BAB I
-
Upload
dedek-rahlem -
Category
Documents
-
view
10 -
download
4
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut proram maupun kegiatan-
kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Betapa pun
baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak akan banyak berarti.
Implementasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme
penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur rutin lewat saluran-saluran
birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa
yang memperoleh apa dari suatu kebijakan (Grindle dalam Wahab, 1990:59). Oleh sebab
itu, tidak berlebihan jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang
penting dari keseluruhan proses kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang
erat antara perumusan kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun
perumusan dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja
sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu pula
sebaliknya.
Hal ini juga dalam kebijakan desentralisasi yang berlangsung di Indonesia belum
secara spesifik merancang desentralisasi dalam pengelolaan sumber daya alam. Namun
demikian beberapa penulis menyatakan bahwa kebijakan desentralisasi dapat
meningkatkan kualitas pengelolaan sumber daya alam. Salah satu alasan yang mereka
pakai untuk menguatkan argumen tersebut adalah karakter lingkungan yang berbeda di
masing-masing daerah menuntut pendekatan pengelolaan sumber daya alam yang ada.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari suatu kebijakan, analisis kebijakan dan bagian-
bagiannya ?
2. Apa metode dan implementasi yang digunakan dalam kebijakan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kebijakan ,analisis kebijakan serta yang
terkandung didalamnya.
2. Untuk mengetahui metode dan implementasi suatu kebijakan.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian Kebijakan
Kebijakan merupakan prinsip atau cara bertindak yang dipilih
untuk mengarahkan keputusan. Kebijakan senantiasa berorientasi
kepada masalah (problem-oriented) dan juga berorientasi kepada
tindakan (action-oriented), sehingga dapat dinyatakan bahwa
kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip
untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara
terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan (Suharto 2006).
Dalam suatu kebijakan memiarti atau maksud yang berbeda dengan
UU yang bilamana UU itu peraturan tertulis sedangkan Kebijakan
merupakan prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk
mengarahkan keputusan.
B. Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan adalah suatu bentuk analisis yang
menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga
dapat memberi landasan bagi para pembuat kebijakan dalam
membuat keputusan (Dunn 2004). Lebih lanjut Dunn (2004)
menyatakan analisis kebijakan adalah aktivitas menciptakan
pengetahuan dan dalam proses pembuatan kebijakan. Pengetahuan
kebijakan tentang proses pembuatan kebijakan dilakukan dengan
menganalisis tentang sebab, akibat, dan kinerja kebijakan dan
program publik. Hal ini dapat tercapai jika pengetahuan tentang
kebijakan dikaitkan dengan pengetahuan dalam proses kebijakan,
anggota-anggota badan eksekutif, legislatif, dan yudikatif bersama
dengan warga negara yang memiliki peranan dalam keputusan
publik, dapat menggunakan hasil-hasil analisis kebijakan untuk
memperbaiki proses pembuatan kebijakan dan kinerjanya.
Efektifitas pembuatan kebijakan tergantung pada akses terhadap
stok pengetahuan yang tersedia, komunikasi, dan penggunaan
analisis kebijakan menjadi penting sekali dalam praktek dan teori
pembuatan kebijakan publik.
Analisis kebijakan lebih fokus kepada bagaimana pengambil
keputusan mendapatkan sejumlah alternatif kebijakan yang terbaik,
sekaligus alternatif yang terpilih sebagai rekomendasi dari analisis
kebijakan atau tim analisis kebijakan. Peran analisis kebijakan
adalah memastikan bahwa kebijakan yang hendak diambil benar-
benar dilandaskan atas manfaat optimal yang akan diterima oleh
publik, dan bukan asal menguntungkan pengambil kebijakan.
Analisis kebijakan adalah salah satu di antara sejumlah banyak
faktor dalam sistem kebijakan. Suatu sistem kebijakan (policy
system) atau seluruh pola 14 institusional di mana kebijakan dibuat,
mencakup hubungan timbal balik antara 3 unsur yaitu: kebijakan
publik, pelaku publik dan lingkungan publik. Sistem kebijakan
adalah produk manusia yang subjektif yang diciptakan melalui
pilihan yang sadar oleh para pelaku kebijakan.
Hubungan antara komponen-komponen informasi kebijakan dan metode-metode
analisis-kebijakan memberi landasan untuk membedakan tiga bentuk utama analisis
kebijakan: a) analisis prospektif, merupakan analisis yang dilakukan sebelum aksi
kebijakan dimulai; b) analisis retrospektif, merupakan analisis yang dilakukan sesudah
aksi kebijakan dilakukan dan c) analisis terintegrasi, merupakan bentuk analisis yang
mengkombinasikan penciptaan informasi sebelum dan sesudah tindakan kebijakan
diambil (Dunn 2004).
Analisis kebijakan terintegrasi tidak hanya mengkaitkan tahapan retrospketif dan
prospektif, tetapi menuntut para analis secara terus menerus menghasilkan dan
menstransformasikan informasi setiap saat. Artinya analisis terintegrasi melakukan
pemantauan dan evaluasi kebijakan secara terus menerus sepanjang waktu. Dengan
demikian, analisis yang terintegrasi merupakan multidisiplin karena dibangun atas
kekuatan disiplin yang menspesialisasikan pada analisis perspektif (seperti ekonomi,
teknik sistem, riset operasi), dan yang menekankan pada analis retrospektif (seperti ilmu
politik, sosiologi, dan hukum).
C. Metode Analisis Kebijakan
Dalam metode suatu analisis kebijakan itu ada dua yaitu ROCCIPI dan IPL, namun yang
sering dipergunakan ROCCIPI.
1. ROCCIPI
Dalam hal ini ROCCIPI memiliki arti sendiri, yang bila mana terdiri dari :
a. Rule (Peraturan)
Peraturan dimaksudkan untuk mengatur segala perilaku manusia. Entah itu
sebagai alih-alih (pembenaran) atau malah sebaliknya. Peraturan di sini menyangkut
semua masalah publik atau juga masalah yang ditimbulkan oleh publi.
b. Opportunity (Kesempatan)
Seorang individu akan dapat melakukan perilaku bermasalah jika kesempatan
yang ada terbuka lebar. Artinya adalah bahwa jika kesempatan terbuka maka hal itu
dapat mempengaruhi seorang individu untuk berperilaku menyimpang. Dalam hal ini,
lingkungan menjadi faktor yang dominan penyebab perilaku yang menyimpang.
c. Capacity (Kemampuan)
Hal tersebut berkaitan dengan pertukaran yang disebabkan tidak dapat
memerintah para individu untuk melakukan hal-hal di luar kemampuannya. Untuk itu,
perlu adanya pemahaman mengenai kondisi-kondisi dari tiap individu.
d. Communication (Komunikasi)
Munculnya perilaku bermasalah dapat diakibatkan ketidaktahuan masyarakat
tentang suatu peraturan. Ketidaktahuan tersebut dipicu oleh komunikasi yang tidak
berjalan dengan baik (miss-communication). Permasalahan komunikasi sebenarnya
merupakan permasalahan klasik di negeri yang kaya akan budaya dan sangat plural ini.
e. Interest (Kepentingan)
Kategori ini dapat digunakan untuk menjelaskan pandangan individu tentang
akibat dan manfaat dari setiap perilakunya. Akibat dan manfaat yang ditimbulkannya
bisa dalam bentuk material (keuntungan ekonomi) dan juga non-material (pengakuan dan
penghargaan).
f. Process (Proses)
Merupakan sebuah instrumen yang digunakan dalam menemukan penyebagian
perilaku bermasalah yang dilakukan dalam atau oleh suatu organisasi. Beberapa proses
yang digunakan untuk merumuskan masalah dalam organisasi antara lain: Pertama,
proses pengumpulan input. Kedua, proses pengolahan input menjadi keputusan. Ketiga,
proses output, dan yang keempat, proses umpan balik.
g. Ideology (Nilai dan/ atau sikap)
Sekumpulan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat untuk merasa, berpikir, dan
bertindak. Suatu nilai yang berlaku dalam masyarakat biasanya merupakan hasil
kesepakatan bersama dalam sebuah kelompok. Kemungkinan terjadinya konflik sangatlah
besar mengingat nilai tersebut hidup dalam masyarakat yang plural dan heterogen
(sebuah nilai yang dianut seringkali tidak sesuai dengan pandangan tiap kelompok).
D. Proses Pembuatan KebijakanAnalisis kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual yang
dilakukan dalam proses politik. Proses ini dapat divisualisasikan
sebagai proses pembuatan kebijakan, yang memiliki lima tahap
penting yaitu: penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi
kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan . Perlu
ditekankan bahwa analisis kebijakan adalah awal, bukan akhir dari
upaya memperbaiki proses pembuatan kebijakan. Dalam tahapan
memiliki maksud yang berbda-beda , seperti :
Penyusunan Agenda Para pejabat yang dipilih dan diangkat
menempatkan masalah pada agenda publik.
Banyak masalah tidak disentuh sama sekali,
sementara lainnya ditunda untuk waktu
lama
Fomulasi Kebijakan Para pejabat merumuskan alternatif
kebijakan untuk mengatasi masalah.
Alternatif kebijakan melihat perlunya
membuat perintah eksekutif, keputusan
peradilan, dan tindakan legislatif
Adopsi Kebijakan Alternatif kebijakan yang diadopsi dengan
dukungan dari mayoritas legislatif,
konsensus di antara direktur lembaga, atau
keputusan peradilan
Implementasi Kebijakan Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasi sumberdaya finansial dan manusia
Penilaian Kebijakan Unit-unit pemeriksaan dan akuntasi dalam
pemerintahan menentukan apakah badan-
badan eksekutif, legislatif, dan peradilan
memenuhi persyaratan undang-undang
dalam pembuatan kebijakan dan pencapaian
tujuan
Sumber: Dunn (2004)
E. Implemetasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis, di mana pelaksana
kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan
mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan (Agustino
2008). Ada tiga hal penting dari pengertian implementasi kebijakan, yaitu: (1) adanya
tujuan atau sasaran kebijakan; (2) adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; dan
(3) adanya hasil kegiatan. Fokus analisis implementasi kebijakan berkisar pada masalah-
masalah pencapaian tujuan formal yang telah ditentukan. Fokus tersebut membawa
konsekuensi pada perhatian terhadap aspek organisasi atau birokrasi sebagai ukuran
efesiensi dan efektivitas pelaksanaan kebijakan. Implementasi kebijakan merupakan
tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan struktur kebijakan, karena melalui
prosedur ini proses kebijakan secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan
atau tidaknya pencapaian tujuan kebijakan.
Pemahaman mengenai implementasi kebijakan publik, tidak hanya menyoroti
perilaku lembaga-lembaga administrasi atau badan-badan yang bertanggungjawab atas
suatu program tetapi perlu memperhatikan secara cermat berbagai jaringan politik,
ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku
dari berbagai pihak yang terlibat program dan yang pada akhirnya membawa dampak
yang diharapkan maupun tidak diharapkan dari suatu program.
Baginski dan Soussan (2002) menunjukkan bahwa implementasi kebijakan
merupakan bagian dari proses pembuatan kebijakan, bukan merupakan kegiatan yang
terpisah. Hal ini dapat terwujud apabila hasil kebijakan dilakukan komunikasi dan
desiminasi serta adanya interpretasi kebijakan yang sama dari berbagai pihak yang
terlibat di tingkat pelaksana. Program-program atau kegiatan sebagai perwujudan
implementasi suatu kebijakan perlu dilakukan untuk mencapai tujuan kebijakan dan
dampak yang diharapkan.
Beberapa pendekatan yang digunakan dalam implementasi kebijakan yaitu
pendekatan top down dan pendekatan button up (Agustino 2008). Pendekatan top down
bertitik tolak dari perspektif bahwa keputusan-keputusan politik yang ditetapkan oleh
pembuat kebijakan di tingkat pusat dilaksanakan oleh birokrat pada level bawahnya.
Pendekatan button up adalah model implementasi kebijakan di mana formulasi kebijakan
berada di tingkat warga, sehingga lebih memahami dan menganalisis kebijakan-kebijakan
yang cocok dengan sumberdaya daerahnya, sistem sosio-kultur yang ada agar kebijakam
tersebut tidak kontradiktif.
Semua kebijakan publik dimaksudkan untuk mempengaruhi atau mengawasi
perilaku manusia untuk suatu tujuan tertentu. Apabila kebijakan tersebut tidak dapat
merubah perilaku manusia atau tidak mematuhi kebijakan yang ditentukan, maka
kebijakan tersebut dikatakan tidak efektif. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan atau tidaknya suatu kebijakan, antara lain:
a. Faktor penentu pemenuhan kebijakan
1. Respek anggota masyarakat pada otoritas dan keputusan pemerintah
2. Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan
3. Adanya sanksi hukum
4. Adanya kepentingan publik
5. Adanya kepentingan pribadi
6. Masalah waktu
b. Faktor penentu penolakan atau penundaan kebijakan
1. Adanya kebijakan yang bertentangan dengan sistem nilai yang ada
2. Tidak adanya kepastian hukum
3. Adanya keanggotaan seseorang dalam suatu organisasi
4. Adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil dari makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Kebijakan mempunyai arti beda dengan UU yang bilamana UU itu
peraturan tertulis sedangkan Kebijakan merupakan prinsip atau
cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan keputusan.
2. Hubungan antara komponen-komponen informasi kebijakan dan
metode-metode analisis-kebijakan memberi landasan untuk
membedakan tiga bentuk utama analisis kebijakan antara lain : a)
analisis prospektif, b) analisis retrospektif, c) analisis terintegrasi.
3. Dalam analisis kebijakan ada hubungan timbal balik antara 3 unsur
yaitu: kebijakan publik, pelaku publik dan lingkungan publik.
4. ROCCIPI merupakan yang terkandung dalam suatu analisis
kebijakan.
5. Dalam proses pembuatan kebijakan, yang memiliki lima tahap
penting yaitu: penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi
kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan .
B. Saran
Dari penulisan makalah Analisis Kebijakan ini mengarahkan kita
untuk mengetahui cara pengimplementasi suatu kebijakan serta
mengetahui arti dari roccipi dalam suatu metode analisis kebijakan.
Semoga makalah yang disusun dapat member pengetahuan kepada pembaca serta penulis
meminta maaf apabila ada salah penulisan dan kritik serta saran dari Ibu/bapak dosen
akan sangat membantu menyempurnakan makalah yang akan penulis buat selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://fuadinotkamal.wordpress.com/2012/.../ kebijakan -dan- analisis -
kebijakan /
(Diakses pada tanggal 20 Desember 2013)
http://id.wikipedia.co.id
(Diakses pada tanggal 20 Desember 2013)
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/56798/BAB%20II.
%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=4
(Diakses pada tanggal 20 Desember 2013)
http://xa.yimg.com/kq/groups/23711845/1166036051/name/
Analisis+Kebijakan+dalam+Proses+Pembuatan+Kebijakan.ppt.
(Diakses pada tanggal 20 Desember 2013)Diposkan oleh Yusuf Efendi di 05.15