BAB-I
-
Upload
sholehudin-al-ayubi -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
description
Transcript of BAB-I
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ujung tombak dari program PDBK adalah Puskesmas dan salah satu dari upaya
kesehatan wajib Puskesmas yang harus ditingkatkan kinerjanya adalah promosi
kesehatan. Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114
/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
Promosi kesehatan juga merupakan proses pendidikan yang tidak lepas dari
proses belajar. Seseorang dapat dikatakan belajar bila dalam dirinya terjadi
perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan sesuatu
menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Di dalam kegiatan belajar terdapat tiga unsur
pokok yang saling berkaitan, yakni masukan (input), proses, dan keluaran (output).
Dalam proses belajar, terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain
subjek belajar, pengajar atau fasilitator belajar, metode yang digunakan dan materi
atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri,
yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar
(Notoatmodjo, 2005).
Freira (dalam Hubley 2002) mengatakan, bahwa pemberdayaan adalah suatu
proses dinamis yang dimulai dari dimana masyarakat belajar langsung dari tindakan.
Pemberdayaan masyarakat biasanya dilakukan dengan pendekatan pengembangan
masyarakat. Pengembangan masyarakat biasanya berisis bagaimana masyarakat
mengembangkan kemampuannya serta bagaimana masyarakat mengembangkan
1
2
kemampuannya serta bagaimana meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pengambilan keputusan.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah pemberdayaan masyarakat berperan dalam penanggulangan masalah
kesehatan.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui peran pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan
masalah kesehatan.
1.4 Hipotesa
Pemberdayaan masyarakat berperan dalam penanggulangan masalah kesehatan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan mempunyai pengertian sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan
lingkungannya melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar
dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan (Depkes, 2005).
2.1.1 Tujuan Promosi Kesehatan
Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3 tingkatan, yaitu :
a. Tujuan program
Merupakan pernyataan tentang apa yang dicapai dalam periode waktu
tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
b. Tujuan pendidikan
Merupakan deskripsi perilaku yang dicapai dapat mengatasi masalah
kesehatan yang ada.
c. Tujuan perilaku
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai (perilaku yang
diinginkan). Oleh karena itu tujuan perilaku berhubungan dengan
pengetahuan dan sikap.
2.1.2 Strategi Promosi Kesehatan
Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global
terdiri dari tiga hal, yaitu :
a. Advokasi (advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam
3
4
konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat
keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sector, dan diberbagai tingkat,
sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang
diinginkan.
Kegiatan advokasi ada bermacam-macam bentuk baik secara formal maupun
secara informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar
tentang isu atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejbat
yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya berkunjung kepada
para pejabat relevan dengan program yang diusulkan untuk secara informal minta
dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau dalam bentuk dana atau fasilitas
lain.
b. Dukungan social (Social Support)
Strategi dukungan social adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan
social melalui tokoh-tokoh formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini
adalah agar tokoh masyarakat sebagai jembatan antara sector kesehatan sebagai
pelaksana program kesehatan dengan masyarakat penerima program kesehatan.
Bentuk kegiatan dukungan social antara lain pelatihan-peatihan para tokoh
masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat. Dengan
demikian maka sasaran utama dukungan social atau bina suasana adalah para
tokoh masyarakat diberbagai tingkat sasaran sekunder.
c. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri.
Bentuk kegiatan ini antara lain penyuluhan kesehatan, keorganisasian dan
pengembangan masyarakat dalam bentuk koperasi, pelatihan-pelatihan untuk
kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (Notoatmodjo, 2005).
5
2.1.3 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
a. Promosi kesehatan pada tingkat promotif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayan promotif adalah
kelompok orang sehat, dengan tujuan agar mereka mampu
meningkatkan kesehatannya.
b. Promosi kesehatan pada tingkat preventif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini selain pada orang yang
sehat juga bagi kelompok yang beresiko. Misalnya, ibu hamil, para
perokok, para pekerja seks dan sebagainya. Tujuan utama dari promosi
kesehatan pada tingkat ini adalah untuk mencegah kelompok-
kelompok tersebut agar tidak jatuh sakit (primary prevention).
c. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah para penderita
penyakit, terutama yang menderita penyakit kronis seperti asma,
diabetes militus, tuberculosis, hipertensi. Tujuan dari promosi pada
tingkat ini agar kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak
menjadi lebih parah (secondary prevention).
d. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif
Sasaran pokok pada promosi tingkat ini adalah pada kelompok
penderita atau pasien yang baru sembuh dari suatu penyakit. Tujuan
utama promosi kesehatan pada tingkat ini adalah mengurangi
kecacatan seminimal mungkin. Dengan kata lain, promosi kesehtan
pada tahap ini adalah pemulihan dan mencegah kecacatan akibat dari
suatu penyakit (tertiary prevention) (Notoatmodjo, 2005).
6
2.1.4 Sasaran Promosi Kesehatan
Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi
dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :
a. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi,
kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak
untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk
kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan
strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
b. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta
berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah
diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali
memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan
masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan
pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat
sekitarnya.
c. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah
pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker).
Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan
yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta
pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan
dengan strategi advokasi (advocacy) (Hery, 2009).
7
2.2 Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
(Notoatmodjo, 2007).
2.2.1 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
a. Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan
kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat. Pengetahuan dan
kesadaran tentang cara-cara memelihara dan meningkatkan kesehatan
adalah awal dari keberdayaan kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan
merupakan atahp awal timbulnya kemampuan, karena kemampuan
merupakan hasil proses belajar.
b. Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk
melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan
mereka.
c. Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya
tindakan atau perilaku sehat (Notoatmodjo, 2007).
2.2.2 Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat
A. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat
Didalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat mendukung
keberhasilan program-program kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat
dikelompokan menjadi potensi sumber daya manusia dan potensi sumber
daya alam.
B. Mengembangkan gotong royong masyarakat
Potensi masyarakat yang ada tidaka akan tumbuh dan berkembang
dengan baiak tanpa adanya gotong royong dari masyarakat itu sendiri.
Perna petugas kesehatan atau provider dalam gotong royong dimasyarakat
8
adalah memotivasi dan memfasilitasinya, melalui pendekatan para tokoh
mayarakat sebagai penggerak kesehatan dalam masyarakatnya.
C. Menggali kontribusi masyarakat
Menggali dan mengembangkan potensi masing-masing anggota
masyarakat agar dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap
program atau kegiatan yang direncanakan bersama. Kontribusi masyarakat
merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga, pemikiran
atau ide, adan, bahan bangunan dan fasilitas-fasilitas lain utnuk menunjang
usaha kesehatan.
D. Manjalin kemitraan
Jalinan kerja antara bebagai sector pembangunan, baik pemerintah,
swasta dan lembaga swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka
untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati (Notoatmodjo, 2007).
2.2.3 Ciri-ciri Pemberdayaan Masyarakat
a. Community Leader: Petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada
tokoh masyarakat agar pemimpin terlebih dahulu. Misalnya camat, lurah,
kepala adat, ustad.
b. Communty Organization: Organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis
taklim, dan lainnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja
dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
c. Community Fund: Dana sehat atau jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat (JPKM) yang dikemangkan dengan prinsip gotong royong
sebagai salah satu prinsip pemberdayaan masyarakat.
d. Communty Material: Setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat
digunakan untuk memfasilitasi layanan kesehatan. Misalnya desa dekat
kali penghasil pasir memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan
untuk memudahkan akses ke puskesmas.
9
e. Communty Knowledge: Pemberdayaan bertujuan meningkatkan
pengetahuan masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang
menggunakan pendekatan community based healt education.
f. Community Technology: Tekhnologi sederhana di komunitas di gunakan
untuk pengembangan program ksehatan misalnya p
2.2.4 Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat
a. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun
program-program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan
pengorganisasian masyarakat.
b. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau
berkontribusi terhadap program tersebut.
c. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada
masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat
vokasional (Notoatmodjo, 2007).
2.2.5 Prinsip Pemberdayaaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya menumbuhkan kemampuan
masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat
bukan sesuatu yang di tanamkan atau dicangkokkan dari luar masyarakat yang
bersangkutan.pemberdayaan masyarakat adalah proses memampukan
masyarakat dari,oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Secaa lebih terinci
prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat,khususnya dibidang kesehatan
dapat di uraikan sebagai berikut:
• Menumbuhkembangkan potensi masyarakat
10
Potensi adalah suatu kekuatan dan kemampuan yang masih
terpendam.baik individu,kelompok maupun masyarakat mempunyai potensi
yang berbeda satu dengan yang lainnya.dalam suatu masyarakat terdapat
berbagai potensi,yang pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua,yakni :
potensi sumber daya manusia (penduduknya) dan potensi dalam bentuk
sumber daya alam atau kondisi geografis masyarakat setempat.
• Mengembangkan gotong royong masyarakat
Peran petugas atau provider dalam rangka gotong royong masyarakat
adalah memotivasi dan memfasilitasi,agar gotong royong tersebut terjadi di
masyarakat.agar gotong royong tersebut tumbuh dari masyarakat sendiri maka
pendekatan herus dilakukan melalui para tokoh masyarakat untuk mau
berpatisipasi dan berkontribusi terhadap kegiatan yang direncanakan bersama.
• Menggali kontribusi masyarakat
Kontribusi masyarakat adalahmerupakan bentuk partisipasi
masyarakat antara lain ; dalam bentuk tenaga,pimikiran,atau ide ide,dan,bahan
bangunan dan sebagainya.seorang petugas dan provider kesehatah bersam-
sama dengan tokoh masyarakat setempat harus mampu menggali kontribusi
sebagai bentuk partisipasi masyarakat.
• Menjalin kemitraan
Petugas atau provider kesehatan adalah memotivasi memfasilitasi masyarakat
untuk menjalin kemitraan dengan pihak-pihak yang lain.
• Desentralisasi
Upaya pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan
kesempatan kepada masyarakat local untuk mengenbangkan potensi daerah
atau wilayahnya.oleh sebab itu,segala bentuk pengambilan keputusan harus di
11
serahkan ke tingkat operasional yakni masyarakat setempat,sesuai kultur
masing masing komunitas.
2.2.6 Sasaran pemberdayaan masyarakat
1. Sasaran utama dari gerakan pemberdayaan adalah individu dan keluarga,
serta kelompok masyarakat, terutama masyarakat yang terkena masalah
maupun beresiko terkena masalah, baik dikota maupun didesa. Contoh:
ditatanan rumah tangga adalah para ibu, ditatanan institusi pendidikan
adalah murid-murid disarana pelayanan adalah petugas kesehatan.
2. Tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan serta organisasi profesi
3. Lintas sektor
4. Petugas kesehatan
2.2.7 Masyarakat yang mampu atau masyarakat yang mandiri di bidang
kesehatan
Kemampuan masyarakat dalam bidang kesehatan sesungguhnya
mempunyai pengertian yang sangat luas. Masyarakat yang mampu atau
masyarakat yang mandiri di bidang kesehatan apabila
1. Mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah-masalah kesehatan, terutama di lingkungan atau
masyarakat setempat. Agar masyarakat mampu mengenali masalah
kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, masyarakat harus
mempunyai pengetahuan kesehatan yang baik (health litarasi).
Pengetahuan kesehatan dan faktor–faktor yang mempengaruhinya yang
harus dimiliki oleh masyarakat, sekurang-kurangnya sbb :
12
a. Pengetahuan tentang penyakit.
b. Pengetahuan tentang gizi dan makanan, yang harus dikonsumsi agar
tetap sehat sebagai faktor penentu kesehatan seseorang.
c. Perumahan sehat dan sanitasi dasar yang diperlukan untuk menunjang
kesehatan keluarga atau masyarakat.
d. Pengetahuan tentang bahaya-bahaya merokok, dan zat-zat lain yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau kecanduan yakni narkoba.
2. Mampu mengatasi masalah – masalah kesehatan mereka sendiri secara
mandiri.Masyarakat mampu menggali potensi – potensi masyarakat
setempat untuk mengatasi masalah kesehatan mereka.
3. Mampu memelihara dan melindungi diri, baik individual, kelompok, atau
masyarakat dari macam – macam ancaman kesehatan. Pengetahuan
masyarakat akan kesehatan yang tinggi, masyarakat mampu memelihara
dan melindunginya dari ancaman kesehatan, menganantisipasi dengan cara
pencegahan.
4. Mampu meningkatkan kesehatan, baik individual, kelompok, maupun
masyarakat.
2.2.8 Langkah –Langkah Pemecahan Masalah Kesehatan
a. Identifikasi masalah kesehatan
Mengidentifikasi masalah kesehatan dapat diperoleh dari berbagai cara
antara lain :
1. Laporan kegiatan dari program kesehatan yang ada
2. Surveilance epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit
13
3. Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan
perencanaan kesehatan
4. Hasil kunjungan lapangan surervisi
b. Menetapkan priorotas masalah
Kegiatan identifikasi masalah menghasilkan banyak masalah
kesehatan yang menunggu untuk ditangani. Karena keterbatasan sumber
daya baik biaya, tenaga dan teknologi, maka tidak semua masalah
tersebut dapat dipecahkan sekaligus (direncanakan pemecahannya).
Untuk itu maka harus dipilih masalah mana yang “feasible” untuk
dipecahkan.
c. Merencanakan Perawatan
Rencana perwatan adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
d. Advokasi
e. Pelaksanaan
Melaksanakan semua kegiatan yang sudah direncanakan untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati
f. Evaluasi
Rencana evaluasi adalah suatu uraian tentang kegiatan yang akan
dilakukan untuk menilai sejauh mana tujuan-tujuan yang telah di tetapkan
tersebut telah tercapai (Istiarti, 2006).
2.3 Advokasi
Upaya pendekatan erhadap otang lain yang dianggap mempunyai pengaruh
terhadap keberhasilan suatu kegiatan yang dilaksanakan. Istilah advocacy (adpokasi)
mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada
14
tahun 1984, sebagai salah satu strategi global pendidikan atau promosi kesehatan
(Notoatmodjo, 1990). WHO merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi dan misi
pendidikan/promosi kesehatan secara efektif menggunakan 3 strategi pokok, yaitu:
a. Advocacy (advokasi).
b. Social support (dukungan social).
c. Empowerment (pemberdayaan masyarakat) (Notoatmodjo, 1990).
2.3.1 Tujuan Advokasi
a. Komitmen politik ( Political commitment )
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting
untuk mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat,misalnya untuk pembahasan kenaikan anggaran
kesehatan,contoh konkrit pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh
presiden.Untuk meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang
baik.
b. Dukungan kebijakan ( Policy support )
Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti
dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program
yang telah memperoleh komitmen politik tersebut.
c. Penerimaan sosial ( Social acceptance )
Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat.Suatu
program kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan dukungan
kebijakan,maka langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program tersebut
untuk memperoleh dukungan masyarakat.
d. Dukungan sistem ( System support )
Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau
prosedur kerja yang jelas mendukung. Mengingat bahwa masalah kesehatan
merupakan dampak dari berbagai sektor, maka program untuk pemecahanya atau
penangulanganya harus bersama-sama dengan sektor lain (Karen, 1990).
15
2.3.2 Kegiatan Advokasi
a. Lobi Politik (political lobbying)
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal kepada para pejabat untuk
menginformasikan dan membahas masalah dari program kesehatan yang akan
dilaksanakan.
b. Seminar atau presentasi
Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan
lintas sektor. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah
kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta rencana program
pemecahannya, diperoleh komitmen dan dukungan terhadap program yang akan
dilaksanakan.
c. Media advokasi (media advocacy)
Advokasi media adalah melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan
media khususnya media massa. Melalui media cetak maupun media elektronik
permasalahan kesehatan disajikan baik dalam bentuk lisan, artikel, berita,
diskusi, penyampain pendapat, dan sebagainya.
d. Perkumpulan (asosiasi) peminat
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau
keterkaitan terhadap masalah terntu atau perkumpulan profesi adalah juaga
merupakan bentuk advokasi (Karen, 1990).
2.3.3 Prinsip advokasi
• Tujuan advokasi dari batasan advokasi,secara inksklusif terkandung tujuan-
tujuan yakni : komitmen politik,dukungan kebijakan,dukungan masyarakat dan
dukungan system.
16
• Kegiatan advokasi
Lobi politik. Lobi adalah berbincang bincang secara informal dengan para
pejabat untuk menginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan
yang akan dilaksanakan. o Seminar atau presentasi o Media o Perkumpulan
peminat
• Argumentasi untuk advokasi.
2.4 Kemitraan
` Adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu,kelompok-kelompok
atau organisasi-organisasi unuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan
masing-masing,tentang peninjauan kembali terhadsp kesepaakatan yang telah dibuat
dan saling berbagi,baik dalam resiko maupun dalan keuntungan yang diperoleh.
1. Adanya interaksi dua pihak atau lebih, dimana kedua belah pihak merupakan mitra
atau partner.
2. Penggabungan dari berbagai unsur untuk mencapai sesuatu sasaran/ tujuan yang
tidak dapat sepenuhnya dicapai secara efektif dan efisien hanya oleh salah satu
unsur saja.
3. Hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih berdasarkan kesetaraan,
keterbukaan dan saling menguntungkan ( memberi manfaat ).
4. Upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok, masyarakat,
lembaga pemerintah atau non pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan
bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip dan peran masing-masing.
17
5. Suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk bekerja
sama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta membagi tugas,
menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau
ulang hubungan masing-masing secara teratur dan memperbaiki kembali
kesepakatan bila diperlukan
6. Adalah suatu bentuk ikatan bersama antara dua atau lebih pihak yang bekerjasama
untuk mencapai tujuan dengan cara berbagi kewenangan dan tanggung jawab
dalam bidang kesehatan, saling mempercayai, berbagi pengelolaan, investasi dan
sumber daya untuk program kesehatan, memperoleh keuntungan bersama dari
kegiatan yang dilakukan.
2.4.1 Tujuan kemitraan
Tujuan umum kemitraan adalah : 1. Meningkatkan percepatan upaya 2.
Efektivitas dan efisiensi dalam berbagai upaya termasuk upaya kesehatan
Tujuan khusus kemitraan adalah : 1. Saling pengertian 2. Saling percaya
3. Saling kedekatan 4. Saling bantu 5. Saling mengharagai 6. Saling Memerlukan
7. Saling mendorong kemampuan
2.4.2 Prinsip kemitraan
a . Saling menguntungkan (mutual benefit)
Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi,
yaitu dilihat dari kebersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan
b. Pendekatan berorientasi hasil
Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan
berorientasi pada tindakan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi
18
hasil dan berbasis pada kemampuan efektif dan kapasitas operasional yang
konkrit
c. Keterbukaan (transparansi)
Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan masing-masing anggota mitra
harus diketahui oleh anggota yang lain. Transparansi dicapai melalui dialog
(pada tingkat yang setara) dengan menekankan konsultasi dan pembagian
informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan transparansi, termasuk transparansi
finansial, membantu meningkatkan kepercayaan antar organisasi
d. Kesetaraan
Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan
berdiri sama tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang
lain. Kesetaraan membutuhkan rasa saling menghormati antar anggota kemitraan
tanpa melihat besaran dan kekuatan. Para peserta harus saling menghormati
mandat kewajiban dan kemandirian dari anggota yang lain serta memahami
keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling
menghormati tidak menghalangi masing-masing organisasi untuk terlibat dalam
pertukaran pendapat yang konstruktif
e. Tanggung Jawab
Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama
lain dalam menempuh tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan
integritas dan cara yang relevan dan tepat. Organisasi kemanusiaan harus
meyakinkan bahwa mereka hanya akan berkomitmen terhadap sesuatu kegiatan
ketika mereka memang memiliki alat, kompetensi, keahlian dan kapasitas untuk
mewujudkan komitmen tersebut. Pencegahan yang tegas dan jelas terhadap
penyelewengan yang dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi
usaha yang berkelanjutan f. Saling Melengkapi
19
Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun
atas kelebihan-kelebihan komparatif dan saling melengkapi kontribusi yang satu
dengan yang lain.
Kapasitas lokal adalah salah satu aset penting untuk ditingkatkan dan
menjadi dasar pengembangang. Ketika memungkinkan, organisasi-organisasi
kemanusiaan harus berjuang untuk menjadikan aset lokal sebagai bagian integral
dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya dan bahasa harus diatasi
20
BAB III
CONCEPTUAL MAPPING
Promosi Kesehatan
AdvokasiDukungan Sosial Pemberdayaan Masyarakat
Status Kesehatan
Perilaku Masyarakat
Masalah Kesehatan
Penanggulangan dan Pencegahan
KebijakanTokoh Masyarakat Masyarakat
20
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Promosi kesehatan adalah suatu proses membantu individu masyarakat
meningkatkan kemampuan dan keterampilannya mengontrol berbagai faktor yang
berpengaruh pada kesehatan,sehigga dapat meningkatkan derajat kesehatan nya.
Strategi dari promosi kesehatan adalah advokasi, dukungan sosial dan
pemberdayaan masyarakat. Yang dimaksud dengan advokasi adalah upaya
meyakinkan para pengambil kebijakan agar memberikan dukungan berbentuk
kebijakan terhadap suatu program. Dukungan social adalah suatu kegiatan untuk
mencari dukungan social melalui tokoh-tokoh formal maupun informal. Adapun
pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan kelompok sasaran sehingga
kelompok sasaran mampu mengembangkan tindakan tepat atas berbagai
permasalahan yang dialami.
Pemberdayaan sebagai proses menunjuk pada serangkaian tindakan yang
dilakukan secara sistematis dan mencerminkan pentahapan kegiatan atau upaya
mengubah masyarakat yang kurang atau belum berdaya, berkekuatan, dan
berkemampuan menuju keberdayaan. Makna "memperoleh" daya, kekuatan atau
kemampuan menunjuk pada sumber inisiatif dalam rangka mendapatkan atau
meningkatkan daya, kekuatan atau kemampuan sehingga memiliki keberdayaan. Kata
"memperoleh" mengindikasikan bahwa yang menjadi sumber inisiatif untuk berdaya
berasal dari masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, masyarakat harus menyadari akan
perlunya memperoleh daya atau kemampuan. Makna kata "pemberian" menunjukkan
bahwa sumber inisiatif bukan dari masyarakat. Inisiatif untuk mengalihkan daya,
kemampuan atau kekuatan adalah pihak-pihak lain yang memiliki kekuatan dan
kemampuan, misalnya pemerintah atau agen-agen pembangunan lainnya .
21
22
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.
Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat
yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu
yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan
mempergunakan daya / kemampuan yang dimiliki.
Pemberdayaan sebagai proses menunjuk pada serangkaian tindakan yang
dilakukan secara sistematis dan mencerminkan pentahapan kegiatan atau upaya
mengubah masyarakat yang kurang atau belum berdaya, berkekuatan, dan
berkemampuan menuju keberdayaan. Makna "memperoleh" daya, kekuatan atau
kemampuan menunjuk pada sumber inisiatif dalam rangka mendapatkan atau
meningkatkan daya, kekuatan atau kemampuan sehingga memiliki keberdayaan. Kata
"memperoleh" mengindikasikan bahwa yang menjadi sumber inisiatif untuk berdaya
berasal dari masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, masyarakat harus menyadari akan
perlunya memperoleh daya atau kemampuan. Makna kata "pemberian" menunjukkan
bahwa sumber inisiatif bukan dari masyarakat. Inisiatif untuk mengalihkan daya,
kemampuan atau kekuatan adalah pihak-pihak lain yang memiliki kekuatan dan
kemampuan, misalnya pemerintah atau agen-agen pembangunan lainnya .
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pemberdayaan masyarakat merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan
yang bertujuan untuk memandirikan masyarakat agar mampu memelihara dan
meningkatkan status kesehatannya menjadi lebih baik dengan menggunakan prinsip
pemberdayaan dimana petugas kesehatan berperan untuk memfasilitasi masyarakat
dalam meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuannya untuk memlihara
dan meningkatkan status kesehatannnya.
5.2 Saran
Untuk petugas-petugas kesehatan sebaiknya melakukan promosi kesehatan di
setiap masyarakatnya terutama pada tokoh masyarakat itu sendiri agar masyarakat
sadar dan tahu pentinganya kesehatan.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan R.I. (2005). Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Jakarta:
Depkes RI
D. J Maulana, hery. 2009. Promosi Kesehatan EGC : Jakarta
Glenz, Karen. 1990. Health Behavior and Health Education, Theory Research and
Practice. San Francisco,oxford: Joosey-Bas Publiser.
Green, Lawrence, 1980. Health Education Planning, a diagnostic Approach.
California:Mayfield Publishing Company.
Notoatmodjo, soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta:
Jakarta
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta : Jakarta
Notoatmodjo, soekijo. 1990. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.