BAB I

46
1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus selanjutnya disingkat DM merupakan salah satu penyakit yang tidak ditularkan (Non Communicable disease) dan sering ditemukan di masyarakat seluruh dunia. Di negara berkembang DM juga sebagai penyebab kematian 4 – 5 kali dibanding dengan penyakit lain. (Ehsa, 2010). Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Itu berarti ada 1 orang per 10 detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan diabetes. (Hans Tandra, 2008) Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membawa perubahan posisi DM yang semakin menonjol, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan peringkatnya di kalangan 10 besar penyakit (leading diseases) Menurut data WHO, dunia kini didiami oleh 171 juta penderita DM (2000) dan akan meningkat 2 kali, 366 juta pada tahun 2030. Prevalensi DM di Indonesia mencapai jumlah 8.426.000 (tahun 2000) yang diproyeksikan mencapai 21.257.000 pada tahun 2030. Artinya, terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun. (DR. M. N. Bustan, 2007) Jumlah pasien rawat inap di RS di Indonesia dengan diagnosis DM tahun 2007 sebanyak 56.378 pasien dengan CFR 7,38%, kasus baru pada rawat jalan sebanyak 28.095 kasus. (Ehsa, 2010) Sementara itu, jumlah kasus Diabetes mellitus yang diperoleh dari Puskesmas Jongaya Kecamatan Tamalate Kota Makassar pada tahun 2008 ialah sebanyak 20 kasus (0,042%) dari

description

kedokteran

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

1. BAB IPENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Diabetes mellitus selanjutnya disingkat DM merupakan salah satu penyakit yang tidak

ditularkan (Non Communicable disease) dan sering ditemukan di masyarakat seluruh dunia.

Di negara berkembang DM juga sebagai penyebab kematian 4 – 5 kali dibanding dengan

penyakit lain. (Ehsa, 2010). Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di

dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Itu berarti

ada 1 orang per 10 detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang

berkaitan dengan diabetes. (Hans Tandra, 2008)

Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membawa perubahan posisi DM

yang semakin menonjol, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan peringkatnya di

kalangan 10 besar penyakit (leading diseases)

Menurut data WHO, dunia kini didiami oleh 171 juta penderita DM (2000) dan

akan meningkat 2 kali, 366 juta pada tahun 2030. Prevalensi DM di Indonesia mencapai

jumlah 8.426.000 (tahun 2000) yang diproyeksikan mencapai 21.257.000 pada tahun

2030. Artinya, terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun. (DR. M. N. Bustan,

2007)

Jumlah pasien rawat inap di RS di Indonesia dengan diagnosis DM tahun 2007

sebanyak 56.378 pasien dengan CFR 7,38%, kasus baru pada rawat jalan sebanyak

28.095 kasus. (Ehsa, 2010)

Sementara itu, jumlah kasus Diabetes mellitus yang diperoleh dari Puskesmas

Jongaya Kecamatan Tamalate Kota Makassar pada tahun 2008 ialah sebanyak 20 kasus

(0,042%) dari 47.942 kunjungan dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 58 kasus (0,14%)

dari 42.292 kunjungan. Dan pada tahun 2010 kembali meningkat secara drastis yaitu

sebanyak 209 kasus (0,58%) dari 36.171 kunjungan. (Rekam medik Puskesmas Jongaya.

2011)

Page 2: BAB I

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang

Upaya masyarakat dalam pencegahan penyakit Diabetes Mellitus di Kelurahan Pa’baeng-

baeng wilayah kerja Puskesmas Jongaya Kecamatan Tamalate Kota Makassar Tahun 2011.

B.     Rumusan Masalah

“Bagaimana Gambaran Upaya masyarakat dalam pencegahan penyakit Diabetes

Mellitus di Kelurahan Pa’baeng-baeng wilayah kerja Puskesmas Jongaya Kecamatan

Tamalate Kota Makassar Tahun 2011?”

C.    Tujuan

1.      Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Upaya masyarakat dalam pencegahan penyakit Diabetes

Mellitus di Kelurahan Pa’baeng-baeng wilayah kerja Puskesmas Jongaya Kecamatan

Tamalate Kota Makassar Tahun 2011

2.      Tujuan Khusus

a.       Untuk mengetahui Gambaran Upaya masyarakat dalam pencegahan penyakit Diabetes

Mellitusmelalui Pola makan.

b.      Untuk mengetahui Gambaran Upaya masyarakat dalam pencegahan penyakit Diabetes

Mellitus berdasarkan Obesitas (kegemukan)

c.       Untuk mengetahui Gambaran Upaya masyarakat dalam pencegahan penyakit Diabetes

Mellitus berdasarkan Faktor genetik

D.    Manfaat Penelitian

1.      Bagi Instansi Kesehatan

Hasil penelitian sebagai bahan masukan bagi Instansi Kesehatan khususnya Puskesmas

Jongaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dimasa mendatang.

2.      Bagi Pemerintah

Hasil penelitian digunakan sebagai masukan bagi pemerintah kota Makassar

Page 3: BAB I

3.      Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian digunakan sebagai bahan bacaan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

4.      Bagi Peneliti

a.       Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti untuk meningkatkan pengetahuan serta

pengembangan diri khususnya dalam bidang penelitian.

b.      Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan studi keperawatan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Umum tentang Diabetes Mellitus

1.      Pengertian

Diabetes mellitus merupakan sekolompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi

dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi.

Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam

darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. (Brunner & Suddarth, 2002)

Diabetes (mellitus) lazim disebut penyakit kencing manis. Dalam hal ini, kadar gula

darah seseorang melebihi normal karena tubuh tidak lagi memiliki insulin atau insulin tidak

dapat bekerja. (Hans Tandra, 2008)

Page 4: BAB I

Apabila puasa semalam, normal glukosa darah adalah 70-110 mg/dl. Pada 2 jam

sesudah makan, glukosa darah bias mencapai 149 mg/dl; menjelang tidur biasanya di bawah

120 mg/dl. (Hans Tandra, 2008)

Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau

pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini menimbulkan

hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti diabetes

ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (HHNK). (Brunner &

Suddarth, 2002)

Diabetes mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai

kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi

kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis

dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Arif Mansjoer dkk, 1999)

Pengertian lain Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme

dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin

atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya. (E hsa, 2010)

Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau pancuran

air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah

penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan

simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein, sebagai akibat dari:

a.       Defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya.

b.      Defisiensi transporter glukosa.

c.       atau keduanya. (id.wikipedia.org)2.      Tipe Diabetes

Ada beberapa tipe diabetes mellitus yang berbeda, penyakit ini dibedakan berdasarkan

penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Brunner

& Suddarth) :

a.       Tipe I: Diabetes mellitus tergantung insulin (Insulin dependent diabetes mellitus (IDDM))

b.      Tipe II: Diabetes mellitus tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent Diabetes mellitus

(NIDDM))

Page 5: BAB I

c.       Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya

d.      Diabetes mellitus gestasional (Gestational Diabetes Mellitus (GDM))

3.      Penyebab (Etiologi)

Insulin Dependent Diabetes mellitus (IDDM) atau diabetes mellitus tergantung insulin

(DMTI) disebabkan oleh destruksi sel β pulau langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan

non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) atau diabetes mellitus tidak tergantung

insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan relatif sel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin

adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan

perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi

resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan

ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada

rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas

mengalami desensitisasi terhadap glukosa. (Arif Mansjoer dkk, 1999)

DM gestational disebabkan karena dampak kehamilan. Muncul pada saaat hamil

muda, tapi akan normal setelah persalinan. Sedangkan DM tipe lain bisa berupa defek genetik

kerja insulin, infeksi, karena obat/kimiawi, sebab imunologis lain, dan sindrom genetik yang

terkait DM. (DR. M. N. Bustan, 2007)

4.      Manifestasi Klinis

a.       Gejala klinis

1)      Gejala khas

         Poliuria (sering kencing)

         Polifagia (cepat lapar)

         Polidipsia (sering haus)

         Lemas

         Berat badan menurun

2)      Gejala lain

         Gatal-gatal

         Mata kabur

         Gatal di kemaluan (wanita)

Page 6: BAB I

         Impotensia

         Kesemutan

b.      Gambaran laboratorium

1)      Gula darah sewaktu > = 200 mg/dL

2)      Gula darah puasa > 126 mg/dL (puasa = tidak ada masukan makanan/ kalori sejak 10 jam

terakhir)

3)      Atau glukosa plasma 2 jam > 200 mg/dL setelah beban glukosa 75 gr. (DR. M. N. Bustan,

2007)

5.      Komplikasi

a.       Akut

1)      Koma hipoglikemia

2)      Ketoasidosis

3)      Koma hiperosmolar nonketotik (Arief Mansjoer dkk, 1999)

b.      Kronik

1)      Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar: pembuluh darah jantung, pembuluh darah

tepi, pembuluh darah otak.

2)      Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil: retinopati diabetik, nefropati diabetik.

3)      Neuropati diabetik

4)      Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran kemih.

5)      Kaki diabetik (Arif Mansjoer dkk, 1999)

6)      Katarak (kekeruhan lensa mata)

7)      Glaukoma (tekanan dalam bola mata meningkat)

8)      Angina (nyeri dada)

9)      Serangan jantung (acute myocardial infarction)

10)  Penyakit jantung koroner

11)  Hipertensi

12)  Gangguan pada hati

13)  Gangguan saluran makan

14)  Penyakit kulit (Hans Tandra, 2008)

Page 7: BAB I

6.      Diet umum DM

a.       Diit diabetes diberikan dengan tiga kali makanan utama dan tiga kali makanan antara (snack)

dengan jarak antara (interval) tiga jam.

Contoh : Pukul 06.30 makan pagi – pukul 09.30 makanan kecil atau buah 12.30 makan siang

– 15.30 makanan kecil atau buah – 18.30 makan malam – 21.30 makanan kecil atau buah.

b.      Buah-buahan yang dianjurkan adalah buah yang kurang manis atau disebut buah golongan B,

misalnya pepaya, apel, kedondong, pisang, tomat dan semangka yang kurang manis. Buah

golongan A, misalnya sawo, mangga, jeruk, rambutan, durian, anggur dan lain-lain. Buah

tersebut boleh dimakan asal dalam jumlah sedikit dan jarang-jarang saja.

c.       Pedoman melaksanakan diit diabetes sehari-hari adalah “3J” (Jumlah, Jadwal, Jenis).

J1        : Jumlah kalori yang diberikan harus habis.

J2        : Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan intervalnya yaitu 3 jam

J3        : Jenis makanan yang manis harus dihindari, termasuk pantang buah golongan A

d.      Melaksanakan olahraga, untuk penderita yang glukosa darahnya sulit normal (resisten) perlu

olahraga 1-11/2 jam sesudah makan makan makanan utama. Untuk kasus diabetes mellitus

yang mudah dirawat, olahraga cukup dua kali sehari yaitu pagi dan sore. (Tjokroprawiro,

2008).

7.      Penatalaksanaan

Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan

keluhan/gejala DM. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah

komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan

insulin untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk

pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri.

Kerangka utama penatalaksanaan DM yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, obat

hipoglikemik, dan penyuluhan.

a.       Perencanaan makan (meal planning)

Pada konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) telah ditetapkan

adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15%),

dan lemak (20-25%). Apabila diperlukan, santapan dengan komposisi karbohidrat 70-75%

Page 8: BAB I

juga memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori

disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk

mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol <300 mg/ hari jumlah kandungan

serat ± 25 gr/hari, diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat

hipertensi. Pemanis dapat digunakan secukupnya.

                        Cara menghitung kalori pada pasien DM

                                    Tentukan terlebih dahulu berat badan ideal untuk mengetahui jumlah kalori basal

pasien DM. Cara termudah adalah perhitungan menurut bocca:

                                    BB ideal = (TB dalam cm – 100) 10 % kg

                        Pada laki-laki yang tingginya < 160 cm atau perempuan yang tingginya < 150 cm berlaku

rumus:

                                    BB ideal = (TB dalam cm – 100) x 1 kg

                        Kemudian hitung jumlah kalori yang dibutuhkan. Ada beberapa cara untuk menentukan

jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien DM.

1)      Menghitung kebutuhan basal dengan cara mengalikan berat badan ideal dengan 30 untuk

laki-laki dan 25 untuk perempuan. Kebutuhan kalori sebenarnya harus ditambah lagi sesuai

dengan kegiatan sehari-hari

Daftar kalori yang dikeluarkan pada berbagai aktifitas

Ringan Sedang Berat

100-200 kkal/jam

Mengendarai mobil

Memancing

Kerja laboratorium

Kerja sekretaris

Mengajar kerja

200-350 kkal/jam

Rumah tangga

Bersepeda

Bowling

Jalan cepat

Berkebun

Golf

Sepatu roda

400-900 kkal/jam

Aerobik

Bersepeda

Memanjat

Menari

Lari

Sepak bola

Tenis

2)      Kebutuhan basal dihitung seperti a, tetapi ditambah kalori berdasarkan persentase kalori

basal.

Page 9: BAB I

         Kerja ringan, ditambah 10% dari kalori basal

         Kerja sedang, ditambah 20% dari kalori basal

         Kerja berat, ditambah 40-100% dari kalori basal

         Pasien kurus, masih tumbuh kembang, terdapat infeksi, sedang hamil atau menyusui,

ditambah 20-30% dari kalori basal.

3)      Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan Tabel

DewasaKkal/kgBB idaman

Kerja santai Kerja sedang Kerja berat

Gemuk

Normal

Kurus

25

30

35

30

35

40

35

40

40-50

4)      Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:

         Pasien kurus    = 2.300-2.500 kkal

         Pasien normal  = 1.700-2100 kkal

         Pasien gemuk  = 1.300-1500 kkal

b.      Latihan jasmani

Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama ± 0,5 jam yang

sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rhymical, Interval, Progressive, Endurance training)

Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi

secara teratur, selang-seling antara gerak cepat dan lambat, berangsur-angsur dari sedikit ke

latihan yang berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat

dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda dan mendayung.

Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau zona latihan, yaitu 75-85% denyut nadi

maksimal. Denyut nadi maksimal (DNM) dapat dihitung dengan menggunakan formula

berikut:

DNM = 220 – umur (dalam tahun)

Page 10: BAB I

Hal yang perlu dalam latihan jasmani ini adalah jangan memulai olahraga sebelum

makan, memakai sepatu yang pas, harus didampingi oleh orang yang tahu mengatasi

serangan hipoglikemia, harus selalu membawa permen, membawa tanda pengenal sebagai

pasien DM dalam pengobatan, dan memeriksa kaki secara cermat setelah olahraga.

c.       Obat berkhasiat hipoglikemik

Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur

tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat

hipoglikemik (oral/suntikan). (Arif Mansjoer dkk, 1999)

8.      Konsep Dasar Keperawatan

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan

hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai

tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat

melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.(www.wordpress.com)

Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara

sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status

kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi

mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses

keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin.(www.wordpress.com)

a.       Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus

dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan,

keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola

kegiatan sehari-hari.

Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :

1)      Aktivitas dan istirahat :

Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,

tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.

Page 11: BAB I

2)      Sirkulasi

Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas

bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.

3)      Eliminasi

Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.

4)      Nutrisi

Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.

5)      Neurosensori

Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi,

letargi, koma dan bingung.

6)      Nyeri

Pembengkakan perut, meringis.

7)      Respirasi

Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.

8)      Keamanan

Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

9)      Seksualitas

Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten

pada pria.(www.wordpress.com)

b.      Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori,

maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :

1)      Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

2)      Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

3)      Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

Page 12: BAB I

4)      Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan

ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

5)      Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

6)      Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak

dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.

7)      Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi

informasi. (www.wordpress.com)

c.       Rencana Keperawatan

1)      Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

Tujuan : Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi

perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara

individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

         Pantau tanda-tanda vital.

Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

         Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.

Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang

adekuat.

         Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.

Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan

keefektifan dari terapi yang diberikan.

         Timbang berat badan setiap hari.

Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang

berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.

         Berikan terapi cairan sesuai indikasi.

Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan

respons pasien secara individual.

Page 13: BAB I

2)      Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

Tujuan : Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat Menunjukkan tingkat energi

biasanya berat badan stabil atau bertambah.

Intervensi :

         Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang

dapat dihabiskan oleh pasien.

Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.

         Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan

utilisasinya).

         Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.

Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan

makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.

         Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.

Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga

untuk memahami nutrisi pasien.

         Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.

Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat

membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

3)      Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi dan

mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.

Intervensi :

         Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.

Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan

keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.

         Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada

semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.

Page 14: BAB I

Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.

         Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi

pertumbuhan kuman.

         Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.

Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan

resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.

         Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.

Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.

4)      Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan

ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

Tujuan : Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.

Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.

Intervensi :

         Pantau tanda-tanda vital dan status mental.

Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal

         Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.

Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak

dengan realitas.

         Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan

sehari-hari sesuai kemampuannya.

Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan

mempertahankan orientasi pada lingkungannya.

         Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.

Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat,

kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan

kulit dan gangguan keseimbangan.

5)      Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

Tujuan : Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.

Page 15: BAB I

Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang

diinginkan.

Intervensi :

         Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.

Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas

meskipun pasien mungkin sangat lemah.

         Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.

Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.

         Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan

aktivitas.

Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.

         Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.

Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas

yang dapat ditoleransi.

6)      Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak

dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.

Tujuan :

         Mengakui perasaan putus asa

         Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.

         Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil

tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.

Intervensi :

         Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di

rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.

Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan

masalah.

         Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.

Page 16: BAB I

Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri

sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin

mengganggu kemampuan koping.

         Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri

dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

         Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

7)      Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi

informasi.

Tujuan :

         Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.

         Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan

gejala dengan faktor penyebab.

         Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.

Intervensi :

         Ciptakan lingkungan saling percaya

Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia

mengambil bagian dalam proses belajar.

         Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat

pertimbangan dalam memilih gaya hidup.

         Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.

Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam

merencanakan makan/mentaati program.

         Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan

pasien/orang terdekat.

Page 17: BAB I

Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.

(www.wordpress.com)

B.     Tinjauan umum tentang Upaya Kesehatan Masyarakat

1.      Tinjauan tentang Upaya Kesehatan Masyarakat

Usaha kesehatan pokok (Basic health services) yang diajukan Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO = World Health Organization) sebagai dasar pelayanan kesehatan kepada

masyarakat adalah:

a.       Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

b.      Kesejahteraan ibu dan anak

c.       Hygiene dan sanitasi lingkungan

d.      Pendidikan kesehatan kepada masyarakat

e.       Pengumpulan data-data untuk perencanaan dan penilaian (statistik kesehatan).

f.       Perawatan kesehatan masyarakat.

g.      Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan. (Dr. Indan Entjang, 2000)

Dalam Program Kesehatan Nasional tercantum 17 macam usaha/kegiatan kesehatan

Masyarakat yaitu:

a.       Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

b.      Kesejahteraan Ibu dan Anak

c.       Hygiene dan sanitasi lingkungan

d.      Usaha Kesehatan Sekolah

e.       Usaha Kesehatan Gigi

f.       Usaha Kesehatan Mata

g.      Usaha Kesehatan Jiwa

h.      Pendidikan kesehatan kepada masyarakat

i.        Usaha gizi

j.        Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan

k.      Perawatan kesehatan masyarakat

l.        Keluarga bencana

Page 18: BAB I

m.    Rehabilitasi

n.      Usaha-usaha farmasi

o.      Laboratorium

p.      Statistik kesehatan

q.      Administrasi usaha kesehatan masyarakat. (Dr. Indan Entjang, 2000)

2.      Tinjauan tentang Masyarakat

a.       Pengertian

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang

membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi

adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat"

sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat

adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah

sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah

masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu

komunitas yang teratur. (id.wikipedia.org)

Menurut Linton: Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama

hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir

tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. (Dr. Indan Entjang,

2000)

Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan

urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan

masyarakat negara.(id.wikipedia.org)

b.      Macam Masyarakat

1)      Masyarakat Madani

Masyarakat madani atau masyarakat sipil (civil society), mulai sering disebut sejak

kekuatan otoriter orde baru tumbang. Implementasinya ialah mampu memberikan jalan

keluar untuk masalah yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia. Kecenderungan ini

berpotensi untuk menambah derajat kefrustasian yang lebih mendalam dalam masyarakat bila

terjadi kesenjangan antara realisasi dengan harapan. Padahal kemungkinan untuk itu sangat

Page 19: BAB I

terbuka, antara lain yakni kesalahan mengkonsepsi dan juga pada saat manarik parameter-

parameter ketercapaian. (www.tsani-oke.co.cc)

Masyarakat madani dianggap sebagai institusi sosial yang mampu mengkoreksi

kekuatan militer yang otoriter. Dalam artian masyarakat sipil memiliki konotasi sebagai

antitesa dari masyarakat militer. Oleh sebab itu eksistensi masyarakat sipil selalu dianggap

berjalan linier dengan penggugatan Dwi Fungsi ABRI. Konsep Indonesia baru yang dicita-

citakan merupakan masyarakat tanpa pengaruh dan dominasi kekuatan militer. Dinamika

kehidupan sosial dan politik harus memiliki garis batas pemisah yang jelas dengan dinamika

pertahanan dan keamanan. Kekurangsetujuan terhadap implementasi Dwi Fungsi ABRI,

khususnya tugas kekaryaan. Kebutuhan untuk keluar dari rasa takut akibat distorsi peran

militer selama masa orde baru menyebabkan terjadinya proses kristalisasi konsep masyarakat

madani yang berbeda dengan konsep bakunya. Dengan kata lain telah terjadi gejala

“contradictio internemis” pada wacana masyarakat madani dalam masyarakat kita dewasa

ini. (www.tsani-oke.co.cc)

Masyarakat madani atau masyarakat sipil dalam wacana baku ilmu sosial pada

dasarnya dipahami sebagai antitesa dari “masyarakat politik” atau negara. Pemikiran itu

dapat dilacak dari pendapatnya Hobbes, Locke, Montesquieu, Hegel, Marx, Gramsci dan

lain-lain. Pemikiran mengenai masyarakat sipil tumbuh dan berkembang sebagai bentuk

koreksi radikal kepada eksistensi negara karena peranannya yang cenderung menjadi alat

kapitalisme. (www.tsani-oke.co.cc)

2)      Masyarakat Multikultural

         Furnivall

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih

elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam suatu satu

kesatuan politik.

         Clifford Gertz

Masyarakat multikultural adalah merupakan masyarakat yang terbagi dalam sub-sub

sistem yang kurang lebih berdiri sendiri dan masing-masing sub sistem terkait oleh ikatan-

ikatan primordial.

Page 20: BAB I

         Nasikun

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat bersifat majemuk sejauh

masyarakat tersebut secara setruktur memiliki sub-subkebudayaan yang bersifat deverseyang

ditandai oleh kurang berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota

masyarakat dan juga sistem nilai dari satu-kesatuan sosial, serta seringnya muncul konflik-

konflik sosial.(juww.blogspot.com)

C.    Tinjauan umum tentang Pencegahan penyakit

1.      Tinjauan tentang Pencegahan penyakit

Dalam garis besarnya usha-usaha kesehatan, dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu:

a.       Usaha pencegahan (Usaha preventif)

b.      Usaha pengobatan (Usaha kuratif)

c.       Usaha rehabilitasi

Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat tempat yang utama,

karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta memerlukan

biaya yang lebih murah dibandingkan dengan usaha pengobatan maupun rehabilitasi. (Dr.

Indan Entjang, 2000)

2.      Tingkat-tingkat usaha pencegahan

Leavell dan Clark dalam bukunya “Preventive medicine for the Doctor in his

community” membagi usaha pencegahan penyakit dalam lima tingkatan yang dapat

dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit.

Usaha-usaha pencegahan itu adalah:

a.       Masa sebelum sakit

1)      Mempertinggi nilai kesehatan (Helath promotion).

Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya.

Beberapa usaha diantaranya:

         Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitasnya.

         Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti penyediaan air rumah tangga yang baik,

perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya.

Page 21: BAB I

         Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

         Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.

2)      Memberikan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit (Specific protection).

Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit tertentu.

Beberapa usaha diantaranya:

         Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu.

         Isolasi penderita penyakit menular.

         Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di tempat kerja.

b.      Pada masa sakit

1)   Mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan pengobatan

yang tepat dan segera.

Tujuan utama dari usaha ini adalah :

         Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga

tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.

         Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.

         Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.

Beberapa usaha di antaranya :

         Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan: misalnya pemeriksaan

darah, roentgent paru-paru dan sebagainya serta segera memberikan pengobatan.

         Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact

person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan dan

tindakan-tindakan lain yang perlu misalnya isolasi, desinfeksi dan sebagainya.

         Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala penyakit pada

tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari  bahwa berhasil

atau tidaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta

keahlian tenaga kesehatannya, melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu

diberikan.

Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan:

Page 22: BAB I

-          Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi misalnya

pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat.

-          Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar

-          Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.

-          Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.

2)      Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja

yang diakibatkan suatu penyakit.

Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha c yaitu pengobatan dan perawatan yang

sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat.

Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah

berat (dibatasi), dan ungsi dari alat tubuh  yang menjadi cacat ini dipertahankan semaksimal

mungkin.

3)      Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam

masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk

dirinya dan masyarakat, semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuannya.

         Rehabilitasi fisik

Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-maksimalnya. Misalnya

seseorang yang karena kecelakaan, patah kakinya, perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki

yang patah ini yaitu dengan menggunakan kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki

yang sesungguhnya.

         Rehabilitasi mental

Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan sosial

secara memuaskan.

Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badanlah muncul pula kelainan-kelainan atau

gangguan mental.

Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke

dalam masyarakat.

         Rehabilitasi sosial vokasional

Page 23: BAB I

Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan

kapasitas kerja semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan

ketidakmampuannya.

         Rehabilitasi aesthetis

Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan ras keindahan, walaupun

kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya:

penggunaan mata palsu. (Dr. Indan Entjang, 2000)

Usaha pengembalian bekas penderita ini ke dalam masyarakat, memerlukan bantuan

dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami

keadaan mereka (fisik, mental dan kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam

proses penyesuaian dirinya dalam masyarakat, dalam keadaannya yang sekarang ini.

Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah Pancasila

yang berdasarkan unsur kemanusiaan dan keadilan sosial.

Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap masyarakat, bukan

hanya berdasarkan belas kasihan semata-mata, melainkan juga berdasarkan hak azasinya

sebagai manusia.

3.      Usaha Pencegahan dan kejadian penyakit

Bila sesorang jatuh sakit; dengan pengobatan akan terjadi tiga kemungkinan yaitu:

a.       Sembuh sempurna

b.      Sembuh dengan cacat

c.       Tidak sembuh lagi (meninggal)

Yang terbaik yaitu bila terjadi kesembuhan secara sempurna. Seandainya terjadi

kecacatan, maka alat tubuh yang cacat ini akan tetap dimilikinya dan seringkali merupakan

beban (penderitaan) untuk selama-lamanya. (Dr. Indan Entjang, 2000)

Page 24: BAB I

BAB IIIKERANGKA KONSEP

A.    Kerangka Konsep

Variabel Independen                                                            Variabel Dependen

 

Page 25: BAB I

Kejadian

DM                                                                               Kejadian DM

: Variabel yang diteliti

                        : Variabel yang tidak diteliti

B.     Definisi Operasional variabel yang diteliti

1.      Diabetes (mellitus) lazim disebut penyakit kencing manis. Dalam hal ini, kadar gula darah

seseorang melebihi normal karena tubuh tidak lagi memiliki insulin atau insulin tidak dapat

bekerja. Apabila puasa semalam, normal glukosa darah adalah 70-110 mg/dl. Pada 2 jam

sesudah makan, glukosa darah bisamencapai 149 mg/dl; menjelang tidur biasanya di bawah

120 mg/dl. (Hans Tandra, 2008)

2.      Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang

dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang

meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-

faktor sosial, budaya dimana mereka hidup.(Z. Lubis, 2010)

Kriteria Obyektif :

         Jika total skor yang diperoleh responden ≥ 50% termasuk pola makan yang baik

         Jika total skor yang diperoleh responden < 50% termasuk pola makan yang kurang baik atau

buruk

3.      Obesitas (kegemukan) merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan

lemak tubuh yang berlebihan, hal ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain faktor

Page 26: BAB I

makanan, faktor genetik, faktor hormonal atau metabolisme, faktor psikologis dan faktor

aktivitas fisik. (id.wikipedia.org)

Ada dua cara yang paling umum dilakukan untuk mengetahui apakah kita sudah memiliki

berat badan yang ideal. Yang pertama adalah mengukur BMI (Body Mass Index) dan yang

kedua adalah mengukur lingkar pinggang atau waist circumference.

a.       Mengukur BMI

Ukur tinggi badan (dalam meter) dan berat badan (dalam kilogram), kemudian masukkan ke

dalam rumus berikut:

                                 Berat badan (kg)

                 Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)

BMI orang normal adalah 20-25, bila lebih dari 25 disebut kegemukan, dan diatas 30

dikatakan obesitas.

b.      Mengukur waist circumference (Lingkar pinggang)

Letakkan pengukur pada pinggang tepat di atas tulang panggul. Ukur lingkar pinggang pada

saat mengeluarkan nafas. Lingkar pinggang yang normal atau sehat adalah dibawah 88 cm

(35 inci) untuk wanita dan dibawah 102 cm (40 inci) untuk pria. (Hans Tandra, 2008)

Kriteria Obyektif         :

         Jika total skor yang diperoleh responden ≥ 60% termasuk pencegahan yang baik

         Jika total skor yang diperoleh responden < 60% termasuk pencegahan yang kurang baik

4.      Faktor genetik adalah faktor yang mempengaruhi timbulnya DM dilihat dari segi pewarisan

sifat atau keturunan.

Kriteria Obyektif:

         Jika total skor yang diperoleh responden > 50% termasuk pencegahan yang baik

         Jika total skor yang diperoleh responden < 50% termasuk pencegahan yang baik

Page 27: BAB I

BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN

A.    Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, berdasarkan fakta yang

telah terjadi dan tercatat pada daerah penelitian.

B.     Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai

kuantitas dan karaketristik tertentu yang didtetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2004)

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah semua pasien yang berobat di

Puskesmas Jongaya Kecamatan Tamalate Kota Makassar Tahun 2011.

C.    Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari

karakteritik yang dimiliki oleh populasi.

Dalam penelitian ini, yang menjadi sampel adalah pasien yang tinggal di Kelurahan

Pa’baeng-baeng dan berobat di Puskesmas Jongaya Kecamatan Tamalate periode 1 April –

28 Mei 2011. Sampel yang diperoleh sebanyak 60 orang.

D.    Waktu dan Tempat Penelitian

Page 28: BAB I

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 1 April – 28 Mei 2011 di

Puskesmas Jongaya Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

E.     Pengumpulan Data

Data primer adalah pengumpulan data dari wawancara kepada pasien di Puskesmas

Jongaya Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Data sekunder adalah data yang didapatkan

dari Instansi terkait seperti Dinas Kesehatan Kota Makassar dan kantor kelurahan setempat.

F.     Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah secara manual dengan bantuan kalkulator dan komputer

serta disajikan dalam bentuk naskah dan tabel.

G.    Analisis Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap dimulai

dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan

bahwa semua jawaban telah di isi, kemudian data yang sesuai di beri kode (coding) untuk

memudahkan tabulasi dan analisa data.

Page 29: BAB I

BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Jongaya Makassar selama kurang lebih dua

bulan, terhitung mulai tanggal 1 April - 28 Mei 2011. Sampel yang diperoleh sebanyak 60

orang yang semuanya berasal dari kelurahan Pa’baeng-baeng.

Pengumpulan data yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya

masyarakat dalam pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.

1.      Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur  Tabel 1.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur masyarakat di kelurahan Pa’baeng-baeng Kecamatan Tamalate Makassar tahun 2011

No Umur F Persentase (%)

1 12 - 17 tahun 3 5

2 18 – 44 tahun 53 88,33

3 45 - 54 tahun 4 6,67

Total 60 100

            Sumber            : Data Primer, 2011.

Tabel 1. menunjukkan bahwa dari 60 orang responden, yang berumur 12 – 17 tahun

sebanyak 3 orang (5%), 18 – 44 tahun sebanyak 53 orang (88,33%) dan yang berumur 45 –

54 tahun sebanyak 4 orang (6,67%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.Grafik 1.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur masyarakat di kelurahan Pa’baeng-baeng Kecamatan Tamalate Makassar tahun 2011

Page 30: BAB I

2.      Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelaminTabel 2.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin masyarakat di kelurahan Pa’baeng-baeng Kecamatan Tamalate Makassar tahun 2011

No Jenis kelamin F Persentase (%)

1 Laki-laki 11 18,33

2 Perempuan 49 81,67

Total 60 100

            Sumber            : Data Primer, 2011.

Tabel 2. menunjukkan bahwa dari 60 orang responden, 11 orang (18,33%) berjenis

kelamin laki-laki dan 49 orang (81,67%) berjenis kelamin perempuan. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 2.Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin masyarakat di kelurahan Pa’baeng-

baeng Kecamatan Tamalate Makassar tahun 2011

Page 31: BAB I

3.      Distribusi frekuensi responden berdasarkan pola makanTabel 3.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pola makan masyarakat di kelurahan Pa’baeng-baeng Kecamatan Tamalate Makassar tahun 2011

No Pola makan F Persentase (%)

1 Baik 46 76,67

2 Kurang baik 14 23,33

Total 60 100

            Sumber            : Data Primer, 2011.

Tabel 3. menunjukkan bahwa dari 60 orang responden, sebanyak 46 orang (76,67%)

mempunyai pola makan yang baik dan 14 orang (23,33%) lainnya mempunyai pola makan

yang kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.Grafik 3.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pola makan masyarakat di kelurahan Pa’baeng-baeng Kecamatan Tamalate Makassar tahun 2011

Page 32: BAB I

4.      Distribusi frekuensi responden berdasarkan pencegahan jika menderita kegemukanTabel 4.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pencegahan terhadap DM jika menderita kegemukan masyarakatdi kelurahan Pa’baeng-baeng Kecamatan Tamalate

Makassar tahun 2011

No Pencegahan F Persentase (%)

1 Baik 56 93,33

2 Kurang baik 4 6,67

Total 60 100

Sumber            : Data Primer, 2011.

Tabel 4. menunjukkan bahwa dari 60 orang responden, yang mempunyai pencegahan

yang baik terhadap Diabetes Mellitus jika menderita obesitas yaitu sebanyak 56 orang

(93,33%), dan yang mempunyai pencegahan yang kurang baik yaitu sebanyak 4 orang

(6,67%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.Grafik 4.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pencegahan terhadap DM jika menderita kegemukan masyarakatdi kelurahan Pa’baeng-baeng Kecamatan Tamalate Makassar tahun

2011

Page 33: BAB I

5.      Distribusi frekuensi responden berdasarkan pencegahan jika memiliki riwayat

keluarga menderita Diabetes MellitusTabel 5.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pencegahan jika memiliki riwayat keluarga menderita DMmasyarakat di kelurahan Pa’baeng-baeng Kecamatan Tamalate

Makassar tahun 2011

No Pencegahan DM F Persentase

1 Baik 56 93,33

2 Kurang baik 4 6,67

Total 60 100

Sumber            : Data Primer, 2011.

Tabel 5. di atas menunjukkan bahwa dari 60 orang responden, sebanyak 56 orang

(93,33%) mempunyai pencegahan yang baik jika memiliki riwayat keluarga menderita

Diabetes Mellitus dan 4 orang (66,67%) lainnya mempunyai pencegahan yang kurang baik.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.Grafik 5.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pencegahan jika memiliki riwayat keluarga menderita DMmasyarakat di kelurahan Pa’baeng-baeng Kecamatan Tamalate Makassar tahun

2011

Page 34: BAB I

B.     Pembahasan

Yang menjadi responden dalam penelitian sebanyak 60 orang yang terdiri dari usia

dewasa umur 18 - 44 tahun sebanyak 53 orang (88,33%), menjelang usia lanjut umur 45 – 54

tahun sebanyak 4 orang (6,67%) dan kelompok usia remaja yaitu pada umur 12 – 17 tahun

sebanyak 3 orang (5%). Jenis kelamin responden lebih banyak perempuan yaitu 49 orang

(81,67%) daripada laki-laki yaitu 11 orang (18,33%).

Pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:

1.      Pola makan masyarakat dalam mencegah penyakit Diabetes Mellitus (DM).

Mengenai pola makan, sebanyak 46 (76,67%) responden berpola makan yang baik

untukmencegah penyakit Diabetes Mellitus (DM) misalnya dengan makan tidak lebih dari

tiga kali dalam sehari, sesuai dengan jadwal serta menghindari jenis makanan atau minuman

yang mengandung terlalu banyak gula. Sedangkan 14 orang (23,33%) lainnya mempunyai

pola makan kurang baik seperti makan lebih dari tiga kali sehari, makan tidak sesuai dengan

jadwal dan makan tanpa menghindari makanan yang mengandung terlalu banyak gula yang

sebenarnya tidak menguntungkan bagi kesehatan dan mempunyai resiko lebih besar

Page 35: BAB I

menderita Diabetes Mellitus. Hal ini menunjukkan bahwa masih adasebagian kecil

masyarakat yang belum maksimal dalam mencegah Diabetes Mellitus dilihat

dari polamakan mereka setiap hari. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang pola makan yang baik agar Diabetes Mellitus tidak terjadi

pada mereka.

2.      Upaya masyarakat dalam mencegah penyakit diabetes mellitus jika menderita

kegemukan atau obesitas

Mengenai pencegahan Diabetes Mellitus jika menderita obesitas atau kegemukan,

sebanyak 56 orang (93,33%) mempunyai upaya pencegahan yang baik misalnya dengan

mengurangi berat badan, mengatur pola makan yang baik dan rutin berolahraga. Sedangkan 4

orang (6,67%) lainnya mempunyai upaya pencegahan yang kurang baik misalnya tetap

mempertahankan berat badan berlebih, olahraga tidak teratur dan berpola makan yang kurang

baik. Hal ini menggambarkan bahwa masih ada masyarakat yang pencegahannya terhadap

Diaebetes Mellitus belum maksimal. Hal ini mungkin disebabkan karena Pengetahuan

masyarakat yang kurang tentang badan gemuk yang sebenarnya mempunyai resiko lebih

besar menderita suatu penyakit termasuk penyakit Diabetes Mellitus.

3.      Upaya masyarakat dalam mencegah diabetes mellitus jika memiliki riwayat keturunan

atau genetik

Responden yang mempunyai upaya pencegahan yang baik jika memiliki riwayat

keluarga menderita Diabetes Mellitus seperti aktif dalam bekerja, rutin berolahraga dan

berpola makan yang baik sebanyak 56 orang (93,33%) dan 4 orang (6,67%) lainnya memiliki

upaya pencegahan yang kurang baik misalnya tidak aktif dalam bekerja, olahraga tidak rutin

dan pola makan tidak terkontrol mempunyai resiko tinggi menderita Diabetes Mellitus. Hal

ini mungkin disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Penyakit

Diabetes Mellitus terutama tentang Faktor genetik yang sebenarnya mempunyai resiko tinggi

menderita Diabetes Mellitus.

Page 36: BAB I

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan

1.      Responden yang memiliki pola makan baik dalam mencegah penyakit Diabetes Mellitus

yaitu sebanyak46 orang (76,67%).

2.      Sebanyak 56 orang (93,33%) memiliki pencegahan Diabetes mellitus yang baik seperti lebih

rutin berolahraga dan berusaha mengurangi berat badan jika menderita obesitas atau

kegemukan.

3.      Jumlah responden yang melaksanakan pencegahan dengan baik seperti lebih aktif dalam

bekerja dan berolahraga secara rutin jika memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes

Mellitus sebanyak 56 orang (93,33%).

B.     Saran

1.      Bagi instansi kesehatan perlu meningkatkan penyuluhan gizi dalam berbagai kelompok

masyarakat terutama mengenai pola makan yang baik bagi kesehatan untuk mencegah agar

Diabetes Mellitus tidak terjadi.

2.      Perlunya masyarakat mempertahankan pola makan yang baik untuk mencegah agar Diabetes

Mellitus tidak terjadi pada mereka.

3.      Perlunya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai dampak dari obesitas, yang antara

lain dapat menyebabkan Diabetes Mellitus.

4.      Bagi yang memiliki riwayat keturunan Diabetes Mellitus perlu tetap aktif dalam bekerja

sebagai pengganti olahraga.

5.      Bagi yang telah terdiagnosis Diabetes Mellitus sebaiknya rutin memeriksakan kadar gula

darah ke Puskesmas atau dokter.

Page 37: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Anak Harapan. 2009. Masyarakat Multikultural.http://juww.blogspot.com/2009/04/masyarakat-multikultural-bab-4.html.Diakses, Makassar. 1 Februari 2011. 22.00.

E. R. Harahap. 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes Melitus (DM) dengan Pemanfaatan Klinik Diabetes Melitus yang ada di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2010.

                 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19122/5/Chapter%20I.pdf.Diakses: Makassar 1 Februari 2011. 15. 40.

Ehsa. 2010. Diabetes Mellitus.http://ehsablog.com/diabetes-mellitus-dm.html. Diakses: Makassar, 1 Februari 2011. 15.35

Entjang, Indan Dr. 2008. Ilmu kesehatan masyarakat. Bandung. Citra Aditya BaktiHarnawatiaj. 2008. Askep Diabetes Mellitus.

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-diabetes-mellitus/                 Diakses: Makassar, 9 April 2011. 22.23Islam Akidahku. 2010. Masyarakat Madani.

http://www.tsani-oke.co.cc/2010/10/masyarakat-madani.html.Diakses: Makassar. 1 Februari 2011. 21.50.

Lubis, Z. 2010. Pengaruh Perilaku Makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada anakSMA.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21311/4/Chapter%20II.pdf.Diakses: Makassar, 10 April 2011. 22.00

M. N. Bustan, DR. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta. Rineka CiptaMansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta. Media AesculapiusO’Connell Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGCRenaldi, Rinvil dkk. 2005. Studi tentang perilaku manusia pada penderita DM tipe 2 dengan riwayat

obesitas di poli endokrin RS Perjan Dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar. Fakultas kedokteran komunitas Universitas Hasanuddin

Rendy Herdiawan. 2010. Pengertian Masyarakat dari beberapa Ahli Sosiologi Dunia.http://id.shvoong.com/law-and-politics/1922265-pegertian-masyarakat/

Page 38: BAB I

                      Diakses: Makassar 1 Februari 2011. 21.39.Tandra, Hans. 2008. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang Diabetes. Jakarta. Gramedia

Pustaka Utama.Wikipedia. 2010. Masyarakat.

 http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat.Diakses: Makassar. 1 Februari 2011. 21.35

Wikipedia. 2011. Obesitas. http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas

                 Diakses: Makassar, 10 April 2011. 21.16

Diposkan 18th March 2013 oleh akbar hamid  

0 Tambahkan komentar

Memuat