BAB I

55
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Vertigo berasal dari istilah latin yaitu vertere yang berarti berputar dan igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari ‘dizziness’ yang secara definitif merupakan ilusi gerakan, dan yang paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap lingkungan atau sebaliknya, lingkungan sekitar dirasakan berputar. Vertigo tidak selalu sama dengan “dizziness” . Dizziness adalah suatu istilah non spesifik yag dapat dikategorikan kedalam 4 subtipe tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien. Terdapat empat tipe dizziness yaitu vertigo, lightheadedness, presyncope, disequilibrium. Vertigo terjadi pada sekitar 32% kasus dan sampai dengan 56,4% pada populasi orang tua. Sementara itu, angka kejadian pada anak-anak tidak diketahui,tetpai dari studi yang lebih baru pada anak sekolah di Skotlandia, dilaporkan sekitar 15% anak paling tidak pernah merasakan sekali serangan pusing dalam periode satu tahun. Sebagian besar 1

description

PM

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Vertigo berasal dari istilah latin yaitu vertere yang berarti berputar dan

igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari ‘dizziness’ yang

secara definitif merupakan ilusi gerakan, dan yang paling sering adalah

perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap lingkungan atau

sebaliknya, lingkungan sekitar dirasakan berputar.

Vertigo tidak selalu sama dengan “dizziness” . Dizziness adalah suatu

istilah non spesifik yag dapat dikategorikan kedalam 4 subtipe tergantung

gejala yang digambarkan oleh pasien. Terdapat empat tipe dizziness yaitu

vertigo, lightheadedness, presyncope, disequilibrium.

Vertigo terjadi pada sekitar 32% kasus dan sampai dengan 56,4%

pada populasi orang tua. Sementara itu, angka kejadian pada anak-anak tidak

diketahui,tetpai dari studi yang lebih baru pada anak sekolah di Skotlandia,

dilaporkan sekitar 15% anak paling tidak pernah merasakan sekali serangan

pusing dalam periode satu tahun. Sebagian besar (hampir 50%) mengalami

yang disebut sebagai “paroxysmal vertigo” yang ditandai dengan gejala-

gejala migraine (pucat, mual, fonofobia, dan fotofobia)

Menurut Widiantoro (2010) angka kejadian vertigo di Indonesia

sangat tinggi sekitar 50% dari orang tua yang berumur 75 tahun. Tahun 2010

sejumlah 50% dari usia 50-40 tahun mengalami vertigo dan juga merupakan

keluhan nomor tiga yang paling sering dikemukakan oleh penderta yang

datang ke praktek umum. Pada umumnya vertigo ditemukan 4-7% dari

keseluruhan populasi dan hanya 15% yang diperiksakan ke dokter.

Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang sering disebut silent

killer karena pada umumnya pasien tidak mengetahui bahwa mereka

1

Page 2: BAB I

menderita penyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.

Selain itu penderita hipertensi umumnya tidak mengalami suatu tanda atau

gejala sebelum terjadi komplikasi. (Chobanian,dkk.,2004)

Penderita hipertensi di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 77,9 juta

atau 1 dari 3 penduduk pada tahun 2010. Prevalensi hipertensi pada tahun

2030 diperkirakan meningkat 7,2% dari estimasi tahun 2010. Data tahun

2007-2010 menunjukkan bahwa sebanyak 81,5% pasien menyadari bahwa

mereka menderita hipertensi, 74,9% menerima pengobatan dengan 52,5%

pasien yang tekanan darahnya terkontrol (Tekanan darah sistolik <140 mmHg

dan diastolic <90 mmHg) dan 47,5% pasien yang tekanan darahnya tidak

terkontrol. Persentase pria yang menderita hipertensi lebih tinggi

dibandingkan wanita hingga usia 45 tahun dan 45-64 tahun persentasenya

sama, kemudian mulai dari 64 tahun ke atas, persentase wanita lebih tinggi

dibandingkan pria. (Go dkk, 2014)

Hipertensi merupakan salah satu factor resiko terbesar penyebab

morbiditas dan mortalitas pada penyakit kardiovaskular (Kearney dkk.,

2005). Sejak tahun 1999 hingga 2009, angka kematian akibat hipertensi

meningkat sebanyak 17,1% (Go dkk., 2014) dengan angka kematian akibat

komplikasi hipertensi mencapai 9,4 juta per tahunnya (WHO, 2013).

Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan infark miokard, stroke, gagal

ginjal, dan kematian jika tidak dideteksi secara dini dan ditangani dengan

tepat (James dkk., 2014). Sekitar 69% pasien serangan jantung, 77% pasien

stroke, dan 74% pasien congestive heart failure (CHF) menderita hipertensi

dengan tekanan darah >140/90 mmHg (Go dkk., 2014). Hipertensi

menyebabkan kematian pada 45% penderita penyakit jantung dan 51%

kematian pada penderita penyakit stroke pada tahun 2008 (WHO, 2013).

Selain itu, hipertensi juga menelan biaya yang tidak sedikit dengan

biaya langsung dan tidak langsung yang dihabiskan pada tahun 2010

sebesar $46,4 milyar (Go dkk., 2014).

2

Page 3: BAB I

3

Page 4: BAB I

Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2013,

tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau riwayat minum

obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar

kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau

pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2013b). Profil data kesehatan

Indonesia tahun 2011 menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah

satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit

pada tahun 2010, dengan proporsi kasus 42,38% pria dan 57,62% wanita,

serta 4,8% pasien meninggal dunia (Kemenkes RI, 2012).

Hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya pada rumah sakit

di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan penyebab kematian tertinggi

(Dinkes DIY, 2013). Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 menempatkan

D.I Yogyakarta sebagai urutan ketiga jumlah kasus hipertensi di Indonesia

berdasarkan diagnosis dan/atau riwayat minum obat. Hal ini mengalami

kenaikan jika dibandingkan dari hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2007,

dimana D.I Yogyakarta menempati urutan kesepuluh dalam jumlah kasus

hipertensi berdasarkan diagnosis dan/atau riwayat minum obat (Kemenkes

RI, 2013b).

4

Page 5: BAB I

Seiring dengan peningkatan kasus hipertensi dan komplikasi yang

dapat terjadi jika hipertensi tidak ditangani dengan tepat, maka penggunaan

obat yang rasional pada pasien hipertensi merupakan salah satu elemen

penting dalam tercapainya kualitas kesehatan serta perawatan medis bagi

pasien sesuai standar yang diharapkan. Penggunaan obat secara tidak

rasional dapat menyebabkan timbulnya reaksi obat yang tidak diinginkan,

memperparah penyakit, hingga kematian. Selain itu biaya yang dikeluarkan

menjadi sangat tinggi (WHO, 2004).

B. PROFIL PUSKESMAS

Puskesmas Wirobrajan adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan

di wilayah kerja Kecamatan Wirobrajan. Unit pelaksanaan teknis dinas

kesehatan adalah unit yang melaksanakan tugas teknis operasional di wilayah

kerja puskesmas sebagai unit pelaksana tingkat pertama pembangunan

kesehatan di Indonesia.

Di Kecamatan Wirobrajan terdapat satu puskesmas induk yaitu

Puskesmas Wirobrajan dengan Puskesmas Pembantu Tegalmulyo. Puskesmas

Wirobrajan terletak di kota Yogyakarta dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut: sebelah utara adalah Kecamatan Tegalrejo, sebelah timur adalah

Kecamata Ngampilan dan Kecamatan Matrijeron, sebelah selatan dan barat

adalah Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.

Luas wilayah Kecamatan Wirobrajan adalah 1,78 km2 dengan

pembagian kelurahan menjadi tiga kelurahan yang terdiri dari: Kelurahan

Pakuncen yang terletak di bagian utara dengan 58 RT dan 12 RW, Kelurahan

Wirobrajan terletak di bagian tengah dengan 56 RT dan 12 RW, Kelurahan

Patang puluhan terletak di bagian selatah dengan 51 RT dan 10 RW.

Jumlah penduduk Kecamatan Wirobrajan adalah 28.152 jiwa

dengan jumlah kepala keluarga 8.592 dan terdiri dari 165 RT, 34 RW, serta

36 posyandu. Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan yang

5

Page 6: BAB I

mengacu pada Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Standar Pelayanan Medik

seperti derajat kesehatan, keadaan lingkungan, perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS), pelayanan kesehatan, dan perbaikan gizi masyarakat.

Puskesmas Wirobrajan belum dilengkapi dengan fasilitas rawat inap

namun sudah terdapat fasilitas ambulans dan Instalasi Gawat Darurat (IGD)

yang pada saat jam kerja dapat digunakan. Kegiatan pelayanan umum

meliputi balai pengobatan umum (BPU), balai pengobatan gigi (BPG), balai

kesehatan ibu dan anak/ keluarga berencana (BKIA/ KB), unit farmasi, unit

kesehatan sekolah (UKS), konseling gizi, kesehatan lingkungan, promosi

kesehatan dan poli lanjut usia (lansia), konseling PHBS, konseling psikologi,

dan konseling berhenti merokok.

Tabel 1. Rekapitulasi 10 Besar Diagnosis Pasien Puskesmas

Periode 1 – 30 November 2014

NO.

KODE DIAGNOSIS

NAMA JUMLAH

1 I10 Hipertensi Primer 456

2 J00 Nasopharingitis Akut (common cold) 222

3 E11 Type 2: Non insulin dependen DM 290

4 M13 Arthritis tdk spesifik 72

5 M25.5 Arthralgia 80

6 J02 Pharingitis 44

7 K30 Dyspepsia 62

8 J06.9 Ispa, infeksi saluran pernafasan atas 40

9 H81.4 Vertigo of central origin 58

10 R42 Pusing kepala dan kepeningan 101

6

Page 7: BAB I

11 R50 Demam yang sebabnya tak diketahui 75

12 M79.1 Myalgia 60

13 K29 Gastritis 59

14 M19.9 Osteoartritis/OA 55

15 K00.6 Disturbances in tooth eruption 54

16 K04.6 Periapical abscess with sinus 49

17 M54.5 Low back pain 44

18 J06.9 Diare dan Gastroentritis non spesifik 43

19 Z34 Pengawasan kehamilan normal 38

20 E78Gangguan metabolisme lipoprotein dan lipidal urin lain

37

Sumber : Puskesmas Wirobrajan (Diunduh pada 1 september 2014)

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah

yang dapat dirumuskan adalah :

a. Bagaimana perbedaan dari keempat subtype “dizziness”?

b. Bagaimana cara menentukan diagnostic holistic pada pasien ini?

c. Bagaimana melakukan manajemen komprehensif pada pasien ini ?

D. TUJUAN PENULISAN

7

Page 8: BAB I

a. Presentasi Kasus ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat

mengikuti ujian kepaniteraan klinik program pendidikan profesi di

bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu

KesehatanUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta.

b. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan suatu

gambaran, penjelasan yang lebih mendalam mengenai penyakit

vertigo dan hipertensi. Diharapkan masyarakat dapat melakukan

pencegahan dan pengobatan dini dengan cara yang tepat.

c. Untuk memberikan informasi serta pengetahuan mengenai bentuk

pelayanan kedokteran dengan pendekatan kedokteran keluarga

pada penderita penyakit. Salah satunya dengan menganalisis

penyebab, perilaku atau gaya hidup apakah telah mendukung

pengobatan farmakologi atau tidak. Selain itu juga kunjungan

rumah dilakukan dengan titik berat agar pasien dan keluarganya

menjadi mengetahui lebih banyak tentang hipertensi sehingga dapat

diminimalisir terjadinya komplikasi.

E. MANFAAT PENULISAN

a. Manfaat untuk puskesmas

Sebagai sarana kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat

meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan

mendapatkan umpan balik dari hasil evaluasi koasisten dalam

rangka mengoptimalkan peran puskesmas.

b. Manfaat untuk mahasiswa

Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya

pelayanan kesehatan dengan menerapkan prinsip-prinsip

kedokteran keluarga.

8

Page 9: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

VERTIGO

A. DEFINISI

Vertigo diartikan sebagai ilusi gerakan atau disorientasi ruang dapat

berupa sensasi lingkungan berputar pada individu atau individu yang berputar

pada lingkungan. Ilusi lain berupa berotasi didalam pesawat vertical, berayun

seperti berada di atas kapal, dan sebagainya. (Irwin,John., 2008). Vertigo

merupakan ilusi rotasi dikarenakan aktivitas neural yang tidak seimbang

antara kanan dan kiri. (Halmagyi, 2005)

B. EPIDEMIOLOGI

Vertigo merupakan gejala yang didapat pada individu dengan prevalensi

sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba utuk menyelidiki epidemiologi

dizziness yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness. Dizziness telah

ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan pasien,yaitu

sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness, vertigo

merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi

9

Page 10: BAB I

mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding pria

(2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren.

Frekuensi

Di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap tahunnya.

Dari stroke yang terjadi, 85% merupakan stroke iskemik, dan 1,5%

diantaranya terjadi di serebellum. Rasio stroke iskemik serebellum

dibandingkan dengan stroke perdarahan serebellum adalah 3-5:1. Sebanyak

10% dari infark serebellum, hanya memiliki gejala vertigo dan

ketidakseimbangan. Insidens multiple sklerosis berkisar antara 10-80/100.000

per tahun. Sekitar 3000 kasus neuroma akustik didiagnosis setiap tahun di

Amerika Serikat.

Jenis Kelamin

Insidens penyakit cerebrovaskular sedikit lebih tinggi pada pria disbanding

wanita. Dalam satu seri pasien dengan infark serebellum, rasio antara

penderita pria:wanita adalah 2:1. Multiple sklerosis dua kali lebih banyak

pada wanita dibandingkan pria.

Usia

Vertigo central biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya

factor resiko yang berkaitan, diantaranya hipertensi, diabetes mellitus,

atherosclerosis, dan stroke. Rata-rata pasien dengan infark serebellum berusia

65 tahun, dengan setengah dari kasus terjadi pada mereka yang berusia 60-80

tahun. Dalam satu seri, pasien dengan hematoma serebellum rata-rata berusia

70 tahun.

Morbiditas/Mortalitas

Cedera vascular dan infark di sirkulasi posterior dapat menyebabkan

kerusakan yang permanen dan kecacatan. Pemulihan seperti yang terjadi pada

vertigo perifer tidak dapat diharapkan pada vertigo sentral.

Dalam satu seri, infark serebellum memiliki tingkat kematian sebesar 7% dan

17% dengan distribusi arteri superior serebral dan arteri posterior inferior

serebral. Infark di daerah yang disuplai oleh arteri posterior dan inferior

serebral sering terkait dengan efek massa dan penekanan batang otak dan

10

Page 11: BAB I

ventrikel keempat, oleh karena itu membutuhkan manajemen medis dan

bedah syaraf yang agresif. Dalam satu rangkaian 94 pasien, 20 diantaranya

datang dengan Glasgow Coma Scale (GCS) 8 yang mengindikasikan adanya

penurunan kesadaran yang signifikan. Tingkat kematian pasien lainnya, yaitu

yang GCS nya lebih dari 8, adalah 20%.

C. PATOFISIOLOGI

Etiologi vertigo adalah abnormalitas dari organ-organ vestibular, visual,

ataupun system propioseptif. Labirin (organ untuk ekuilibrium) terdiri atas

tiga kanalis semisirkularis, yang berhubungan dengan rangsangan akselerasi

angular serta utrikulus dan sakulus, yang berkaitan dengan rangsangan

gravitasi dan akselerasi vertical.

Rangsangan berjalan melalui nervus vestibularis di batang otak, lalu

menuju nucleus vestibularis di batang otak, lalu menuju fasikulus medialis

(bagian cranial muskulus okulomotorius), kemudian meninggalkan traktus

vestibulospinalis (rangsangan eksitasi terhadap musculus ekstensor kepala ,

ekstremitas, dan punggung untuk mempertahankan posisi tegak tubuh).

Selanjutnya serebellum menerima impuls aferen dan berfungsi sebagai pusat

untuk integrasi antara respon okulovestibuler dengan postur tubuh.

Fungsi okulovestibuler bertanggung jawab fiksasi mata terhadap objek

diam sewaktu kepala dan badan sedang bergerak. Nistagmus merupakan

gerakan bola mata yang terlihat sebagai respon terhadap rangsangan labirin,

serta jalur vestibuler retrokoklear, ataupun jalur vestibulokoklear sentral.

D. PENEGAKAN DIAGNOSIS

Deskripsi awal “dizziness” dapat sulit untuk ditentukan karena rsspon

pasien tidak selalu konsisten. Oleh karena itu riwayat pasien harus menjadi

focus utama dalam tipe sensasi apa yang pasien rasakan.

Riwayat pengobatan juga harus ditanyakan karena “dizziness”

(khususnya pada hipotensi ortostatik) yang diketahui secara luas karena efek

merugikan obat-obatan. Pasien harus ditanyakan tentang konsumsi kafein,

11

Page 12: BAB I

nikotin, serta alcohol. Trauma kepala dan cedera leher dapat menyebabkan

variasi gejala dari “dizziness” dari vertigo hingga lightheadedness. Kejadian

“dizziness” dengan trauma kepala atau vertigo yang diawali dari cedera leher

dilaporkan sebanyak 78-80%.

12

Page 13: BAB I

HIPERTENSI

A. DEFINISI

Tekanan darah diukur dalam millimeter merkuri (mmHg) dan dicatat

sebagai dua angka yang biasanya ditulis atas dan bawah. Angka yang di atas

adalah tekanan darah sistolik –tekanan tertinggi pada pembuluh darah dan

terjadi saat jantung berkontraksi, atau berdenyut. Angka yang dibawah

merupakan tekanan darah diastolic –tekanan terendah pada pembuluh darah

yang terjadi saat jantung berelaksasi. (WHO,2013)

Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on

detection, education, and treatment of high blood pressure (JNC VII),

hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik lebih dari atau

sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari atau sama dengan

90 mmHg.

13

Page 14: BAB I

Tekanan darah yang normal antara sistol dan diastole penting untuk

fungsi yang efisien pada organ-organ vital seperti jantung, otak, dan ginjal

yang mempengaruhi seluruh komponen kesehatan tubuh. (WHO,2013)

B. KLASIFIKASI

Menurut JNC 8, tekanan darah dikelompokkan sebagai berikut:

Category Systolic BP (mmHg) Diastolic BP (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Prehypertension 120 – 139 atau 80 – 90

Stage 1 Hypertension 140 – 159 atau 90 – 99

Stage 1 Ambulatory-

home / 24-hour monitor

135 – 155 atau 85 – 95

Stage 2 ≥ 160 atau ≥ 100

Menurut European Society of Hypertension and the European Society of

Cardiology (ESH/ESC)

Category Systolic BP Diastolic BP

Optimal < 120 < 80

Normal 120 - 129 80 – 84

High Normal 130 - 139 85 – 89

Grade 1 Hypertension (mild) 140 – 159 90 – 99

Grade 2 Hypertension (moderate) 160 – 179 100 – 109

Grade 3 Hypertension (severe) ≥ 180 ≥ 110

Isolated systolic hypertension ≥ 140 < 90

C. FAKTOR RESIKO

Faktor resiko hipertensi bila semakin banyak yang menyertainya maka

akan lebih memperberat penyakitnya, factor resiko tersebut adalah :

1. Obesitas

14

Page 15: BAB I

Obesitas (kegemukan) adalah meningkatnya massa tubuh karena jaringan

lemak yang berlebihan sehingga meningkatkan kebutuhan metabolic dan

konsumsi oksigen secara menyeluruh, akibatnya curah jantung meningkat.

Menurut Subagio, dkk (1997) di Semarang bahwa perempuan yang sangat

gemuk pada umur 30 tahun mempunyai resiko terkena hipertensi 7 kali

lebih besar dari perempuan yang langsing pada umur yang sama.

(Budistio,M, 2001)

2. Konsumsi tinggi garam

Menurut Budistio, M (2001) asupan Natrium yang tinggi menyebabkan

tubuh meresistensi cairan yang dapat meningkatkan volume darah dan

juga dapat mengecilkan diameter dalam arteri sehingga jantung harus

mampu memompakan darah lebih keras pada ruang yang sempit,

akibatnya tekanan darah akan meningkat.

3. Konsumsi Rokok

Rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan juga

menyebabkan pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang

karena tercemar oleh nikotin. Akibatnya, viskositas darah meningkat

sehingga timbul hipertensi. (Dekker, 1996)

4. Stress Psikososial

Stress bersifat fisik maupun mental yang menyebabkan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat dan

cepat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah akibat fungsi kelenjar

tiroid terganggu dan produksi adrenalin meningkat sehingga otak

memerlukan darah yang lebih banyak (Budistio,2001)

5. Kurang olahraga

Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Paffenbarger tahun 1988 dikutip

oleh Darmojo (2001) mengemukakan bahwa di Amerika insiden rate

15

Page 16: BAB I

Hipertensi 20-40% lebih rendah pada mereka yang melakukan aktivita

olahraga sedikitnya 5 jam per minggu dibandingkan mereka yang kurang

aktif berolahraga.

16

Page 17: BAB I

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas

Nama : Ny. N

Tempat, Tanggal Lahir : 05 November 1970

Usia : 44 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Gampingan WB I 755 41/09

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pekerjaan : Wiraswasta

Status Perkawinan : Menikah

Pendidikan Terakhir : Tamatan SMA

Kunjungan Puskesmas : 2014

Kunjungan Rumah : 12 Desember 2014

Jaminan Kesehatan : Umum

B. Autoanamnesis

Keluhan utama : pusing berputar

Keluhan tambahan : bahu terasa pegal dan leher terasa kaku

RPS : Pasien pusing sejak 1 hari, pusing berputar hingga menyebabkan

mual, terjadi penurunan fungsi pendengaran (-), semua benda di

sekitar pasien terasa berputar (+), serasa seperti akan pingsan (-),

17

Page 18: BAB I

pandangan menjadi hitam (-) terhuyug-huyung (-). Keluhan pusing

berputar dirasakan sejak mengalami kecelakaan lalu lintas 3 tahun

lalu. Konsumsi kafein (-) nikotin (-) alcohol(-). Menurut keterangan

pasien, pasien menderita hipertensi namun pasien mengaku jarang

control ke Puskesmas walaupun obat hipertensinya habis. Pasien baru

periksa ketika ada keluhan saja. Pasien juga tidak rutin minum obat

yang diberikan dokter. Pasien sudah didiagnosis HT sejak 8 tahun

yang lalu. Paling tinggi 160/90 mmHg.

RPD : opname 1 minggu di RSUP dr. Sardjito akibat kecelakaan lalu lintas

pada tahun 2011.

RPK : Ayah kandung HT (+), ibu kandung DM (+), kakak sulung kandung

DM (+) Kakak kedua kandung kedua asma (+)

RPSL : Pasien merupakan lulusan SMA yang bekerja sebagai wiraswasta.

Pasien menikah 2x. Suami pasien yang pertama sudah meninggal

karena sakit DM dan stroke, dengan suami pertama pasien dikaruniai

2 orang anak. Pasien menikah lagi, dan dikaruniai 4 orang anak

namun anak terakhir meninggal setelah beberapa saat dilahirkan.

Hubungan pasien dengan keluarga baik kecuali dengan anak ketiga.

Pasien merasa kurang komunikasi dengan anak ketiganya sehingga

pasien merasa tidak terlalu dekat dengan anaknya tersebut. Hubungan

dengan masyarakat kurang diakibatkan pasien lebih banyak

menghabiskan waktu di rumah untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Pasien mengaku jarang melakukan aktivitas fisik/ olahraga dengan

alasan tidak sempat karena pekerjaan pasien. Pasien lebih sering

duduk dalam bekerja.

Pasien hanya makan 1x sehari. Jam makan pasien sekitar jam 11-13

wib. Saat pagi setelah bangun tidur pasien minum segelas air putih

hangat, lalu pasien melakukan aktivitasnya kemudian sekitar jam 11

pasien makan (menu makan kadang nasi kuning dengan lauk perkedel,

lotek satu bungkus, atau soto). Menurut pasien, dengan makan hanya

1 kali, badan pasien lebih terasa bugar dibandingkan pasien makan 3x

18

Page 19: BAB I

sehari. Pasien tidak mengonsumsi minuman keras maupun soda,

minum the pun pasien mengaku jarang.

Pasien mengaku dengan penghasilan Rp 1.000.000 ditambah dengan

penghasilan suami Rp 4.000.000 cukup untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari dan membiayai kuliah dan sekolah anak-anaknya.

Review system :

Sistem syaraf pusat : pusing berputar

Sistem kardiovaskuler : (-)

Sistem penglihatan : (-)

Sistem Pendengaran : (-)

Sistem pencernaan : mual

Sistem ekskresi : (-)

ANAMNESIS ILLNESS

Perasaan pasien :

Pasien mengaku bosan harus meminum obat rutin HT dan kontrol ke

Puskesmas. Namun pasien khawatir penyakitnya ini berkembang

menjadi stroke seperti alm. Ayahnya.

Ide/ pemikiran pasien :

Menurut pasien, penyakit HT diturunkan dari ayahnya dan vertigo

akibat kecelakaan lalu lintas. Dapat disembuhkan dengan mengatur

pola makan, obat-obatan hanya sebagai tambahan sehingga tidak perlu

dikonsumsi secara rutin.

Harapan pasien :

Pasien ingin vertigo dan hipertensinya tidak bertambah parah dan

berkembang menjadi komplikasi dan tidak meminum obat rutin.

Efek terhadap fungsi social dan ekonomi :

Setiap kali vertigo kambuh, pasien tidak sanggup untuk bekerja.

Untuk sekedar duduk tegak saja pasien harus berpegangan. Sehingga

pekerjaannya terbengkalai.

19

Page 20: BAB I

C. Pemeriksaan Fisik

1. Kesan dan Keadaan Umum: Compos Mentis, baik

2. Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 140/90 mmHg

Nadi : 80x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.

Suhu badan : 36,5°C

Pernapasan : 24x/menit

3. Antropometri

Tinggi Badan : 158 cm

Berat Badan : 56 kg

Indeks Massa Tubuh: 22.4

Status gizi : Baik menurut chart WHO untuk orang Asia

4. Kepala : simetris, distribusi rambut merata, warna rambut hitam.

5. Mata : simetris (+/+), konjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/-)

6. Pemeriksaan Hidung : simetris (+/+), Sekret (-/-), epistaksis (-/-), deviasi

sputum (-/-).

7. Pemeriksaan Leher

Kelenjar tiroid : Tidak membesar

Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-)

JVP : Tidak meningkat

8. Pemeriksaan Dada

Pulmo:

Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi

(-)

Palpasi: simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus normal

Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi: vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Cor: S1-S2 reguler, bising (-)

10 Pemeriksaan Abdomen:

Inspeksi: datar, jejas (-)

Auskultasi: bising usus (+) normal

20

Page 21: BAB I

Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba, massa (-), ascites (-)

Perkusi: timpani pada seluruh lapang perut

1. Pemeriksaan Ekstremitas:

Akral hangat (+/+), sianosis (-/-), edema (-/-), CRT <2 “

D. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan.

Disarankan melakukan pemeriksaan Romberg test atau past-

pointing test

E. Diagnosis Kerja

Vertigo sentral dan hipertensi grade I primer

F. Penatalaksanaan

1. Farmakologis

R/ Captopril tab mg 25

∫ 2 dd tab I

R/ Betahistine tab mg 6

∫ 2 dd tab I

2. Non Farmakologis

- Edukasi, meliputi :

a. Penyakit yang diderita pasien : penyebab, gejala, komplikasi dan

pengelolaannya.

b. Modifikasi gaya hidup sehat

Menjaga pola hidup sehat untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik

Perbanyak makan buah dan sayur setiap hari

Menjaga berat badan ideal

Melakukan aktivitas fisik seperti bersepeda, jalan kaki, aerobic.

Dilakukan 3-5 kali seminggu dengan durasi 30 menit

Mengatur pola istirahat, yaitu istirahat cukup 6 – 8 jam / hari

Mengelola stress

Terapi Nutrisi Medis

21

Page 22: BAB I

Perhitungan kalori: metode perhitungan kebutuhan kalori harian istirahat atau BMR

(basal metabolic rate) menggunakan rumus Harris – Benedict.

Rumus BMR wanita = 655 + (9,6 x bb dalam kg) + (1,8 x tb dalam cm) – (4,7 x umur

dalam tahun)

Kebutuhan kalori basal per hari :655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)

655 +(9,6 x 56) + (1,8 x 158) – (4,7 x 44)

1270,2 kkalori= 1270 kkalori

Kebutuhan kalori per hari : AMB x aktivitas fisik

1270 x 0,2 = kkalori

Kebutuhan karbohidrat : 60 % x 1270 = 762 kkalori

= 190 gram

Kebutuhan protein : 20 % x 1270 = 254 kkalori

= 63,5 gram

Kebutuhan lemak : 20 % x 1843 = 254 kkalori

= 254/9 = 28,2 gram

Kebutuhan kalori dibagi 6x sehari: sarapan 20%, snack pagi 10%, makan siang 30%, snack

sore 10% , makan malam 20%, snack malam 10%.

Waktu Menu Bahan Berat

(gr)

Kalori

(kkal)

Lemak

(gr)

Protein

(gr)

Karbohidrat

(gr)

Sarapan

(07.00)

Nasi putih

oseng ayam

Nasi Putih

Daging ayam

Minyak sawit

100

40

5

175

50

50

-

7

-

4

2

5

40

-

-

22

Page 23: BAB I

Sayur bening

bayam

Apel 1 buah

Bayam

Apel

100

85

25

50

1

-

-

-

5

12

Selingan I

(10.00)

Pisang Pisang 150 50 - - 12

Makan

siang

(13.00)

Nasi putih

Sop

Tempe

ungkep

Apel

Beras

Makroni

Bakso

Wortel

Kol

Tempe

Apel

100

50

170

50

5

50

85

175

175

50

25

50

75

50

-

4

2

-

-

3

-

4

-

7

1

1

5

-

40

40

-

5

5

7

12

Selingan II

(16.00)

Jeruk manis 2

buah

Jeruk 110 50 - - 12

Makan

malam

(19.00)

Nasi putih

Ca kangkung

Telur rebus

Beras

Kangkung

Minyak sawit

Telur ayam

100

100

5

50

175

25

50

50

-

-

5

2

4

1

-

7

40

5

-

-

23

Page 24: BAB I

Selingan

III

(21.00)

Pepaya Pepaya 190 50 - - 12

Konsumsi air putih 8 – 10 gelas per hari

Tabel . Menu makanan sehari-hari

BAB IV

24

Page 25: BAB I

PEMBAHASAN

Diagnosis klinis pada pasien ini adalah vertigo dengan hipertensi primer

grade I. Diagnosis tersebut didapatkan berdasarkan anamnesis gejala, riwayat

mengalami kecelakaan ,pemeriksaan fisik. Berdasarkan anamnesis pasien

menderita vertigo sejak 3 tahun yang lalu serta menderita hipertensi sejak 8 tahun

yang lalu. Pusing berputar hingga menyebabkan mual, tanpa terjadi penurunan

fungsi pendengaran. Keluhan pusing berputar dirasakan sejak mengalami

kecelakaan lalu lintas 3 tahun lalu. Pasien mengaku jarang kontrol ke Puskesmas

walaupun obat hipertensinya habis. Pasien baru periksa ketika ada keluhan saja.

Pasien juga tidak rutin minum obat yang diberikan dokter. Tekanan darah paling

tinggi 160/90 mmHg. Pada pemeriksaan tekanan darah yang terakhir 140/90. Hal

ini menunjukkan pasien menderita vertigo sentral dan hipertensi primer grade I.

Illness merupakan keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang

didapat dari penyakit tersebut (bersifat subyektif).Illness terdiri dari beberapa

komponen, yaitu pemahaman terhadap penyakit, efek penyakit yang dirasakan

pasien terhadap fungsi hidupnya (pergaulan, pekerjaan), perasaan, dan harapan.

Berikut adalah komponen illness dan hasil yang didapat dari pemeriksaan

pasien terhadap penyakitnya:

No. Komponen Pasien

1 Ide penyakit HT diturunkan dari ayahnya. Dapat

25

Page 26: BAB I

disembuhkan dengan mengatur pola makan, obat-

obatan hanya sebagai tambahan sehingga tidak perlu

dikonsumsi secara rutin.

2 Harapan Pasien ingin vertigo dan hipertensinya tidak bertambah

parah dan berkembang menjadi komplikasi dan tidak

meminum obat rutin.

3 Perasaan Pasien mengaku bosan harus meminum obat rutin HT

dan kontrol ke Puskesmas. Namun pasien khawatir

penyakitnya ini berkembang menjadi stroke seperti

alm. Ayahnya.

4 Efek terhadap

fungsi

Setiap kali vertigo kambuh, pasien tidak sanggup

untuk bekerja. Untuk sekedar duduk tegak saja pasien

harus berpegangan. Sehingga pekerjaannya

terbengkalai.

A. ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH

1. Kondisi Pasien

Kunjungan ke rumah dilakukan pada tanggal 12 Desember 2014

pukul 16.00-17.00 WIB. Pada saat kunjungan, keadaan umum pasien

tampak baik. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/90

mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi pernafasan 20x/menit, dan suhu 36,5˚C.

2. Pekerjaan

Pasien berumur 44 tahun bekerja sebagai wiraswasta. Kegiatan

sehari-hari produksi makanan ringan. Biaya sehari-hari keluarga pasien

berasal dari penghasilan suami dan pasien sendiri, anak pertama mengelola

bisnis produksi makanan ringan bersama dengan pasien. Anak kedua

26

Page 27: BAB I

kuliah di UGM kehutanan. Anak ketiga SMA kelas 3. Anak keempat SMA

kelas 2. Anak kelima SD kelas 4.

3. Keadaan Rumah

a) Lokasi : Rumah pasien terletak di Gampingan WB I

765 41/09. Rumah tersebut terletak di kawasan padat penduduk.

b) Kondisi rumah : bangunan permanen, berdinding tembok,

lantai ubin, atap dari genting dan ada langit-langit dengan tinggi 3

meter.

c) Luas : luas rumah 20 m x 15m= 300 m2, jumlah

penghuni dalam 1 rumah ada tujuh orang

d) Lantai Rumah : lantai ubin

e) Pembagian ruangan : rumah terdiri atas satu ruang untuk ruang

tamu yang sekaligus ruang produksi dan ruang tamu, dapur dan

ruang makan, 4 kamar tidur dan satu kamar mandi.

f) Pencahayaan : Cahaya yang masuk ke ruangan kurang,

jendela ruang tamu jarang dibuka, pasien jarang menyalakan lampu

pada siang hari.

g) Kebersihan dan tata letak barang dalam ruangan: Kebersihan

rumah kurangterutama dibagian dekat kamar mandi dan dapur.

h) Sanitasi Dasar : Kebutuhan air untuk sehari – hari

menggunakan air PAM, di dalam rumah terdapat satu jamban.

Untuk sampah diambil oleh petugas keliling.

4. Penilaian indikator rumah sehat.

Komponen Rumah (Bobot 31)

Langit-langit : Ada, bersih, dan tidak rawan kecelakaan. (62)

Dinding : Permanen (93)

Lantai : Ubin (62)

Jendela kamar tidur : tidak ada (0)

27

Page 28: BAB I

Jendela ruang keluarga : ada (31)

Ventilasi : ada, luas ventilasi permanen < 10% dari luas lantai

(31)

Lubang asap dapur : Tidak ada (0)

Pencahayaan : kurang terang, sehingga kurang jelas untuk

membaca dengan normal (31)

Total nilai : 310

Sarana Sanitasi (Bobot=25)

Sarana air bersih : PAM, ada milik sendiri dan memenuhi syarat

kesehatan (100)

Jamban : Ada, leher angsa, septic tank (100)

SPAL : Ada, dialirkan ke selokan terbuka (50)

Sarana Pembuangan Sampah : Ada, kedap air, dan tidak tertutup

(50)

Total nilai : 200

Perilaku Penghuni (Bobot=44)

Membuka jendela kamar : Kadang-kadang (44)

Membuka jendela ruang keluarga : Kadang-kadang (44)

Membersihkan rumah dan halaman : Kadang-kadang (44)

Membuang tinja bayi dan balita ke jamban : Tidak ada bayi

maupun balita (0)

Membuang sampah pada tempat sampah : Setiap hari dibuang

ke tempat sampah (88)

Total nilai : 220

Total nilai keseluruhan : 310+200+220 = 730 Rumah tidak sehat

Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut :

Cara menghitung hasil penilaian = nilai x bobot

Rumah sehat : 1.068 s.d 1200

Rumah tidak sehat : < 1.068

28

Page 29: BAB I

Denah Rumah Ny. N dibuat tanggal 12 Desember 2014

5. Lokasi Rumah

6. Lingkungan Sekitar

a. Lokasi Rumah : Terletak di daerah Gampingan WB I Rt 41/09,

rumah masuk gang kecil dengan lebar 1 meter.

b. Halaman : Rumah pasien. memiliki halaman yang menyatu dengan

jalan gang dengan lebar 1 meter, disamping rumah pasien langsung

berhubungan dengan rumah tetangga yang saling berdempetan hanya

terpisah oleh tembok.

c. Pengolahan Limbah : Air limbah langsung mengalir ke selokan

terbuka. Untuk tempat sampah tidak tertutup dan diambil oleh

petugas keliling.

29

RMD

RK

KT

KT

KT

KT

KTKM Keterangan

D = dapurRM= Ruang makanKM = kamar mandiKT = kamar tidurRT: Ruang TamuJ = JambanRK = Ruang keluarga

U

Skala 1:100

1

Ps. Klitikan

AMC

U

Page 30: BAB I

42th 39th DM 50th

Asma 47th

DM 72thStroke 62th 2012

d. Rumah Tetangga : Rumah pasien dan tetangga saling berdempetan,

tidak ada pagar, hanya dipisahkan oleh tembok rumah masing-

masing.

Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

No. Indikator / Pertanyaan Jawaban

1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan -

2 Pemberian Asi eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan -

3 Menimbang berat badan balita setiap bulan -

4 Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat

kesehatanYa

5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Ya

6 Menggunakan jamban sehat Ya

7 Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk di rumah

dan lingkungannya sekali semingguTidak

8 Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari Tidak

9 Melakukan aktivitas fisik atau olahraga Tidak

10 Tidak Merokok di dalam rumah Tidak

Karena terdapat jawaban tidak ≥ 1, maka termasuk rumah tangga yang tidak ber PHBS

B. FAMILY ASSESSMENT TOOLS

1. Family Genogram

Keluarga Ny. N Dibuat tanggal 12 Desember 2014

30

DM 72th

Page 31: BAB I

Keterangan :

: pasien

: meninggal

DM : Diabetes mellitus

C : care giver

D : Decision maker

1. Family Map

Keterangan : : Fungsional

31

: Laki-laki

: Perempuan

B : Breadwinner

------ : Tinggal satu rumah

Anak 3

Anak 4

Anak 2

Anak 1

Anak 5suami

Page 32: BAB I

: disfungsional

2. Bentuk Keluarga

3. Nilai APGAR

APGAR keluarga merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur

sehat/tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rusen, Geyman dan

Leyton, dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga/tingkat kesehatan keluarga.

KRITERIA PERTANYAAN HAMPIR

SELALU (2)

KADANG-

KADANG (1)

TIDAK ADA

(0)

ADAPTASI “Bagaimana anggota keluarga saling

membantu satu sama lain disaat

membutuhkan sesuatu?”Apakah

pasien puas dengan keluarga karena

masing-masing anggota keluarga

sudah menjalankan kewajiban

sesuai dengan seharusnya?

PARTNERSHIP “Bagaimana anggota keluarga

berkomunikasi satu sama lain

tentang masalah-masalah tertentu

seperti liburan, finansial,

pengeluaran yang besar dan

masalah pribadi?” Apakah pasien

puas dengan keluarga karena dapat

membantu memberikan solusi

terhadap permasalahan yang

dihadapi ?

32

Page 33: BAB I

PERTUMBUHAN “Bagaimana perubahan anggota

keluarga selama tahun-tahun

terakhir, apakah pasien diberi

kebebasan untuk mengembangkan

diri? “

Apakah pasien puas dengan

kebebasan yang diberikan keluarga

untuk mengembangkan kemampuan

pasien miliki?

KASIH SAYANG ”Apakah jika pasien sakit,

keluarganya memberi perhatian,

perduli, dan menunjukkan kasih

sayangnya dengan

merawat?”Apakah pasien puas

dengan kehangatan yang diberikan

keluarga?

KEBERSAMAAN “Bagaimana anggota Keluarga anda

berbagi waktu, ruang, dan uang?”

Apakah pasien puas dengan waktu

yang disediakan keluarga untuk

menjalin kebersamaan

TOTAL 4

Skor klasifikasi APGAR :

8-10 Fungsi keluarga baik

4-7 Disfungsi keluarga sedang

0-3 Disfungsi keluarga berat

Berdasarkan hasil penilaian APGAR kesimpulannya fungsi keluarga kurang sehat

/ disfungsi keluarga sedang .

33

Page 34: BAB I

4. FAMILY SCREEM

ASPEK SUMBER DAYA PATOLOGI

SOCIAL Pasien lebih memilih berada

di rumah untuk

menyelesaikan pekerjaannya.

Hubungan dengan tetangga

baik.

Hubungan pasien dan

keluarganya tidak terlalu baik

terutama dengan anak 3.

CULTURAL Pasien dan keluarga tidak

mempercayai mitos-mitos

kesehatan yang tidak jelas

kebenarannya. Pasien dan

keluarga memahami bahwa

penyakitnya bukan karena

pengaruh hal gaib.

RELIGIUS Keluarga pasien beragama

islam dan taat beribadah

ECONOMY Penghasilan cukup untuk

kebutuhan sehari-hari

EDUCATION Pasien adalah lulusan SMA.

Pemahaman pasien terhadap

penyakitnya tidak baik.

MEDICAL Jika sakit pasien langsung ke

puskesmas, letaknya yang

sangat dekat dan aksesnya

mudah.

Pasien memiliki tidak jaminan

kesehatan

34

Page 35: BAB I

Family life line

Tahun Usia Life event/crisis Severity of illness

1993 23 th Suami pertama meninggal Stresor psikologis

2006 36 th Terdiagnosis HT

2006 36 th Anak ke 6 lahir namun meninggal

2011 41 th Trauma kepala

2011 41 th Terdiagnosis vertigo

2012 42 th Ayah kandung meninggal

DIAGNOSIS HOLISTIK:

Vertigo sentral dan hipertensi primer grade I pada wanita paruh baya dengan mispersepsi terhadap penyakitnya serta fungsi keluarga kurang sehat dalam rumah tangga tidak berperilaku hidup bersih dan sehat.

MANAGEMENT KOMPREHENSIF

1. Promotif

Edukasi pada pasien dan anggota keluarga pasien (melibatkan minimal 1

anggota keluarga) tentang :

a. Penyakitnya : gambaran bahwa Hipertensi dan vertigo

merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan

namun dapat dikendalikan tergantung perilaku pasien serta

menjelaskan penyebab, gejala, komplikasi dan pengelolaan

penyakitnya

b. Pentingnya modifikasi gaya hidup dalam pengelolaan penyakit

hipertensi dan vertigonya.

c. Pentingnya monitoring tekanan darah minimal 10 hari sekali

dan rutin minum obat sesuai dengan anjuran dokter.

d. Pentingnya melakukan PHBS

35

Page 36: BAB I

e. Pentingnya dukungan keluarga kepada pasien dalam

menghadapi penyakitnya dan mendukung pengobatan pasien

2. Preventif

a. Pentingnya melakukan Perilaku hidup bersih dan sehat.

b. Pengaturan gaya hidup, pola makan dengan mengkonsumsi sayur –

sayuran dan buah – buahan tiap harinya.

c. Mengatur aktivitas fisik/ olahraga teratur yaitu aerobic ringan

seperti berjalan (+/- 30 menit/hari, 4 – 5 hari seminggu)

d. Mengatur pola istirahat, yaitu istirahat yang cukup 6 – 8 jam/hari.

e. Manajemen stress yang baik

f. Melakukan latihan – latihan ringan untuk mengatasi dan

mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan sehingga

dapat melatih meningkaykan kemampuan keseimbangan. Contoh

lahitannya :

a. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata

ditutup

b. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakkan rotasi,

fleksi, ekstensi, gerak miring)

c. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.

3. Kuratif

Pada pasien ini diberikan obat captopril 2xi yaitu untuk menurunkan

tekanan darahnya obat Betahistine 2 x 1, yaitu merupakan antihistamin

yang memiliki antivertigo juga memiliki aktivitas antikholinergik.

4. Rehabilitatif

Tidak dilakukan pada pasien ini

5. Palliatif

Belum perlu dilakukan pada pasien ini

36

Page 37: BAB I

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil laporan kasus, analisis catatan medis, dan kunjungan

rumah dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosis holistik pasien yaitu

Vertigo sentral dan hipertensi primer grade I pada wanita paruh baya

dengan mispersepsi terhadap penyakitnya serta fungsi keluarga kurang

sehat dalam rumah tangga tidak berperilaku hidup bersih dan sehat.

2. Penyakit hipertensi dan vertigo yang dialami oleh pasien dapat

mengganggu fungsi pasien dalam keluarga.

3. Dokter keluarga melalui puskesmas dapat menjadi salah satu bagian

yang berperan dalam menangani kasus vertigo sentral secara holistik,

mulai dari promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

B. SARAN

1. Bagi mahasiswa

a. Berusaha lebih memperdalam dan menerapkan ilmu-ilmu kedokteran

keluarga dalam menganalisis pasien maupun keluarga pasien.

b. Meningkatkan profesionalisme dalam menjalankan tugas sebagai

pengalaman sebelum terjun secara langsung ke dalam masyarakat.

2. Bagi puskesmas

a. Terus melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara

menyeluruh dengan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

b. Terus melakukan kerja sama dalam bidang pendidikan ilmu

37

Page 38: BAB I

kesehatan dengan instansi-instansi pendidikan agar terdapat kerja

sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

38

Page 39: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

1. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care,

Journal : BJMP 2010;3(4):a351.

2. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and

vestibular migraine. Journa l of Nerology 2009:25:333-338.

3. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo . Journal : American Family

Physician January 15, 2006 , Volume 73, Number 2.

4. Wibowo, Daniel S. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. .Singapore : Elsevier.

5. Arsyad Soepardi, Efiaty, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

tenggorokan Kepal & Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

6. Marril, KA. Central Vertigo. WebMD LLC. 21 Januari 2011. Diunduh tanggal 13

Desember 2014. http://emedicine.medscape.com/article/794789-clinical#a0217.

7. Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach that

Needed for establish of Vetigo. The Practitioner Journal September 2010 - 254

(1732): 19-23.

8. Mark, A. 2008. Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical Assesment

and Diagnosis. British Journal of Hospital Medicine, June 2008, Vol 69, No 6.

9. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign

10. Paroxysmal Positional Vertigo . Journal Gerontological of Nursing.

December:2006 .

39

Page 40: BAB I

11. Antunes MB. CNS Causes of Vertigo. WebMD LLC. 10 September 2009.

Diunduh tanggal 13 Desember 2014. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/884048-overview#a0104.

12. Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with

Dizziness and Vertigo. Illnois Journal :Wolter kluwerlippincot William and

wilkins.

13. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo. Journal of American Family

Physician March 15,2005:71:6.

40