BAB I

2
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kejadian penyakit jantung bawaan (PJB) sebesar sepertiga dari total k bawaan. Dari review sistematis 114 jurnal, dari 4.!"1.#$% kela&iran &idup mengalami PJB. Di sia, pre alensi PJB paling tinggi dibanding benua lain, kejadian PJB ",' per 1!!! kela&iran &idup, dengan kelainan pulmon obstruction (stenosis pulmonal dan Tetralogy of Fallot/ *o+) lebi& dominan sedikit kelainan left ventricular outflow track obstruction (Coarcta stenosis aorta). 1 Pada penelitian yang dilakukan di Beijing, ina insiden PJB sebesar dari total kela&iran, dimana 1$#,"-1!!! la&ir mati dan $,%-1!!! la&ir &idu memiliki angka yang lebi& besar dibandingkan non sia karena pengaru& perk konsanguinis yang tinggi. Di /ndonesia belum terdapat angka yang penelitian 0. Dr. 0utomo pada ta&un !!4 !!$, didapatkan an 11,$42, 11,'32, dan 1',442. Dalam penelitian yang dilakukan di 0 Djamil, distribusi *6+ menempati urutan pertama pada jenis PJB sianotik se 13,2 dan patent ductus arteriosus (PD ) menempati urutan ketiga pada jeni asianotik sebesar '','2. Kejadian *o+ seimbang baik laki laki maupun perempua *o+ berkaitan dengan 0indrom Down (trisomi 1) dan meng&ilangnya kromosom dan terjadi pada bayi dengan kelainan bibir dan palatum. Jika orang tua at memiliki *o+, anak anak dalam keluarga tersebut akan memiliki kemungkina menderita PJB ini. ' 7eonatus dengan *o+ memiliki gejala yang berbeda tergantung aliran dara& ke paru. 0ebagian mengalami kebiruan, sebagian mengalami pi dimana neonatus tidakbiru dan aliran dara& ke paru bisa meningkatyang mengakibatkan takipneu, tidak mau minum, dan peningkatan berat badan yang optimal. 6le& karenaitupemeriksaan neonatus se8ara teliti diperlukan untuk mendiagnosis se8ara tepat se&ingga tidak terjadi komplikasi lebi& lanjut d ' 1

description

OK

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kejadian penyakit jantung bawaan (PJB) sebesar sepertiga dari total kelainan

bawaan. Dari review sistematis 114 jurnal, dari 4.!"1.#$% kela&iran &idup 1$4.'"$

mengalami PJB. Di sia, pre alensi PJB paling tinggi dibanding benua lain, dengan

kejadian PJB ",' per 1!!! kela&iran &idup, dengan kelainan pulmonary outflow

obstruction (stenosis pulmonal dan Tetralogy of Fallot/ *o+) lebi& dominan dan lebi&

sedikit kelainan left ventricular outflow track obstruction (Coarctacio aorta dan

stenosis aorta).1

Pada penelitian yang dilakukan di Beijing, ina insiden PJB sebesar #, -1!!!

dari total kela&iran, dimana 1$#,"-1!!! la&ir mati dan $,%-1!!! la&ir &idup. as sia

memiliki angka yang lebi& besar dibandingkan non sia karena pengaru& perkawinan

konsanguinis yang tinggi. Di /ndonesia belum terdapat angka yang pasti, namun

penelitian 0. Dr. 0utomo pada ta&un !!4 !!$, didapatkan angka kematian

11,$42, 11,'32, dan 1',442. Dalam penelitian yang dilakukan di 0 P Dr. 5

Djamil, distribusi *6+ menempati urutan pertama pada jenis PJB sianotik sebesar

13, 2 dan patent ductus arteriosus (PD ) menempati urutan ketiga pada jenis PJB

asianotik sebesar '','2. Kejadian *o+ seimbang baik laki laki maupun perempuan.

*o+ berkaitan dengan 0indrom Down (trisomi 1) dan meng&ilangnya kromosom

dan terjadi pada bayi dengan kelainan bibir dan palatum. Jika orang tua atau saudara

memiliki *o+, anak anak dalam keluarga tersebut akan memiliki kemungkinan besar

menderita PJB ini.'

7eonatus dengan *o+ memiliki gejala yang berbeda tergantung dari jumla&

aliran dara& ke paru. 0ebagian mengalami kebiruan, sebagian mengalami pink Tets,

dimana neonatus tidak biru dan aliran dara& ke paru bisa meningkat yang

mengakibatkan takipneu, tidak mau minum, dan peningkatan berat badan yang tidak

optimal. 6le& karena itu pemeriksaan neonatus se8ara teliti diperlukan untuk

mendiagnosis se8ara tepat se&ingga tidak terjadi komplikasi lebi& lanjut dari *o+.'

1

Page 2: BAB I