BAB I

24
BAB I DASAR TEORI A. Umum Dalam setiap bangunan, diperlukan pondasi sebagai dasar bangunan yang kuat dan kokoh. Hal ini disebabkan pondasi sebagai dasar bangunan harus mampu memikul seluruh beban bangunan dan beban lainnya yang turut diperhitungkan, serta meneruskannya ke dalam tanah sampai kelapisan atau kedalaman tertentu. Dalam perencanaan pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi ini didasarkan atas : 1. Fungsi bangunan atas (super structure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut. 2. Besarnya beban yang diteruskan oleh pondasi ke dalam tanah tidak melampaui daya dukung tanah agar pondasi tetap stabil. 3. Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan, terutama daerah bawah pondasi.

description

rek pondasi

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

DASAR TEORI

A. Umum

Dalam setiap bangunan, diperlukan pondasi sebagai dasar bangunan yang kuat dan

kokoh. Hal ini disebabkan pondasi sebagai dasar bangunan harus mampu memikul seluruh

beban bangunan dan beban lainnya yang turut diperhitungkan, serta meneruskannya ke

dalam tanah sampai kelapisan atau kedalaman tertentu.

Dalam perencanaan pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam tipe

pondasi. Pemilihan tipe pondasi ini didasarkan atas :

1. Fungsi bangunan atas (super structure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut.

2. Besarnya beban yang diteruskan oleh pondasi ke dalam tanah tidak melampaui daya

dukung tanah agar pondasi tetap stabil.

3. Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan, terutama daerah bawah

pondasi.

4. Studi yang lebih terperinci dan perencanaan awal tentang pondasi yang paling sesuai.

Hal ini untuk memperkirakan penurunan.

5. Biaya dari masing-masing pondasi dan memilih bentuk yang dapat diterima sesuai

keadaan pelaksanaan dan biaya.

B. Kapasitas Dukung Tiang

Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :

Tiang dukung ujung (end bearing pile).

Tiang dukung ujung adalah tiang yang kapasitas dukungnya ditentukan oleh tahanan

ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zone tanah yang lunak yang

berada di atas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan dasar atau

Page 2: BAB I

lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang diperkirakan tidak

mengakibatkan penurunan berlebihan.

Tiang gesek (friction pile).

Tiang gesek adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan oleh perlawanan

gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya.

Secara umum persamaan daya dukung tiang yaitu Qall = QP + QS

Dimana : Qall = Tahanan Ultimit Tiang

QP = Tahanan ujung tiang (end bearing)

QS = Tahanan selimut tiang (skin friction)

1. Kapasitas Daya Dukung Tiang Tunggal

a. Kapasitas daya dukung tiang tunggal berdasarkan data uji lapangan

Kapasitas daya dukung tiang tunggal di lapangan menggunakan metode

Nottingham & Schmertman.

A) SONDIR (CONE PENETROMETER TEST)

Sondir

Page 3: BAB I

Sondir yaitu alat berupa silindris dengan ujungnya berbentuk konus. Sondir ada

dua jenis, yang pertama yaitu sondir ringan, dengan kapasitas 0-250 kg/cm² serta

yang ke-2 yaitu sondir berat dengan kapasitas 0-600 kg/cm². Type tanah yang pas

disondir dengan alat ini yaitu tanah yang sedikit memiliki kandungan batu.

Didalam uji sondir, stang alat ini ditekan ke dalam tanah serta perlawanan tanah

pada ujung sondir ( tahanan ujung ) ,gesekan pada silimur silinder diukur. Alat ini

sudah lama di indonesia serta sudah dipakai nyaris pada tiap-tiap penyelidikan

tanah pada pekerjaan tehnik sipil dikarenakan relatif gampang penggunaannya,

cepat serta sangat ekonomis.

Sebenarnya alat uji sondir ini adalah representase atau jenis dari pondasi tiang

dalam skala kecil. Tehnik pendugan lokasi atau kedalaman tanah keras dengan satu

batang sudah lama dipraktekan sejak zaman dulu. Versi semula dari tehnik

pendugaan ini sudah dikembangkan di swedia pada th. 1917 oleh swedish state

railways serta  oleh danish railways th. 1927. Dikarenakan situasi tanah lembek

serta banyaknya pemakaian pondasi tiang, pada th. 1934 orang-orang belanda

memperkenalkan alat sondir sebagaimana yang kita kenal saat ini ( barentseen,

1936 ).

Page 4: BAB I

Metode ini lantas dikenal dengan beragam nama, seperti: static penetration test

atau quassi static penetration test, duch cone test. Di indonesia lantas diberi nama

sondir yang di ambil dari bahasa belanda.

Uji sondir sekarang ini adalah di antara uji lapangan yang sudah di terima oleh

beberapa praktisi serta ahli geoteknik. Uji sondir ini sudah tunjukkan manfaat

untuk pendugaan profil atau pelapisan ( stratifikasi ) tanah pada kedalaman

dikarenakan type tingkah laku tanah sudah bisa diindentifikasi dari gabungan hasil

pembacaan tahanan ujung serta gesekan selimutnya.

Besaran mutlak yg diukur pada uji sondir yaitu perlawanan ujung yg di ambil

sebagai gaya penetrasi per satuan luas penampang ujung sondir (qc). Besarnya

gaya ini kerapkali tunjukkan identifikasi dari jenis tanah serta konsistensinya. Pada

tanah pasiran, tahanan ujung jauh lebih besar dari pada tanah butiran halus.

Apa hubungan dari kuat dukung tanah dengan data sondir ( qc ). Anda bisa lihat

hubuungan nilai tahanan konus ( qc ) pada konsistensi tanah, sebagai di bawah ini.

Untuk tanah yang amat lunak nilai qc 5 kg/cm2, lunak 5-10 kg/cm2, teguh 10-20

kg/cm2, kenyal 20-40 kg/cm2, amat kenyal 40-80 kg/cm2, keras 80-150 kg/cm2,

serta amat keras 150 kg/cm2.

Adapun keuntungan alat sondir yaitu :

1. Dapat dengan cepat menentukan lapisan tanah keras,

2. Dapat diperkirakan perbedaan lapisan,

3. Dengan rumus empiris hasilnya dapat digunakan untuk menghitung

daya dukung tiang.

4. Cukup baik untuk digunakan pada lapisan yang berbutir halus.

Sedangkan kekurangan alat sondir yaitu:

1. Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan keras yang

salah.

2. Tidak dapat mengetahui jenis tanah secara langsung.

3. Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja dengan baik maka hasil

yang diperoleh bisa meragukan.

Page 5: BAB I

Adapun kekurangan alat sondir yaitu :

1. Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan keras yang

salah.

2. Tidak dapat mengetahui jenis tanah secara langsung.

3. Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja dengan baik maka hasil

yang diperoleh bisa meragukan.

Namun apabila tanah yang akan dilakukan percobaan terdapat batu

besar, sehingga sondir tidak dapat digunakan maka alat yang digunakan

adalah alat yang bernama SPT (Standar Pnetrasi Test).

Langkah – langkah kerja menggunakan data sondir (Cone Penetrometer Test)

adalah sebagai berikut :

1) Kapasitas Dukung Ujung Tiang (QP)

Nottingham–Schmertmann (1975), mengajukan perhitungan daya dukung

ujung pondasi tiang menurut cara Begemann. Yaitu diambil dari nilai rata-rata

perlawanan ujung sondir 8D di atas ujung tiang dan 0.7D – 4D di bawah ujung

tiang, D adalah diameter tiang. Daya dukung ujung tiang dapat dihitung dengan

menggunakan formula sebagai berikut :

QP = Ap * qcujung

= Ap * { 0.5∗(qc1+qc 2 )+qc3

2 }

Note : Qp = Tahanan Ujung Tiang

Ap = Luas Penampang Ujung Tiang

qc1 = Harga conus rata-rata dihitung mulai dari ujung tiang

sampai 4D ke bawah.

= 1'+2'+3'+4 '+5'+…+n

JumlahSegmen

qc2 = Harga conus rata-rata minimal dihitung mulai dari

ujung tiang sampai 4D ke bawah.

Page 6: BAB I

= 1'+2'+3'+4 '+5'+…+n

JumlahSegmen

qc3 = Harga conus rata-rata minimal dihitung mulai dari

ujung tiang sampai 8D ke atas.

= 1'+2'+3'+4 '+5'+…+n

JumlahSegmen

2) Kapasitas Dukung Selimut Tiang (QS)

QS = QS1 + QS2

= { k x (Li / 8D) x Hp i x As} + { k x Hp i x As}

Note : k = Nilai k berdasrakan garfika pengaruh pada jenis tanah

yaitu :

* Tanah pasir, menggunakan grafik nilai Li/D dngan

garis begeman. Li/D = Li/60

* Tanah lempung, menggunakan grafik nilai Fs

dengan garis begeman

HP = JHPn – JHPn-1

Fs = HP / 20

Li/8D = Li / 60. Perhitungan ini berlaku pada kedalaman

8D. Pada kedalaman lebih besar dari 8D nilainya konstan

As = Keliling penampang tiang

3) Kapasitas Dukung Ultimete (QAll) dan Dukung Ijin Tiang (Qijin)

QAll = QP + QS

QIjin = QAll / SF

Note : QAll = Kapasitas dukung ultimate tiang

QIjin = Kapasitas dukung ijin tiang

SF = Faktor keamanan

Page 7: BAB I

QP = Kapasitas dukung unjung tiang

QS = Kapsitas dukung selimut tiang

B) SPT (STANDAR PENETRATION TEST)

Tidak diragukan lagi bahwa salah satu aspek terpenting dalam geoteknik adalah

penyelidikan tanah yang baik dan benar.Salah satu uji lapangan yang dapat dikatakan

hampir selalu dilakukan dalam setiap penyelidikan tanah di Indonesia adalah Uji

Penetrasi Standar (Standard Penetrotion Test) atau umum dikenal dengan nama SPT.

Tidak saja di Indonesia, SPT yang dikembangkan sejak 1927 ini juga dipakai secara

luas di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan uji SPT ini menggunakan peralatan yang

sederhana, mudah pengoperasiannya, mudah pemeliharaannya, dan relatif murah.Alat

dinamis yang berasal dari Amerika Serikat.“split spoon sampler” dimasukkan kedalam

tanah pada dasar lubang bor dgn memakai suatu beban penumbuk (drive weight)

seberat 140 pound (63 kg) yg dijatuhkan dari ketinggian 30 in (75cm).Jumlah pukulan

untuk memasukkan spoon 12 in (30 cm), disebut nilai N (N number or N

value).Umumnya hasil percobaan penetrasi statis seperti alat sondir lebih dapat

dipercaya daripada hasil percobaan dinamis seperti SPT

a. Kesukaran mereproduksi nilai ‘N’ SPT

Sejak thn 1956 uji spt distandarisaikan dalam ASTM D 1586 dengan judul

“Standard Method for Penetration Test and Spilt-Barrel Sampling of Soil”. Meskipun

demikian, ternyata uji yang relatif sederhana ini sulit untuk menghasilkan nilai ‘N’ yg

sama, sekalipun dilakukan pada jarak yang berdekatan. Dalam istilah teknisnya ‘sukar

direproduksi’. Kesulitan ini berakibat parameter nuilai N SPT yg diperoleh sukar

digunakan untuk perencanaan, terutama bila diperlukan perbandingan dgn nilai SPT

dari tempat lain dan korelasi dgn para meter tanah lain yg diperlukan untuk

perencanaan.

b. Faktor-fektor kesukaran mereproduksi nilai SPT (penelitian ahli)

1. Variasi dalam peralatan SPT yang digunakan.

2. Variasi tinggi jatuh yang tidak selalu 760 mm.

3. Gesekan yg terjadi antara palu penumbuk dgn batang pengarah yg digunakan.

Page 8: BAB I

4. Pemakaian mata tabung belah yg sudah aus, bengkok atau rusak.

5. Kegagalan menempatkan tabung belah pada dasar lubang bor yg tidak

terganggu.

6. Lubang bor yg tidak bersih

7. Muka air atau lumpur bor (drilling fluid) dalam lubang bor lebih rendah dari

MAT. Akibatnya dasar lubang bor dapat mengalami pelunakan atau membubur

(quick)

8. Ada krikil pada mata tabung belah SPT

9. Pengeboran yang tidak baik

10. Efek tekanan tanah (overburden pressure). Tanah dgn pedatan sama akan

memberikan nilai N yg lebih rendah bila berada dekat dengan permukaan

tanah.

c. Data SPT

Nilai N value yang diperoleh dengan percobaan standard Penetration Test dapat

dihubungkan secara impiris dengan beberapa sifat lain dari pada tanah yang

bersangkutan. Hasil dari SPT ini sebaiknya selalu dianggap sebagai perkiraan kasar

saja, bukan sebagai nilai-nilai yang teliti. Umumnya hasil percobaan penetrasi statis

seperti alat sondir lebih dapat dipercaya dari pada hasil percobaan dinamis SPT.

d. Pengeboran

Teknik pemboran yang baik merupakan salah satu prasyarat untuk

mendapatkan hasil uji SPT yang baik. Teknik pemboran yang umum digunakan adalah

teknik bor bilas (wash boring), teknik bor inti (core drilling) dan bor ulir (auger

boring). Peralatan yang digunakan pada masing-masing teknik pemboran harus mampu

menghasilkan lubang bor yang bersih untuk memastikan bahwa uji SPT dilakukan

pada tanah yang relatif tidak terganggu. Bila digunakan teknik bor bilas maka mata

bor yang digunakan harus mempunyai jalan air melalui samping mata bor dan bukan

melalui ujung mata bor. Apa bila air yang dipompakan melalui batang pancang kedasar

lubang keluar dari ujung mata bor maka aliran air dari ujung mata bor tersebut dapat

Page 9: BAB I

mengakibatkan terjadinya pelunakan\ganguan pada dasar lubang bor, yang pada

gilirannya akan menghasikkan nilai N yang lebih rendah dari pada yang seharusnya .

Walaupun sudah distandarisasi, ternyata kemudian bahwa uji yang relatif

sederhana ini sulit untuk menghasilkan nilai N yang sama, sekalipun dilakukan pada

jarak yang berdekatan. Dalam istilah teknisnya, uji SPT dikatakan sukar

direproduksi.Padahal reproduksi dan ketepatan hasil uji merupakan persyaratan penting

dalam segala macam metoda pengujian di lapangan.

Kesulitan mengakibatkan parameter nilai N SPT yang didapat sukar digunakan

untuk perencanaan, terutama bila diperlukan perbandingan dengan nilai SPT dari

tempat lain dan korelasi dengan parameter tanah lainnya yang diperlukan untuk

perencanaan.

Langkah – langkah kerja menggunakan data SPT (Standar Penetration Test)

adalah sebagai berikut :

1) Koreksi terhadap Muka Air Tanah (MAT)

Khusus untuk tanah pasir halus, pasir berlanau dan pasir berlempung yang

berada di bawah MAT.

Jika nilai N ≤ 15, maka nilai N1 = N

Jika nilai N > 15, maka nilai N1 diuji melalui 2 langkah perhitungan dan

selanjutnya diambil nilai terkecil.

N1.1 = 15 + 0,5 ( N -15)

N1.2 = 0,6 x N

Menghitung Nilai 2N1.

2) Koreksi terhadap Overburden Pressure dari tanah

N2 = 4 N 1

1+0,4 Po →Bila Po ≤ 7,5 ton/m2

N2 = 4 N 1

3,25+0,1 Po →Bila Po > 7,5 ton/m2

Setelah Perhitungan, Nilai N2 dicek:

Page 10: BAB I

Jika nilai N2 > 2N1, maka N2 = 2 N1

Jika nilai N2 ≤ 2N1, maka N2 = N2

Po = Σ ¿i x hi)

Σ Pi = Σ Pi sebelum + Po i

3) Menghitung nilai N rata-rata (N )

N = harga rata-rata N2, mulai dari 4D di bawah ujung tiang, sampai

8D di atas ujung tiang.

4) Kapasitas Dukung Ujung Tiang (QP)

QP = 40 x N x Ap

Note : QP = Kapasitas dukung ujung tiang

N = Nilai N rata-rata

Ap = Luas penampang ujung tiang

5) Kapasitas Dukung Selimut Tiang (QS)

Qs = ¿2 x As ↔ ( Jenis Tanah Lempung ).

Qs = ¿5 x As ↔ (Jenis Tanah Pasir )

Note : QS = Kapasitas dukung selimut tiang

Ni = Koreksi terhadap overburden preassure

As = Luas selimut tiang

6) Kapasitas Dukung Ultimete (QAll) dan Dukung Ijin Tiang (Qijin)

QAll = QP + QS

QIjin = QAll / SF

Note : QAll = Kapasitas dukung ultimate tiang

QIjin = Kapasitas dukung ijin tiang

SF = Faktor keamanan

Page 11: BAB I

QP = Kapasitas dukung unjung tiang

QS = Kapsitas dukung selimut tiang

b. Kapasitas daya dukung tiang tunggal berdasarkan data parameter tanah (di

laboratorium).

Analisis daya dukung tiang tunggal ada duan yaitu di lapangan dan di laboratorium.

2. Kapasitas Daya Dukung Tiang Kelompok

a. Pondasi tiang ® beberapa tiang disatukan dengan pur (“ pile cap”) Jumlah tiang ≥

3 tiang dalam 1 pur

b. Pur (pile cap)

Tugas pur yaitu :

menyatukan tiang

membagi beban ke tiang-tiang

Syarat pur :

kaku (dianggap kaku sempurna)

tebal & tulangan ® mampu mendukung gaya-gaya yang bekerja (tebal > 0.60

m)

c. Jarak antar tiang ≥ jarak minimum ® hemat pur

end bearing piles ® min. jarak 2-2.5D

friction piles ® min. jarak 3-3.5D

D = diameter/lebar tiang

d. Yang mempengaruhi jarak tiang

tiang dalam tanah plastis ® jika terlalu dekat ® mengganggu/menggeser tiang

di dekatnya

tiang mendukung momen ® perlu jarak lebih besar

friction piles ® gesekan/lekatan perlu jarak yang cukup

Page 12: BAB I

C. Jenis – Jenis Pondasi

Jenis-jenis pondasi terdiri dari :

1. Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)

Pondasi dangkal apabila perbandingan kedalaman (L) dengan lebar pondasi (B) lebih

kecil atau sama dengan 1, diaplikasikan tanah keras pada kedalaman 1 – 2 m. Yang

termasuk pondasi dangkal :

a. Spread Foundation ( pondasi telapak )

b. Strip Foundation (pondasi menerus)

c. Combined Foundation (kombinasi pondasi telapak dan pondasi menerus).

d. Mat Foundation (pondasi rakit).

2. Pondasi Dalam (Deep Foundation)

Yang termasuk pondasi dalam yaitu :

a. Pondasi Sumuran (Pier) dan Caison

Diaplikasikan pada tanah permukaan yang lembek dan tanah keras terletak pada

kedalaman > 2 – 10 m. Pondasi ini dapat menahan beban diatas 100 ton.

b. Pondasi Tiang

Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya

ortogonal ke sumbu tiang dengan memikul gaya vertikal, horizontal dan momen.

Pondasi tiang digunakan apabila bangunan yang akan didirikan diatas tanah yang

mempunyai daya dukung berada di bawah / sangat dalam.

Tiang (Pile) adalah bagian dari suatu bagian konstruksi pondasi yang berbentuk

batang langsing yang dipancang hingga tertanam dalam tanah dan berfungsi untuk

menyalurkan beban dari struktur atas melewati tanah lunak dan air kedalam

pendukung tanah yang keras yang terletak cukup dalam. Penyaluran beban oleh

tiang pancang ini dapat dilakukan melalui lekatan antara sisi tiang dengan tanah

Page 13: BAB I

tempat tiang dipancang (tahanan samping), dukungan tiang oleh ujung tiang (end

bearing).

Beberapa kondisi yang memerlukan pondasi tiang yaitu :

1) Apabila tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung

(bearing capacity), yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya,

atau apabila tanah keras yang mana mempunyai daya dukung yang cukup untuk

memikul berat bangunan dan bebannya letaknya sangat dalam.

2) Ketika menerima gaya-gaya horizontal, pondasi tiang dapat melawan tekuk

sementara menerima gaya-gaya vertikal yang datang dari struktur atasnya.

3) Pondasi untuk struktur-struktur seperti menara transmisi, konstruksi lepas

pantai, dan basement yang berada dibawah muka air tanah. Pondasi untuk jenis

struktur ini untuk menahan gaya angkat.

4) Abutment dan pier jembatan sering dibangun diatas pondasi tiang untuk

menghindari kemungkinan kehilangan daya dukung dari sebuah pondasi

dangkal yang bisa jadi disebabkan oleh erosi pada permukaan tanah.

Pondasi Tiang dibagi dalam kategori :

1) Tiang Baja

Tiang baja umumnya digunakan baik sebagai tiang pipa maupun sebagai baja

penampang H. tiang pipa dapat diserongkan ke dalam tanah dengan ujung

terbuka atau tertutup. Tiang baja juga bisa mengalami korosi. Sebagai contoh,

tanah-tanah rawa, gambut dan tanah organik lain bisa menyebabkan korosi.

Tanah-tanah yang mempunyai PH lebih besar dari 7 tidak terlalu korosif. Untuk

mempertimbangkan akibat korosi, saat tambahan ketebalan baja lebih dan luas

penampang rencana umumnya direkomendasikan.

Beban rencana yang diijinkan untuk tiang baja dapat dihitung dengan rumus :

Page 14: BAB I

Qall = As . σall

dimana : As = luas penampang baja

all = tegangan ijin baja

2) Tiang Beton

Tiang beton dapat dibagi kedalam dua kategori dasar :

a) Tiang Pracetak (Precast Piles)

Tiang pracetak dapat dibuat dengan menggunakan beton bertulang,

Penulangan diperlukan untuk memungkinkan tiang mampu melawan

momen lentur ketika pengangkatan, beban vertikal, dan momen lentur yang

diakibatkan oleh beban lateral. Tiang pracetak bisa juga terbuat dari kabel

prategang baja berkuatan tinggi (beton prategang).

b) Tiang Bor Dicor di Tempat (Cast-In-Situ-Piles)

Cor di tempat dengan terlebih dahulu menggali lubang di tanah dan

kemudian mengisinya dengan beton. Jenis tiang beton cor yaitu dengan

casing dan tanpa casing. Kedua jenis ini bisa memiliki pedestal pada ujung

bawahnya. Tiang dengan casing terbuat dari sebuah casing baja yang di

sorongkan ke dalam tanah dengan bantuan sebuah mandrel yang di

tempatkan di dalam casing. Apabila tiang telah mencapai kedalaman yang

di inginkan, mandrel ditarik dan casing kemudian diisi dengan beton.

Pedestal adalah beton yang dilebihkan pada ujung bawah tiang yang

menggelembung, ini bisa dilihat dengan menjatuhkan palu pada beton yang

masih segar.

Page 15: BAB I

c) Pondasi Tiang Kayu

Tiang kayu adalah batang pohon yang cabang-cabangnya telah dipangkas

dengan hati-hati. Panjang maksimum kebanyakan tiang kayu adalah 10-20

m.

Klasifikasi tiang kayu dalam 3 kategori :

Tiang kelas A (D ≤ 365 mm)

Tiang kelas B (D ≤ 305-330 mm)

Tiang kelas C (D ≤ 305 mm)

Daya dukung ijin tiang kayu dapat dihitung dengan rumus :

Qall = Ap . fw

dimana : Ap = luas penampang tiang rata-rata

fw = tegangan ijin kayu

d) Pondasi Pondasi Tiang Komposit

Yang dimaksud tiang komposit adalah tiang bagian atas dan bawah

memiliki beban yang berbeda.

D. Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk

menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah

penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu.

Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban

ke tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan

beton. Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, di bor atau di

dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan dengan Pile cap (poer). Tergantung

juga pada tipe tanah, material dan karakteistik penyebaran beban tiang pancang di

klasifikasikan berbeda-beda.

Page 16: BAB I

Seperti yang telah kita ketahui bahwa tiang pancang pada saat ini banyak

digunakan di Indonesia sebagai pondasi bangunan, seperti bangunan jembatan,

gedung bertingkat, pabrik atau gedung-gedung industri, menara, dermaga,

bangunan mesin-mesin berat dan lain sebagainya yang mana mereka tersebut

merupakan konstruksi-konstruksi yang memiliki dan menerima pembebanan yang

relatif berat. Penggunaan tiang pancang untuk konstruksi ini biasanya bertitik tolak

pada beberapa hal yang mendasar seperti anggapan adanya beban yang besar

sehingga pondasi langsung jelas tidak dapat digunakan, kemudian jenis tanah pada

lokasi yang bersangkutan relatif lunak (lembek) sehingga pondasi langsung tidak

ekonomis lagi untuk dipergunakan.

Pondasi tiang digolongkan berdasarkan kualitas bahan material dan cara

pelaksanaan. Menurut kualitas bahan material yang digunakan, tiang pancang

dibedakan menjadi empat yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang

pancang baja dan tiang pancang composite (kayu – beton dan baja – beton). Tiang

pancang beton berdasarkan cara pembuatannya dibedakan menjadi dua macam

yaitu cast in place (tiang beton cor ditempat atau fondasi tiang bor) dan precast

pile (tiang beton dibuat ditempat lain atau dibuat dipabrik).