuri, Strategi Pengembangan Desa Nelayan Tertinggal: Organisasi Ekonomi

Masyarakat Nelayan. (Jakarta: Puslitbang Ekonomi dan Pembangunan Lembaga Ilmu Pengetahuan

10

Page 11: BAB I

Ikan merupakan sumber daya alam yang dapat pulih yang memerlukan usaha-

usaha pengelolaan yang baik agar dapat mempertahankan dan mengembangkan unit

populasi yang ada. Dalam usaha pengelolaan tersebut diperlukan pengetahuan dan

informasi tentang perikanan dalam rangka mempelajari prilaku kehidupan dan sifat-

sifat dari unit populasi yang merupakan suatu komunitas dalam sumberdaya alam

tersebut.17 Selain itu sumberdaya juga dikelompokkan menjadi sumberdaya manusia

dan modal18.

Pola produksi merupakan kegiatan yang menyangkut cara-cara orang

memanfaatkan sumber-sumber kekayaan alam yang ada dilingkungannya guna

memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti orang yang hidup dipinggir pantai

memanfaatkan kekayaan laut untuk menunjang kebutuhan hidupnya.19

, kelas sosial dan lain sebagainya. Sejarah sosial mempunyai hubungan erat

dengan sejarah ekonomi, salah satu sudut perhatiannya adalah masyarakat desa

dengan melihat perubahan-perubahan sosial20.

E. Metode Penelitian dan Bahan Sumber

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat

tahap : heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi (penulisan sejarah). Dalam

Indonesia. 1998). Hal. 31.17Suparmoko. Ibid. Hal .256.18Catur Sugiyanto, Ekonomi Mikro Ringkasan Teori, Soal, Trik dan Jawaban.( Yogyakarta:

BPFE Yogyakarta. 1995). 19Iriani, Ibid. 2001, hal 36.20Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), hal. 33.

11

Page 12: BAB I

tahapan heuristik dilakukan pengumpulan sumber melalui studi perpustakaan,

terutama di Perpustakaan Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas,

Perpustakaan Ilmu Budaya Universitas Andalas, Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial

Politik Universitas Andalas, Perpustakaan Pusat Universitas Andalas, Perpustakaan

Desa Pasir Sunur Kecamatan Pariaman Selatan,Badan Pusat Stasistik Kota Pariaman,

Badan Pusat Satistik Kabupaten Padangpariaman, Badan Perencanaan Daerah Kota

Pariaman Tahun 2012.

Tahapan kedua yaitu Kritik, yang terdiri dari Kritik Intern dan Kritik Ekstern,

Kritik Intern bertujuan untuk memastikan kebenaran isi data tersebut dan Kritik

Ekstern bertujuan untuk membuktikan apakah data-data itu asli atau tidak. Tahapan

ketiga yaitu Interpretasi adalah melakukan analisis dan sintesis, yaitu penafsiran-

penafsiran terhadap data-data yang diperoleh, dan memastikan data-data tersebut

sudah benar. Tahapan terakhir Historiografi yaitu melakukan penulisan dengan

menggunakan data-data yang ada.

Selain data tertulis juga diperoleh data lisan yang didapat dari hasil wawancara

yang dilakukan pada masyarakat setempat. Wawancara yang dilakukan untuk

melengkapi data tertulis yang telah ada. Sehingga terbentuk suatu penelitian yang

menyeluruh dan terbukti kebenarannya. Wawancara juga berfungsi untuk

mengetahui kesaksian dan subjektivitas yang terdapat pada kasus yang akan dikaji

tersebut, melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada masyarakat setempat.

12

Page 13: BAB I

F. Sistematika Penulisan

Penulisan ini terdiri dari 5 bab yang secara berturut-turut menjelaskan tentang

masalah-masalah yang terdapat dalam penelitian ini. Dalam masing-masing bab

tergambar secara jelas mengenai masalah yang dijelaskan dan mempunyai keterkaitan

yang erat sehingga dapat dianalisa sesuai dengan data-data yang telah dihimpun.

Bab I sebagai awal penulisan, berisikan pendahuluan untuk pembahasan

masalah. Pada bagian ini dibahas tentang alasan pemilihan judul dan latar belakang

masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, kerangka analisis, metode

penelitian, tinjauan pustaka, sistematika penulisan dan bahan-bahan yang digunakan

sebagai sumber kajian.

Bab II Membahas tentang gambaran umum desa Pasir Sunur Kecamatan

Pariaman Selatan.

Bab III menjelaskan kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan desa Pasirsunur

dari tahun 1990-2013.

Bab IV Penjelasan mengenai munculnya wisata kuliner di Pasir Sunur tahun

1990 , wisata ini muncul karna istri nelayan ingin membantu perekonomian

kehidupan rumahtangga.

Bab V Merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dari semua

pertanyaan yang sebelumnya diajukan dalam tulisan ini.

13

Page 14: BAB I

Daftar Pustaka

A. Arsip

Profil Desa Pasir Sunur Kecamatan Pariaman Selatan Kota Pariaman Tahun 2013.

Profil Kota Pariaman. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota

Pariaman Tahun 2012.

Padangpariaman Dalam Angka dan Badan Pusat Statistik, Kabupaten

Padangpariaman Tahun 1994

14

Page 15: BAB I

B. Buku-buku

Satria Arif, 2001. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir, (Jakarta: Pustaka

Cidesindo)

Sugiyanto Catur, 1995. Ekonomi Mikro” Ringkasan Teori, Soal, Trik dan Jawaban”.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta..

Purwanto Heri. 2007. Strategi Hidup Masyarakat Nelayan. Yogyakarta:LKIS

Yogyakarta.

Iriani. 2001. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Sago Kec. IV Jurai, Kab

Pesisir Selatan. Padang: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat

Jendral Nilai Budaya Seni dan Film.

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana).

Kusnadi. 2008. Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta.

Soimun. 1994. Analisis Pola Pemukiman Di Lingkungan Perairan Di Indonesia.

Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan

Suparmoko. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Yogyakarta: BPFE

Yogyakarta.

C. Skripsi

Azmi Fitrisia. 1996. ”Nelayan Kenagarian Painan Studi Sosial Ekonomi 1970-1995”,

skripsi Sarjana (Padang: Fakultas Sastra Universita Andalas,)

Deswita. 2001.“Perubahan di Desa Pantai: Suatu Kajian Tentang Sejarah Sosial Desa

Simpang Carocok Kenagarian Ampang Pulai Tarusan Tahun 1979-1999”

skripsi padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas.

15

Page 16: BAB I

Sarjulis. 2011. “Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Tanjung Mutiara

Kabupaten Agam 1970-2009, Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Andalas” Padang.

DAFTAR ISI SEMENTARA

Bab I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Pembatasan Masalah

C. Tujuan Penelitian

16

Page 17: BAB I

D. Kerangka Analisis

E. Metode Penelitian dan Bahan sumber

F. Sistematika Penulisan

Bab II GAMBARAN UMUM DESA PASIR SUNUR

A. Keadaan Geografis

B. Penduduk dan Mata Pencarian

C. Kehidupan Agama dan Sosial Budaya

D. Perubahan Administratif Desa Pasir Sunur

Bab III. MASYARAKAT NELAYAN DESA PASIR SUNUR SEBELUM TAHUN

1990

A. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Nelayan

B. Dinamika Melaut dan Menangkap Ikan

C. Kondisi Perumahan Nelayan Desa Pasir Sunur

D Pendidikan Masyarakat Nelayan

Bab IV. DINAMIKA SOSIAL EKONOMI DESA PASIR SUNUR TAHUN 1990-

2013.

A. Pendapatan Nelayan Desa Pasir Sunur berkurang.

B. Munculnya Rumah Makan

17

Page 18: BAB I

C. Sekarang Menjadi Objek Wisata Kuliner

Bab V. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

18