BAB I
-
Upload
hanafi-irawan -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
description
Transcript of BAB I
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
PADA KLIEN GANGGUAN PERSEPSI : HALUSINASI
1. Latar Belakang
Manusia adalah makluk sosial, yang membutuhkan orang lain untuk dapat
memuhi kebutuhannya. Namun sayangnya tidak semua orang dapat
berkomunikasi dengan baik. Salah satunya adalah klien dengan gangguan persepsi
sensori: halusinasi.
Halusinasi adalah merupakan persepsi sensori yang salah terhadap
stimulus eksternal yang tidak mampu di identifikasi (Beck dan Wiliam, 1980).
Sementara itu Stuart dan Sundeen (1984), Halusinasi merupakan adanya persepsi
sensori pada individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata.
Seorang yang mengalami halusinasi, baik halusinasi pendengaran,
pengelihatan, viseral, atau penciuman, maka dia akan mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhannya. Untuk itu salah satu cara yng dapat digunakan untuk
mengembalikan persepsi klien yang mengalami gangguan halusinasi adalah
melalui aktivitas kelompok.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan
untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya
merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu seorang
perawat, khususnya perawat jiwa haruslah mampu melakukan terapi aktivitas
kelompok secara tepat dan benar.
Untuk mencapai hal tersebut di atas perlu dibuat suatu pedoman
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sebagaimana yang tercantum dalam
proposal ini.
2. Tujuan
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan
meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota.
Secara umum tujuan terapi aktivitas kelompok adalah meningkatkan
kemampuan uji realitas melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari
orang lain, melakukan sosialisasi, meningkatkan kesadaran terhadap hubungan
reaksi emosi dengan tindakan atau perilaku denfensif, dan meningkatkan motivasi
untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif. Secara khusus tujuannya adalah
meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif, meningkatkan
ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial.
Di samping itu tujuan rehabilitasinya adalah meningkatkan ketrampilan
ekspresi diri, sosial, meningkatkan kepercayaan diri, empati, meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan pemecahan masalah.
3. Karakteristik Pasien
Berdasarkan latar belakang dan tujuan tersebut di atas maka karakteristik
klien yang akan dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien
dengan masalah gangguan persepsi : halusinasi.
4. Landasan Teori
a. Model Terapi Aktivitas Kelompok
Focal conflict model. Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak
disadari dan berfokus pada kelompok individu. Tugas leader adalah
membantu kelompok memahami konflik dan membantu penyelesaian
masalah. Misal : adanya perbedaan pendapat antar anggota, bagaimana
masalah ditanggapi anggota dan leader mengarahkan alternatif
penyelesaian masalah.
Model komunikasi. Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip
komunikasi, bahwa tidak efektifnya komunikasi akan membawa kelompok
menjadi tidak puas. Tujuan membantu meningkatkan ketrampilan
interpersonal dan sosial anggota kelompok. Tugas leader adalah
memfasilitasi komunikasi yang efektif antar anggota dan mengajarkan
pada kelompok bahwa perlu adanya komunikasi dalam kelompok, anggota
bertanggungjawab terhadap apa yang diucapkan, komunikasi pada semua
jenis : verbal, non verbal, terbuka dan tertutup, serta pesan yang
disampaikan harus dipahami orang lain.
Model interpersonal. Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan)
digambarkan melalui hubungan interpersonal dalam kelompok. Pada
model ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota
merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja
dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari interaksi antar
anggota dan terapist. Melalui proses ini, tingkah laku atau kesalahan dapat
dikoreksi dan dipelajari.
Model psikodrama. Dengan model ini dapat memotivasi anggota
kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau
peristiwa yang lalu, sesuai peran yang diperagakan. Anggota diharapkan
dapat memainkan peran sesuai peristiwa yang pernah dialami.
b. Metode
Kelompok didaktik
Kelompok sosial terapeutik
Kelompok insipirasi represif
Psikodrama
Kelompok interaksi bebas
c. Fokus Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi kognitif / persepsi adalah terapi
yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi,
menstimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif
serta mengurangi perilaku mal adaptif.
Tujuan :
a. Meningkatkan kemampuan orientasi realita.
b. Memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kemampuan intelektual
d. Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e. Mengemukakan perasaannya.
Karakteristik klien :
Gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai – nilai, menarik diri dari
realita, inisiati atau ide – ide yang negatif, kondisi fisik sehat, dapat
berkomunikasi verbal, kooperatif dan mengikuti kegiatan.
d. Tahap – tahap dalam terapi aktivitas kelompok.
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase –
fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi
leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan,
proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber-sumber
yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya
dan keuangan.
2. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi,
konflik atau kebersamaan.
- Orientasi. Anggota mulai mengembangkan system social masing-
masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota.
- Konflik. Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran
anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi.
- Kebersamaan. Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah,
anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif
dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun,
kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai
dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
4. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.
e. Peran Perawat dalam terapi aktivitas kelompok.
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
2. Sebagai leader dan coleader
3. Sebagai fasilitator
4. Sebagai observer
5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan
5. Uraian Struktur Kelompok
1. Hari /Tanggal :Sabtu , 2 Mei 2015
2. Tempat : Di Ruang Parkit
3. Waktu : 08.00 s/d 08.45 WIB
4. Lama Kegiatan
- Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
- Permainan dan diskusi (30 menit)
- Evaluasi (5 menit)
- Penutup (5 menit)
5. Jumlah peserta : 10 orang
6. Perilaku yang diharapkan dari kelompok klien
a. Klien dapat melakukan permainan
b. Klien dapat memperkenalkan dirinya (nama, usia, asal tempat tinggal)
c. Klien dapat memberikan pendapat/komentar dari permainan
d. Klien dapat berperan aktif dalam kelompok dengan cara mengungkapkan
pengalaman, hobi dan sapek positif atau kemampuan yang dimilikinya
dan memberikan dukungan kepada klien lain
e. Klien dapat mengontrol emosinya selama kegiatan berlangsung
f. Klien tidak meninggalkan kelompok pada saat permainan
6. Metode dan Media
Metode : Dinamika kelompok, diskusi, dan Tanya jawab, serta
bermain peran
Media : Buku Tulis / papan tulis dan spidol, tipe recorder berserta
kasetnya.
7. Uraian Pembagian Tugas
1. Leader
a. Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai
b. Memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan
dirinya
c. Memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib
d. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
e. Menjelaskan aturan permainan
2. Co-Leader
a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien
b. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
3. Fasilitator
a. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
b. Berperan sebagai role model bagi klien selama kegiatan
4. Observer
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b. Mencatat prilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan berlangsung
c. Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan tape recorder)
8. Pelaksanaan
Pelaksanaan dan uraian kegiatan terapi aktivitas kelompok dapat dilihat pada
lampiran-lampiran.
9. Penutup
Demikian proposal ini kami buat atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan
banyak terimakasih
Lamongan, 2 mei 2015
Leader
Sendiko Ady P, S.Kep
Co-Leader
Moh. Yusuf Al- Ghoz, S.Kep
Lampiran 1
STANDART OPERATING PROSEDUR
TAK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI
SESSI 1
“Mengontrol Halusinasi”
A. Pengertian
TAK yang diberikan dengan memberikan stimulasi pada pasien halusinasi
sehingga pasien bisa mengontrol halusinasinya.
B. Tujuan
1. Pasien mengenal isi halusinasinya
2. Pasien mengenal waktu terjadinya halusinasinya
3. Pasien mengenal frekuensi halusinasi
4. Pasien mengenal perasaan bisa mengalami halusinasinya
C. Indikasi
Pasien halusinasi
D. Pengorganisasian
Leader : Sendiko Ady P, S.Kep
Co-Leader : Moh. Yusuf Al- Ghoz, S.Kep
Fasilitator : Nur Lathifah, S.Kep
Yenny Putri A, S.Kep
Widati, S.Kep
Observer : Hamam Rosyidi, S.Kep
E. Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Setting Posisi TAK Persepsi halusinasi
Keterangan :
a. L : Leader
b. Co : Wakil Leader
c. K : Klien
d. F : Fasilitator
e. O : Observer
F. Persiapan Alat
1. Sound System
2. Spidol
3. Papan tulis
G. Langkah kegiatan
A. Persiapan
1. Memilih pasien sesuai indikasi
2. Membuat kontak dengan pasien
3. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk mrlingkar)
B. Orientasi
1. Mengucapakan salam tarapautik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Mejelaskan aturan main :
Pasien memperkenalkan diri
Pasien harus mengikuti kegiatan awal sampai akhir
Bila ingin keluar dari kelompokkan harus meminta izin dari terapis
Lama kegiatan 45 menit
C. Kerja
1. Mengajak pasien untuk saling memperkenalkan diri (nama, nama
panggilan, asal)
2. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu masing-masing pasien
membagi pengalaman tentang halusinasi yang mereka alami dengan
menceritakan isi, waktu terjadi, frekwensi dan perasaan yang timbul
saat mengalami halusinasi.
3. Meminta pasien untuk bercerita tentang halusinasi yang dialami secara
berurutan
4. Setiap kali pasien selesai cerita terapis mempersilahkan pasien lain
untuk bertanya sebanyak-banyaknya 3 pertanyaan
5. Ulangi 3, 4 sampai semua mendapat giliran
6. Terapis memberiakan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan
halusinasinya
D. Terminasi
1. Menyatakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan mendengarkan bila mengalami halusinasi segera
menghubungi perawat
4. Membuat kontrak kembali untuk berikutnya TAK
Lampiran 2
STANDART OPERATING PROSEDUR
TAK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI
SESSI 1I
“Mengontrol Halusinasi Menghardik”
4. Pengertian
TAK yang diberikan dengan memberikan stimulasi pada halusinasi sehingga
pasien bisa mengontrol halusinasinya
5. Tujuan
1. Pasien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengalami
halusinasi
2. Pasien dapat mengalami dinamika halusinasi
3. Pasien dapat memahami cara menghardik halusinasi
4. Pasien dapat memperagakan car menghardik halusinasi
6. Indikasi
Pasien halusinasi
7. Pengorganisasian
Leader : Nur Lathifah, S.Kep
Co-Leader : Yenny Putri A, S.Kep
Fasilitator : Widarti, S.Kep
Hamam Rosyidi, S.Kep
Moh. Yusuf Al-ghozi, S.Kep
Observer : Sendiko Ady P, S.Kep
8. Persiapan Alat
1. Sound system
2. Spidol
3. Alat Tulis
9. Langkah Kegiatan
A. Persiapan
1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana
ruang yang tenang dan nyaman)
B. Orientasi
1. Mengungkapkan salam teraupetik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Menyanyakan pengalaman halusinasi yang pernah terjadi
4. Menjelaskan tujuan kegiatan
5. Menjelaskan aturan main :
Klin harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
Lama kegiatan 45 menit
C. Kerja
1. Meminta apa yang dilakukan jika mengalami halusinasi dan apa bisa
mengatasinya.
2. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan
pengalaman halusinasinya.
3. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi muncul.
4. Terapi memperagakan cara menghardik halusinasi.
5. Meminta masing-masing pasien memperagakan menghardik halusinasi
dimulai dari pasien yang berada disebelah kiri terapis berurutan sampai
semua mendapatkan giliran.
6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai memperagakan
menghardik halusinasi.
D. Terminasi
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien untuk menerapakan cara yang sudah dipelajari
jika halusinasi muncul
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Lampiran 3
STANDART OPERATING PROSEDUR
TAK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI
SESSI III
“Mengontrol Halusinasi : Menyusun Jadwal Kegiatan”
A. Pengertian
TAK yang diberiakan dengan memberikan stimulasi pada pasien halusinasi
sehingga pasien dapat mengontrol halusinasinya.
B. Tujuan
1. Pasien dapat memahami pentingnya melakukan aktifitasnya untuk mencegah
munculnya halusinasi
2. Pasien dapat menyusun jadwal aktifitas dari pagi sampai tidur malam.
C. Indikasi
Pasien Halusinasi
D. Pengorganisasian
Leader : Yenny Putri A, S.Kep
Co-Leader : Hamam Rosyidi, S.Kep
Fasilitator : Widarti, S.Kep
Moh. Yusuf Al-ghozi, S.Kep
Sendiko Ady P, S.Kep
Observer : Nur Lathifah, S.Kep
E. Persiapan Alat
1. Kertas HVS
2. Pensil
3. Spidol
4. White board
F. Pelaksanaan Kegiatan
1. Persiapan
a Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 3
b Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a Salam terapeutik
Salam dari terapis
1) Memberi salam terapeutik
2) Klien dan terapis memakai nama
b Evaluasi atau validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.
3) Menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik
halusinasi.
c Kontrak:
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan bertanya dan meminta
bantuan yang diperlukan sesuai perintah mencegah terjadinya
halusinasi dengan melakukan kegiatan.
2) Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus minta ijin
terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan sehari – hari.
Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah
munculnya halusinasi.
b. Terapis meminta tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan
sehari – hari, dan tulis di papan.
c. Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis
formulir yang samadi papan.
d. Terapis membimbing satu-persatu klien untuk membuat jadwal kegiatan
harian, dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan
formulir, terapis menggunakan papan.
e. Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
f. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah
selesai membuat jadwal dan memperagakan kegiatan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal kegiatan dan
memperagakannya.
2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol halusinasi,
yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.
c. Kontrak yang akan datang
1. Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu
belajar cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
2. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.
Lampiran 4
STANDART OPERATING PROSEDUR
TAK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI
SESSI IV
“Mengontrol Halusinasi : Cara Minum Obat Yang Benar”
A. Pengertian
TAK yang diberikan dengan memberikan stimulasi pada pasien sehingga bisa
mengontrol halusinasinya.
B. Tujuan
1. Klien dapat mengetahui jenis-jenis obat yang diminum
2. Klien dapat mengetahui perlunya minum obat yang teratur
3. Klien mengetagui 5 benar dalam minum obat
4. Klien dapat mengetahui efek terapi dan efek samping obat
5. Klien dapat memahami akibat tidak patuh minum obat.
C. Pengorganisasian
Leader : Widarti, S.Kep
Co-Leader : Nur Lathifah, S.Kep
Fasilitator : Yenny Putri A, S.Kep
Moh. Yusuf Al-ghozi, S.Kep
Sendiko Ady P, S.Kep
Observer : Hamam Rosyidi, S.Kep
D. Alat
1. Spidol dan whiteboard / papan tulis / flipcart
2. Beberapa contoh obat
E. Langkah kegiatan
1. Persiapan
b Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 4
c Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis
1. Memberi salam terapeutik
2. Klien dan terapis memakai nama
b. Evaluasi atau validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.
3. Menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik ,
menyibukkan diri dengan kegiatan dan bercakap-cakap untuk
mencegah halusinasi.
c. Kontrak:
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
patuh minum obat.
2. Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus minta ijin
terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
2. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah
kambuh karena obat pemberi perasaan tenang, dan memperlambat
kambuh.
b. Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat yaitu penyebab
kambuh.
c. Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu
memakannya.
d. Terapis menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar
waktu minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum
obat, benar dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
f. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat.
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah patuh minum obat.
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah halusinasi kambuh.
j. Menjelaskan akibat / kerugian tidak patuh minum obat yaitu kejadian
halusinasi kambuh.
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian bila tidak patuh minum obat.
l. Beri pujian pada klien.
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK.
2. Menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah
dipelajari.
3. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan empat cara mengontrol
halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan kegiatan, bercakap-cakap,
dan patuh minum obat.
c. Kontrak yang akan datang
Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya.
Terapis membuat kesepakatan baru untuk TAK lain yang sesuai dengan
indikasi klien.
Lampiran 5
STANDART OPERATING PROSEDUR
TAK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI
SESSI IV
“Mengontrol Halusinasi : Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap”
A. Tujuan
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah munculnya halusinasi.
2. Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah terjadinya
halusinasi
B. Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
C. Pengorganisasian
Leader : Moh. Yusuf Al-ghozi, S.Kep
Co-Leader : Nur Lathifah, S.Kep
Fasilitator : Yenny Putri A, S.KeP
Sendiko Ady P, S.Kep
Observer : Hamam Rosyidi, S.Kep
D. Alat
1. Spidol dan whiteboard / papan tulis / flipcart
2. Jadwal kegiatan harian klien, dan
3. Pulpen
E. Metode
1. Diskusi kelompok
2. Bermain peran/simulasi.
F. Langkah kegiatan
1. Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 3
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis
1) Memberi salam terapeutik
2) Klien dan terapis memakai nama
b. Evaluasi atau validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang
telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan terarah)
untuk mencegah halusinasi.
c. Kontrak:
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap.
2. Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus minta ijin
terapis.
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
1. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mengontrol dan mencegah munculnya halusinPasi.
2. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak
bercakap-cakap.
3. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa
dan bisa dilakukan.
4. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap bila halusinasi muncul
“suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol aja dengan suster” atau
“suster saya mau ngobrol tentang kapan saya boleh pulang”
5. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang
disebelahnya.
6. Berikan pujian atas keberhasilan klien.
7. Ulangi point e dan f sampai semua klien mendapat giliran.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK.
2. Menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.
3. Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan tiga cara mengontrol
halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan kegiatan harian, dan
bercakap-cakap.
c. Kontrak yang akan datang
1. Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya,
yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
2. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.