BAB I

26
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA KLIEN GANGGUAN PERSEPSI : HALUSINASI 1. Latar Belakang Manusia adalah makluk sosial, yang membutuhkan orang lain untuk dapat memuhi kebutuhannya. Namun sayangnya tidak semua orang dapat berkomunikasi dengan baik. Salah satunya adalah klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi. Halusinasi adalah merupakan persepsi sensori yang salah terhadap stimulus eksternal yang tidak mampu di identifikasi (Beck dan Wiliam, 1980). Sementara itu Stuart dan Sundeen (1984), Halusinasi merupakan adanya persepsi sensori pada individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata. Seorang yang mengalami halusinasi, baik halusinasi pendengaran, pengelihatan, viseral, atau penciuman, maka dia akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk itu salah satu cara yng dapat digunakan untuk mengembalikan persepsi klien yang mengalami gangguan halusinasi adalah melalui aktivitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu seorang perawat, khususnya perawat jiwa haruslah mampu melakukan terapi aktivitas kelompok secara tepat dan benar.

description

tak halusinasi

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PADA KLIEN GANGGUAN PERSEPSI : HALUSINASI

1. Latar Belakang

Manusia adalah makluk sosial, yang membutuhkan orang lain untuk dapat

memuhi kebutuhannya. Namun sayangnya tidak semua orang dapat

berkomunikasi dengan baik. Salah satunya adalah klien dengan gangguan persepsi

sensori: halusinasi.

Halusinasi adalah merupakan persepsi sensori yang salah terhadap

stimulus eksternal yang tidak mampu di identifikasi (Beck dan Wiliam, 1980).

Sementara itu Stuart dan Sundeen (1984), Halusinasi merupakan adanya persepsi

sensori pada individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata.

Seorang yang mengalami halusinasi, baik halusinasi pendengaran,

pengelihatan, viseral, atau penciuman, maka dia akan mengalami kesulitan dalam

memenuhi kebutuhannya. Untuk itu salah satu cara yng dapat digunakan untuk

mengembalikan persepsi klien yang mengalami gangguan halusinasi adalah

melalui aktivitas kelompok.

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan

untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya

merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu seorang

perawat, khususnya perawat jiwa haruslah mampu melakukan terapi aktivitas

kelompok secara tepat dan benar.

Untuk mencapai hal tersebut di atas perlu dibuat suatu pedoman

pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sebagaimana yang tercantum dalam

proposal ini.

2. Tujuan

Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi

psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan

meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota.

Secara umum tujuan terapi aktivitas kelompok adalah meningkatkan

kemampuan uji realitas melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari

orang lain, melakukan sosialisasi, meningkatkan kesadaran terhadap hubungan

reaksi emosi dengan tindakan atau perilaku denfensif, dan meningkatkan motivasi

untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif. Secara khusus tujuannya adalah

Page 2: BAB I

meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif, meningkatkan

ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial.

Di samping itu tujuan rehabilitasinya adalah meningkatkan ketrampilan

ekspresi diri, sosial, meningkatkan kepercayaan diri, empati, meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan pemecahan masalah.

3. Karakteristik Pasien

Berdasarkan latar belakang dan tujuan tersebut di atas maka karakteristik

klien yang akan dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien

dengan masalah gangguan persepsi : halusinasi.

4. Landasan Teori

a. Model Terapi Aktivitas Kelompok

Focal conflict model. Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak

disadari dan berfokus pada kelompok individu. Tugas leader adalah

membantu kelompok memahami konflik dan membantu penyelesaian

masalah. Misal : adanya perbedaan pendapat antar anggota, bagaimana

masalah ditanggapi anggota dan leader mengarahkan alternatif

penyelesaian masalah.

Model komunikasi. Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip

komunikasi, bahwa tidak efektifnya komunikasi akan membawa kelompok

menjadi tidak puas. Tujuan membantu meningkatkan ketrampilan

interpersonal dan sosial anggota kelompok. Tugas leader adalah

memfasilitasi komunikasi yang efektif antar anggota dan mengajarkan

pada kelompok bahwa perlu adanya komunikasi dalam kelompok, anggota

bertanggungjawab terhadap apa yang diucapkan, komunikasi pada semua

jenis : verbal, non verbal, terbuka dan tertutup, serta pesan yang

disampaikan harus dipahami orang lain.

Model interpersonal. Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan)

digambarkan melalui hubungan interpersonal dalam kelompok. Pada

model ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota

merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja

dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari interaksi antar

anggota dan terapist. Melalui proses ini, tingkah laku atau kesalahan dapat

dikoreksi dan dipelajari.

Model psikodrama. Dengan model ini dapat memotivasi anggota

kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau

Page 3: BAB I

peristiwa yang lalu, sesuai peran yang diperagakan. Anggota diharapkan

dapat memainkan peran sesuai peristiwa yang pernah dialami.

b. Metode

Kelompok didaktik

Kelompok sosial terapeutik

Kelompok insipirasi represif

Psikodrama

Kelompok interaksi bebas

c. Fokus Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi kognitif / persepsi adalah terapi

yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi,

menstimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif

serta mengurangi perilaku mal adaptif.

Tujuan :

a. Meningkatkan kemampuan orientasi realita.

b. Memusatkan perhatian

c. Meningkatkan kemampuan intelektual

d. Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain

e. Mengemukakan perasaannya.

Karakteristik klien :

Gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai – nilai, menarik diri dari

realita, inisiati atau ide – ide yang negatif, kondisi fisik sehat, dapat

berkomunikasi verbal, kooperatif dan mengikuti kegiatan.

d. Tahap – tahap dalam terapi aktivitas kelompok.

Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase –

fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :

1. Pre kelompok

Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi

leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan,

proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber-sumber

yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya

dan keuangan.

Page 4: BAB I

2. Fase awal

Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi,

konflik atau kebersamaan.

- Orientasi. Anggota mulai mengembangkan system social masing-

masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil

kontrak dengan anggota.

- Konflik. Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai

memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran

anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi.

- Kebersamaan. Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah,

anggota mulai menemukan siapa dirinya.

3. Fase kerja

Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif

dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama

untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun,

kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai

dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.

4. Fase terminasi

Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok

mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

e. Peran Perawat dalam terapi aktivitas kelompok.

1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.

2. Sebagai leader dan coleader

3. Sebagai fasilitator

4. Sebagai observer

5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan

5. Uraian Struktur Kelompok

1. Hari /Tanggal :Sabtu , 2 Mei 2015

2. Tempat : Di Ruang Parkit

3. Waktu : 08.00 s/d 08.45 WIB

4. Lama Kegiatan

- Perkenalan dan pengarahan (5 menit)

- Permainan dan diskusi (30 menit)

- Evaluasi (5 menit)

- Penutup (5 menit)

5. Jumlah peserta : 10 orang

Page 5: BAB I

6. Perilaku yang diharapkan dari kelompok klien

a. Klien dapat melakukan permainan

b. Klien dapat memperkenalkan dirinya (nama, usia, asal tempat tinggal)

c. Klien dapat memberikan pendapat/komentar dari permainan

d. Klien dapat berperan aktif dalam kelompok dengan cara mengungkapkan

pengalaman, hobi dan sapek positif atau kemampuan yang dimilikinya

dan memberikan dukungan kepada klien lain

e. Klien dapat mengontrol emosinya selama kegiatan berlangsung

f. Klien tidak meninggalkan kelompok pada saat permainan

6. Metode dan Media

Metode : Dinamika kelompok, diskusi, dan Tanya jawab, serta

bermain peran

Media : Buku Tulis / papan tulis dan spidol, tipe recorder berserta

kasetnya.

7. Uraian Pembagian Tugas

1. Leader

a. Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok

sebelum kegiatan dimulai

b. Memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan

dirinya

c. Memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib

d. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok

e. Menjelaskan aturan permainan

2. Co-Leader

a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien

b. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang

3. Fasilitator

a. Memfasilitasi klien yang kurang aktif

b. Berperan sebagai role model bagi klien selama kegiatan

4. Observer

a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan

Page 6: BAB I

b. Mencatat prilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan berlangsung

c. Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan tape recorder)

8. Pelaksanaan

Pelaksanaan dan uraian kegiatan terapi aktivitas kelompok dapat dilihat pada

lampiran-lampiran.

9. Penutup

Demikian proposal ini kami buat atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan

banyak terimakasih

Lamongan, 2 mei 2015

Leader

Sendiko Ady P, S.Kep

Co-Leader

Moh. Yusuf Al- Ghoz, S.Kep

Lampiran 1

Page 7: BAB I

STANDART OPERATING PROSEDUR

TAK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI

SESSI 1

“Mengontrol Halusinasi”

A. Pengertian

TAK yang diberikan dengan memberikan stimulasi pada pasien halusinasi

sehingga pasien bisa mengontrol halusinasinya.

B. Tujuan

1. Pasien mengenal isi halusinasinya

2. Pasien mengenal waktu terjadinya halusinasinya

3. Pasien mengenal frekuensi halusinasi

4. Pasien mengenal perasaan bisa mengalami halusinasinya

C. Indikasi

Pasien halusinasi

D. Pengorganisasian

Leader : Sendiko Ady P, S.Kep

Co-Leader : Moh. Yusuf Al- Ghoz, S.Kep

Fasilitator : Nur Lathifah, S.Kep

Yenny Putri A, S.Kep

Widati, S.Kep

Observer : Hamam Rosyidi, S.Kep

E. Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang

Setting Posisi TAK Persepsi halusinasi

Keterangan : 

a. L : Leader

Page 8: BAB I

b. Co : Wakil Leader

c. K : Klien

d. F : Fasilitator

e. O : Observer

F. Persiapan Alat

1. Sound System

2. Spidol

3. Papan tulis

G. Langkah kegiatan

A. Persiapan

1. Memilih pasien sesuai indikasi

2. Membuat kontak dengan pasien

3. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk mrlingkar)

B. Orientasi

1. Mengucapakan salam tarapautik

2. Menanyakan perasaan klien hari ini

3. Menjelaskan tujuan kegiatan

4. Mejelaskan aturan main :

Pasien memperkenalkan diri

Pasien harus mengikuti kegiatan awal sampai akhir

Bila ingin keluar dari kelompokkan harus meminta izin dari terapis

Lama kegiatan 45 menit

C. Kerja

1. Mengajak pasien untuk saling memperkenalkan diri (nama, nama

panggilan, asal)

2. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu masing-masing pasien

membagi pengalaman tentang halusinasi yang mereka alami dengan

menceritakan isi, waktu terjadi, frekwensi dan perasaan yang timbul

saat mengalami halusinasi.

3. Meminta pasien untuk bercerita tentang halusinasi yang dialami secara

berurutan

4. Setiap kali pasien selesai cerita terapis mempersilahkan pasien lain

untuk bertanya sebanyak-banyaknya 3 pertanyaan

5. Ulangi 3, 4 sampai semua mendapat giliran

Page 9: BAB I

6. Terapis memberiakan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan

halusinasinya

D. Terminasi

1. Menyatakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK

2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok

3. Menganjurkan mendengarkan bila mengalami halusinasi segera

menghubungi perawat

4. Membuat kontrak kembali untuk berikutnya TAK

Lampiran 2

STANDART OPERATING PROSEDUR

TAK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI

Page 10: BAB I

SESSI 1I

“Mengontrol Halusinasi Menghardik”

4. Pengertian

TAK yang diberikan dengan memberikan stimulasi pada halusinasi sehingga

pasien bisa mengontrol halusinasinya

5. Tujuan

1. Pasien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengalami

halusinasi

2. Pasien dapat mengalami dinamika halusinasi

3. Pasien dapat memahami cara menghardik halusinasi

4. Pasien dapat memperagakan car menghardik halusinasi

6. Indikasi

Pasien halusinasi

7. Pengorganisasian

Leader : Nur Lathifah, S.Kep

Co-Leader : Yenny Putri A, S.Kep

Fasilitator : Widarti, S.Kep

Hamam Rosyidi, S.Kep

Moh. Yusuf Al-ghozi, S.Kep

Observer : Sendiko Ady P, S.Kep

8. Persiapan Alat

1. Sound system

2. Spidol

3. Alat Tulis

9. Langkah Kegiatan

A. Persiapan

1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana

ruang yang tenang dan nyaman)

B. Orientasi

1. Mengungkapkan salam teraupetik

2. Menanyakan perasaan klien hari ini

Page 11: BAB I

3. Menyanyakan pengalaman halusinasi yang pernah terjadi

4. Menjelaskan tujuan kegiatan

5. Menjelaskan aturan main :

Klin harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis

Lama kegiatan 45 menit

C. Kerja

1. Meminta apa yang dilakukan jika mengalami halusinasi dan apa bisa

mengatasinya.

2. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan

pengalaman halusinasinya.

3. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik

halusinasi muncul.

4. Terapi memperagakan cara menghardik halusinasi.

5. Meminta masing-masing pasien memperagakan menghardik halusinasi

dimulai dari pasien yang berada disebelah kiri terapis berurutan sampai

semua mendapatkan giliran.

6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai memperagakan

menghardik halusinasi.

D. Terminasi

1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK

2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok

3. Menganjurkan agar pasien untuk menerapakan cara yang sudah dipelajari

jika halusinasi muncul

4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya

Lampiran 3

STANDART OPERATING PROSEDUR

TAK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI

Page 12: BAB I

SESSI III

“Mengontrol Halusinasi : Menyusun Jadwal Kegiatan”

A. Pengertian

TAK yang diberiakan dengan memberikan stimulasi pada pasien halusinasi

sehingga pasien dapat mengontrol halusinasinya.

B. Tujuan

1. Pasien dapat memahami pentingnya melakukan aktifitasnya untuk mencegah

munculnya halusinasi

2. Pasien dapat menyusun jadwal aktifitas dari pagi sampai tidur malam.

C. Indikasi

Pasien Halusinasi

D. Pengorganisasian

Leader : Yenny Putri A, S.Kep

Co-Leader : Hamam Rosyidi, S.Kep

Fasilitator : Widarti, S.Kep

Moh. Yusuf Al-ghozi, S.Kep

Sendiko Ady P, S.Kep

Observer : Nur Lathifah, S.Kep

E. Persiapan Alat

1. Kertas HVS

2. Pensil

3. Spidol

4. White board

F. Pelaksanaan Kegiatan

1. Persiapan

a Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 3

b Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a Salam terapeutik

Salam dari terapis

1) Memberi salam terapeutik

2) Klien dan terapis memakai nama

b Evaluasi atau validasi

1) Menanyakan perasaan klien saat ini

Page 13: BAB I

2) Menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.

3) Menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik

halusinasi.

c Kontrak:

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan bertanya dan meminta

bantuan yang diperlukan sesuai perintah mencegah terjadinya

halusinasi dengan melakukan kegiatan.

2) Menjelaskan aturan main berikut:

Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus minta ijin

terapis

Lama kegiatan 45 menit

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap Kerja

a. Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan sehari – hari.

Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah

munculnya halusinasi.

b. Terapis meminta tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan

sehari – hari, dan tulis di papan.

c. Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis

formulir yang samadi papan.

d. Terapis membimbing satu-persatu klien untuk membuat jadwal kegiatan

harian, dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan

formulir, terapis menggunakan papan.

e. Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.

f. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah

selesai membuat jadwal dan memperagakan kegiatan.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1. Menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal kegiatan dan

memperagakannya.

2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Rencana tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol halusinasi,

yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.

c. Kontrak yang akan datang

Page 14: BAB I

1. Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu

belajar cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.

2. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.

Lampiran 4

STANDART OPERATING PROSEDUR

TAK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI

Page 15: BAB I

SESSI IV

“Mengontrol Halusinasi : Cara Minum Obat Yang Benar”

A. Pengertian

TAK yang diberikan dengan memberikan stimulasi pada pasien sehingga bisa

mengontrol halusinasinya.

B. Tujuan

1. Klien dapat mengetahui jenis-jenis obat yang diminum

2. Klien dapat mengetahui perlunya minum obat yang teratur

3. Klien mengetagui 5 benar dalam minum obat

4. Klien dapat mengetahui efek terapi dan efek samping obat

5. Klien dapat memahami akibat tidak patuh minum obat.

C. Pengorganisasian

Leader : Widarti, S.Kep

Co-Leader : Nur Lathifah, S.Kep

Fasilitator : Yenny Putri A, S.Kep

Moh. Yusuf Al-ghozi, S.Kep

Sendiko Ady P, S.Kep

Observer : Hamam Rosyidi, S.Kep

D. Alat

1. Spidol dan whiteboard / papan tulis / flipcart

2. Beberapa contoh obat

E. Langkah kegiatan

1. Persiapan

b Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 4

c Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

Salam dari terapis

1. Memberi salam terapeutik

2. Klien dan terapis memakai nama

b. Evaluasi atau validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini

2. Menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.

Page 16: BAB I

3. Menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik ,

menyibukkan diri dengan kegiatan dan bercakap-cakap untuk

mencegah halusinasi.

c. Kontrak:

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengontrol halusinasi dengan

patuh minum obat.

2. Menjelaskan aturan main berikut:

Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus minta ijin

terapis

Lama kegiatan 45 menit

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

2. Tahap Kerja

a. Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah

kambuh karena obat pemberi perasaan tenang, dan memperlambat

kambuh.

b. Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat yaitu penyebab

kambuh.

c. Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu

memakannya.

d. Terapis menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar

waktu minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum

obat, benar dosis obat.

e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.

f. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien.

g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat.

h. Mendiskusikan perasaan klien setelah patuh minum obat.

i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara

mencegah halusinasi kambuh.

j. Menjelaskan akibat / kerugian tidak patuh minum obat yaitu kejadian

halusinasi kambuh.

k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan

kerugian bila tidak patuh minum obat.

l. Beri pujian pada klien.

3. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1. Menanyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK.

Page 17: BAB I

2. Menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah

dipelajari.

3. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Rencana tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien melaksanakan empat cara mengontrol

halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan kegiatan, bercakap-cakap,

dan patuh minum obat.

c. Kontrak yang akan datang

Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya.

Terapis membuat kesepakatan baru untuk TAK lain yang sesuai dengan

indikasi klien.

Lampiran 5

STANDART OPERATING PROSEDUR

Page 18: BAB I

TAK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI

SESSI IV

“Mengontrol Halusinasi : Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap”

A. Tujuan

1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk

mencegah munculnya halusinasi.

2. Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah terjadinya

halusinasi

B. Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang

C. Pengorganisasian

Leader : Moh. Yusuf Al-ghozi, S.Kep

Co-Leader : Nur Lathifah, S.Kep

Fasilitator : Yenny Putri A, S.KeP

Sendiko Ady P, S.Kep

Observer : Hamam Rosyidi, S.Kep

D. Alat

1. Spidol dan whiteboard / papan tulis / flipcart

2. Jadwal kegiatan harian klien, dan

3. Pulpen

E. Metode

1. Diskusi kelompok

2. Bermain peran/simulasi.

F. Langkah kegiatan

1. Persiapan

1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 3

2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

Salam dari terapis

1) Memberi salam terapeutik

2) Klien dan terapis memakai nama

Page 19: BAB I

b. Evaluasi atau validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini

2. Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang

telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan terarah)

untuk mencegah halusinasi.

c. Kontrak:

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengontrol halusinasi dengan

bercakap-cakap.

2. Menjelaskan aturan main berikut:

Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus minta ijin

terapis.

Lama kegiatan 45 menit

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap Kerja

1. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk

mengontrol dan mencegah munculnya halusinPasi.

2. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak

bercakap-cakap.

3. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa

dan bisa dilakukan.

4. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap bila halusinasi muncul

“suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol aja dengan suster” atau

“suster saya mau ngobrol tentang kapan saya boleh pulang”

5. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang

disebelahnya.

6. Berikan pujian atas keberhasilan klien.

7. Ulangi point e dan f sampai semua klien mendapat giliran.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1. Menanyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK.

2. Menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.

3. Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Rencana tindak lanjut

Page 20: BAB I

Terapis menganjurkan klien melaksanakan tiga cara mengontrol

halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan kegiatan harian, dan

bercakap-cakap.

c. Kontrak yang akan datang

1. Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya,

yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

2. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.