BAB I

8
1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gangguan kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial di dunia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan yang berkaitan dengan gangguan Psikologis akibat distress atau penyakit tertentu yang dimanifestasikan melalui perubahan perilaku yang tidak sesuai dengan konsep norma di masyarakat (Kaplan & Sadock, 2007). Meskipun gangguan jiwa bukanlah sebagai gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan bangsa dan negara, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Setyonegoro dalam Hawari, 2010).

description

f

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

1

B A B I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Gangguan kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat dan

sosial di dunia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Gangguan jiwa

merupakan masalah kesehatan yang berkaitan dengan gangguan Psikologis

akibat distress atau penyakit tertentu yang dimanifestasikan melalui

perubahan perilaku yang tidak sesuai dengan konsep norma di masyarakat

(Kaplan & Sadock, 2007). Meskipun gangguan jiwa bukanlah sebagai gangguan

kesehatan yang dapat menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya

gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara

individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan bangsa dan negara,

karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Setyonegoro dalam Hawari,

2010).

Menurut data dari WHO (World Health Organization) tahun 2011, penderita

gangguan jiwa berat telah menempati tingkat yang luar biasa. Lebih 24 juta

mengalami gangguan jiwa berat, dan Indonesia menempati urutan pertama

tertinggi penderita gangguan jiwa (Taruna Ikrar, 2012). Di Indonesia berdasarkan

data riset kesehatan dasar (riskesdas) Kementrian Kesehatan 2014 disebutkan

bahwa terdapat sekitar 1 juta jiwa pasien yang mengalami gangguan jiwa berat

dan 19 juta pasien yang mengalami gangguan jiwa ringan. Sementara itu menurut

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, jumlah penderita gangguan jiwa di

Page 2: BAB I

2

Jawa Barat melonjak tajam. Pada 2012 tercatat 296.943 orang yang

mengalaminya. Sedangkan berdasarkan hasil pendataan tim Dinkes Jabar pada

2013, jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 465.975 orang (Kompasiana, 10

Oktobr 2014).

Statistik direktorat kesehatan jiwa menyebutkan, jenis gangguan jiwa

terbanyak yang dialami oleh pasien adalah skizofrenia dengan persentase

sebesar 70% (Lelono, 2011). Kelompok skizofrenia juga menempati 90%

pasien di rumah sakit jiwa di seluruh Indonesia (Jalil, 2006). Riset Kesehatan

Dasar 2013 menemukan fakta mengejutkan. Satu hingga 2 orang dari 1000 orang

atau 1,7 per mil mengalami  gangguan jiwa berat, termasuk Skizofrenia (ODS).

Skizofrenia merupakan suatu gangguan kejiwaan kompleks di mana

seseorang mengalami kesulitan dalam proses berpikir sehingga menimbulkan

halusinasi, delusi, gangguan berpikir dan bicara atau perilaku yang tidak biasa

(dikenal sebagai gejala psikotik). Penyebab skizofrenia tidaklah tunggal, tetapi

terkait dengan kompleksnya perkembangan kepribadian. Skizofrenia umumnya

memiliki banyak penyebab (multicausal) dan berkaitan dengan apa yang telah ada

sebelum gangguan itu muncul, yaitu faktor-faktor bawaan, predisposisi, kepekaan

(sensitivity) dan kerapuhan (vulnerability). Predisposisi, kepekaan, dan

kerapuhan merupakan hasil interaksi antara faktor-faktor bawaan dan pengaruh-

pengaruh luar yang terjadi pada seseorang (Slamet, 2007). Karena gejala ini,

orang dengan skizofrenia dapat mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan

orang lain dan mungkin menarik diri dari aktivitas sehari-hari dan dunia luar.

Page 3: BAB I

3

Ada berbagai hal yang dapat membantu proses ini, dan pemulihan mereka

akan bervariasi dari individu ke individu. Terapi memainkan peranan penting pada

sebagian besar orang dengan skizofrenia. Selain terapi dengan obat, salahsatunya

adalah terapi senam aerobic low impact. Senam aerobic low impact merupakan

senam dengan mengandalkan penyaluran energi dan penyerapan oksigen yang

berimbang sehingga dapat meningkatkan endorphin yang memiliki efek

relaksan yang sangat efektif (Yulistanti, 2003). Terapi senam Aerobic Low-

Impact memberikan gerakan senam yang lebih terstruktur dan ritmik untuk

mencapai hal tersebut. Terapi senam aerobik secara ritmik dapat meningkatkan

sebesar 50 % dari heart rate maksimal pada pasien dengan gangguan jiwa. Item

dalam skor Agression Self-Control menilai perilaku pasien dari segi komunikasi

dan hubungan dengan lingkungan dan orang lain.

Penelitian yang dilakukan Daley (2002), mengatakan bahwa terapi olahraga

memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap penurunan tingkat depressi

pada pasien dengan gangguan jiwa, dibandingkan dengan pasien yang tidak diberi

terapi senam. Faulkner dan Sparkes telah melakukan sebuah uji tentang pengaruh

senam sebagai terapi bagi pasien dengan skizofrenia, dan didapatkan hasil bahwa

dengan rentang waktu 10 minggu dapat membantu mengurangi gangguan

halusinasi dengar dan meningkatkan pola tidur yang lebih baik (Daley,2002).

Beberapa penelitian tentang aktivitas fisik dan terapi olahraga terhadap

gangguan kejiwaan membuktikan, bahwa aktivitas fisik tersebut dapat meningkat-

kan kepercayaan pasien terhadap orang lain (Campbell & Foxcroft, 2008), dan

juga membantu mengontrol kemarahan pasien (Haassmen, Koivula & Uutela,

Page 4: BAB I

4

2000). Penelitian yang dilakukan oleh Gordon (2010) dalam bukunya yang

berjudul Growing gray matter menyatakan bahwa olahraga senam aerobic

selama 30 menit dengan frekuensi 3 kali seminggu mampu meningkatkan

ukuran hipokampus dan peningkatan kemampuan short-term memory pada

penderita skizofrenia.

Banyak hasil penelitian tentang manfaat senam aerobik low impact pada

pasien dengan Skizofrenia yang menunjukkan efek terapi senam dapat

menurunkan tingkat depresi, meningkatkan kemampuan sosial dan interaksi juga

afek positif, dan peningkatan aggression self control, dan hal inilah yang

mendorong kelompok untuk menyusun makalah yang akan membahas tentang

beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan evidence-based practice tentang

Terapi Senam Aerobik Low Impact Pada Pasien dengan Skizofrenia.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan hasil penelitian yang berkaitan dengan evidence-based

practice Terapi Senam Aerobik Low Impact Pada Pasien dengan

Skizofrenia sebagai salah satu terapi modalitas dalam praktik keperawatan

di Rumah Sakit Jiwa Cisarua.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan analisis jurnal evidance based practice yang berkaitan

dengan Efektifitas Terapi Senam Aerobik Low Impact sebagai salah

satu terapi modalitas Pada Pasien Skizofrenia.

Page 5: BAB I

5

b. Melakukan uji coba penerapan prosedur Terapi Senam Aerobik Low

Impact Pada Pasien dengan Skizofrenia sebagai salah satu terapi

modalitas dalam praktik keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Cisarua.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Analisis jurnal evidance based practise tentang pengaruh terapi senam

aerobik low impact pada pasien skizofrenia ini dapat mengembangkan

wawasan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam

melaksanakan salah satu terapi modalitas bagi pasien skizofrenia di rumah

sakit.

2. Bagi Pendidikan

Hasil analisis jurnal tentang efektifitas senam aerobic low impact pada

pasien skizofrenia ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

keperawat-an jiwa.

3. Bagi Rumah Sakit

Hasil analisis jurnal evidance bsaed practise tentang terapi senam Aerobik

Low Impact ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam melaksanakan

terapi modalitas pada pasien dengan Skizofrenia di rumah sakit.