BAB I
-
Upload
petra-raditya-ivanny -
Category
Documents
-
view
31 -
download
3
description
Transcript of BAB I
![Page 1: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/1.jpg)
LaporanPraktikum
Acara 1
PembuatanDenahdanPenilaian Tata LetakAwal
Kelompok D1
Anggota :
Sintari Rahayu( 11/318934/TP/10180 )
F. Antonio S. ( 11/318947/TP/10192 )
Nadia Adelia ( 11/318996/TP/10204 )
Agung Widhi N.( 11/319688/TP/10219 )
NooritaYanuasti (11/320103/TP/10237 )
Co – Asisten :
Asih Rachmayanti
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAIN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013
![Page 2: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penataan tata letak fasilitas perusahaan yang tidak baik dapat
meningkatkan biaya bagi perusahaan dan terbuangnya waktu untuk
menyelesaikan suatu rangkaian pekerjaan. Contohnya pada lantai
produksi, dimana peletakan mesin yang tidak beraturan dapat berakibat
pada waktu perpindahan material yang lama sehingga waktu
menyelesaikan suatu produk menjadi lebih lama dan menyebabkan biaya
yang dikeluarkan menjadi lebih besar. Menurut Tompkins (1996),
penataan lingkungan perusahaan yang baik dapat memberikan manfaat
berupa:
Visi dari perusahaan dalam hal peningkatan material handling,
material control, dan perawatan dapat terdukung;
Meningkatkan utilitas manusia, peralatan, tempat, dan energi;
Meminimalkan penanaman modal;
adaptasi dan meningkatkan perawatan;
Meningkatkan keamanan dan kepuasan saat bekerja.
Penataan lingkungan perusahaan tidak dapat dilakukan hanya
sekali, namun harus diadakan terus pengevaluasian, perbaikan, dan
perencanaan kembali apabila perusahaan sudah mulai merasa
ketidaksesuaian.
Praktikum dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap tata letak
awal perusahaan yang dijadikan sebagai bahan kajian untuk kemudian
dilakukan perancangan urutan pekerjaan yang baru dengan dasar urutan
proses produksi awal dan bertujuan agar proses produksi dapat lebih
singkat, sehingga waktu proses dapat lebih singkat.
Tujuan utama dari praktikum ini adalah tercapainya target
perusahaan, dengan tetap memperhatikan faktor penilaian utama dalam
memilih alternatif yaitu alternatif yang memiliki biaya investasi dan biaya
![Page 3: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/3.jpg)
operasional yang paling kecil. Merancang tata letak mesin dengan juga
memperhatikan jarak perpindahan material. Kekurang efektifannya adalah
dari sering terjadinya back tracking pada aliran materialnya.
Praktikum ini dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran bagi
praktikan dalam hal menggambar peta aliran bahan dan melakukan
penilaian terhadap tata letak awal suatu industri sehingga nantinya dapat
memberikan usulan perbaikan terhadap tata letak dan aliran bahan dalam
industri yang digunakan sebagai bahan kajian sehingga produktivitas
industri tersebut dapat meningkat.
B. Tujuan
1. Praktikan dapat menggambarkan tata letak awal suatu industri
2. Praktikan dapat menilai tata letak suatu industri
3. Praktikan dapat mendeskripsikan (memberikan gambaran) mengenai
kondisi umum industri yang digunakan sebagai objek kajian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
![Page 4: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/4.jpg)
Tata letak adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Terdapat
berbagai macam pengertian atau definisi mengenai tat leetak pabrik. Tata letak
dapat didefinisikan sebagai tata cara pegaturaa fasilitas-fasilitas pabrik guna
meunjang kelancaran proses produksi (2009,Wignjosoebroto).
Dalam merancang tata letak pabrik terdapat criteria-kriteria yang menjadi
ukuran tata letak pabrik yang baik. Tata letak pabrik yang baik perlu
mempertimbangkan aspek-aspek social dan aspek-aspek teknik, hal ini dikenal
dengan istilah socio-technical system (Ahyari, A., 1979).
Ada beberapa cirri yang bisa dijadikan criteria tata letak pabrik yang baik yaitu
(Apple,1990):
1. Keterkaitan kegiatan yang terencana
2. Pola aliran barang terencana
3. Aliran yang lurus
4. Langkah balik (ke tempat yang telah dilalui) yang minimum
5. Jalur aliran tambahan
6. Gang yang lurus
7. Perpindahan yang minimum antar operasi
8. Metode pemindahan terencana
9. Jarak pemindahan minimum
10. Pemrosesan digabung dengan dengan pemindahan barang
11. Pemindahan bergerak dari penerimaan menuju pengiriman
12. Operasi pertama dekat dengan penerimaan
13. Operasi terakhir dekat dengan pengiriman
14. Penyimpanan pada tempat pemakaian jika mungkin
15. Tata letak yng dapt disesuaikan dengan perubahan
16. Persediaan/tumpukan barang setengah jadi minimum
17. Sedikit mungkin bahan yag tengah diproses
18. Pemakaian seluruh lantai pabrik yang maksimum
19. Ruang penyimpanan yang cukup
20. Bahan diantar ke pekerja dan diambil dari tempat kerja
![Page 5: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/5.jpg)
21. Sesedikit mungkin jalan kaki antar operasi produksi
22. Penempatan yang tepat untuk fasilitas pelayanan produksi dan pekerja
23. Pengendalian kebisingan,kotoran,debu,asap, kelembapan dll
24. Penempatan yang pantas bagi bagian penerimaan dan pengiriman
Penentuan lokasi yang tepat akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam
hal, antara lain (Moore, J.M,1962):
Melayani konsumen dengan memuaskan.
Mendapatkan bahan mentah kontiniu, harga layak/memuaskan.
Mendapatkan tenaga kerja yang cukup.
Memungkinkan perluasan perusahaan kemudian hari.
Menurut Heizer, Jay and Render, Barry (2005) untuk melakukan pemilihan lokasi,
terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan, antara lain: (1) Pemeringkatan
faktor (factor rating); (2) Analisis nilai ideal; (3) Analisis ekonomi; (4) Analisis
volume-biaya; (5) Pendekatan pusat graviti; dan (6) Metode transportasi.
(1) Pemeringkatan Faktor (Factor Rating)
Adalah suatu pendekatan yang berguna untuk mengevaluasi dan
membandingkan berbagai alternatif. Metode ini memberikan suatu landasan
rasional dalam menganalisis dengan memberikan bobot terhadap faktor yang
dipertimabangkan, selain faktor kuantitatif juga faktor kualitatif. Faktor kualitatif
di kuantitatifkan dengan pendekatan nilai tertimbang (weighted score).
Prosedur penyusunan pemeringkatan faktor (factor rating), antara lain:
Tentukan faktor-faktor yang relevan, misal: lokasi pasar, bahan baku, dan
air).
Berikan bobot setiap faktor yang menunjukan tingkat kepentingan. Jumlah
bobot total 100% atau 1.
Tentukan skala penilaian terhadap faktor, misal: 1 – 10 atau 1 – 100.
![Page 6: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/6.jpg)
Berikan nilai pada setiap alternatif lokasi.
Kalikan bobot dengan nilai setiap faktor, dan jumlahkan setiap alternatif
lokasi.
Pilih lokasi dengan nilai tertimbang yang terbesar.
(2) Analisis Nilai Ideal
Perbedaan metode ini dengan pemeringkatan faktor adalah bobot yang
diberikan menunjukan nilai ideal dari setiap faktor.
Contoh: Faktor Nilai Ideal Lokasi A Lokasi B
Letak pasar 25 25 20
Letak bahan
baku
20 18 20
Tenaga kerja 20 20 18
Tenaga listrik 15 15 12
Ketersediaan air 10 9 10
Prasarana umum 5 4 5
Kemungkinan
perluasan
5 5 5
Total 100 96 90
Dari tebel di atas, Lokasi A merupakan lokasi terpilih, karena memiliki skor
tertimbang yang lebih besar dari pada lokasi B.
Metode ini lebih simple, namun untuk memberikan nilai pada setiap lokasi agak
lebih sulit.
(3) Analisis Ekonomi
Metode ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara
bersama untuk mendapatkan penilaian yang lebih lengkap.
Contoh:
(dalam juta
I II III IV
![Page 7: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/7.jpg)
rupiah)
Lokasi
Faktor Biaya
Biaya
Tenaga
Kerja
370 387 412 442
Biaya
Transportasi
88 80 78 62
Biaya
Umum dan
administrasi
27 17 23 22
Biaya Bahan
bakar dan
utility
17 12 11 18
Total Biaya 502 496 524 544
Terdapat beberapa jenis tata letak (lay-out), antara lain: (1) Tata letak proses; (2)
Tata letak produk; dan (3) Tata letak posisi tetap (Agung, dan Machfud. 1990.) :
(1) Tata letak proses
Tata letak proses (process layout)/tata letak fungsional adalah penyusunan
tata letak dimana alat yang sejenis atau yang mempunyai fungsi sama ditempatkan
dalam bagian yang sama, contoh: pergudangan, rumah sakit, universitas, dan
perkantoran.
Terdapat beberapa keuntungan dari tata letak proses, antara lain:
1. Memungkinkan utilisasi alat/mesin yang tinggi.
2. Memungkinkan penggunaan alat-alat/mesin-mesin yang multiguna
sehingga dapat dengan cepat mengikuti perubahan jenis produksi.
![Page 8: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/8.jpg)
3. Memperkecil terhentinya produksi yang diakibatkan oleh
kerusakan alat/mesin.
4. Sangat fleksibel dalam mengalokasikan personil dan peralatan.
5. Investasi yang rendah karena dapat mengurangi duplikasi
peralatan.
Sedangkan kelemahan dari tata letak proses, antara lain:
1. Peningkatan kebutuhan penanganan bahan (material handling)
karena aliran proses yang beragam dan tidak dapat digunakannya
ban berjalan.
2. Pengawasan produksi lebih sulit.
3. Meningkatnya persediaan barang dalam proses.
4. Total waktu produksi perunit yang lebih lama.
5. Memerlukan skill yang lebih tinggi.
6. Pekerjaan routing, penjadwalan dan akunting biaya yang lebih
sulit, karena setiap ada order baru harus dilakukan
perencanaan/perhitungan kembali.
(2) Tata letak produk
Dipilih apabila proses produksinya telah distandarisasikan dan berproduksi dalam
jumlah besar. Setiap produk akan melalui tahapan operasi yang sama sejak dari
awal sampai akhir.
Beberapa keuntungan menerapkan tata letak produk, antara lain:
1. Aliran material simpel dan langsung.
2. Persediaan barang dalam proses rendah.
3. Total waktu produksi per unit rendah.
![Page 9: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/9.jpg)
4. Tidak memerlukan skill tenaga kerja yang tinggi.
5. Kebutuhan material handling yang rendah.
6. Pengawasan proses produksi yang lebih mudah.
7. Dapat menggunakan mesin khusus dan otomatis.
8. Dapat menggunakan ban berjalan karena aliran material sudah
tertentu.
9. Kebutuhan material dapat diperkirakan dan dijadwal dengan
mudah
Sedangkan kelemahan dari tata letak produk adalah sebagai berikut:
1. Kerusakan pada sebuah mesin dapat menghentikan produksi.
2. Perubahan desain produk dapat mengakibatkan tidak efektifnya
tata letak yang bersangkutan.
3. Apabila terdapat bottle neck dapat mempengaruhi proses
keseluruhan.
4. Biasanya memerlukan investasi mesin/peralatan yang besar.
5. Karena sifat pekerjaannya yang monoton dapat mengakibatkan
kebosanan.
(3) Tata letak posisi tetap
Diperlukan apabila karena ukuran, bentuk ataupun karakteristik lain
sehingga menyebabkan produknya tidak mungkin atau sukar untuk dipindahkan.
Produk tetap berada ditempat yang telah ditentukan, namun peralatan dan tenaga
kerja yang mendatangi produk tersebut. Misalnya: pembuatan kapal laut, pesawat
terbang, lokomotif, atau proyek-proyek konstruksi (produk besar/bulky), tapi
berlaku juga untuk industri perakitan komputer atau arloji (perakitan/ pengujian
ditempat yang sama).
![Page 10: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/10.jpg)
Mulai
Pengambilan dataPanjang dan lebar seluruh area industri diukur
Seluruh ruangan dan masing-masing stasiun kerja diukur
Gambar denah industri pada kertas A4 dengan skala yang sesuai.Gambar denah dibuat tampak atas
Adapun keuntungan menggunakan tata letak tetap, antara lain:
1. Berkurangnya gerakan material.
2. Adanya kesempatan untuk pengayaan tugas.
3. Sangat flexibel, dapat mengakomodasi perubahan dalam desain
produk, bauran produk, dan volume produksi.
4. Dapat memberikan kebanggaan pada pekerja karena dapat
menyelesaikan seluruh pekerjaan.
Sedangkan kelemahan menggunakan tata letak tetap, antara lain:
1. Gerakan personil dan peralatan tinggi.
2. Dapat terjadi duplikasi mesin dan peralatan.
3. Memerlukan tenaga kerja yang berkemampuan tinggi.
4. Biasanya memerlukan ruang yang besar dan persediaan barang dalam
proses yang tinggi.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu metode pengumpulan
data dan metode kualtatif. Hal pertama yang dilakukan adalah mengumpukan data
tata letak dengan cara survey langsung ke industry yang akan diteliiti. Kemudian
dilakukan metode kualitatif terhadap data yaitu tata letak dinilai dengan
memberikan skor pada masing-masing criteria tata letak yang baik berdasarkan
kondisi nyata saat ini. Masing-masing criteria di beri bobot sesuai dengan
perannya dalam mendukung tata letak yang baik.
![Page 11: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/11.jpg)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1) Denah Tata Letak
Terlampir
2) Deskripsi Industri
Gambaran umum industri
a. Nama industri : Roti Fadhillah
b. Alamat industri : Perum Boko Permata Asri RT 05
RW 30 Bokoharjo, Prambanan,
Sleman
c. Tahun berdiri : 2006
d. Bidang usaha : Industri bakery skala menengah
e. Jumlah tenaga kerja : 14 orang
![Page 12: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/12.jpg)
f. Kapasitas produksi : 9697 roti kering atau setara dengan
4211 roti basah per hari
g. Jam kerja per hari : Delapan jam
h. Jam kerja per minggu : 56 jam
i. Bentuk usaha : Usaha makanan khususnya bakery
Dalam skala home industry
j. Pendiri : Karyono Noto Sejati, SIP.
k. Konsumen : Semua umur, dengan sasaran
konsumen yang berada di sekitaran
lingkungan produksi
Bahan baku dan bahan pembantu
a. Bahan baku : Tepung, margarin, guladantelur
b. Bahan pembantu : Bumbu yang terdiri dari garam,
bread improver, kalsium propionate
dan ragi
Ruang atau area kerja
a. Resepsionis
Fungsi : Untuk melayani keperluan administrative seperti
Pemesanan melalui telepon atau pelayanan
Langsung kepada konsumen yang ingin membeli
Secara langsung di pabrik. Selain itu untuk
keperluan lain yang berhubungan dengan industri
dan pihak lain (konsumen, reseller, dll).
Luas : 200 x 198 cm atau 3,96 m2
b. Area kerja penyemiran
Fungsi : Untuk penyemiran roti kering atau bagelan
Luas : 313 x 137 cm atau 4,2881 m2
c. Gudang
Fungsi : Untuk menyimpan bahan atau perabotan yang
Tidak terpakai contohnya seperti kardus
![Page 13: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/13.jpg)
Luas : 376 x 322 cm atau 12,1072 m2
d. Area kerja pembentukan adonan
Fungsi : Untuk membentuk adonan menjadi bulatan adonan
Dan sekaligus diberiisian saat pembentukn tersebut
Luas : 430 x 310 cm atau 13,33 m2
e. Area kerja pengemasan
Fungsi : Untuk pegemasan produk roti yang sudah
Didinginkan dan siap dimasukkan dalam plastik
kemasan
Luas : 123 x 129 cm atau 1,5867 m2
f. Kamar mandi
Fungsi : Untuk fasilitas pemenuhan kebutuhan mandi cuci
Kakus pekerja
Luas : 160 x 138 cm atau 2,208 m2
g. Mushola
Fungsi : Untuk fasilitas pekerja yang ingin melaksanakan
ibadah
Luas : 315 x 310 cm atau 9.765 m2
h. Dapur
Fungsi : Untuk keperluan yang berhubungandengandapur
bagi Pekerja seperti makan dan minum karena
terdapat fasilitas makan dari pabrik
Luas : 407 x 310 cm atau 12, 617 m2
i. Rest room
Fungsi : Untuk tempat beristirahat pekerja
Luas : 235 x 235 cm atau 5,5225 m2
Alat dan mesin
a. Panel pengendali oven
Dimensi : p : 13 cm; l : 13 cm; t : 19 cm
b. Oven
Dimensi : p : 390 cm; l : 230 cm; t :
c. Fermentor
![Page 14: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/14.jpg)
Dimensi : p :
d. Loyang
Dimansi :
e. Krat plastik
Dimensi :
f. Krat kayu
Dimensi :
g. Troli
Dimensi : p : 89 cm; l : 67 cm; t : 82 cm
h. Mesin pemutar panggangan
Dimensi : p : 35 cm; l : 33 cm; t : 117 cm
i. Kipas untuk oven
Dimensi : p : 29 cm; l : 25 cm; t : 27 cm
j. Tungku untuk fermentasi
Dimensi : d : 30 cm; t : 53 cm
k. Mixer
Dimensi : p : 91 cm; l :73 cm; t : 87 cm
l. Alat pencampur adonan
Dimensi : p : 138 cm; l :67 cm; t : 94 cm
m. Timbangan besar
Dimensi : p : 27 cm; l : 23 cm; t : 28 cm
n. Timbangan kecil
Dimensi : p : 7 cm; l : 5 cm; t : 20 cm
Kapasitas maksimum produksi
Dalam sehari dapat mencapai 4.211 roti basah atau setara dengan
9.697 roti kering
![Page 15: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/15.jpg)
3) Form Penilaian Tata Letak
LEMBAR PERIKSA PENILAIAN FASILITAS
Namaindustri: Roti Fadhillah Tanggal
penilaian : 8 Maret 2013
Alamat industri: Perum Boko Permata Asri RT 05 RW 30 Bokoharjo, Prambanan,
Sleman
Dinilaioleh : Kelompok D1
Skorpenilaian : 1.Sangat kurang, 2.Kurang, 3.Bagus, 4.Sangat bagus
Hasil penilaian akhir = bobot x skor
KriteriaBob
otSkor
Bobot
x skorKeterangan
I.ALIRAN BAHAN
Pola aliran terencana
0.07 3 0.21
Pola aliran terencana tetapi ada
aliran yang tidak berurutan
(berbelok)
Aliran bahan lurus
0.05 2 0.10
Proses penerimaan berada di
depan, sedangkan stasiun
operasi awal ada di belakang.
Selain hal tersebut aliran bahan
lurus
Langkah balik
minimum0.06 4 0.24 Tidak ada backtracking
Keterkaitan kegiatan
terencana
0.06 3 0.18 Keterkaitan kegiatan terencana
urut, tetapi polanya melingkar
![Page 16: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/16.jpg)
karena pintu masuk dan pintu
keluar berada pada satutempat
yang sama
II.PEMINDAHAN BAHAN
Frekuensi
pemindahan
minimum0.05 3 0.15
Frekuensi pemindahan bahan
minimum karena sekali angkut
dengan jumlah yang banyak
namun jaraknya cukup jauh
Metode terencana0.05 4 0.20
Metode pemindahan bahan
langsung dan terencana
Alat pemindah yang
sesuai
0.05 4 0.20
Sesuai dengan tempat yang
sempit, banyak bahan dan
tenaga manusia yang
digunakan. Alat yang
digunakan troli
Jarak minimum
0.05 3 0.15
Waktu pemindahan tidak terlalu
mempengaruhi proses produksi
hanya saja tempat (gang) yang
sempit
Digabung dengan
proses0.05 1 0.05
Tidak ada pemindahan bahan
yang digabung dengan proses
Bergerak dari
penerimaan menuju
pengiriman
0.04 3 0.12
Bahan bergerak dari
penerimaan menuju pengiriman
namun tidaklurus
III.RUANG
Gang lurus
0.05 2 0.10
Terlalu banyak belokan karena
penempatan alatdan bahan yang
kurang baik
Pemakaian ruang
maksimum 0.04 2 0.08
Terdapat space yang
pemakaiannya kurang
maksimum
Ruang penyimpanan 0.05 3 0.15 Ruang penyimpanan cukup
![Page 17: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/17.jpg)
mencukupi namun kurang tertata
Ruang antar
peralatan mencukupi0.05 4 0.20 Ruang antar peralatan cukup
Direncanakan untuk
perluasan0.03 2 0.06
Tidak ada space kosong karena
banyaknya loyang. Namun ada
rencana untuk memperluas
bangunan pabrik
IV.PROSES PRODUKSI
Operasi pertama
dekat dengan
penerimaan
0.04 2 0.08Jarak antara operasi pertama
dengan penerimaan cukup jauh
Operasi terakhir
dekat dengan
pengiriman
0.04 4 0.16Jarak operasi terakhir dengan
pengiriman dekat
Penyimpanan di
tempat pemakaian0.03 3 0.09
Jarak antara penyimpanan
dengan tempat pemakaian
cukup dekat, sesuai dan
berkesinambungan
Bahan setengah jadi
minimum0.03 4 0.12
Hampir tidak ada bahan
setengah jadi karena proses
produki berjalan secara
kontinyu untuk efisiensi waktu
Waktu produksi total
hampir seluruhnya
merupakan waktu
pemrosesan
0.03 3 0.09
Tidak seluruhnya waktu
produksi total adalah waktu
pemrosesan karena ada waktu
menunggu saat fermentasi
menuju pengovenan
Penempatan bagian
penerimaan dan
pengiriman yang
pantas
0.02 2 0.04
Penerimaan dan pengiriman
berada pada satu tempat yang
sama, dapat terjadi bentrok
ketika suatu saat kedua proses
berjalan bersamaan
![Page 18: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/18.jpg)
V.LAIN-LAIN
Pelayanan pekerja
memadai0.02 3 0.06
Fasilitas lengkap namun
kurangbersih
Pengendalian
kebisingan, kotoran,
debu dsb 0.02 1 0.02
Pemasangan atap (seng) kurang
baik sehingga menimbulkan
bunyi saat terkena angin. Tidak
ada langit-langit sehingga bila
ada kotoran langsung jatuh
Pembuangan barang
sisa minimum
0.02 3 0.06
Penggunaan bahan untuk
produksi sudah diperhitungkan
sehingga bahan sisa sedikit,
yaitu hanya yang tersisa sedikit
dari proses pembentukan
TOTAL PENILAIAN 2.91
B. PEMBAHASAN
Deskripsi industri
Industri yang kami kunjungi bernama “Fadhillah”. Sebuah industri
pangan yang bergerak dalam produksi roti. Produksinya sendiri terbagi dua yaitu
untuk roti kering dan roti basah. Industri ini terletak di Perumahan Boko Permata
Asri RT 05 RW 30 Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Industri yang
berdiri pada Mei 2006 ini dimiliki oleh bapak Karyoni Noto Sejati, SIP. Kapasitas
produksi pabrik ini dilakukan sesuai permintaan pasar. Ketika ada pesanan maka
hari itu juga segera dibuatkan pesanannya, sehingga hari berikutnya dapat
diambil. Faktor lain juga tergantung pada banyaknya karyawan serta kemampuan
masing-masing karyawan. Untuk satu kali produksi dalam sehari dapat diperoleh
9697 produk roti kering atau setara dengan 4211 roti basah.
Dalam produksinya industri ini mempunyai beberapa stasiun kerja
yang terbagi menurut jenis-jenis kegiatan yang dilakukan di stasiun tersebut,
yaitu:
1. Stasiun kerja penimbangan
![Page 19: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/19.jpg)
Stasiun ini terletak pada sisi belakang pabrik. Dalam stasiun kerja ini
dilakukan penimbangan bahan-bahan roti. Bahan utama terdiri dari margarin,
tepung, gula, dan telur. Sedangkan bahan tambahannya yaitu garam, bread
improver, kalsium propinat, dan ragi. Bahan tersebut ditimbang sesuai takaran
yang diperlukan. Biasanya dalam sehari, 5 kali produksi, menghabiskan tepung
terigu sebanyak 1,5 kwintal. Dalam stasiun kerja ini terdapat peralatan dan mesin
yaitu timbangan besar dengan dimensi panjang 27 cm, lebar 23 cm, dan tinggi 28
cm.
2. stasiun kerja pencampuran
Setelah semua bahan yang diperlukan ditimbang, bahan-bahan
tersebut dicampur dalam mesin yang disebut molen. Pencampuran dilakukan
hingga adonan tersebut kalis atau tidak lengket. Adonan ini nantinya disebut
adonan dasar. Adonan dasar ini nanti dibagi menjadi dua bagian yang besarnya
sesuai pesanan pasar untuk nantinya dibentuk menjadi roti kering dan roti basah.
Letak stasiun kerja ini berdekatan dengan stasiun kerja penimbangan. Mesin yang
digunakan dalam stasiun ini yaitu molen memiliki panjang 138cm, lebar 67 cm,
dan tinggi 94cm. Luas area dalam stasiun kerja ini yaitu 376x182cm
3. stasiun kerja pembentukan
Adonan dasar yang sudah kalis sempurna dipindahkan ke stasiun kerja
pembentukan. Dalam stasiun kerja ini adonan dasar dibagi untuk bagian roti basah
dan roti kering, kemudian dibentuk. Untuk menyeragamkan ukuran pada masing-
masing jenis roti , setiap adonan yang sudah terbentuk ditimbang dahulu
menggunakan timbangan kecil biasa. Pada roti basah berat standar berkisar antara
36-40 gram dan untuk roti kering 15-18 gram. Dalam stasiun kerja ini dilakukan
pula pengisian rasa pada adonan roti basah. Rasa sendiri terbagi atas krim dan
coklat. Macam rasa yang diisikan tergantung besarnya pesanan pasar. Untuk rasa
yang standar yaitu coklat, diisikan pada saat proses pembentukan. Sedangkan rasa
krim diisikan setelah proses pemanggangan sengan membelah bagian tengah roti.
Setelah diisi dengan rasa coklat, roti diberi toping untuk membedakan rasa agar
tidak tertukar serta supaya terdapat variasi hiasan pada roti. Pembentukan dan
pengisian rasa dilakukan secara manual menggunakan sumber daya manusia yang
![Page 20: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/20.jpg)
tersedia. Dalam stasiun ini terbagi menjadi tiga operasi yaitu operasi pembulatan,
operasi pengisian, operasi pemberian toping. Dalam operasi pembulatan setiap
adonan dibulat-bulat sesuai keinginan roti yang akan diproduksi. Dalam hal ini
kita ambil roti dengan toping kismis. Setelah adonan roti dibuat maka roti akan
diberi isian. Roti yang diberi isian dalam stasiun kerja ini adalah roti cokelat.
Cokelat untuk isian dibuat sendiri dalam industri tersebut. Kemudian roti diberi
toping untuk variasi tampilan atau pembedaan rasa (kismis). Luas area stasiun
kerja ini yaitu 430 x 310 cm atau 13,33 cm2 .dalam stasiun ini juga terdapat
timbangan kecil yang berguna untukmngukur keseragaman adonan tadi,
dimensinya yaitu 2x5x20 cm.
4. stasiun kerja fermentasi
Dalam stasiun kerja ini dilakukan fermentasi roti dalam suatu ruangan
yang sudah diatur suhu dan kelembabannya atau kita sebut sebagai fermentor. Hal
tersebut dilakukan agar adonan dapat mengembang sesuai ukuran yang
diinginkan. Adonan ditata dalam loyang-loyang kecil kemudian ditumpuk
menjadi satu dalam fermentor tersebut. Suhu dalam fermentor yaitu 40 derajat
celcius, pengaturan ini disebabkan suhu tersebut sesuai dengan pertumbuhan
starter. Lamanya fermentasi tergantung dari maksut ukuran roti yang dibutuhkan.
Biasanya berkisar antara 3,5 sampai 5 jam. Semakin lama fermentasi, maka roti
semakin mengembang. Untuk ukuran roti yang kecil biasanya diambil sebelum
mengembang maksimal. Tungku yang digunakan untuk fermentasi memiliki
diameter 30 cm dan tinggi 53 cm,.
5. stasiun kerja pengovenan
Setelah dari fermentor, adonan kemudian di proses dalam stasiun kerja
pengovenan. Di stasiun ini adonan roti yang telah mengembang di masukkan
dalam oven besar. Oven yang digunakan sudah cukup bagus dan modern
menggunakan roda bergerigi. Hal ini bertujuan untuk memutar loyang-loyang
berisi adonan dalam oven agar tingkat kematangan dapat sempurna dan merata.
Untuk roti basah pengovenan hanya dilakukan satu kali, sedangkan untuk jenis
roti kering (bagelan) dilakukan sebanyak dua kali (sebelum pengovenan kedua
![Page 21: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/21.jpg)
dilakukan pengolesan krim dahulu). Perbedaan antara roti basah dan roti kering
sebenarnya hanya terletak pada proses pengovenannya saja. Karena untuk
mendapatkan tekstur kering tersebut memang diperlukan pengovenan sebanyak
dua kali. Suhu yang digunakan untuk roti basah dan roti kering berbeda, untuk roti
basah 180-200 derajat celcius selama 12 menit, untuk roti kering kurang lebih 100
derajat celcius selama 20 menit. Oven yang digunakan sendiri memiliki dimensi
panang 390 cm dan lebar 230 cm. Panel pengendali oven nya 13x13x19cm. Kipas
untuk oven 29x25x27cm. Mesin pemutar panggangan 35x33x117cm.
6. stasiun kerja pendinginan
Loyang-loyang yang telah selesai dioven kemudian dipindahkan
dalam stasiun kerja pendinginan, loyang ditumpuk-tumpuk pada stasiun ini, untuk
didiamkan agar adonan tidak berembun ketika sudah dikemas. Karena jika
langsung dikemas akan mempengaruhi tekstur dan rasa serta aspek estetika di
dalamnya. Dimensi loyang sendiri yaitu 100x45cm. Lamanya pendinginan
tergantung roti yang telah masak, jika dirasa sudah cukup maka akan langsung
dikemas dalam plastik. Dalam stasiun ini tidak ada perlakuan apapun.
Pendinginan pun tidak dilakukan menggunakan alat namun secara alami
didiamkan saja. Pendinginan dilakukan selama satu jam. Karena untuk roti kering
pendinginan dirasa sangat penting sebab hal tersebut dapat memperkeras tekstur
roti. Tekstur yang mengeras ini memudahkan operasi selanjutnya yaitu
penyemiran. Apabila semir dioleskan saat roti masih panas maka semir akan
meleleh dan roti menjadi lembek serta kekeringan untuk proses pengovenan kedua
menjadi tidak sempurna.
7. stasiun kerja pemberian krim
Operasi yang berlangsung dalam stasiun ini terbagi menjadi dua
bagian. Namun terjadi dalam satu tempat yang sama. Operasi tersebut terdiri dari
operasi pengirisan dan operasi penyemiran. Dalam operasi pengirisan dilakukan
menggunakan pisau roti panjang dengan sistem manual. Roti yang jenisnya basah
dibelah tengahnya (tidak sampai putus) kemudian disemir. Oprerasi penyemiran
dilakukan untuk memberikan rasa pada roti. Rasa yang diberikan pun beraneka
![Page 22: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/22.jpg)
ragam, ada mocca, strawberry, dan yang lainnya. Sedangkan untuk roti kering,
dibelah hingga putus kemudian disemir menggunakan jenis krim susu vanilla.
Roti kering ini lalu dipindahkan lagi ke stasiun kerja pengovenan untuk
selanjutnya di masukkan dalam oven agar kering. Luas stasiun kerja ini yaitu
123x317cm.
8. stasiun kerja pengemasan
Dalam stasiun kerja ini roti-roti yang sudah siap dikemas dalam
kantong plastik yang dilabeli merk “fadhillah” kemudian di steples agar rapi.
Operasi yang terjadi dalam stasiun kerja ini yaitu operasi pemasukan yaitu roti
dimasukkan dalam kantong-kantong plastic yang telah diberi merk. Proses ini
dilakukan tiap penyetoran 20 loyang. Setelah itu pindah ke operasi finishing. Roti
yang telah dimasukkan dalam plastic kemudian di tutup menggunakan streples
atau di rekatkan dengan lilin. Stasiun kerja ini memiliki luas 123x129cm.
Setelah dikemas roti masuk dalam ruang penyimpanan. Dalam ruang
ini roti-roti yang telah dikemas, disimpan dalam krat-krat plastik dan kayu,
menunggu diambil oleh sales-sales roti. Wadah produk akhir terdapat di sebelah
pengemasan dengan luas area 207x235cm. Roti yang sudah siap ambil akan
dimasukkan dalam krat kayu (80x45cm) dan krat plastik (63x43cm)
Alasan pemakaian ruang didaerah tersebut karena lahan yang dimiliki
bukan disitu. Untuk tata letak dalam pabrik seperti letak oven, ruang fermentor,
kamar mandi, mushola, ruang administrasi, dan ruang penyimpanan dari awal
sudah direncanakan demikian.
Ruang lain yang terdapat dalam industri ini yaitu gudang yang
berdimensi 376x372cm. Ruangan ini berfungsi untuk menyimpan peralatan yang
sudah tidak terpakai seperti kardus. Mushola untuk tempat beribadah pekerja
dengan luas 315x310cm, 3 kamar mandi yang ada dalam industri ini untuk
keperluan mck pegawai masing-masing 160138cm, 160x138cm, dan 130x130 cm.
Dapur untuk membuat makan pekerja memiliki dimensi 407x138cm. Tempat
persediaan bahan bakar untuk meletakkan bahan bakar yang diperlukan selama
proses produksi memiliki luas 466x117,5cm. Lalu terdapat ruang istirahat pekerja
untuk tempat beristirahat, didalamnya terdapat televisi juga untuk hiburan pekerja.
![Page 23: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/23.jpg)
Ruang istirahat ini memiliki luas 235x235cm. Selain itu juga terdapat resepsionis
sebagai tempat pelayanan administratif seperti pemesanan melalui telepon atau
pelayanan langsung kepada konsumen yang ingin membeli secara langsung di
pabrik. Juga dapat sebagai keperluan lainnya yang berhubungan dengan industri
seperti konsumen, reseller, sales, dan sebagainya. Ruangan ini memiliki luas
200x198cm.
Karyawan utama perusahaan berjumlah 14 orang. . pada bagian
produksi 5 orang, packaging 6 orang, 1 orang admisnistrasi, dan 2 orang sebagai
sales. Untuk sales sendiri ada dua jenis yaitu sales tetap dan sales freelance. Sales
tetap merupakan sales dari perusahaan itu sendiri, sedangkan sales freelance
mempunyai tanggung jawab masing-masing dan tidak terikat oleh perusahaan.
Perusahaan memberlakukan sistem kerja 8 jam sehari, 7 kali dalam
seminggu. Jam kerja dimulai pukul 06.30 hingga 14.30. jika karyawan masih
bekerja setelah jam tersebut maka kelebihan jam dihitung lembur. Tidak ada
sistem pembagian kerja dalam perusahaan ini karena industrinya masih skala
menengah. Dalam satu bulan karyawan mendapat jatah libur 3 hari, apabila jatuh
libur dalam satu bulan tidak diambil maka dapat diambil bulan berikutnya.
Untuk sistem penggajian tergantung dari kemampuan masing-masing
karyawan. Tidak ada patokan gaji tetap dalam industri ini. Namun untuk
karyawan training mendapatkan gaji perbulan Rp 350.000,00 dalam jangka waktu
3 bulan masa training. Untuk jatah makan disediakan perusahaan.
Tata letak
Tata letak dalam industri sangat penting karena dapat membantu suatu
industri tersebut menentukan titik-titik produktivitas maksimumnya dengan
mengatur denah maupun letak ruangan sehingga berkesinambungan dengan
kinerja produksi. Tata letak dapat digunakan untuk menentukan alur produksi
supaya efektif dan efisien. Tata letak dapat menentukan daya saing perusahaan
dalam hal kapasitas, proses, flesibilitas, dan biaya serta kualitas lingkungan kerja,
kontak pelanggan, dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu
sebuah industri maupun perusahaan mencapai sebuah fleksibilitas dengan dampak
biaya produksi yang rendah. Sebuah tata letak yang efektif, misalnya,
![Page 24: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/24.jpg)
memfasilitasi berbagai elemen di dalamnya meliputi adanya aliran bahan,
penembatan mesin, penanganan bahan yang baik dan terencana. Penanganan
bahan yang baik nantinya jugaa dapat membantu mengurangi biaya produksi.
Karena dalam hal ini waktu serta kegiatan yang dilakukan berupa operasi-operasi
di dalamnya dapat berjalan dengan efektif. Sehingga kegiatan seperti back
tracking, waktu delay, serta operasi-operasi yang tidak penting dapat dikurangi.
Adanya akibat dari kegiatan ini dapat menguntungkan suatu industri contohnya
dengan naiknya kapasitas produksi. Sistem tata letak pun dapat diatur dan bersifat
fleksibel, sebab tata letak dalam suatu industri akan berbeda dengan industri yang
lain terkait bahan, luas area, dan produk yang akan dihasilkan nantinya.
Tata letak di industri Roti fadhillah ini secara umum sudah berdekatan
untuk setiap stasiun kerjanya namun masih terdapat beberapa bagian yang perlu
diperbaiki. Bentuk dari industri ini sendiri yaitu memanjang dari arah timur ke
barat. Bagian stasiun kerja pertama yaitu penimbangan terletak pada bagian
belakang sendiri dari bangunan ini. Keberadaan pintu masuk sekaligus pintu
keluar akan menghambat alur pemindahan bahan dari penerimaan menuju
penimbangan yang dirasa terlalu jauh. Hal tersebut dianggap kurang efektif dan
efisien. Setelah stasiunkerja penimbangan terdapat stasiunn kerja pencampuran.
Stasiun ini terletak di bagian belakang bangunan pula, bersebelahan dengan
stasiunkerja pertama. Setelah itu bahan akan dipindahkan ke stasiun kerja
pembentukan yang terdapat di sebelah barat kedua stasiun ini, jarak yang di
tempuh juga tidak jauh. Kemudian dipindahkan ke fermentor. Letak fermentor
bersebelahan dengan stasiun kerja pembentukan tentunya hal ini dimaksudkan
untuk kemudahan dalam memindahkan tumpukan loyang yang berisi adonan-
adonan roti. Kemudian di pindahkan dalam oven besar yang terletak tidak jauh
dari fermentor. Dari oven ini roti di dinginkan pada stasiun kerja pendinginan
yang terletak di tengah-tengah bangunan, untuk roti kering di semir lalu dioven
kembali. Stasiun kerja penyemiran terletak berdekatan dengan stasiun kerja
pendinginan. Lalu roti-roti yang sudah jadi dikemas, pengemasan dilakukan di
tempat yang sama dengan pendinginan lalu disimpaan dalam kotak kayu atau
kotak plastik yang terletak di dekat pintu masuk. Letak ini dapat dilihat pada
denah.
![Page 25: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/25.jpg)
Kelebihan tata letak industri roti fadhillah :
1. jarak antar stasiun berdekatan
Jarak ini tentunya memepermudah karyawan untuk menjangkau tiap
stasiun karena tidak terpencar-pencar terlalu jauh. Namun pada penerimaan bahan
dan stasiun pertama terpisah jauh karena penerimaan terletak di depan sedangkan
stasiun pertama yaitu penimbangan terletak di bagian belakang pabrik. Jarak yang
berdekatan ini juga disebabkan oleh terbatasnya lahan pabrik sehingga
penempatan setiap stasiun kerja cenderung berdampingan.
2. kegiatan dalam setiap stasiun terpusat pada satu area saja
Dalam industri ini masing-masing stasiun dan operasi di dalamnya
telah dilokalisir menjadi satu area saja sehingga tidak terpencar menjadi beberapa
titik. Hal ini sudah memudahkan sumber daya manusia di dalamnya untuk
mengelola produk.
Kekurangan tata letak industri roti fadhillah :
1. alur produksi tidak lurus
Maksud dari pernyataan ini adalah alur untuk setiap nstasiun kerja
yang ada dalam industri roti ini berbelok-belok. Tentunya hal ini merugikan
mobilisasi pekerja, karena resiko adanya kecelakaan kerja juga semakin besar.
Alur yang kurang tertata rapi dengan tempat industri yang terbatas akan
memungkinkan tabrakan antar pekerja yang sedang menangani bahan. Jika hal ini
terjadi tentunya menimbulkan kerugian dalam sisi produksi serta waktu. alur yang
berkelok-kelok akan membuat bingung para pekerja yang dalam masa training
atau belum terbiasa dengan tata letak industri yang demikian. Apalagi dengan
banyaknya tumpukan loyang-loyang yang tersebar dimana-mana tentunya
menyulitkan manusia yang menanganinya. Alur produksi yang berkelok-kelok
akan membuang tenaga, sehingga pemanfaatan sumber daya manusia menjadi
kurang efektif dan efisien, serta dapat menimbulkan ketidaknyamanan pekerja
dalam melakukan kegiatan maupun tugasnya masing-masing. contohnya dengan
karyawanyang sedang membawa troli, hal itu akan menyulitkan kinerja karyawan
![Page 26: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/26.jpg)
ini, dengan membawa beban berat misal troli berisi roti atau bahan yang akan
ditimbang namun harus melewati jalan yang berbelok-belok untuk mencapai
stasiun kerja pertama akan sangat merepotkan tentunya.
2. banyak barang yang tidak terlokalisir
Barang-barang yang dimaksud disini adalah loyang-loyang tempat
menaruh roti maupun adonan. Loyang-loyang ini tersebar di hampir seluruh
bagian pabrik, dan tertumpuk sangat tinggi. Pada bagian selatan terdapat
tumpukan loyang yang tidaak terpakai, pada bagian pendinginan tumpukan loyang
terlalu memenuhi space yang ada. Hal tersebut dapat memungkinkan loyang
tersenggol sehingga jatuh dan roti menjadi kotor menyentuh lantai. Seharusnya
untuk barang-barang yang tidak terpakai lagi dilokalisir dalam satu tempat
sehingga tidak memenuhi ruangan. Ruangan dengan area yang sempit tentunya
tidak menjadi hambatan dalam suatu industri untuk melakukan produktivitas
maksimum. Hanya saja perlu dimasimalkan tata letaknya agar membuat nyaman.
Tumpukan loyang yang sudah tidak terpakai tentunya akan menjadi sarang debu,
adanya karat, maupun kerusakan lain dapat berdampak pada produk yang
dihasilkan jika nantinya mengkontaminasi. Tumpukan loyang ini juga
mengganggu estetika dalam tata letak. Jika dapat dilokalisir tentunya tata letak
akan semakin bagus dan space ruang semakin besar sehingga membuat proses
produksi menjadi nyaman.
3. adanya tata letak yang kurang sesuai dan masih berantakan
Contohnya yaitu pada stasiun kerja pencampuran. Di depan stasiun
kerja ini persis ada kamar mandi. Padahal pencampuran merupakan proses yang
sangat erat aitannya dengan bahan baku. Lalu rak penyimpan krim yang terletak di
stasiun kerja pendinginan. Hal ini menyulitkan karyawan untuk menjangkau.
Seharusnya industri membuat tata letak yang lebih ergonomis baim dari segi
tempat, kelayakan, maupun jangkauannya. Tata letak lainnya yaitu di depan
stasiun kerja penyimpanan digunakan sebagai tempat menaruh sepeda motor dan
sepeda biasa. Padahal ruangan tersebut merupakan ruang produksi bukan sebagai
![Page 27: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/27.jpg)
garasi. Minimalnya area tentu dapat di antisipasi dengan pemberian tata letak
ruang yang baik sehingga segi keergonomisan tetap terjaga.
4. kurangnya sistem pengendali kebisingan
Atap ruang produksi yang tersusun dari seng tidak terikat dengan
rapat, ditambah dengan intensitas angin yang besar di daerah ini membuat bunyi
seng menjadi keras dan sering erjadi. Hal ini dapat menganggu konsentrasi
pekerja dalam melakukan penanganan bahan. Dalam jangka panjang bisa saja
menimbulkan kelelahan awal, stress, dan keluhan lainnya terkait segi fisik
maupun psikis pekerja.
5. pemakaian ruang kurang maksimum
Adanya tata letak yang kurang sesuai membuat beberapa area untuk
setiap stasiun kerja terlihat boros dan memakan tempat, seperti stasiun kerja
pendinginan yang paling banyak membutuhkan space di ruangan ini. Adanya
bagian-bagian yang kurang tertata dengan rapi membuat ruangan produksi
terkesan tidak higienis. Seperti ruang penimbangan dan pencampuran yanng
terletak didepan kamar mandi, dinding-dinding yang kurang bersih dan tidak
adanya langit-langit. Faktor-faktor tersebut tentunya dapat mempengaruhi mutu
produk.
Kriteria tata letak yang baik yaitu :
1. aliran bahan :
- pola aliran terencana : bertujuan agar menjaga kelancaran dan kemudahan
kegiatan proses produksi dan pendukung lainnya
- aliran bahan lurus : agar aliran bahan tidak melompat-lompat dan lurus serta
memperpendek perpindahan bahan
- langkah balik minimum : berkaitan dengan jarak perpindahan bahan, supaya
waku produksi dapat efektif dan efisien
- keterkaitan kegiatan terencana : agar produksi berjalan lancar, mengurang
gangguan dan kendala yang ada, sehingga produktivitas dapat maksimal
![Page 28: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/28.jpg)
2. pemindahan bahan :
- frekuensi pemindahan minimum : apabila waku operasi digabungkan kriteria
ini menjadi patokan untuk waktu penyelesaian produk
- metode terencana : bertujuan menjaga kualitas bahan yang dihasilkan
- alat pemindah yang sesuai : menyesuaikan alat dengan operasi yang dilakukan
- jarak minimum ; bertujuan untuk menjaga keteraturan aliran bahan dan
merepresentasikan biaya pemindahan bahan
- digabung dengan proses : untuk meminimalkan waktu produksi
- bergerak dari penerimaan menuju pengiriman : bertujuan untuk memperlancar
pergerakan bahan
3. ruang :
- gang lurus : kriteria ini bertujuan untuk mempermudah kelancaran aliran bahan
- pemakaian ruang maksimum : untuk memberikan nilai tambah terhadap luas
lantai produksi yang tersedia
- ruang penyimpanan mencukupi : bertujuan agar penumpukan produk dan
komponen tidak menyebabkan kerusakan
- ruang antar peralatan mencukupi : untuk menjaga kelonggaran demi kelancaran
kegiatan manufaktur
- direncanakan untuk perluasan : supaya produksi dapat meningkat, dan
memperbaiki tata letak sebelumnya
4. proses produksi :
- operrasi pertama dekat dengan penerimaan : untuk menghemat pemakaian
ruang dan memperpendek jarak pemindahan bahan
- operasi terakhir dekat dengan pengiriman : untuk memperpendek jarak
perpindahan bahan
- penyimpanan di tempat pemakaian : untuk mempermudah proses dan
memperpendek waktu produksi
- bahan setengah jadi minimum : bertujuan untuk mencapai keseimbangan
lintasan dengan cara menghindari penumpukan barang setengah jadi untuk
proses selanjutnya
![Page 29: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/29.jpg)
- waktu produksi total seluruhnya merupakan waktu pemrosesan : bertujuan
untuk memaksimalkan waktu pemrosesan dibandingkan dengan waktu
pemindahan bahan dan barang
- penempatan bagian pengiriman dan penerimaan yang pantas : untuk
menunjang kelancaran aliran bahan dan barang
5. lain-lain :
- pelayanan kerja memadai : untuk memberikan fasilitas dan kenyamanan bagi
para pekerja
- pengendalian kebisingan kotoran debu dll : bertujuan untuk menjaga K3 bagi
parapekerja
- pembuangan barang sisa minimum : guna meminimalkan buangan dan
memaksimalkan bahan untuk produksi
Untuk kriteria tata letak dalam industri roti fadhillah ini, kami
jabarkan sebagai berikut :
Aliran bahan pada pola aliran terencana kami nilai bagus yaitu 3 poin.
Maksud pemberian poin 3 karena kami rasa industri ini sudah mempunyai pola
aliran yang terencana dan bagus. Walaupun dalam beberapa bagian terdapat aliran
yang berkelok. Aliran bahan lurus bernilai kurang. Hal ini dikarenakan aliran
bahan yang tidak lurus. Penempatan stasiun kerja pertama di belakang tanpa
adanya akses dari belakang serta tempat penerimaan yang berada di depan.
Langkah balik minimum kami beri skor sangat bagus. Sebab salah satu kelebihan
industri ini adalah tidak adanya langkah balik minimum. Hal ini dapat membuat
proses produksi menjadi berjalan efektif dan efisien karena tidak adanya
backtracking. Keterkaitan kegiatan terencana memiliki skor bagus. Keterkaitan
kegiatan terencana secara urut akan tetapi polanya melingkar karena pintu masuk
dan pintu keluar berada di tempat yang sama sehingga pola kegiatannya tidak
lurus
Pemindahan bahan terbagi menjadi beberapa aspek. Yang pertama
adalah frekuensi pemindahan minimum. Hal ini kami nilai bagus karena bahan-
bahan yang dibutuhkan diangkut dalam sekali angkut dengan jumlah yang
![Page 30: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/30.jpg)
sekaligus banyak sehingga bahan tidak dipindah-pindah. Namun jarak
pemindahan dari penerimaan bahan sampai ke tempat penyimpanan cukup jauh.
Metode terencana memiliki skor 4. Metode pemindahan bahan langsung urut dari
satu stasiun kerja ke stasiun kerja selanjutnya sehingga dapat meminimalkan jarak
perpindahan bahan. Alat pemindah yang sesuai dengan skor sangat bagus pula.
Alat pemindah yang digunakan adalah troli. Alat ini sesuai untuk digunakan di
tempat yang sempit, tenaga yang digunakan adalah tenaga manusia dan untuk
memindahkan bahan seperti tepung. Jarak minimum memiliki skor bagus. Jarak
antar pemindahan bahan minimum dan waktu untuk proses pemindahan tidak
terlalu mempengaruhi proses produksi hanya saja tempat yang sempit sehingga
sedikit berpengaruh pada jarak tempuh. Digabung dengan proses kami memberi
nilai sangat kurang. Dalam industri ini tidak ada pemindahan bahan yang
digabung dengan proses karena hampir seluruh proses tidak disertai dengan
pemindahan bahan. Bergerak dari penerimaan menuju pengiriman bernilai sangat
bagus(3). Pemindahan bahan bergerak dari penerimaan menuju ke pengiriman
namun alur proses pemindahannya tidak lurus.
Ruang dalam industri ini termasuk dalam kriteria tata letak yang baik.
Dalam hal ini dibagi juga menjadi beberapa bagian yaitu : Gang lurus yang kami
beri skor kurang (2). Skor ini terjadi karena dalam insutri roti fadhillah ini terlalu
banyak belokan yang terjadi karena penempatan barang seperti loyang yang
kurang tertata dengan baik. Hal lainnya yang menjadi pertimbangan yaitu pada
pemakaian ruang maksimum yang kurang (skor 2). Terdapat beberpa space yang
pemakaiannya kurang maksimum karena peletakan barang kurang tertata dengan
baik. Pada ruang penyimpanan mencukupi dirasa sudah cukup baik (skor 3).
Ruang untuk penyimpanan bahan pada industri ini mencukupi namun kurang
tertata dengan baik seperti contohnya ruang untuk penyimpanan bahan baku
seperti telur, tepung dan gula. Ruang antar peralatan mencukupi dan dalam status
yang sangat baik untuk itu kami beri skor 4. Ruang untuk sela antar peralatan
mencukupi dan tidak terlalu berhimpitan menyebabkan kemudahan dalam
mobilitas pekerja sehingga tidak menganggu proses produksi. Sedangkan untuk
aspek perencanaan untuk perluasan kami rasa kurang ( skor 2). Hampir tidak ada
![Page 31: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/31.jpg)
space kosong untuk perluasan ruang karena banyaknya loyang. Namun ada
rencana untuk perluasan pabrik saat ini dengan membeli tanah dibelakang pabrik.
Pada bagian proses produksi, operasi pertama tidak dekat dengan
penerimaan (skor 2). Jarak antara operasi pertama dengan penerimaan cukup jauh
karena operasi pertama berada di bagian belakang dari pabrik sedangkan
penerimaan berada di bagian depan. Sedangkan untuk operasi terakhir dekat
dengan pengiriman (skor 4) karena jarak operasi terakhir dekat dengan
pengiriman karena berada pada satu tempat yang sama. Penyimpanan di tempat
pemakaian memiliki kondisi yang bagus dengan skor 3 karena jarak antara
penyimpanan dengan tempat pemakaian cukup dekat, sesuai dan
berkesinambungan. Bahan setengah jadi minimum (skor 4) sebab hampir tidak
ada bahan setengah jadi karena proses produki berjalan secara kontinyu untuk
efisiensi waktu. Waktu produksi total hampir seluruhnya merupakan waktu
pemrosesan (skor 3) walaupun tidak seluruhnya waktu produksi total adalah
waktu pemrosesan karena ada waktu menunggu saat fermentasi menuju
pengovenan. Penempatan bagian penerimaan dan pengiriman yang pantas
memiliki kekurangan (skor 2) Penerimaan dan pengiriman berada pada satu
tempat yang sama, dapat terjadi bentrok ketika suatu saat kedua proses berjalan
bersamaan.
Untuk aspek lain-lain terbagi menjadi tiga bagian yaitu pada
pelayanan pekerja yang memadai sudah bagus, respon yang cepat dan tanggap
pada kegiatan produksi maupun sales pemasaran sudah mencukupi. Fasilitas yang
ada dalam industri ini yang berhubungan dengan pekerja seperti kamar mandi,
ruang istirahat, ruang ibadah atau mushola, dapur sudah mencukupi. Dalam
industri ini semua pekerja melakukan kegiatannya masing-masing dan dapat
fleksibel jadi tidak ada satu profesi khusus yang dibebankan pada pekerja
sehingga proses produksi dilakukan secara gotong royong. Aspek ini memiliki
skor 3. Untuk pengendalian kebisingan, kotoran, dan debu kami rasa kurang
sehingga skor yang didapat 1. Karena dalam industri ini seng-seng yang menjadi
atap tidak terikat dengan baik. Angin di daerah ini lumayan kencang sehingga
mengakibatkan atap-atap menjadi sedikit terbuka dan berisik. Untuk kotoran pada
industri ini masih kurang karena beberapa area kumuh serta penembatan estetika
![Page 32: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/32.jpg)
yang kurang baik seperti operasi pencampuran dilakukan di depan kamar mandi,
tidak adanya langit-langit sehingga debu dapat rontok mengenai adonan, lantai
yang berdebu dan kurang higienis juga dapat mempengaruhi kualitas bahan.
Untuk pembuangan barang sisa minimum sudah cukup bagus karena memang
jumlah barang sisa yang dibuang sedikit (hanya pada saat pembentukan adonan
saja) sebab sejak awal sudah diperhitungkan sehingga kami beri skor 3.
BAB V
KESIMPULAN
1. Tata letak awal industri digambarkan pada denah tata letak yang terdapat
pada lampiran.
![Page 33: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/33.jpg)
2. Tata letak awal industri sudah cukup bagus dengan total skor yang
diperoleh adalah 2,91 dari total maksimal skor 4.
3. Industri bernama “Roti Fadhillah” yang beralamat di Perum Boko Permata
Asri RT 05 RW 30 Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta dengan
mana pemilik Karyono Noto Sejati, SIP. Karyawan berjumlah 8 orang,
dengan total produksi per hari mencapai penggunaan tepung hingga 1,5
kwintal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, A., 1979. Manajemen Produksi. Balai Penerbitan Fakultas
Ekonomi, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
![Page 34: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/34.jpg)
Agung, dan Machfud. 1990. Perancangan Tata letak pada Industri
Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor
Apple, J.M., 1990. Plant Layout and Material Handling Third Edition.
John Wiley and Sons, Inc, New York.
Heizer, Jay and Render, Barry. 2005.“Operations Management
(Manajemen Operasi)”. Edisi Tujuh. Salemba Empat.
Moore, J.M. 1962. Plant Layout Design. MacMillan Publishing Co, Mc.
New York. USA
Wignjosoebroto, S. 1996. Ergonomi, Studi Gerak dan Studi Waktu.
Penerbit Guna Widya. Surabaya
![Page 35: BAB I](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf97b3550346d03393155e/html5/thumbnails/35.jpg)
LAMPIRAN