BAB I
-
Upload
amex-pakan -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
description
Transcript of BAB I
BAB I
DASAR TEORI
A. Umum
Dalam setiap bangunan, diperlukan pondasi sebagai dasar bangunan yang kuat dan
kokoh. Hal ini disebabkan pondasi sebagai dasar bangunan harus mampu memikul seluruh
beban bangunan dan beban lainnya yang turut diperhitungkan, serta meneruskannya ke
dalam tanah sampai kelapisan atau kedalaman tertentu.
Dalam perencanaan pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam tipe
pondasi. Pemilihan tipe pondasi ini didasarkan atas :
1. Fungsi bangunan atas (super structure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut.
2. Besarnya beban yang diteruskan oleh pondasi ke dalam tanah tidak melampaui daya
dukung tanah agar pondasi tetap stabil.
3. Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan, terutama daerah bawah
pondasi.
4. Studi yang lebih terperinci dan perencanaan awal tentang pondasi yang paling sesuai.
Hal ini untuk memperkirakan penurunan.
5. Biaya dari masing-masing pondasi dan memilih bentuk yang dapat diterima sesuai
keadaan pelaksanaan dan biaya.
B. Kapasitas Dukung Tiang
Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :
Tiang dukung ujung (end bearing pile).
Tiang dukung ujung adalah tiang yang kapasitas dukungnya ditentukan oleh tahanan
ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zone tanah yang lunak yang
berada di atas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan dasar atau
lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang diperkirakan tidak
mengakibatkan penurunan berlebihan.
Tiang gesek (friction pile).
Tiang gesek adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan oleh perlawanan
gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya.
Secara umum persamaan daya dukung tiang yaitu Qall = QP + QS
Dimana : Qall = Tahanan Ultimit Tiang
QP = Tahanan ujung tiang (end bearing)
QS = Tahanan selimut tiang (skin friction)
1. Kapasitas Daya Dukung Tiang Tunggal
a. Kapasitas daya dukung tiang tunggal berdasarkan data uji lapangan
Kapasitas daya dukung tiang tunggal di lapangan menggunakan metode
Nottingham & Schmertman.
A) SONDIR (CONE PENETROMETER TEST)
Sondir
Sondir yaitu alat berupa silindris dengan ujungnya berbentuk konus. Sondir ada
dua jenis, yang pertama yaitu sondir ringan, dengan kapasitas 0-250 kg/cm² serta
yang ke-2 yaitu sondir berat dengan kapasitas 0-600 kg/cm². Type tanah yang pas
disondir dengan alat ini yaitu tanah yang sedikit memiliki kandungan batu.
Didalam uji sondir, stang alat ini ditekan ke dalam tanah serta perlawanan tanah
pada ujung sondir ( tahanan ujung ) ,gesekan pada silimur silinder diukur. Alat ini
sudah lama di indonesia serta sudah dipakai nyaris pada tiap-tiap penyelidikan
tanah pada pekerjaan tehnik sipil dikarenakan relatif gampang penggunaannya,
cepat serta sangat ekonomis.
Sebenarnya alat uji sondir ini adalah representase atau jenis dari pondasi tiang
dalam skala kecil. Tehnik pendugan lokasi atau kedalaman tanah keras dengan satu
batang sudah lama dipraktekan sejak zaman dulu. Versi semula dari tehnik
pendugaan ini sudah dikembangkan di swedia pada th. 1917 oleh swedish state
railways serta oleh danish railways th. 1927. Dikarenakan situasi tanah lembek
serta banyaknya pemakaian pondasi tiang, pada th. 1934 orang-orang belanda
memperkenalkan alat sondir sebagaimana yang kita kenal saat ini ( barentseen,
1936 ).
Metode ini lantas dikenal dengan beragam nama, seperti: static penetration test
atau quassi static penetration test, duch cone test. Di indonesia lantas diberi nama
sondir yang di ambil dari bahasa belanda.
Uji sondir sekarang ini adalah di antara uji lapangan yang sudah di terima oleh
beberapa praktisi serta ahli geoteknik. Uji sondir ini sudah tunjukkan manfaat
untuk pendugaan profil atau pelapisan ( stratifikasi ) tanah pada kedalaman
dikarenakan type tingkah laku tanah sudah bisa diindentifikasi dari gabungan hasil
pembacaan tahanan ujung serta gesekan selimutnya.
Besaran mutlak yg diukur pada uji sondir yaitu perlawanan ujung yg di ambil
sebagai gaya penetrasi per satuan luas penampang ujung sondir (qc). Besarnya
gaya ini kerapkali tunjukkan identifikasi dari jenis tanah serta konsistensinya. Pada
tanah pasiran, tahanan ujung jauh lebih besar dari pada tanah butiran halus.
Apa hubungan dari kuat dukung tanah dengan data sondir ( qc ). Anda bisa lihat
hubuungan nilai tahanan konus ( qc ) pada konsistensi tanah, sebagai di bawah ini.
Untuk tanah yang amat lunak nilai qc 5 kg/cm2, lunak 5-10 kg/cm2, teguh 10-20
kg/cm2, kenyal 20-40 kg/cm2, amat kenyal 40-80 kg/cm2, keras 80-150 kg/cm2,
serta amat keras 150 kg/cm2.
Adapun keuntungan alat sondir yaitu :
1. Dapat dengan cepat menentukan lapisan tanah keras,
2. Dapat diperkirakan perbedaan lapisan,
3. Dengan rumus empiris hasilnya dapat digunakan untuk menghitung
daya dukung tiang.
4. Cukup baik untuk digunakan pada lapisan yang berbutir halus.
Sedangkan kekurangan alat sondir yaitu:
1. Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan keras yang
salah.
2. Tidak dapat mengetahui jenis tanah secara langsung.
3. Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja dengan baik maka hasil
yang diperoleh bisa meragukan.
Adapun kekurangan alat sondir yaitu :
1. Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan keras yang
salah.
2. Tidak dapat mengetahui jenis tanah secara langsung.
3. Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja dengan baik maka hasil
yang diperoleh bisa meragukan.
Namun apabila tanah yang akan dilakukan percobaan terdapat batu
besar, sehingga sondir tidak dapat digunakan maka alat yang digunakan
adalah alat yang bernama SPT (Standar Pnetrasi Test).
Langkah – langkah kerja menggunakan data sondir (Cone Penetrometer Test)
adalah sebagai berikut :
1) Kapasitas Dukung Ujung Tiang (QP)
Nottingham–Schmertmann (1975), mengajukan perhitungan daya dukung
ujung pondasi tiang menurut cara Begemann. Yaitu diambil dari nilai rata-rata
perlawanan ujung sondir 8D di atas ujung tiang dan 0.7D – 4D di bawah ujung
tiang, D adalah diameter tiang. Daya dukung ujung tiang dapat dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut :
QP = Ap * qcujung
= Ap * { 0.5∗(qc1+qc 2 )+qc3
2 }
Note : Qp = Tahanan Ujung Tiang
Ap = Luas Penampang Ujung Tiang
qc1 = Harga conus rata-rata dihitung mulai dari ujung tiang
sampai 4D ke bawah.
= 1'+2'+3'+4 '+5'+…+n
JumlahSegmen
qc2 = Harga conus rata-rata minimal dihitung mulai dari
ujung tiang sampai 4D ke bawah.
= 1'+2'+3'+4 '+5'+…+n
JumlahSegmen
qc3 = Harga conus rata-rata minimal dihitung mulai dari
ujung tiang sampai 8D ke atas.
= 1'+2'+3'+4 '+5'+…+n
JumlahSegmen
2) Kapasitas Dukung Selimut Tiang (QS)
QS = QS1 + QS2
= { k x (Li / 8D) x Hp i x As} + { k x Hp i x As}
Note : k = Nilai k berdasrakan garfika pengaruh pada jenis tanah
yaitu :
* Tanah pasir, menggunakan grafik nilai Li/D dngan
garis begeman. Li/D = Li/60
* Tanah lempung, menggunakan grafik nilai Fs
dengan garis begeman
HP = JHPn – JHPn-1
Fs = HP / 20
Li/8D = Li / 60. Perhitungan ini berlaku pada kedalaman
8D. Pada kedalaman lebih besar dari 8D nilainya konstan
As = Keliling penampang tiang
3) Kapasitas Dukung Ultimete (QAll) dan Dukung Ijin Tiang (Qijin)
QAll = QP + QS
QIjin = QAll / SF
Note : QAll = Kapasitas dukung ultimate tiang
QIjin = Kapasitas dukung ijin tiang
SF = Faktor keamanan
QP = Kapasitas dukung unjung tiang
QS = Kapsitas dukung selimut tiang
B) SPT (STANDAR PENETRATION TEST)
Tidak diragukan lagi bahwa salah satu aspek terpenting dalam geoteknik adalah
penyelidikan tanah yang baik dan benar.Salah satu uji lapangan yang dapat dikatakan
hampir selalu dilakukan dalam setiap penyelidikan tanah di Indonesia adalah Uji
Penetrasi Standar (Standard Penetrotion Test) atau umum dikenal dengan nama SPT.
Tidak saja di Indonesia, SPT yang dikembangkan sejak 1927 ini juga dipakai secara
luas di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan uji SPT ini menggunakan peralatan yang
sederhana, mudah pengoperasiannya, mudah pemeliharaannya, dan relatif murah.Alat
dinamis yang berasal dari Amerika Serikat.“split spoon sampler” dimasukkan kedalam
tanah pada dasar lubang bor dgn memakai suatu beban penumbuk (drive weight)
seberat 140 pound (63 kg) yg dijatuhkan dari ketinggian 30 in (75cm).Jumlah pukulan
untuk memasukkan spoon 12 in (30 cm), disebut nilai N (N number or N
value).Umumnya hasil percobaan penetrasi statis seperti alat sondir lebih dapat
dipercaya daripada hasil percobaan dinamis seperti SPT
a. Kesukaran mereproduksi nilai ‘N’ SPT
Sejak thn 1956 uji spt distandarisaikan dalam ASTM D 1586 dengan judul
“Standard Method for Penetration Test and Spilt-Barrel Sampling of Soil”. Meskipun
demikian, ternyata uji yang relatif sederhana ini sulit untuk menghasilkan nilai ‘N’ yg
sama, sekalipun dilakukan pada jarak yang berdekatan. Dalam istilah teknisnya ‘sukar
direproduksi’. Kesulitan ini berakibat parameter nuilai N SPT yg diperoleh sukar
digunakan untuk perencanaan, terutama bila diperlukan perbandingan dgn nilai SPT
dari tempat lain dan korelasi dgn para meter tanah lain yg diperlukan untuk
perencanaan.
b. Faktor-fektor kesukaran mereproduksi nilai SPT (penelitian ahli)
1. Variasi dalam peralatan SPT yang digunakan.
2. Variasi tinggi jatuh yang tidak selalu 760 mm.
3. Gesekan yg terjadi antara palu penumbuk dgn batang pengarah yg digunakan.
4. Pemakaian mata tabung belah yg sudah aus, bengkok atau rusak.
5. Kegagalan menempatkan tabung belah pada dasar lubang bor yg tidak
terganggu.
6. Lubang bor yg tidak bersih
7. Muka air atau lumpur bor (drilling fluid) dalam lubang bor lebih rendah dari
MAT. Akibatnya dasar lubang bor dapat mengalami pelunakan atau membubur
(quick)
8. Ada krikil pada mata tabung belah SPT
9. Pengeboran yang tidak baik
10. Efek tekanan tanah (overburden pressure). Tanah dgn pedatan sama akan
memberikan nilai N yg lebih rendah bila berada dekat dengan permukaan
tanah.
c. Data SPT
Nilai N value yang diperoleh dengan percobaan standard Penetration Test dapat
dihubungkan secara impiris dengan beberapa sifat lain dari pada tanah yang
bersangkutan. Hasil dari SPT ini sebaiknya selalu dianggap sebagai perkiraan kasar
saja, bukan sebagai nilai-nilai yang teliti. Umumnya hasil percobaan penetrasi statis
seperti alat sondir lebih dapat dipercaya dari pada hasil percobaan dinamis SPT.
d. Pengeboran
Teknik pemboran yang baik merupakan salah satu prasyarat untuk
mendapatkan hasil uji SPT yang baik. Teknik pemboran yang umum digunakan adalah
teknik bor bilas (wash boring), teknik bor inti (core drilling) dan bor ulir (auger
boring). Peralatan yang digunakan pada masing-masing teknik pemboran harus mampu
menghasilkan lubang bor yang bersih untuk memastikan bahwa uji SPT dilakukan
pada tanah yang relatif tidak terganggu. Bila digunakan teknik bor bilas maka mata
bor yang digunakan harus mempunyai jalan air melalui samping mata bor dan bukan
melalui ujung mata bor. Apa bila air yang dipompakan melalui batang pancang kedasar
lubang keluar dari ujung mata bor maka aliran air dari ujung mata bor tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya pelunakan\ganguan pada dasar lubang bor, yang pada
gilirannya akan menghasikkan nilai N yang lebih rendah dari pada yang seharusnya .
Walaupun sudah distandarisasi, ternyata kemudian bahwa uji yang relatif
sederhana ini sulit untuk menghasilkan nilai N yang sama, sekalipun dilakukan pada
jarak yang berdekatan. Dalam istilah teknisnya, uji SPT dikatakan sukar
direproduksi.Padahal reproduksi dan ketepatan hasil uji merupakan persyaratan penting
dalam segala macam metoda pengujian di lapangan.
Kesulitan mengakibatkan parameter nilai N SPT yang didapat sukar digunakan
untuk perencanaan, terutama bila diperlukan perbandingan dengan nilai SPT dari
tempat lain dan korelasi dengan parameter tanah lainnya yang diperlukan untuk
perencanaan.
Langkah – langkah kerja menggunakan data SPT (Standar Penetration Test)
adalah sebagai berikut :
1) Koreksi terhadap Muka Air Tanah (MAT)
Khusus untuk tanah pasir halus, pasir berlanau dan pasir berlempung yang
berada di bawah MAT.
Jika nilai N ≤ 15, maka nilai N1 = N
Jika nilai N > 15, maka nilai N1 diuji melalui 2 langkah perhitungan dan
selanjutnya diambil nilai terkecil.
N1.1 = 15 + 0,5 ( N -15)
N1.2 = 0,6 x N
Menghitung Nilai 2N1.
2) Koreksi terhadap Overburden Pressure dari tanah
N2 = 4 N 1
1+0,4 Po →Bila Po ≤ 7,5 ton/m2
N2 = 4 N 1
3,25+0,1 Po →Bila Po > 7,5 ton/m2
Setelah Perhitungan, Nilai N2 dicek:
Jika nilai N2 > 2N1, maka N2 = 2 N1
Jika nilai N2 ≤ 2N1, maka N2 = N2
Po = Σ ¿i x hi)
Σ Pi = Σ Pi sebelum + Po i
3) Menghitung nilai N rata-rata (N )
N = harga rata-rata N2, mulai dari 4D di bawah ujung tiang, sampai
8D di atas ujung tiang.
4) Kapasitas Dukung Ujung Tiang (QP)
QP = 40 x N x Ap
Note : QP = Kapasitas dukung ujung tiang
N = Nilai N rata-rata
Ap = Luas penampang ujung tiang
5) Kapasitas Dukung Selimut Tiang (QS)
Qs = ¿2 x As ↔ ( Jenis Tanah Lempung ).
Qs = ¿5 x As ↔ (Jenis Tanah Pasir )
Note : QS = Kapasitas dukung selimut tiang
Ni = Koreksi terhadap overburden preassure
As = Luas selimut tiang
6) Kapasitas Dukung Ultimete (QAll) dan Dukung Ijin Tiang (Qijin)
QAll = QP + QS
QIjin = QAll / SF
Note : QAll = Kapasitas dukung ultimate tiang
QIjin = Kapasitas dukung ijin tiang
SF = Faktor keamanan
QP = Kapasitas dukung unjung tiang
QS = Kapsitas dukung selimut tiang
b. Kapasitas daya dukung tiang tunggal berdasarkan data parameter tanah (di
laboratorium).
Analisis daya dukung tiang tunggal ada duan yaitu di lapangan dan di laboratorium.
2. Kapasitas Daya Dukung Tiang Kelompok
a. Pondasi tiang ® beberapa tiang disatukan dengan pur (“ pile cap”) Jumlah tiang ≥
3 tiang dalam 1 pur
b. Pur (pile cap)
Tugas pur yaitu :
menyatukan tiang
membagi beban ke tiang-tiang
Syarat pur :
kaku (dianggap kaku sempurna)
tebal & tulangan ® mampu mendukung gaya-gaya yang bekerja (tebal > 0.60
m)
c. Jarak antar tiang ≥ jarak minimum ® hemat pur
end bearing piles ® min. jarak 2-2.5D
friction piles ® min. jarak 3-3.5D
D = diameter/lebar tiang
d. Yang mempengaruhi jarak tiang
tiang dalam tanah plastis ® jika terlalu dekat ® mengganggu/menggeser tiang
di dekatnya
tiang mendukung momen ® perlu jarak lebih besar
friction piles ® gesekan/lekatan perlu jarak yang cukup
C. Jenis – Jenis Pondasi
Jenis-jenis pondasi terdiri dari :
1. Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)
Pondasi dangkal apabila perbandingan kedalaman (L) dengan lebar pondasi (B) lebih
kecil atau sama dengan 1, diaplikasikan tanah keras pada kedalaman 1 – 2 m. Yang
termasuk pondasi dangkal :
a. Spread Foundation ( pondasi telapak )
b. Strip Foundation (pondasi menerus)
c. Combined Foundation (kombinasi pondasi telapak dan pondasi menerus).
d. Mat Foundation (pondasi rakit).
2. Pondasi Dalam (Deep Foundation)
Yang termasuk pondasi dalam yaitu :
a. Pondasi Sumuran (Pier) dan Caison
Diaplikasikan pada tanah permukaan yang lembek dan tanah keras terletak pada
kedalaman > 2 – 10 m. Pondasi ini dapat menahan beban diatas 100 ton.
b. Pondasi Tiang
Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya
ortogonal ke sumbu tiang dengan memikul gaya vertikal, horizontal dan momen.
Pondasi tiang digunakan apabila bangunan yang akan didirikan diatas tanah yang
mempunyai daya dukung berada di bawah / sangat dalam.
Tiang (Pile) adalah bagian dari suatu bagian konstruksi pondasi yang berbentuk
batang langsing yang dipancang hingga tertanam dalam tanah dan berfungsi untuk
menyalurkan beban dari struktur atas melewati tanah lunak dan air kedalam
pendukung tanah yang keras yang terletak cukup dalam. Penyaluran beban oleh
tiang pancang ini dapat dilakukan melalui lekatan antara sisi tiang dengan tanah
tempat tiang dipancang (tahanan samping), dukungan tiang oleh ujung tiang (end
bearing).
Beberapa kondisi yang memerlukan pondasi tiang yaitu :
1) Apabila tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung
(bearing capacity), yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya,
atau apabila tanah keras yang mana mempunyai daya dukung yang cukup untuk
memikul berat bangunan dan bebannya letaknya sangat dalam.
2) Ketika menerima gaya-gaya horizontal, pondasi tiang dapat melawan tekuk
sementara menerima gaya-gaya vertikal yang datang dari struktur atasnya.
3) Pondasi untuk struktur-struktur seperti menara transmisi, konstruksi lepas
pantai, dan basement yang berada dibawah muka air tanah. Pondasi untuk jenis
struktur ini untuk menahan gaya angkat.
4) Abutment dan pier jembatan sering dibangun diatas pondasi tiang untuk
menghindari kemungkinan kehilangan daya dukung dari sebuah pondasi
dangkal yang bisa jadi disebabkan oleh erosi pada permukaan tanah.
Pondasi Tiang dibagi dalam kategori :
1) Tiang Baja
Tiang baja umumnya digunakan baik sebagai tiang pipa maupun sebagai baja
penampang H. tiang pipa dapat diserongkan ke dalam tanah dengan ujung
terbuka atau tertutup. Tiang baja juga bisa mengalami korosi. Sebagai contoh,
tanah-tanah rawa, gambut dan tanah organik lain bisa menyebabkan korosi.
Tanah-tanah yang mempunyai PH lebih besar dari 7 tidak terlalu korosif. Untuk
mempertimbangkan akibat korosi, saat tambahan ketebalan baja lebih dan luas
penampang rencana umumnya direkomendasikan.
Beban rencana yang diijinkan untuk tiang baja dapat dihitung dengan rumus :
Qall = As . σall
dimana : As = luas penampang baja
all = tegangan ijin baja
2) Tiang Beton
Tiang beton dapat dibagi kedalam dua kategori dasar :
a) Tiang Pracetak (Precast Piles)
Tiang pracetak dapat dibuat dengan menggunakan beton bertulang,
Penulangan diperlukan untuk memungkinkan tiang mampu melawan
momen lentur ketika pengangkatan, beban vertikal, dan momen lentur yang
diakibatkan oleh beban lateral. Tiang pracetak bisa juga terbuat dari kabel
prategang baja berkuatan tinggi (beton prategang).
b) Tiang Bor Dicor di Tempat (Cast-In-Situ-Piles)
Cor di tempat dengan terlebih dahulu menggali lubang di tanah dan
kemudian mengisinya dengan beton. Jenis tiang beton cor yaitu dengan
casing dan tanpa casing. Kedua jenis ini bisa memiliki pedestal pada ujung
bawahnya. Tiang dengan casing terbuat dari sebuah casing baja yang di
sorongkan ke dalam tanah dengan bantuan sebuah mandrel yang di
tempatkan di dalam casing. Apabila tiang telah mencapai kedalaman yang
di inginkan, mandrel ditarik dan casing kemudian diisi dengan beton.
Pedestal adalah beton yang dilebihkan pada ujung bawah tiang yang
menggelembung, ini bisa dilihat dengan menjatuhkan palu pada beton yang
masih segar.
c) Pondasi Tiang Kayu
Tiang kayu adalah batang pohon yang cabang-cabangnya telah dipangkas
dengan hati-hati. Panjang maksimum kebanyakan tiang kayu adalah 10-20
m.
Klasifikasi tiang kayu dalam 3 kategori :
Tiang kelas A (D ≤ 365 mm)
Tiang kelas B (D ≤ 305-330 mm)
Tiang kelas C (D ≤ 305 mm)
Daya dukung ijin tiang kayu dapat dihitung dengan rumus :
Qall = Ap . fw
dimana : Ap = luas penampang tiang rata-rata
fw = tegangan ijin kayu
d) Pondasi Pondasi Tiang Komposit
Yang dimaksud tiang komposit adalah tiang bagian atas dan bawah
memiliki beban yang berbeda.
D. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk
menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah
penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu.
Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban
ke tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan
beton. Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, di bor atau di
dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan dengan Pile cap (poer). Tergantung
juga pada tipe tanah, material dan karakteistik penyebaran beban tiang pancang di
klasifikasikan berbeda-beda.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa tiang pancang pada saat ini banyak
digunakan di Indonesia sebagai pondasi bangunan, seperti bangunan jembatan,
gedung bertingkat, pabrik atau gedung-gedung industri, menara, dermaga,
bangunan mesin-mesin berat dan lain sebagainya yang mana mereka tersebut
merupakan konstruksi-konstruksi yang memiliki dan menerima pembebanan yang
relatif berat. Penggunaan tiang pancang untuk konstruksi ini biasanya bertitik tolak
pada beberapa hal yang mendasar seperti anggapan adanya beban yang besar
sehingga pondasi langsung jelas tidak dapat digunakan, kemudian jenis tanah pada
lokasi yang bersangkutan relatif lunak (lembek) sehingga pondasi langsung tidak
ekonomis lagi untuk dipergunakan.
Pondasi tiang digolongkan berdasarkan kualitas bahan material dan cara
pelaksanaan. Menurut kualitas bahan material yang digunakan, tiang pancang
dibedakan menjadi empat yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang
pancang baja dan tiang pancang composite (kayu – beton dan baja – beton). Tiang
pancang beton berdasarkan cara pembuatannya dibedakan menjadi dua macam
yaitu cast in place (tiang beton cor ditempat atau fondasi tiang bor) dan precast
pile (tiang beton dibuat ditempat lain atau dibuat dipabrik).