BAB I

24
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeleta makin dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayan kesehatan. Perkembangan asuhan keperawatan sistem muskoskeletal sendiri sejak lama tidak lepas dari bedah ortopedi, suatu disiplin ilmu dari bagian medis yang di Indonesia sekarang ini masih belum dikenal luas oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh keadaan masih adanya pereanan yang cukup besar dari ahli urut tulang (khususnya di daerah), yaitu lebih dari 25% klien berobat ke ahli urut tulang/dukun patah tanpa memnadang derajat sosial dan pendidikan dan umumnya datang ke rumah sakit setelah timbul penyulit atau penyakit sudah dalam stadium lanjut. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, salah satu fungsi dari peranan perawat adalah mensosialisasikan pada masyarakat umum guna mencegah/menghindari hal-hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Oleh karena itu, kami menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan 1

description

Rhemathoid Atritis

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeleta makin

dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayan

kesehatan. Perkembangan asuhan keperawatan sistem muskoskeletal

sendiri sejak lama tidak lepas dari bedah ortopedi, suatu disiplin ilmu dari

bagian medis yang di Indonesia sekarang ini masih belum dikenal luas

oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh keadaan masih adanya pereanan

yang cukup besar dari ahli urut tulang (khususnya di daerah), yaitu lebih

dari 25% klien berobat ke ahli urut tulang/dukun patah tanpa memnadang

derajat sosial dan pendidikan dan umumnya datang ke rumah sakit setelah

timbul penyulit atau penyakit sudah dalam stadium lanjut. Untuk

mengantisipasi masalah tersebut, salah satu fungsi dari peranan perawat

adalah mensosialisasikan pada masyarakat umum guna

mencegah/menghindari hal-hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi.

Oleh karena itu, kami menyusun makalah yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal: Gout dan

Rheumatoid Arthritis“.

B. TUJUAN

a. Mahasiswa dapat mengetahui konsep penyakit arthritis gout.

b. Mahasiswa dapat mengerti tentang konsep asuhan keperawatan

pada klien dengan arthritis gout.

c. Mahasiswa dapat mengetahui konsep penyakit rheumatoid arthritis.

d. mahasiswa dapat mengerti tentang konsep asuhan keperawatan

pada klien dengan rheumatoid arthritis.

1

Page 2: BAB I

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. ARTHRITIS GOUT

a. Definisi

Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan

penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering

ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki bagian

tengan.

Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh

penumpukan asam urat yang menyebabkan nyeri pada sendi.

b. Etiologi

Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya

deposit / penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan

asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam

urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan purin

dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.

Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :

Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang

menyebabkan asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi

asam urat, atau keduanya.

Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus,

hipertensi, gangguan ginjal yang akan menyebabkan :

Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.

Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi

asam urat seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid,

asam nikotinat, aseta zolamid dan etambutol.

2

Page 3: BAB I

c. Patofisiologi

Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake

bahan yang mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi

asam urat yang tidak adequat akan menghasilkan akumulasi asam

urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia),

sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh.

Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan

respon inflamasi.

d. Manifestasi Klinis

Nyeri tulang sendi

Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi

Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga

Peningkatan suhu tubuh.

e. Penatalaksanaan

Tujuan : untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin,

mencegah serangan berulang, dan pencegahan komplikasi.

Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg

(pemberian oral), Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl

intravena), phenilbutazone, Indomethacin.

Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)

Kompres dingin

Diet rendah purin

Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)

Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah

fagositosis dari Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri

berkurang.

Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk

nyeri dan inflamasi.

Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam

urat dan untuk mencegah serangan.

3

Page 4: BAB I

Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk

meningkatkan ekskresi asam urat dan menghambat

akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada pasien

dengan gagal ginjal).

Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam

urat menggunakan probenezid 0,5 g/hari atau

sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan

terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat

dengan Allopurinol 100 mg 2 kali/hari

B. ARTHRITIS RHEUMATHOID

a. Definisi

Arthritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi nonbakterial

yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronis yang

menyerang beberapa sistem organ, dan paling sering ditemukan di

sendi.

Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang

terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian

dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku

sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan.

b. Etiologi

Penyebab Artritis reumatoid masih belum diketahui secara

pasti walaupun banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah

terungkap. Penyakit Artritis reumatoid belum dapat dipastikan

mempunyai hubungan dengan factor genetik . namun, berbagai

faktor (termasuk kecenderungan genetik) bisa mempengaruhi

reaksi antoimun. Faktor – faktor yang berperan antara lain adalah

jenis kelamin, infeksi, keturunan dan lingkungan. Dari penjelasan

di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang berperan dalam

timbulnya penyakit Artritis reumatoid adalah jenis kelamin,

keturunan, lingkungan, dan infeksi.

4

Page 5: BAB I

c. Patofisiologi

Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi

pada jaringan synovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-

enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen

sehingga terjadi edema, proliferasi membran synovial, dan

akhirnya membentuk panus. Panus akan meghancurkan tulang

rawan dan emnimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan

permukaan sendi yang akan mengalami perubahan generative

dengan menghilangnya elastisita otot dan kekuatan kontraksi otot.

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi synovial

disertai edema, kongesti vascular eksudat fibrin dan inflamasi

selular. Peradangan yang berkelanjutan menyebabkan synovial

menjadi menebal terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.

Pada persendian ini granulasi membentuk pannus atau penutup

yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang subcondria.

Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan

pada nutrisi kartilago artikuler. Kartilago menjadi nekrosis.

d. Manifestasi Klinis

Adanya beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan

pada klien Artritis reumatoid. Manifestasi ini tidak harus timbul

sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karena penyakit ini

memiliki manifestasi klinis yang sangat bervariasi.

Gejala – gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia,

berat badan menurun dan demam. Terkadang dapat terjadi

kelelahan yang hebat.

Poliartritis simetris, terutama pada sendi periper, termasuk

sendi – sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan

sendi –sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi

diartrodial dapat terserang.

Kekakuan dipagi hari selama lebih dari satu jam, dapat

5

Page 6: BAB I

bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi –

sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada

osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama

beberapa menit dan selalu berulang dari satu jam.

Artritis erosive, merupakan ciri khas Artritis reumatoid

pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik

melibatkan erosi di tepi tulang dan dapat dilihat pada

radiogram.

e. Penatalaksanaan

Tujuan utama dari program pengobatan adalah untuk

menghilangkan nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi

sendi dan kemampuan maksimal dari klien, serta mencegah dan

atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi.

Penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan –

jutuan itu meliputi pendidikan, istirahat, latihan fisik dan

termoterapi, gizi, serta obat – obatan.

Dibawah ini adalah contoh-contoh obat yang dapat

diberikan :

NSAIDs

Kortikosteroid

Obat remitif (DMARD)

6

Page 7: BAB I

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. ARTHRITIS GOUT

a. Pengkajian

Pengumpulan data klien, baik subjektif ataupun objektif

melalui anamnesis riwayat penyakit, pengkajian psikososial,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.

b. Dagnosa

i. Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan kristal pada

membrane sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang

rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.

ii. Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak,

kelemahan otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi

kaki sekunder akibat erosi tulang rawan, proloferasi

sinovia, dan pembentukan panus.

iii. Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk kaki dan

terbenuknya tofus.

iv. Perubahan pola tidur b.d nyeri.

c. Intervensi

i. Diagnosa 1

Intervensi rasional

Kaji lokasi, intensitas,an tipe nyeri.

Observasi kemajuan nyeri ke daerah

yang baru. Kaji nyeri dengan skala0 –

4.

· Nyeri merupakan respon

subjektif yangbdapat dikaji dengan

menggunakan skala nyeri. Klien

melaporkan nyeri biasanya di atas

tingkat cedera.

Bantu klien dalam mengidentifikasi

factor pencetus.

· Nyeri dipengaruhi oleh

kecemasan dan peradangan pada sendi.

7

Page 8: BAB I

Jelaskan dan bantu klien terkait

dengan tindakan pereda nyeri

nonfamakologi dan non – invasif.

· Pendekatan dengan menggunakan

relaksasi dan farmakologilain

menunjukan keefektifan dalam

mengurangi nyeri.

Ajarkan relaksasi: teknik terkait

ketegangan otot rangka yang dapat

mengurangi intensitas nyeri.

· Akan melancarkan peredaran

darah sehingga kebutuhan oksigen pada

jaringan terpenuhi dan mengurangi

nyeri.

Ajarkan metode distraksi selama

nyeri akut.

· Mengalikan perhatian klien

terhadap nyeri ke hal yang

menyenangkan.

Tingkatkan pengetahuaan tentang

penyebab nyeri dan hubungan dengan

berapa lama nyeri akan berlangsung.

· pegetahuan tersebut membatu

mengurangi nyeri dan dapat

menbatumeningkatkan kepatuhan klien

terhadap rencana terapeutik

Hindarkan klien meminum alcohol,

kafein, dan obat diuretik.

· pemakaian alkohol, kafein, dan

obat-obatan diuretik akan menambah

peningkatan kadar asam urat dalam

serum.

Kolaborasi dengan tim medis untuk

pemberian alopurinol

· Alopurinol menghambat

biosentesis asam urat sehingga

menurunkan kadar asam urat serum.

8

Page 9: BAB I

ii. Diagnosa 2

Intervensi Rasional

· Kaji mobilitas yang ada dan

observasi adanya peningkatan

kerusakan.

· Mengetahui tingkat kemampuan

klien dalam melakukan aktifitas.

· Ajarkan klien melakukan latihan

gerak aktif pada ekstermitas yang tidak

sakit.

· Gerakan aktif memberi masa

tonus, dan kekuatan otot, serta

memperbaiki fungsi jantung dan

pernafasan.

· Bantu klien melakukan latihan

ROM dan perawatan diri sesuai

toleransi.

· Untuk mempertahankan

fleksibilitas sendi sesuai kemampauan.

· Pantau kemajuan dan

perkembangan kemamapuan klien

dalam melakukan aktifitas

· Untuk mendeteksi perkembangan

klien.

· Kolaborasi dengan ahli

fisioterapi untuk latihan fisik klien.

· Kemampuan mobilisasi

ekstermitas dapat ditingkatkan dengan

latihan fisik dari tim fisioterapi.

iii. Diagnosa 3

Intervensi rasional

Kaji perubhan perspsi dan

hubungannya dengan derajat kletidak

mampuan

Menetukan bantuan individual dalm

menyusun rencana perawatan atau

pemilihan intervensi

Ingantkan kembali realitas bahwa

masih dapat menggunakan sisi yang

Membantu klien melihat bahwa peraat

menerima kedua bagian dari seluruh

9

Page 10: BAB I

sakit dan belajar mengontrol sisi yang

sehat.

tubuh dan mulai menerima situasi baru.

Bantu dan ajurkan perawatan yang baik

dan memperbaiki kebiasaan.

Membantu meningkatkan perasaan

harga diri dan mengontrol lebih dari

satu area kehidupan.

Kolaborasi denagn ahli neuropsikologi

dan konseling bila da indikasi

Dapat memfasilitasi perubahan peran

yang penting untuk perkembangan

perasaan.

iv. Diagnosa 4

Intervensi rasional

· Tentukan kebiasaan tidurnya dan

perubahan saat tidur.

· Mengkaji pola tidurnya dan

mengidentifikasi intervensi yang tepat.

· Buat rutinitas tidur baru yang

dimasukkan dalam pola lama dan

lingkungan baru.

· Bila rutinitas baru mengandung

aspek sebanyak kebiasaan lama, stress

dan ansietas yang berhubungan dapat

berkurang

· Tingkatkan regimen kenyamanan

waktu tidur, misalnya mandi hangat dan

massage.

· Dapat merasakan takut jatuh

karena perubahan ukuran dan tinggi

tempat tidur, memberikan kenyamanan

pagar tempat untuk membantu

mengubah posisi.

· Gunakan pagar tempat tidur

sesuai indikasi ; rendahkan tempat tidur

jika memungkinkan.

· Tidur tanpa gangguan lebih

menim- bulkan rasa segar, dan pasien

mungkin tidak mampu untuk kembali

ke tempat tidur bila terbangun.

10

Page 11: BAB I

· Kolaborasi dalam pemberian obat

sedative, hipnotik sesuai dengan

indikasi.

· Di berikan untuk membantu

pasien tidur atau istirahat.

B. ARTHRITIS RHEUMATHOID

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam

proses keperawatan. Untuk itu, diperlukan kecermatan dan

ketelitian dalam menangani masalah klien sehingga dapat memberi

arah terhadap

b. Diagnosa

i. Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi jaringan

akibat akumulasi cairan/ proses inflamasi/ destruksi sendi.

ii. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas

skeletal, nyeri/ ketidaknyamanan, intoleransi terhadap

aktivitas atau penurunan kekuatan otot.

iii. Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran

berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk

melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan

energy atau ketidakseimbangan mobilitas.

iv. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan

musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri

saat bergerak, atau depresi.

c. Intrvensi

11

Page 12: BAB I

i. Diagnosa 1

Intervensi rasional

Kaji keluhan nyeri, skala nyeri serta

catat lokasi dan intensitas, factor-faktor

yang mempercepat, dan respon rasa

sakit non verbal.

Membantu dalam menentukan

kebutuhan manajemen nyeri dan

efektifitas program.

Tempatkan/ pantau penggunaan bantl,

karung pasir, gulungan trokhanter,

bebat, brace.

Mengistirahatkan sendi-sendi yang

sakit dan mempertahankan posisi netral.

Penggunaan brace dapat menurunkan

nyeri dan dapat mengurangi kerusakan

pada sendi. Imobilisasi yang lama dapat

mengakibatkan hilang mobilitas/ fungsi

sendi.

Anjurkan klien untuk sering merubah

posisi,. Bantu klien untuk bergerak di

tempat tidur, sokong sendi yang sakit di

atas dan bawah, hindari gerakan yang

menyentak.

Mencegah terjadinya kelelahan umum

dan kekakuan sendi. Menstabilkan

sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit

pada sendi

Beri obat sebelum dilakukan aktivitas/

latihan yang direncanakan sesuai

petunjuk.

Meningkatkan relaksasi, mengurangi

tegangan otot/ spasme, memudahkan

untuk ikut serta dalam terapi.

ii. Diagnosa 2

Intervensi rasional

Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat

inflamasi/ rasa sakit pada sendi.

Tingkat aktivitas/ latihan tergantung

dari perkembangan/ resolusi dari proses

inflamasi.

Bantu klien dengan rentang gerak Mempertahankan/ meningkatkan fungsi

12

Page 13: BAB I

aktif/pasif, demikian juga latihan

resistif dan isometris jika

memungkinkan

sendi, kekuatan otot dan stamina

umum. Latihan yang tidak adekuat

menimbulkan kekakuan sendi,

karenanya aktivitas yang berlebihan

dapat merusak sendi.

Ubah posisi klien setiap dua jam

dengan bantuan personel yang cukup.

Demonstrasikan/ bantu teknik

pemindahan dan penggunaan bantuan

mobilitas.

Menghilangkan tekanan pada jaringan

dan meningkatkan sirkulasi.

Mempermudah perawatan diri dan

kemandirian klien. Tehnik pemindahan

yang tepat dapat mencegah robekan

abrasi kulit.

Konsultasi dengan ahli terapi

fisik/okupasi dan spesialis vokasional.

berguna dalam memformulasikan

program latihan/ aktivitas yang

berdasarkan pada kebutuhan individual

dan dalam mengidentifikasi

alat/bantuan mobilitas.

iii. Diagnosa 3

Intervensi rasional

Dorongn klien mengungkapakan

perasaannya melalui proses penyakit

dan harapan masa depan.

Memberikan kesempatan untuk

mengidentifikasi rasa takut / kesalahan

konsep dan mampu menghadapi

masalah secara langsung.

Diskusikan persepsi klien ,mengenai

bagaimana orang terdekat menerima

keterbatasan klien.

Isyarat verbal / nonverbal orang

terdekat dapat memengaruhi bagaimana

klien memandang dirinya sendiri.

Obesrvasi perilaku klien terhadap

kemungkinan menarik diri, menyangkal

atau terlalu memperhatikan perubahan

Dapat menujukkan emosional atau

metode koping maladatif,

membutuhkan intervensi lebih lanjjut /

13

Page 14: BAB I

tubuh. dukungan psikologis

Rujuk pada konseling psikiatri, mis

perawat spesialis psikiatri, psikiatri/

psikolog,pekerjaan sosial.

Klien/ orang terdekat mungkin

mebutuhkan dukungan selama

berhadapan dengan proses jangka

panjang/ ketidakmampuan.

iv. Diagnosa 4

Intervensi rasional

Diskusikan dengan klien tingkat

fungsional umum sebelum timbulnya/

eksaserbasi penyakit dan risiko

perubahan yang diantisipasi.

Klien mungkin dapat melanjutkan

aktivitas umum dengan melakukan

adaptasi yang diperlukan pada

keterbatasan saat ini.

Pertahan kan mobilitas, kontrol

terhadap nyeri, dan program latihan.

Mendukung kemandirian fisik/

emosional klien.

Kaji hambatan kliendalam partisipasi

perawatan diri. Identifikasi/ buat

rencana untuk modifikasi lingkungan.

Menyiapkan klien untuk meningkatkan

kemandirian, yang akan meningkatkan

harga diri.

Konsultasi dengan ahli terapi okupasi. Berguna dalam menentukan alat bantu

untuk memenuhi kebutuhan individu,

misal memasang kancing,

menggunakan alat bantu, memakai

sepatu , atau menggantungkan

pegangan untuk mandi pancuran.

BAB IV

PENUTUP

14

Page 15: BAB I

1. Kesimpulan

Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan

asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki

bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah. Artritis pirai (gout)

merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal asam urat di

daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut.

Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit /

penimbunan kristal asam urat dalam sendi.

Arthritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang

bersifat sistemik, progresif, cenderung kronis yang menyerang beberapa

sistem organ, dan paling sering ditemukan di sendi. Penyebab Artritis

reumatoid masih belum diketahui secara pasti walaupun banyak hal

mengenai patologis penyakit ini telah terungkap. Penyakit Artritis

reumatoid belum dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan factor

genetik . namun, berbagai faktor (termasuk kecenderungan genetik) bisa

mempengaruhi reaksi antoimun. Faktor – faktor yang berperan antara lain

adalah jenis kelamin, infeksi, keturunan dan lingkungan. Dari penjelasan

di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang berperan dalam timbulnya

penyakit Artritis reumatoid adalah jenis kelamin, keturunan, lingkungan,

dan infeksi.

2. Saran

Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami

susun ini, dan dapat menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan

keperawatan dalam praktik, khususnya pada pasien yang menagalami

gangguan sistem muskuloskeletal : Gout dan Rheumatoid Arthritis, dan

mampu memberikan asuhan keperawatan yang sesuai

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: BAB I

Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem Muskuloskeletal.

Cet. 1. Jakarta : EGC.

Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3 ; Cet.

1. Jakarta : EGC.

http://www.daviddarling.info/images/muscles_human_body_back.jpg

http://www.daviddarling.info/images/muscles_human_body_front.jpg

16