BAB I
-
Upload
nina-widad-elhasan -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di bidang obat, perkembangan obat menjadi
sangat pesat dan memberikan kontribusi signifikan dalam perbaikan pelayanan kesehatan di
banyak negara, termasuk Indonesia. Obat-obat baru yang ditemukan selain untuk memperbaiki
kinerja obat yang sudah beredar, juga guna menanggulangi penyakit yang belum ada obatnya.
Di lain pihak, obat dapat juga menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila
penggunaannya tidak tepat. Efek yang tidak diinginkan dari obat antara lain dapat disebabkan
karena adanya interaksi obat. Interaksi obat (reaksi saling mempengaruhi antara beberapa macam
obat yang dikonsumsi secara bersamaan) merupakan salah satu kesalahan pengobatan yang
paling banyak dilakukan saat ini. Selain interaksi obat dengan obat, hal lain yang patut
diperhatikan adalah kemungkinan terjadinya interaksi obat yang diminum pasien dengan
makanan atau minuman.
Berbagai macam pertanyaan dapat timbul dari seorang pasien yang sedang
mengkonsumsi obat, baik itu merupakan obat yang diberikan dokter maupun obat yang dapat
dibeli bebas di apotek. Satu prinsip yang harus menjadi perhatian utama. Saat mendapat obat dari
dokter, pastikan untuk mengikuti petunjuk yang diberikan agar dapat memperoleh manfaat yang
maksimal dengan resiko yang terendah dari obat yang anda minum. Sebab, perubahan yang
disebabkan interaksi obat dengan makanan/minuman dapat sangat bermakna, namun demikian
masih banyak faktor individu yang memberikan pengaruh misalnya dosis obat, usia, berat badan,
jenis kelamin dan status kesehatan pasien tersebut secara keseluruhan.
Perhatian harus diberikan terutama jika obat dikonsumsi dengan makanan/minuman yang
mengandung kafein dan alcohol.
1
I.2 Tujuan Makalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui interaksi obat dengan
makanan, dan agar penulis maupun pembaca mengerti reaksi-reaksi yang terjadi apabila obat
diminum bersama makanan. selain itu penulisan makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi
tugas dari Mata Kuliah interaksi obat.
I.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apakah defenisi atau penjelasan mengenai Interaksi Obat dengan Makanan ?
2. Bagaimana makanan dan obat Berinteraksi ?
3. Apa saja Interaksi Obat dengan Makanan yang umum terjadi ?
4. Apa saja contoh-contoh Interaksi Obat dengan Makanan ?
I.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang dipakai yaitu menggunakan metode literature dari internet
sebagai sumber makalah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Interaksi Obat
Interaksi obat dapat didefinisikan sebagai modifikasi efek satu obat atau akibat obat lain
yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, atau bila dua atau lebih obat berinteraksi
sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih berubah.
Mekanisme interaksi obat secara garis obat dapat dibedakan atas 3 mekanisme, yakni:
1. Interaksi farmasetik atau inkompatibilitas
Interaksi farmasetis adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat
diformulasikan / disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita. Misalnya interaksi
antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan
pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan.
2. Interaksi farmakokinetik
Pada interaksi ini obat mengalami perubahan pada proses absorbsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresi yang disebabkan karena adanya obat atau senyawa lain.
3. Interaksi farmakodinamik
Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi molekuler atau kerja
fisiologis obat lain.
Interaksi obat dapat membahayakan, baik dengan meningkatkan toksisitas obat atau dengan
mengurangi khasiatnya. Namun, interaksi beberapa obat dapat menguntungkan, sebagai contoh,
efek hipotensif diuretik bila dikombinasikan dengan beta bloker dapat berguna dalam
pengobatan hipertensif.
3
II.2 Mekanisme Interaksi Obat dengan Makanan
Dasar yang menentukan apakah obat diminum sebelum, selama atau setelah makan
tentunya adalah karena absorpsi, ketersediaan hayati serta efek terapeutik obat bersangkutan,
yang amat tergantung dari waktu penggunaan obat tersebut serta adanya kemungkinan interaksi
obat dengan makanan itu sendiri. Cukup banyak usaha-usaha yang dilakukan untuk menyelidiki
hal ini. Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya interaksi obat dengan
makanan adalah :
Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan pengosongan lambung dari
saat masuknya makanan
Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu
Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan di mukosa saluran cerna
Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses adsorpsi dan pembentukan kompleks
Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan
Perubahan biotransformasi dan eliminasi. (Widianto, 1989)
Dari semua pengaruh ini, ada beberapa factor yang mempengaruhi interaksi obat dan
makanan antara lain:
a. Pengosongan lambung
Pada kasus tertentu misalnya setelah pemberian laksansia atau penggunaan
preparat retard, maka di usus besarpun dapat terjadi absorpsi obat yang cukup besar.
Karena besarnya peranan usus halus dalam hal ini, tentu saja cepatnya makanan masuk ke
dalam usus akan amat mempengaruhi kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi.
Peranan jenis makanan juga berpengaruh besar di sini. Jika makanan yang dimakan
mengandung komposisi 40% karbohidrat, 40% lemak dan 20% protein maka walaupun
pengosongan lambung akan mulai terjadi setelah sekitar 10 menit. Proses pengosongan
ini baru berakhir setelah 3 sampai 4 jam. Dengan ini selama 1 sampai 1,5 jam volume
lambung tetap konstan karena adanya proses-proses sekresi.
Tidak saja komposisi makanan, suhu makanan yang dimakanpun berpengaruh
pada kecepatan pengosongan lambung ini. Sebagai contoh makanan yang amat hangat
atau amat dingin akan memperlambat pengosongan lambung. Ada pula peneliti yang
4
menyatakan pasien yang gemuk akan mempunyai laju pengosongan lambung yang lebih
lambat daripada pasien normal. Nyeri yang hebat misalnya migren atau rasa takut, juga
obat-obat seperti antikolinergika (missal atropin, propantelin), antidepresiva trisiklik
(misal amitriptilin, imipramin) dan opioida (misal petidin, morfin) akan memperlambat
pengosongan lambung. Sedangkan percepatan pengosongan lambung diamati setelah
minum cairan dalam jumlah besar, jika tidur pada sisi kanan (berbaning pada sisi kiri
akan mempunyai efek sebaliknya,) atau pada penggunaan obat seperti metokiopramida
atau khinidin. Jelaslah di sini bahwa makanan mempengaruhi kecepatan pengosongan
lambung, maka adanya gangguan pada absorpsi obat karenanya tidak dapat diabaikan.
b. Komponen makanan
Efek perubahan dalam komponen-komponen makanan :
1) Protein (daging, dan produk susu)
Sebagai contoh, dalam penggunaan Levadopa untuk mngendalikan tremor pada
penderita Parkinson. Akibatnya, kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali
dengan baik. Hindari atau makanlah sesedikit mungkin makanan berprotein tinggi
(Harknoss, 1989).
2) Lemak
Keseluruhan dari pengaruh makan lemak pada metabolisme obat adalah bahwa
apa saja yang dapat mempengaruhi jumlah atau komposisi asam lemak dari
fosfatidilkolin mikrosom hati dapat mempengaruhi kapasitas hati untuk
memetabolisasi obat. Kenaikan fosfatidilkolin atau kandungan asam lemak tidak
jenuh dari fosfatidilkolin cenderung meningkatkan metabolism obat (Gibson, 1991).
Contohnya : Efek Griseofulvin dapat meningkat.interaksi yang terjadi adalah interaksi
yang menguntungkan dan grieseofluvin sebaiknya dimakan pada saat makan
makanan berlemak seperti daging sapi, mentega, kue, selada ayam, dan kentang
goring (Harkness, 1989).
3) Karbohidrat
Karbohidrat tampaknya mempunyai efek sedikit pada metabolism obat, walaupun
banyak makan glukosa, terutama sekali dapat menghambat metabolism barbiturate,
dan dengan demikian memperpanjang waktu tidur. Kelebihan glukosa ternyata juga
mengakibatkan berkurangnya kandungan sitokrom P-450 hati dan memperendah
5
aktivitas bifenil-4-hidroksilase (Gibson, 1991). Sumber karbohidrat: roti, biscuit,
kurma, jelli, dan lain-lain (Harkness, 1989).
4) Vitamin
Vitamin merupakan bagian penting dari makanan dan dibutuhkan untuk sintesis
protein dan lemak, keduanya merupakan komponen vital dari system enzim yang
memetabolisasi obat. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa perubahan dalam
level vitamin, terutama defisiensi, menyebabkan perubahan dalam kapasitas
memetabolisasi obat. Contohnya :
Vit A dan vit B dengan antacid, menyebabkan penyerapan vitamin berkurang.
Vit C dengan besi, akibatnya penyerapan besi meningkat.
Vit D dengan fenitoin (dilantin), akibatnya efek vit D berkurang.
Vit E dengan besi, akibatnya aktivitas vit E menurun. (Harkness, 1989)
5) Mineral
Mineral merupakan unsur logam dan bukan logam dalam makanan untuk menjaga
kesehatan yang baik. Unsur – unsure yang telah terbukti mempengaruhi metabolisme
obat ialah: besi, kalium, kalsium, magnesium, zink, tembaga, selenium, dan iodium.
Makanan yang tidak mengandung magnesium juga secara nyata mengurangi
kandungan lisofosfatidilkolin, suatu efek yang juga berhubungan dengan
berkurangnya kapasitas memetabolisme hati. Besi yang berlebih dalam makanan
dapat juga menghambat metabolisme obat. Kelebihan tembaga mempunyai efek yang
sama seperti defisiensi tembaga, yakni berkurangnya kemampuan untuk
memetabolisme obat dalam beberapa hal. Jadi ada level optimum dalam tembaga
yang ada pada makanan untuk memelihara metabolism obat dalam tubuh (Gibson,
1991).
c. Ketersediaan hayati
Penggunaan obat bersama makanan tidak hanya dapat menyebabkan perlambatan
absorpsi tetapi dapat pula mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi (ketersediaan hayati
obat bersangkutan). Penisilamin yang digunakan sebagai basis terapeutika dalam
menangani reumatik, jika digunakan segera setelah makan, ketersediaan hayatinya jauh
lebih kecil dibandingkan jika tablet tersebut digunakan dalam keadaan lambung kosong.
6
Ini akibat adanya pengaruh laju pengosongan lambung terhadap absorpsi obat (Gibson,
1991).
Interaksi antara obat dan makanan disini dapat dibagi menjadi :
Obat-obatan yang dapat menurunkan nafsu makan, mengganggu
pengecapan dan mengganggu traktus gastrointestinal atau saluran
pencernaan.
Obat-obatan yang dapat mempengaruhi absorbsi, metabolisme dan eksresi
zat Gizi
Obat dan penurunan nafsu makan
Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat mempengaruhi nafsu
makan. Kebanyakan stimulan CNS dapat mengakibatkan anorexia. Efek samping obat yang
berdampak pada gangguan CNS dapat mempengaruhi kemampuan dan keinginan untuk makan.
Obat-obatan penekan nafsu makan dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan yang
tidak diinginkan dan ketidakseimbangan nutrisi (Mahan, 2002).
Obat dan perubahan pengecapan atau penciuman
Banyak obat yang dapat menyebabkan perubahan terhadap kemampuan merasakan
dysgeusia, menurunkan ketajaman rasa hypodysgeusia. Gejala-gejala tersebut dapat
mempengaruhi intake makanan. Obat-obatan yang umum digunakan dan diketahui menyebabkan
hypodysgeusia seperti: obat antihipertensi (captopril), antriretroviral ampenavir, antineoplastik
cisplastin, dan antikonvulsan phenytoin (Mahan, 2002).
Obat dan gangguan gastrointestinal
Obat dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus besar dan hal ini dapat berdampak
pada terjadinya konstipasi atau diare. Obat-obatan narkosis seperti kodein dan morfin dapat
menurunkan produktivitas tonus otot halus dari dinding usus. Hal ini berdampak pada penurunan
peristaltik yang menyebabkan terjadinya konstipasi (Lulukria, 2010).
7
Absorbsi
Interaksi dalam proses absorpsi dapat terjadi dengan berbagai cara misalnya,
Perubahan (penurunan) motilitas gastrointestinal oleh karena obat-obat seperti morfin
atau senyawa-senyawa antikolinergik dapat mengubah absorpsi obat-obat lain.
Kelasi yakni pengikatan molekul obat-obat tertentu oleh sen/.zyawa logam sehingga
absorpsi akan dikurangi, oleh karena terbentuk senyawa kompleks yang tidak diabsorpsi.
Misalnya kelasi antara tetrasiklin dengan senyawa-senyawa logam /berat akan
menurunkan absorpsi tetrasiklin.
Makanan juga dapat mengubah absorpsi obat-obat tertentu, misalnya: umumnya
antibiotika akan menurun absorpsinya bila diberikan bersama dengan makanan
(Grahame, 1985)
Obat-obatan yang dikenal luas dapat mempengaruhi absorbsi zat gizi adalah obat-obatan
yang memiliki efek merusak terhadap mukosa usus. Antineoplastik, antiretroviral, NSAID dan
sejumlah antibiotik diketahui memiliki efek tersebut. Mekanisme penghambatan absorbsi
tersebut meliputi: pengikatan antara obat dan zat gizi (drug-nutrient binding) contohnya Fe, Mg,
Zn, dapat berikatan dengan beberapa jenis antibiotik; mengubah keasaman lambung seperti pada
antacid dan antiulcer sehingga dapat mengganggu penyerapan B12, folat dan besi; serta dengan
cara penghambatan langsung pada metabolisme atau perpindahan saat masuk ke dinding usus
(Lulukria, 2010).
Metabolisme
Interaksi dalam proses metabolisme dapat terjadi dengan dua kemungkinan, yakni
Pemacuan enzim (enzyme induction) suatu obat (presipitan) dapat memacu metabolisme
obat lain (obat obyek) sehingga mempercepat eliminasi obat tersebut. Obat-obat yang
dapat memacu enzim metabolism obat disebut sebagai enzyme inducer. Dikenal beberapa
obat yang mempunyai sifat pemacu enzim ini yakni Rifampisin; Antiepileptika: fenitoin,
karbamasepin, fenobarbital.
Penghambatan enzim, Obat-obat yang punya kemampuan untuk menghambat enzim yang
memetabolisir obat lain dikenal sebagai penghambat enzim (enzyme inhibitor). Akibat
8
dari penghambatan metabolisme obat ini adalah meningkatnya kadar obat dalam darah
dengans egala konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses eliminasi obat. Obat-
obat yang dikenal dapat menghambat aktifitas enzim metabolisme obat antara lain
kloramfenikol, isoniazid, simetidin, propanolol, eritromisin, fenilbutason, alopurinol,dan
lain-lain. (Grahame, 1985)
Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di usus dan hati.
Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang dibutuhkan untuk
memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan metotrexate pada pengobatan kanker
menggunakan enzim yang sama yang dipakai untuk mengaktifkan folat. Sehingga efek samping
dari penggunaan obat ini adalah defisiensi asam folat (Lulukria, 2010).
Ekskresi
Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi dengan mengganggu
reabsorbsi pada ginjal dan menyebabkan diare atau muntah. Sehingga jika dirangkum, efek
samping pemberian obat-obatan yang berhubungan dengan gangguan GI (gastrointestinal) dapat
berupa terjadinya mual, muntah, perubahan pada pengecapan, turunnya nafsu makan, mulut
kering atau inflamasi/ luka pada mulut dan saluran pencernaan, nyeri abdominal (bagian perut),
konstipasi dan diare. Efek samping seperti di atas dapat memperburuk konsumsi makanan si
pasien. Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang panjang tentu dampak signifikan yang
memperngaruhi status gizi dapat terjadi (Bruyne, 2008)
II.3 Interaksi Makanan Dan Obat Yang Umum Terjadi
Makanan yang mengandung zat Tyramine (seperti bir, anggur, alpukat, beberapa jenis
keju, dan berbagai daging olahan) memperlambat kerja enzim yang memetabolisme obat
penghambat MAO (kelompok obat antidepresi) dan dapat menyebabkan efek yang berbahaya,
termasuk tekanan darah tinggi yang serius. Beberapa jenis makanan dapat mencegah obat
tertentu untuk diserap ke dalam darah setelah ditelan, dan yang lain sebaliknya dapat
meningkatkan penyerapan obat.
9
Contohnya, jika meminum segelas susu ketika menggunakan obat antibiotik tetrasiklin,
calcium yang ada dalam susu akan mengikat tertrasiklin, membentuk senyawa yang tidak
mungkin dapat diserap oleh tubuh ke dalam darah. Sehingga efek yang diharapkan dari obat
tetrasiklin tidak akan terjadi. Di sisi lain, meminum segelas jus citrus bersamaan dengan
suplemen yang mengandung zat besi akan sangat bermanfaat karena vitamin C yang ada dalam
jus akan meningkatkan penyerapan zat besi. Akhirnya, beberapa makanan benar-benar bisa
mengganggu efek yang diinginkan dari obat. Contohnya, orang yang menggunakan obat
pengencer darah warfarin seharusnya tidak mengkonsumsi secara bersamaan dengan makanan
yang banyak mengandung vitamin K seperto brokoli, atau bayam. Vitamin K membantu
pembekuan darah, sehingga melawan efek dari obat warfarin. Efek yang sebaliknya, terjadi
dengan vitamin E, bawang dan bawang putih, karena bahan-bahan ini menghaslkan efek yang
mirip dengan efek warfarin. Konsumsi dalam jumlah besar dari makanan ini dapat menyebabkan
efek warfarin menjadi terlalu kuat makanan.
II.4 Beberapa Contoh Interaksi Obat Dan Makanan
Tidak semua obat berinteraksi dengan makanan. Namun, banyak obat-obatan yang
dipengaruhi oleh makanan tertentu dan waktu Anda memakannya. Berikut adalah beberapa
contohnya:
Jus jeruk menghambat enzim yang terlibat dalam metabolisme obat sehingga
mengintensifkan pengaruh obat-obatan tertentu. Peningkatan pengaruh obat mungkin
kelihatannya baik, padahal tidak. Jika obat diserap lebih dari yang diharapkan, obat
tersebut akan memiliki efek berlebihan. Misalnya, obat untuk membantu mengurangi
tekanan darah bisa menurunkan tekanan darah terlalu jauh. Konsumsi jus jeruk pada saat
yang sama dengan obat penurun kolesterol juga meningkatkan penyerapan bahan aktifnya
dan menyebabkan kerusakan otot yang parah. Jeruk yang dimakan secara bersamaan
dengan obat anti-inflamasi atau aspirin juga dapat memicu rasa panas dan asam di perut.
Kalsium atau makanan yang mengandung kalsium, seperti susu dan produk susu lainnya
dapat mengurangi penyerapan tetrasiklin.
10
Makanan yang kaya vitamin K (kubis, brokoli, bayam, alpukat, selada) harus dibatasi
konsumsinya jika sedang mendapatkan terapi antikoagulan (misalnya warfarin), untuk
mengencerkan darah. Sayuran itu mengurangi efektivitas pengobatan dan meningkatkan
risiko trombosis (pembekuan darah).
Kafein meningkatkan risiko overdosis antibiotik tertentu (enoxacin, ciprofloxacin,
norfloksasin).Untuk menghindari keluhan palpitasi, tremor, berkeringat atau halusinasi,
yang terbaik adalah menghindari minum kopi, teh atau soda pada masa pengobatan.
Adapun Makanan Yang Meningkatkan Efek Beberapa Obat
Obat yang efeknya dapat ditingkatkan oleh makanan dn biasanya harus digunakan
bersamaan dengan makanan agar didapatkan efek yang tetap :
Obat Jantung pemblok beta : Digunakan untuk mencegah angina ,untuk menormalkan
kembali denyut jantung yang tidak beraturan,dan untuk menanggulangi tekanan darah
tinggi. Nama paten pemblok beta :
- Blocadren,Corgard,Inderal,Lopressor,Ternomin,Visken.
- Karbamazepin (Tregretol) – Antikolvusan yang digunakan untuk mencegah serangan.
- Diazepam (Valium) –Suatu Trankuilansia Diuretika-Digunakan untuk mrngobati
tekanan darah tinggi dan layu jantung .
Nama paten Diuretika yang berinteraksi :
- Anhydron,Aquatag,Aquatensin,Diucardin,Diulo,Diuril,Enduron,Esidrix,Exna,Hydrodi
uril,Hydromox,Hygroton,Metahydrin,Naqua,Naturetin,Oretic,Ranese,Saluron,Zaroxyl
yn.
- Hidralazin (Apresoline) – Digunakan untuk menanggulangi tekanan darah tinggi
- Nitrofurantoin (Furadantin,Macrodantin) – Suatu antimikroba,digunakan untuk
mengobati infeksi saluran kemih.
- Fenitoin (Dilantin) – Suatu antikonvulsan yang digunakan untuk mencegah serangan
- Spironolakton (Aldactazide, Aldactone) – Suatu diuretika,digunakan untuk
menanggulangi tekanan darah tinggi dan layu jantung.
Makanan Yang dapat Menurunkan Efek Beberapa Obat
11
Gunakan obat berikut ini satu jam sebelum atau dua jam sesudah makan untuk mencegah
interaksi yang mungkin menurunkan efek obat :
- Kaptopril (Capoten) – Digunakan untuk menanggulangi tekanan darah tinggi dan layu
jantung.
- Makanan beralkali – Metenamin (Hiprex,Mandelamine,Urex)
Efek metenamin dapat berkurang ,Metenamin digunakan untuk mengobati infeksi saluran
kemih (kandung kemih dan ginjal). Akibatnya : Infeksi mungkin tidak terobati dengan
baik.
Hindari makanan beralkali seperti ; Amandel,susu mentega,kastanye,sari buah
jeruk,kelapa,kepala susu, buah-buahan (kecuali berry,prem,buah prem yang dikeringkan), susu,
sayuran (kecuali jagung)
12
BAB III
PEMBAHASAN
III.I Interaksi Obat dengan Makanan
No.
Obat objek Obat
PrasipitanMekanisme
InteraksiEfek
Pemecahan Masalah
1. - Lorazepam(ativan)Midazolam(dormicum)-Diazepam(cetalgin)- Trizolam (Halcion)
Jus anggur *Lorazepam : Berinteraksi dengan reseptor penghambat neurotransmiter yang diaktifkan oleh GABA*Jus anggur: Mengandung senyawa yang disebut dengan furanokumarin yang dapat mengganggu hati dan menyerap enzim sitokrom P450 isoform CYP3A4 di dinding usus kecil.*Interaksi : jus anggur akan menginhibisi metabolism pertama dari benzodiazepine pada CYP3A4
Mengganggu hati dan
menyerap enzim
sitokrom P450 isoform
CYP3A4 di dinding usus
halus
Hindari konsumsi jus anggur saat
sedang mengkonsumsi
obat yang mengandung lorazepam
(contoh obat : Ativan)
2. Obat-obat Hormon (mis : kontrasepsi oral, steroid)
Makanan asin /
makanan yg kaya iodium
Makanan asin meningkatkan retensi cairan tubuh. Obat ini mengurangi absorpsi asam folat, vit. B6 dan zat gizi lain. Konsumsi
Meningkatkan retensi cairan dalam tubuh
Perbanyak konsumsi
makanan kaya Ca, vit K untuk
menghindari defisiensi
13
makanan dengan kadar zat-zat ini yang cukup tinggi untuk menghindari defisiensi
3. Obat antikoagulan (contoh : warfarin)
makanan kaya vit K (brokoli, kacang hijau,
selada, hati sapi, bayam,
dll)
antikoagulan oral berkompetisi dengan suplai normal vit.K untuk mengurangi sintesis faktor pembekuan darah oleh hati. Jika asupan vit K tinggi maka sintesis faktor pembekuan normal sehingga mengakibatkan penurunan efek antikoagulan.
Mengakibatkan penurunan
efek dari obat antikoagulan tersebut, dan
meningkatkan resiko
thrombosis (pembekuan
darah)
Tingkatkan dosis antikoagulan atau kurangi asupan vit K
4. Isoniazid (INH) Keju, ikan (tuna,
makarel, salmon
yang tidak segar)
makanan tersebut atas kaya akan histidin, pada penyimpanan diubah menjadi histamin oleh bakteri. Oleh karena itu, Pada kondisi normal histamin diuraikan di tubuh oleh histaminase, tapi pada peminum INH (suatu inhibitor enzim) pada aktivitas enzim akan dihambat sehingga kadar histamin akan tinggi dapat menyebabkan toksisitas histamin
Resiko toksisitas histamin (sakit kepala hebat, gatal & kemerahan pada kulit, nyeri abdomen, takikardi, mata kabur, sesak nafas, diare, muntah , dsb)
Hindari makanan-makanan
tersebut jika sedang
mengkonsumsi INH
5. Antasid jeruk Jeruk jika dikonsumsi bersama antasid yang mengandung
Meningkatkan absorbsi
Hindari makanan tersebut jika
sedang mengkonsumsi
14
Al akan meningkatkan absorpsi Al
antacid
6. Obat MAOI (mono amin oksidase inhibitor) missal : parstelin
Keju, daging asap,
yogurt, coklat, kecap
Tiramin adalah asam amino yang ditemukan dalam bermacam makanan di atas, yang merupakan senyawa simpatomimetik tak langsung à dapat menyebabkan hipertensi pada pasien yang menerima MAOI
wajahnya memerah, kepala & jantung
berdenyut cepat & nafas
tersengal-sengal,
berulang kali muntah à palpitasi
Hindari makanan tersebut jika
sedang mengkonsumsi
obat MAOI
7. MAOI ( contoh : fenelzin, mebanazin, paargilin)
Ekstrak ragi, saus
kedelai, hati ayam, hati
sapi, anggur tua
Tiramin terbentuk dalam berbagai makanan di atas melalui degradasi susu atau protein oleh bakteri, mula-mula menjadi tirosin dan asam amino lain (interaksi tidak terjadi pada makanan segar).Tiramin adalah suatu amin simpatomimetik tak langsung yang dapat melepaskan NE dari neuron adrenergik à vasokonstriksi à TD >>
wajahnya memerah, kepala & jantung
berdenyut cepat & nafas
tersengal-sengal,
berulang kali muntah à palpitasi
Hindari makanan tersebut jika
sedang mengkonsumsi
obat MAOI
8. Obat asma (turunan teofilin)
Sate sapi, hamburger
Efek obat asma dapat berkurang .Obat asma membuka jalan udara di paru-paru dan mempermudah pernapasan
asma tidak terkendali
dengan baik
Hindari makanan tersebut saat
sedang penggunaan obat
asma
15
penderita asma9. Digoksin (Lanoksin) makanan
berserat banyak ( sereal beras, sayuran mentah, buah-buahan)
Efek digoksin dapat berkurang,Digoksin digunakan untuk mengobati layu jantungan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak beraturan.sehingga dapat mengakibatkan Kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik
Kondisi yang diobati
mungkin tidak terkendali
dengan baik, karena denyut jantung yang tak beraturan.
Gunakan digoksin satu jam sebelum atau dua jam
sesudah menyantap
makanan yang beserat banyak
10. Antibiotika Tetrasiklin Susu dan produk yang mengandun
g susu
Tetrasiklin dapat membentuk senyawa kompleks dengan beberapa logam seperti ca,mg. dan fe sukar larut dan sukar diabsorbsi karena itu tidak dianjurkan untuk diminum dengan makanan kaya logam. Kemudian untuk Efek tetrasiklin itu sendiri dapat berkurang . Tetrasikilin adalah antibiotika yang digunakan untuk melawan infeksi, sehingga jika adanya interaksi antara susu dan antibiotic ini maka infeksi yang diobati tidak terkendali dengan baik.
sukar doabsorbsi
didalam tubuh, menurunkan
efek obat antibiotik
Untuk mencegah interaksi,gunakan tetrasiklin satu
jam sebelum atau dua jam
sesudah minum susu atau produk
susu.
16
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Beberapa obat menyebabkan perubahan status nutrisi seseorang (interaksi obat terhadap
makanan). Selain itu, faktor nutrisi yang terkandung dalam makanan memiliki pengaruh yang
signifikan pada efikasi terapi suatu obat (interaksi makanan terhadap obat). Interaksi makanan-
obat atau obat-makanan sangat penting diperhatikan anggota tim pelayanan kesehatan agar
tercapai terapi obat yang optimal tanpa merugikan status nutrisi seorang pasien.
Pengaruh makanan terhadap efek obat sering tidak diperhatikanàdapat menimbulkan
efek merugikanàefek samping atau berkurangnya efek. Secara umum makanan dapat
berinteraksi dengan : obat, lemak, karbohidrat, protein, asam, alkohol, dsb.
Beberapa obat yang strukturnya mirip asam amino à berkompetisi pada absorpsi
gastrointestinal. Makanan berlemak à meningkatkan absorpsi obat yang larut dalam lemak.
Makanan yang bersifat asam à menguraikan obat yang tidak tahan asam. Obat analeptik dapat
meningkat efeknya dengan minum kopi
Makanan dapat mempengaruhi obat pada tahap ADME. Kekurangan protein à
berpengaruh pada biotransformasi dan toksisitas obat. Umumnya interaksi obat-makanan berupa
turunnya derajat absorpsi à melalui pembentukan kompleks, perubahan pH, perubahan
motilitas, perubahan fungsi mukosa dan perubahan mekanisme transport. Pencegahan à
gunakan obat saat lambung kosong (kecuali obat yang mengiritasi lambung à gunakan saat
lambung isi)
17
IV.2 SARAN
Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya
interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis.
18