BAB I

4
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh kolonial belanda pada tahun 1848. Pada saat itu Belanda membawa empat spesies kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman hias dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. PT. Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang komoditi kelapa sawit yang mengolah buah kelapa sawit, Tandan Buah Segar (TBS) menjadi bahan mentah CPO. TBS kelapa sawit yang diolah menjadi Crude Palm Oil yang berasal dari serabut buah mesocarp dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) yang diperoleh dari inti buah kernel melalui proses ekstraksi.

description

Tugas akhir ku

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh kolonial belanda

pada tahun 1848. Pada saat itu Belanda membawa empat spesies kelapa sawit

yang ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman hias dan dibudidayakan

secara komersial pada tahun 1911.

PT. Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang bergerak di bidang komoditi kelapa sawit yang mengolah

buah kelapa sawit, Tandan Buah Segar (TBS) menjadi bahan mentah CPO.

TBS kelapa sawit yang diolah menjadi Crude Palm Oil yang berasal dari

serabut buah mesocarp dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) yang diperoleh dari

inti buah kernel melalui proses ekstraksi.

Pengolahan buah kelapa sawit menjadi CPO terdiri dari tahapan proses

sebagai berikut :

1. Tahap Perebusan (Sterilizing)

2. Tahap Pemipilan (Thressing)

3. Tahap Pelumatan (Digesting)

4. Tahap Pengempaan (Pressing)

5. Tahap Pemurnian (Klarifiksi)

Page 2: BAB I

Cairan yang keluar dari alat kempa (pressan) terdiri dari campuran minyak,

air dan padatan bukan minyak atau yang disebut dengan NOS (Non Oil Solid).

NOS yang dimaksud terdiri dari kotoran padat yang memiliki berat jenis lebih

tinggi dibandingkan berat jenis miyak dan air. Kotoran padat tersebut biasanya

terdiri dari pasir, lumpur, serpihan cangkang yang pecah, batu kerikil, dan lain –

lain.

Proses pemisahan di Sand Trap Tank disertai dengan pemanasan

menggunakan Coil di dalam Sand Trap Tank, dari Coil tersebut pemanasan

berasal dari Uap yang dikirim melalui BPV (Back Pressure Vessel).

Temperatur yang harus dimiliki Coil harus dapat memenuhi suhu

pengendapan di Sand Trap Tank yaitu sekitar 90 – 95o agar pemisahan berjalan

baik dan lebih cepat sehingga minyak yang terkandung didalam NOS (Non Oil

Solid) dapat diminimalisir.

Oleh karena adanya hubungan antara suhu di dalam Sand Trap Tank dengan

kadar minyak yang terikut pada NOS, maka penulis tertarik mengambil judul

Karya Akhir sebagai berikut :

“HUBUNGAN TEMPERATUR TERHADAP KADAR MINYAK

PADA NON OIL SOLID (NOS) DI SAND TRAP TANK STASIUN

PEMURNIAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA III PKS SEI

MANGKEI”

Page 3: BAB I

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Mengetahui hubungan temperatur pengendapan terhadap banyaknya

minyak yang terikut pada NOS (Non Oil Solid).

2. Tujuan

Untuk membahas “hubungan temperatur terhadap kadar minyak pada

NOS (Non Oil Solid) di Sand Trap Tank”.

C. Kegunaan dan Manfaat

1. Kegunaan

Agar dapat mengurangi persentase kehilangan minyak yang terikut pada

NOS di Sand Trap Tank

2. Manfaat

Dapat memberikan informasi agar dapat meminimalkan minyak yang

terkandung didalam NOS (Non Oil Solid).