BAB I

13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut proram maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak akan banyak berarti. Implementasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan (Grindle dalam Wahab, 1990:59). Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu pula sebaliknya. Hal ini juga dalam kebijakan desentralisasi yang berlangsung di Indonesia belum secara spesifik merancang desentralisasi dalam pengelolaan sumber daya alam. Namun demikian beberapa penulis menyatakan bahwa kebijakan desentralisasi dapat meningkatkan kualitas pengelolaan sumber daya alam. Salah satu alasan yang

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut proram maupun kegiatan-

kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Betapa pun

baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak akan banyak berarti.

Implementasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme

penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur rutin lewat saluran-saluran

birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa

yang memperoleh apa dari suatu kebijakan (Grindle dalam Wahab, 1990:59). Oleh sebab

itu, tidak berlebihan jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang

penting dari keseluruhan proses kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang

erat antara perumusan kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun

perumusan dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja

sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu pula

sebaliknya.

Hal ini juga dalam kebijakan desentralisasi yang berlangsung di Indonesia belum

secara spesifik merancang desentralisasi dalam pengelolaan sumber daya alam. Namun

demikian beberapa penulis menyatakan bahwa kebijakan desentralisasi dapat

meningkatkan kualitas pengelolaan sumber daya alam. Salah satu alasan yang mereka

pakai untuk menguatkan argumen tersebut adalah karakter lingkungan yang berbeda di

masing-masing daerah menuntut pendekatan pengelolaan sumber daya alam yang ada.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dari suatu kebijakan, analisis kebijakan dan bagian-

bagiannya ?

2.      Apa metode dan implementasi yang digunakan dalam kebijakan ?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui kebijakan ,analisis kebijakan serta yang

terkandung didalamnya.

Page 2: BAB I

2.      Untuk mengetahui metode dan implementasi suatu kebijakan.

BAB IIPEMBAHASAN

A.    Pengertian Kebijakan

Kebijakan merupakan prinsip atau cara bertindak yang dipilih

untuk mengarahkan keputusan. Kebijakan senantiasa berorientasi

kepada masalah (problem-oriented) dan juga berorientasi kepada

tindakan (action-oriented), sehingga dapat dinyatakan bahwa

kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip

untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara

terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan (Suharto 2006).

Dalam suatu kebijakan memiarti atau maksud yang berbeda dengan

UU yang bilamana UU itu peraturan tertulis sedangkan Kebijakan

merupakan prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk

mengarahkan keputusan.

B.     Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan adalah suatu bentuk analisis yang

menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga

dapat memberi landasan bagi para pembuat kebijakan dalam

membuat keputusan (Dunn 2004). Lebih lanjut Dunn (2004)

menyatakan analisis kebijakan adalah aktivitas menciptakan

pengetahuan dan dalam proses pembuatan kebijakan. Pengetahuan

kebijakan tentang proses pembuatan kebijakan dilakukan dengan

menganalisis tentang sebab, akibat, dan kinerja kebijakan dan

Page 3: BAB I

program publik. Hal ini dapat tercapai jika pengetahuan tentang

kebijakan dikaitkan dengan pengetahuan dalam proses kebijakan,

anggota-anggota badan eksekutif, legislatif, dan yudikatif bersama

dengan warga negara yang memiliki peranan dalam keputusan

publik, dapat menggunakan hasil-hasil analisis kebijakan untuk

memperbaiki proses pembuatan kebijakan dan kinerjanya.

Efektifitas pembuatan kebijakan tergantung pada akses terhadap

stok pengetahuan yang tersedia, komunikasi, dan penggunaan

analisis kebijakan menjadi penting sekali dalam praktek dan teori

pembuatan kebijakan publik.

Analisis kebijakan lebih fokus kepada bagaimana pengambil

keputusan mendapatkan sejumlah alternatif kebijakan yang terbaik,

sekaligus alternatif yang terpilih sebagai rekomendasi dari analisis

kebijakan atau tim analisis kebijakan. Peran analisis kebijakan

adalah memastikan bahwa kebijakan yang hendak diambil benar-

benar dilandaskan atas manfaat optimal yang akan diterima oleh

publik, dan bukan asal menguntungkan pengambil kebijakan.

Analisis kebijakan adalah salah satu di antara sejumlah banyak

faktor dalam sistem kebijakan. Suatu sistem kebijakan (policy

system) atau seluruh pola 14 institusional di mana kebijakan dibuat,

mencakup hubungan timbal balik antara 3 unsur yaitu: kebijakan

publik, pelaku publik dan lingkungan publik. Sistem kebijakan

adalah produk manusia yang subjektif yang diciptakan melalui

pilihan yang sadar oleh para pelaku kebijakan.

Hubungan antara komponen-komponen informasi kebijakan dan metode-metode

analisis-kebijakan memberi landasan untuk membedakan tiga bentuk utama analisis

kebijakan: a) analisis prospektif, merupakan analisis yang dilakukan sebelum aksi

kebijakan dimulai; b) analisis retrospektif, merupakan analisis yang dilakukan sesudah

aksi kebijakan dilakukan dan c) analisis terintegrasi, merupakan bentuk analisis yang

mengkombinasikan penciptaan informasi sebelum dan sesudah tindakan kebijakan

diambil (Dunn 2004).

Page 4: BAB I

Analisis kebijakan terintegrasi tidak hanya mengkaitkan tahapan retrospketif dan

prospektif, tetapi menuntut para analis secara terus menerus menghasilkan dan

menstransformasikan informasi setiap saat. Artinya analisis terintegrasi melakukan

pemantauan dan evaluasi kebijakan secara terus menerus sepanjang waktu. Dengan

demikian, analisis yang terintegrasi merupakan multidisiplin karena dibangun atas

kekuatan disiplin yang menspesialisasikan pada analisis perspektif (seperti ekonomi,

teknik sistem, riset operasi), dan yang menekankan pada analis retrospektif (seperti ilmu

politik, sosiologi, dan hukum).

C.    Metode Analisis Kebijakan

Dalam metode suatu analisis kebijakan itu ada dua yaitu ROCCIPI dan IPL, namun yang

sering dipergunakan ROCCIPI.

1.      ROCCIPI

Dalam hal ini ROCCIPI memiliki arti sendiri, yang bila mana terdiri dari :

a.       Rule (Peraturan)

Peraturan dimaksudkan untuk mengatur segala perilaku manusia. Entah itu

sebagai alih-alih (pembenaran) atau malah sebaliknya. Peraturan di sini menyangkut

semua masalah publik atau juga masalah yang ditimbulkan oleh publi.

b.      Opportunity (Kesempatan)

Seorang individu akan dapat melakukan perilaku bermasalah jika kesempatan

yang ada terbuka lebar. Artinya adalah bahwa jika kesempatan terbuka maka hal itu

dapat mempengaruhi seorang individu untuk berperilaku menyimpang. Dalam hal ini,

lingkungan menjadi faktor yang dominan penyebab perilaku yang menyimpang.

c.       Capacity (Kemampuan)

Hal tersebut berkaitan dengan pertukaran yang disebabkan tidak dapat

memerintah para individu untuk melakukan hal-hal di luar kemampuannya. Untuk itu,

perlu adanya pemahaman mengenai kondisi-kondisi dari tiap individu.

d.      Communication (Komunikasi)

Munculnya perilaku bermasalah dapat diakibatkan ketidaktahuan masyarakat

tentang suatu peraturan. Ketidaktahuan tersebut dipicu oleh komunikasi yang tidak

Page 5: BAB I

berjalan dengan baik (miss-communication). Permasalahan komunikasi sebenarnya

merupakan permasalahan klasik di negeri yang kaya akan budaya dan sangat plural ini.

e.       Interest (Kepentingan)

Kategori ini dapat digunakan untuk menjelaskan pandangan individu tentang

akibat dan manfaat dari setiap perilakunya. Akibat dan manfaat yang ditimbulkannya

bisa dalam bentuk material (keuntungan ekonomi) dan juga non-material (pengakuan dan

penghargaan).

f.       Process (Proses)

Merupakan sebuah instrumen yang digunakan dalam menemukan penyebagian

perilaku bermasalah yang dilakukan dalam atau oleh suatu organisasi. Beberapa proses

yang digunakan untuk merumuskan masalah dalam organisasi antara lain: Pertama,

proses pengumpulan input. Kedua, proses pengolahan input menjadi keputusan. Ketiga,

proses output, dan yang keempat, proses umpan balik.

g.      Ideology (Nilai dan/ atau sikap)

Sekumpulan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat untuk merasa, berpikir, dan

bertindak. Suatu nilai yang berlaku dalam masyarakat biasanya merupakan hasil

kesepakatan bersama dalam sebuah kelompok. Kemungkinan terjadinya konflik sangatlah

besar mengingat nilai tersebut hidup dalam masyarakat yang plural dan heterogen

(sebuah nilai yang dianut seringkali tidak sesuai dengan pandangan tiap kelompok).

D.    Proses Pembuatan KebijakanAnalisis kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual yang

dilakukan dalam proses politik. Proses ini dapat divisualisasikan

sebagai proses pembuatan kebijakan, yang memiliki lima tahap

penting yaitu: penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi

kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan . Perlu

ditekankan bahwa analisis kebijakan adalah awal, bukan akhir dari

upaya memperbaiki proses pembuatan kebijakan. Dalam tahapan

memiliki maksud yang berbda-beda , seperti :

Page 6: BAB I

Penyusunan Agenda Para pejabat yang dipilih dan diangkat

menempatkan masalah pada agenda publik.

Banyak masalah tidak disentuh sama sekali,

sementara lainnya ditunda untuk waktu

lama

Fomulasi Kebijakan Para pejabat merumuskan alternatif

kebijakan untuk mengatasi masalah.

Alternatif kebijakan melihat perlunya

membuat perintah eksekutif, keputusan

peradilan, dan tindakan legislatif

Adopsi Kebijakan Alternatif kebijakan yang diadopsi dengan

dukungan dari mayoritas legislatif,

konsensus di antara direktur lembaga, atau

keputusan peradilan

Implementasi Kebijakan Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasi sumberdaya finansial dan manusia

Penilaian Kebijakan Unit-unit pemeriksaan dan akuntasi dalam

pemerintahan menentukan apakah badan-

badan eksekutif, legislatif, dan peradilan

memenuhi persyaratan undang-undang

dalam pembuatan kebijakan dan pencapaian

tujuan

Sumber: Dunn (2004)

E.     Implemetasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis, di mana pelaksana

kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan

mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan (Agustino

2008). Ada tiga hal penting dari pengertian implementasi kebijakan, yaitu: (1) adanya

tujuan atau sasaran kebijakan; (2) adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; dan

(3) adanya hasil kegiatan. Fokus analisis implementasi kebijakan berkisar pada masalah-

Page 7: BAB I

masalah pencapaian tujuan formal yang telah ditentukan. Fokus tersebut membawa

konsekuensi pada perhatian terhadap aspek organisasi atau birokrasi sebagai ukuran

efesiensi dan efektivitas pelaksanaan kebijakan. Implementasi kebijakan merupakan

tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan struktur kebijakan, karena melalui

prosedur ini proses kebijakan secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan

atau tidaknya pencapaian tujuan kebijakan.

Pemahaman mengenai implementasi kebijakan publik, tidak hanya menyoroti

perilaku lembaga-lembaga administrasi atau badan-badan yang bertanggungjawab atas

suatu program tetapi perlu memperhatikan secara cermat berbagai jaringan politik,

ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku

dari berbagai pihak yang terlibat program dan yang pada akhirnya membawa dampak

yang diharapkan maupun tidak diharapkan dari suatu program.

Baginski dan Soussan (2002) menunjukkan bahwa implementasi kebijakan

merupakan bagian dari proses pembuatan kebijakan, bukan merupakan kegiatan yang

terpisah. Hal ini dapat terwujud apabila hasil kebijakan dilakukan komunikasi dan

desiminasi serta adanya interpretasi kebijakan yang sama dari berbagai pihak yang

terlibat di tingkat pelaksana. Program-program atau kegiatan sebagai perwujudan

implementasi suatu kebijakan perlu dilakukan untuk mencapai tujuan kebijakan dan

dampak yang diharapkan.

Beberapa pendekatan yang digunakan dalam implementasi kebijakan yaitu

pendekatan top down dan pendekatan button up (Agustino 2008). Pendekatan top down

bertitik tolak dari perspektif bahwa keputusan-keputusan politik yang ditetapkan oleh

pembuat kebijakan di tingkat pusat dilaksanakan oleh birokrat pada level bawahnya.

Pendekatan button up adalah model implementasi kebijakan di mana formulasi kebijakan

berada di tingkat warga, sehingga lebih memahami dan menganalisis kebijakan-kebijakan

yang cocok dengan sumberdaya daerahnya, sistem sosio-kultur yang ada agar kebijakam

tersebut tidak kontradiktif.

Semua kebijakan publik dimaksudkan untuk mempengaruhi atau mengawasi

perilaku manusia untuk suatu tujuan tertentu. Apabila kebijakan tersebut tidak dapat

merubah perilaku manusia atau tidak mematuhi kebijakan yang ditentukan, maka

Page 8: BAB I

kebijakan tersebut dikatakan tidak efektif. Beberapa faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan atau tidaknya suatu kebijakan, antara lain:

a.       Faktor penentu pemenuhan kebijakan

1.      Respek anggota masyarakat pada otoritas dan keputusan pemerintah

2.      Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan

3.      Adanya sanksi hukum

4.      Adanya kepentingan publik

5.      Adanya kepentingan pribadi

6.      Masalah waktu

b.      Faktor penentu penolakan atau penundaan kebijakan

1.      Adanya kebijakan yang bertentangan dengan sistem nilai yang ada

2.      Tidak adanya kepastian hukum

3.      Adanya keanggotaan seseorang dalam suatu organisasi

4.      Adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum.

    

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa diambil dari makalah ini adalah sebagai

berikut :

1.      Kebijakan mempunyai arti beda dengan UU yang bilamana UU itu

peraturan tertulis sedangkan Kebijakan merupakan prinsip atau

cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan keputusan.

2.      Hubungan antara komponen-komponen informasi kebijakan dan

metode-metode analisis-kebijakan memberi landasan untuk

Page 9: BAB I

membedakan tiga bentuk utama analisis kebijakan antara lain : a)

analisis prospektif, b) analisis retrospektif, c) analisis terintegrasi.

3.      Dalam analisis kebijakan ada hubungan timbal balik antara 3 unsur

yaitu: kebijakan publik, pelaku publik dan lingkungan publik.

4.      ROCCIPI merupakan yang terkandung dalam suatu analisis

kebijakan.

5.      Dalam proses pembuatan kebijakan, yang memiliki lima tahap

penting yaitu: penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi

kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan .

B.     Saran

Dari penulisan makalah Analisis Kebijakan ini mengarahkan kita

untuk mengetahui cara pengimplementasi suatu kebijakan serta

mengetahui arti dari roccipi dalam suatu metode analisis kebijakan.

Semoga makalah yang disusun dapat member pengetahuan kepada pembaca serta penulis

meminta maaf apabila ada salah penulisan dan kritik serta saran dari Ibu/bapak dosen

akan sangat membantu menyempurnakan makalah yang akan penulis buat selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://fuadinotkamal.wordpress.com/2012/.../ kebijakan -dan- analisis -

kebijakan /

(Diakses pada tanggal 20 Desember 2013)

http://id.wikipedia.co.id

(Diakses pada tanggal 20 Desember 2013)

Page 10: BAB I

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/56798/BAB%20II.

%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=4

(Diakses pada tanggal 20 Desember 2013)

http://xa.yimg.com/kq/groups/23711845/1166036051/name/

Analisis+Kebijakan+dalam+Proses+Pembuatan+Kebijakan.ppt.

(Diakses pada tanggal 20 Desember 2013)Diposkan oleh Yusuf Efendi di 05.15