Bab I

download Bab I

of 21

description

aa

Transcript of Bab I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakangPendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui proses pendidikan diharapkan menghasilkan siswa lulusan sebagai generasi bangsa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi dan berkepribadian yang utuh, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang unggul dalam segala bidang, untuk mengimbangi pembangunan fisik yang terus menerus bertambah setiap saat. Salah satu caranya adalah dengan memajukan sektor di bidang pendidikan yaitu dengan cara memajukan proses pembelajaran di sekolah. Akan tetapi untuk memajukan proses pembelajaran bukanlah persoalan mudah karena banyak kendala yang dihadapi.

Dalam pembelajaran Fisika, siswa dituntut agar dapat menguasai perhitungan secara matematis dan serta memahami konsep fisika namun dalam prakteknya sering kali ditemui banyak kasus dimana banyak siswa yang tidak berminat dan termotivasi untuk mempelajarinya. Siswa membangun persepsi bahwa ilmu fisika adalah ilmu yang sulit untuk dipelajari karena sarat dengan banyak rumus yang memusingkan kepala.

Selain itu, guru masih menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran konvensional seperti ceramah, mendikte dan lainnya yang menempatkan siswa sebagai objek pembelajaran dan bukan sebagai subjek pembelajaran sehingga siswa kurang berperan aktif dalam pembelajaran sehingga siswa merasa jenuh mengikuti pembelajaran di kelas. Tidak heran bila pada akhirnya siswa memiliki nilai yang rendah pada mata pelajaran ini atau bahkan tidak lulus saat ujian nasional.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan cara memberikan persoalan atau masalah kepada siswa untuk diselesaikan oleh siswa sendiri. Hal ini memungkinkan siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah terutama dalam menyelesaikan masalah fisika.Walaupun demikian, guru memerlukan strategi dan pendekatan yang relevan dan prosedural serta sejalan dengan tujuan peningkatan kemampuannya pemecahan masalah siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Discovery Learning. Model pembelajaran Discovery Learning adalah model pembelajaran dimana pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Siswa dilatih untuk mengerjakan permasalahan dari stimulus yang diberikan dan diminta untuk mencari solusi dari data yang dikumpulkan sendiri kemudian membuat suatu kesimpulan. Hal ini menyebabkan siswa dapat berlatih sendiri untuk memecahkan setiap persoalan yang dihadapi siswa tersebut.

Selain itu untuk dapat mempermudah siswa dalam memahami masalah fisika dalam kelas maka diperlukan suatu teknik pembelajaran. Salah satu teknik pembelajaran yang digunakan adalah teknik pembelajaran the Power of Two. Melalui teknik pembelajaran ini guru memberikan satu atau lebih permasalahan kepada siswa yang membutuhkan refleksi dan pemikiran, kemudian siswa menyelesaikannya secara individu, setelah itu siswa membentuk pasangan dan merumuskan jawaban baru dari permasalahan tersebut sehingga dapat memicu ingatan dengan mudah. Selain itu, mereka juga dapat menemukan banyak alternatif jawaban dari masalah yang diberikan.Integrasi antara Model Pembelajaran Discovery Learning dan teknik the Power of Two dalam pembelajaran fisika, diharapkan dapat menjadi salah satu solusi praktis bagi guru untuk menyelesaikan masalah pembelajaran yang ditemukan.Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menyusun proposal penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dengan teknik the Power of Two untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa SMAN 5 Kupang.1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan teknik the Power of Two dan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Inkuiri dengan teknik the Power of Two? 2. Apakah kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan teknik the Power of Two lebih tinggi daripada siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Inkuiri dengan teknik the Power of Two?1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan teknik the Power of Two dan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Inkuiri dengan teknik the Power of Two. 2. Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan teknik the Power of Two lebih tinggi daripada siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Inkuiri dengan teknik the Power of Two.1.4 Manfaat Penelitian

Hasil pelaksanaan penelitian ini akan memberikan manfaat: 1. Bagi siswa

a. Melatih mengembangkan keterampilan sosial siswa

b. Meningkatkan motivasi dan disiplin dalam belajar fisika

c. Meningkatkan prestasi belajar fisika siswa

2. Bagi guru

a. Menambah variasi metode pembelajaran

b. Meningkatkan profesionalitas

1.5 Ruang Lingkup dan Asumsi

1. Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

a. Penyelenggaraan proses belajar mengajar fisika di sekolah berjalan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

b. Pelaksanaan tes berjalan sebagaimana mestinya yaitu siswa mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh tanpa bekerja sama sehingga hasil penelitian yang diperoleh benar-benar dapat mencerminkan kemampuan masing-masing siswa.

2. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah :

a. Penelitian ini hanya berlaku pada siswa SMA Negeri 5 Kupang tahun ajaran 2014/2015.b. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini diterima sejauh mana asumsi-asumsi di atas terpenuhi.

1.6 Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan pendapat dalam menafsirkan isi dan judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam judul ini, yaitu :1. Model pembelajaran Discovery Learning dengan teknik the Power of Two adalah suatu pembelajaran dimana guru memberikan stimulus berupa suatu permasalahan yang direkayasa guru untuk diselesaikan siswa yang membutuhkan refleksi dan pemikiran, kemudian siswa menyelesaikannya secara individu, setelah itu siswa membentuk pasangan dan merumuskan jawaban baru dari permasalahan tersebut sehingga diperoleh suatu solusi sebagai hasil penemuan. Model pembelajaran ini mengajarkan kepada siswa untuk dapat bertanggung jawaban dan mandiri dalam mengoordinasi kelompoknya masing-masing yang melibatkan siswa bekerja secara berpasangan dengan kontribusi yang berbeda untuk setiap siswa. 2. Model pembelajaran Inkuiri dengan teknik the Power of Two merupakan suatu pembelajaran dimana guru memberikan stimulus kepada siswa untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama yang membutuhkan refleksi dan pemikiran, kemudian siswa menyelesaikannya secara individu, setelah itu siswa membentuk pasangan dan merumuskan jawaban baru dari permasalahan tersebut sehingga diperoleh suatu solusi sebagai hasil penemuan dimana guru juga harus menyediakan situasi sedemikian rupa sehingga siswa didorong untuk melakukan prosedur yang telah disiapkan untuk menemukan jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan.3. Kemampuan Pemecahan masalah adalah keterampilan berpikir yang sangat beragam antara lain mengamati, melaporkan, menganalisis, mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik, memprediksi dan menarik simpulan berdasarkan informasi yang diperoleh dan diolah. BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Belajar

Menurut Arsyad, belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar dapat terjadi karena adanya interaksi antara seorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh adanya perubahan tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya (Arsyad, 2010:1).Cronbach (Suryabrata, 1984:251) merumuskan belajar sebagai: Learning is shown by a change in behavior as result of experience. Jadi menurut Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami itu pelajar menggunakan panca inderanya.Sesuai dengan pendapat ini adalah pendapat Harold Spears (Suryabrata, 1984:251). Ia berpendapat: Learning is to observe, to read, to imitate, to try somethingthemselves, to listen, to follow direction. Jadi menurut Spears, belajar adalah melakukan pengamatan, membaca, melatih sesuatu pada diri sendiri, mendengarkan dan mengikuti petunjuk. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Catharina, dalam Malana, 2011:9). Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia, oleh karena itu dengan menguasai prinsip prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis.Keberhasilan proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dengan hasil belajar. Banyak ahli di bidang pendidikan yang mencoba memberikan definisi ataupun pengertian belajar ditinjau dari berbagai aspek sehingga muncul berbagai pengertian belajar (Catharina, dalam Malana, 2011:10), di antaranya:

1. Gagne dan Berliner, menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.

2. Winkel, menerangkan bahwa belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

3. Slavin, menyatakan belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

Berdasarkan ketiga pengertian tersebut tampak bahwa belajar mengandung tiga unsur utama yaitu:

1. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku. Untuk mengukur bahwa seseorang telah belajar, maka diperlukan perbandingan antara perilaku sebelum dan sesudah mengalami kegiatan belajar. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang telah belajar. Perilaku tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku tertentu seperti menulis, membaca, baik yang dilakukan sendiri-sendiri atau kombinasi dari berbagai tindakan.

2. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. Perubahan perilaku karena pertumbuhan dan kematangan fisik, seperti tinggi dan berat badan dan kekuatan fisik tidak disebut sebagai hasil belajar.

3. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif tetap. Lamanya perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang adalah sukar untuk diukur. Biasanya perubahan perilaku dapat berlangsung selama satu hari, satu minggu, satu bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai belajar, dapat disimpulkan, bahwa belajar dalam arti umum adalah segala aktivitas individu yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut. Aktivitas ini dapat berupa latihan maupun pengalaman dalam situasi tertentu dimana tingkah laku yang mengalami perubahan itu menyangkut banyak aspek. Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah:

1. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

2. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.

3. Psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, di antaranya adalah faktor yang berasal dari dalam siswa itu sendiri atau internal dan yang berasal dari luar atau eksternal.Faktor internal misalnya berupa nilai-nilai atau keyakinan, yaitu:

1. Interaksi yang mencakup pengetahuan, misalnya pengalaman terhadap sesuatu yang diperoleh dari membaca

2. Kemampuan menangkap permainan, simulasi dan simbol

3. Belajar untuk berketerampilan, misalnya kemampuan menghafal, membaca, menulis, mencatat, kreativitas, cara belajar, komunikasi dan hubungan.

Faktor yang berasal dari luar individu, misalnya:

1. Lingkungan yang positif, santai, aman, menggembirakan akan sangat mendukung kelancaran proses belajar mengajar

2. Kondisi siswa, setiap individu sebenarnya sudah terdapat kemampuan masing-masing yang antara satu dan yang lainnya berbeda, oleh karenanya diperlukan gerakan terobosan, perubahan keadaan, permainan-permainan dan partisipasi untuk membangun individu3. Saat berlangsungnya proses pembelajaran, akan lebih baik apabila diciptakan suasana yang nyaman, seperti cukup penerangan dan menarik perhatian.

2.3 Kemampuan pemecahan masalahPengertian Kemampuan pemecahan masalahPengertian masalah dalam konteks pembelajaran dapat berbeda antara satu pakar dengan pakar yang lainnya dan juga antara satu guru dengan guru lainnya. Sebagian ahli pendidikan menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspons. Namun, mereka juga menyatakan bahwa tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi masalah (Pihu, 2012).

Suatu pertanyaan hanya disebut sebagai masalah bagi siswa jika dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Siswa memiliki pengetahuan prasyarat untuk mengerjakan soal tersebut.

2. Siswa belum tahu algoritma/ cara pemecahan soal tersebut

3. Siswa mau dan berkehendak untuk menyelesaikan soal tersebut.

4. Siswa diperkirakan mampu menyelesaikan soal tersebut. (Suyitno dalam Pihu, 2012)

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, dengan imbuhan ke-an kata mampu menjadi kemampuan yaitu berarti kesanggupan atau kecakapan. Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal (Wardhani dalam Pihu, 2012). Jadi,kemampuan pemecahan masalah adalah kecakapan untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal.

Tahapan-tahapan kemampuan pemecahan masalah

Manfaat kemampuan pemecahan masalah2.4 Teknik The Power of TwoTeknik pembelajaran kekuatan dua kepala (The Power of Two) termasuk bagian dari teknik pembelajaran kooperatif yang praktek pelaksanaannya adalah dengan belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompetensi dasar.Teknik pembelajaran kekuatan berdua (The Power of Two) adalah kegiatan dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih baik daripada satu (Muqowin,2007).

Menurut Mel Siberman (2005:161), langkah-langkah teknik pembelajaran the power of two adalah sebagai berikut:

1. Berilah peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran.

2. Mintalah peserta didik untuk menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.

3. Setelah semua melengkapi jawabannya, bentuklah ke dalam pasangan dan mintalah mereka untuk berbagi jawaban dengan yang lain

4. Mintalah pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respons masing-masing individu.

5. Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, bandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain.

Adapun kelebihan teknik pembelajaran The Power Of Two, yaitu:

1. Siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagi sumber dan belajar dari siswa lain.

2. Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal, dan dengan membandingkan ide-ide atau gagasan orang lain.

3. Membantu anak agar dapat bekerja sama dengan orang lain, dan menyadari segala keterbatasannya serta menerima segala kekurangannya.

4. Membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.

5. Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

6. Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.

Kekurangan dari teknik The Power Of Two yaitu:

1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, maka dibutuhkan fasilitas alat dan biaya.

3. Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Penerapan teknik pembelajaran The Power Of Two dapat divariasikan dengan mengundang seluruh kelas untuk menyeleksi jawaban terbaik bagi masing-masing pertanyaan, dan untuk lebih menghemat waktu, tentukan pertanyaan tertentu untuk pasangan tertentu. Hal ini lebih baik daripada tiap pasangan menjawab semua pertanyaan yang diberikan.2.5 Model Pembelajaran Discovery Learning2.6 Model Pembelajaran Inkuiry2.7 Model Pembelajaran Discovery Learning dengan teknik The Power of Two2.8 Model Pembelajaran Inkuiry dengan Teknik The Power Of Two2.9 Hipotesis PenelitianBerdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka hipotesis penelitian adalah:

1. Ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan teknik The Power Of Two dan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Inkuiry dengan teknik The Power Of Two.2. Kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan teknik The Power Of Two lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Inkuiry dengan Teknik The Power Of Two.BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015 pada bulan Februari 2015 sampai selesai.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa Kelas X Semester 2 SMA Negeri 5 Kupang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara random sampling dengan mengambil dua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagai sampel.

3.3 Variabel Penelitian

Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Discovery Learning dengan teknik The Power of Two dan penerapan model Inkuiry dengan teknik The Power of Two2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil kemampuan proses dan kemampuan analisis fisika siswa untuk melihat kemampuan pemecahan masalah.

3. Variabel Kontrol meliputi:

a. Waktu yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar dikontrol dengan menyamakan jumlah jam pelajaran.

b. Bahan pelajaran yang diberikan sama yaitu mengambil materi pokok bahasan Kalor dan Suhu.c. Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan tes tertulis dengan bentuk tes subyektif (Essay) untuk melihat kemampuan pemecahan masalah fisika siswa.d. Guru kontrol dengan menetapkan peneliti sendiri sebagai pengajar.

3.4 Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan Randomised Control Group Pretest-postest Design Jahil (Boy, 2013: 27) yang dapat dilukiskan sebagai berikut:

Peneliti akan mengumpulkan data yang diperoleh dari nilai hasil tes awal yang diberikan sebelum diberi perlakuan untuk menguji kemampuan awal sampel dan nilai hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diberi perlakuan untuk uji hipotesis.Desain penelitian

SampelTest AwalPerlakuanTest Akhir

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

(Sumber: Jahil,dalam Boy, 2013)

Keterangan :

X1 : Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning dengan teknik the Power of Two

X2 : Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Inkuiry dengan teknik the Power of Two

T1 : Pemberian tes awal untuk melihat kemampuan pemecahan masalah.

T2 : Pemberian tes akhir untuk melihat kemampuan pemecahan masalah.3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti membuat perangkat pembelajaran berupa Silabus, Rencana Pembelajaran (RPP), Lembar Diskusi Siswa serta menyusun instrumen soal tes. Dalam penyusunan instrumen soal tes harus mengikuti kisi-kisi seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah

NoPemecahan MasalahIndikatorJenis InstrumenPengamatan

1Memahami MasalahMengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan dalam soal.Soal esaiProses pembelajaran

2Merencanakan strategi penyelesaianMengidentifikasi strategi-strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk menyelesaikan masalah

3Melaksanakan strategi penyelesaianDapat melaksanakan penyelesaian soal sesuai dengan yang telah direncanakan

4Memeriksa kembali hasila. Mencocokkan hasil yang diperoleh dengan hal yang ditanyakan

b. Menginterpretasikan jawaban yang diperoleh

c. Mengidentifikasi adakah cara lain untuk mendapatkan penyelesaian masalah

d. Mengidentifikasi adakah jawaban atau hasil lain yang memenuhi.

3.5.2 Tahap Pelaksanaan

Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Memberikan tes awal berupa tes kemampuan pemecahan masalah.b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model Discovery Learning dengan teknik the Power of Two pada kelas eksperimen dan model Inkuiry dengan teknik the Power of Two pada kelas kontrol dengan langkah-langkah pembelajaran Terlampir (Lampiran RPP).

c. Memberikan tes akhir berupa tes kemampuan pemecahan masalah.3.5.3 Tahap Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan diperoleh melalui Tes kemampuan pemecahan masalah. Tes akan dilakukan sebanyak dua kali. Tes kemampuan awal sampel dilakukan sebelum perlakuan dan tes akhir dilakukan setelah perlakuan. Selisih nilai tes awal dan akhir digunakan untuk menguji hipotesis. 3.6 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu pemahaman konsep siswa. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan persamaan-persamaan statistik. Uji statistik yang digunakan adalah uji prasyarat analisis hipotesis berupa uji homogenitas dan normalitas, serta uji hipotesis.

3.6.1 Uji Prasyarat Analisis Kesamaan Kemampuan Awal

a. Uji homogenitas

Untuk mengetahui apakah variasi populasi homogen atau tidak, digunakan uji Barlet (Sudjana, 2002:262). Untuk mempermudah analisis maka satuan-satuan yang diperlukan dalam uji Bartlet disusun dalam tabel sebagai berikut:

Daftar harga-harga yang diperlukan untuk uji Bartlet

Sampeldi1/diS12log S12dk log S12

1

2

.

.

.

Kn1-1

.

.

.

.

nk-11/(n1-1)

.

.

.

.

1/(nk-1)S12.

.

.

.

Sk2log S12.

.

.

.

log Sk2(n1-1)log S12.

.

.

.

(nk-1)log Sk2

Jumlah(nk1-1(

--((nk-1)log Sk2

Dari daftar ini dihitung harga-harga yang diperlukan, yakni:

1. Variansi gabungan dari semua sampel

.................................................(3.1)2. Harga satuan B dengan rumus:

B = (log S12) ( (n1-1) ............................................(3.2)

3. Untuk uji homogenitas digunakan uji hipotesis sebagai berikut:

a. Batasannya:

H0 : 12 = 22 = .....= k2........................................ (3.3)

H1: paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku.

b. Taraf nyata sebesar ( = 0,05

c. Statistik yang digunakan adalah:

............................(3.4)d. Penarikan kesimpulan

Jika (, ini diperoleh dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1-() dan dk = (k-1).

b. Uji normalitasUji normalitas dilakukan untuk membuktikan apakah populasi dalam penelitian ini mengikuti model distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan terhadap data nilai tes kemampuan awal siswa. Persamaan statistik yang digunakan (Sudjana 2002:273):

........................................................(3.5)

Dimana:

Oi= frekuensi nyata

Ei= frekuensi harapan

k= banyaknya kelas interval

(2= chi-kuadrat

Ei diperoleh dari hasil kali antara banyaknya data (n) dengan peluang atas luas di bawah kurva normal yang bersangkutan. Untuk mencari peluang (luas), digunakan persamaan:

................................................................. (3.6)

Dimana:

Xi= batas bawah kelas interval ke-i (i = 1, 2, ...., k)

= rata-rata sampel

S= simpangan baku sampel

Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika Xhitung2