BAB I

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau, bahasa, suku dan agama. Salah satu pulau yang terdapat di Indonesia adalah pulau jawa. Di pulau jawa ini terdapat beragam suku yaitu suku jawa, baduy, betawi dan salah satunya juga adalah suku sunda. Jika membahas tentang suku maka akan berhubungan dengan budaya, adat istiadat dan kebiasaan masyarakatnya. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sedangkan adat istiadat adalah aneka kelaziman dalam suatu negeri yang mengikuti pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat. Kelaziman ini pada umumnya menyangkut pengejawatahan unjuk rasa seni budaya masyarakat, seperti acara-acara keramaian anak negeri, seperti pertunjukan randai, saluang, rabab, tari-tarian dan aneka kesenian yang dihubungkan dengan upacara perhelatan perkawinan, pengangkatan penghulu maupun untuk menghormati kedatangan tamu agung. Suku sunda merupakan kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan 1

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau, bahasa,

suku dan agama. Salah satu pulau yang terdapat di Indonesia adalah pulau jawa.

Di pulau jawa ini terdapat beragam suku yaitu suku jawa, baduy, betawi dan salah

satunya juga adalah suku sunda.

Jika membahas tentang suku maka akan berhubungan dengan budaya, adat

istiadat dan kebiasaan masyarakatnya. Budaya atau kebudayaan berasal dari

bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi

(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal

manusia. Sedangkan adat istiadat adalah aneka kelaziman dalam suatu negeri

yang mengikuti pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat. Kelaziman ini

pada umumnya menyangkut pengejawatahan unjuk rasa seni budaya masyarakat,

seperti acara-acara keramaian anak negeri, seperti pertunjukan randai, saluang,

rabab, tari-tarian dan aneka kesenian yang dihubungkan dengan upacara

perhelatan perkawinan, pengangkatan penghulu maupun untuk menghormati

kedatangan tamu agung.

Suku sunda merupakan kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau

Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah

administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan wilayah barat

Jawa Tengah (Banyumasan). Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di

Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,2% penduduk Indonesia merupakan orang

Sunda. Jika Suku Banten dikategorikan sebagai sub suku Sunda maka 17,8%

penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama

Islam, akan tetapi ada juga sebagian kecil yang beragama kristen, Hindu, dan

Sunda Wiwitan/ Jati Sunda. Agama Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa

komunitas pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy

di Lebak Banten yang berkerabat dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku

Sunda.

1

Page 2: BAB I

Wilayah yang mayoritas masyarakatnya masih mempertahankan adat

istiadat dan kebudayaannya dizaman yang serba modern ini. Salah satunya adalah

di Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Terletak 38 km

dari kota Bandung dan 11 km dari pusat Kecamatan Pangalengan Bandung

Selatan yang bernama Kampung Cikondang.

Penelitian ini bertitik tolak pada permasalahan diatas, dengan tujuan untuk

mengetahui kebudayaan, adat istiadat, dan kebiasaan masayarakat apa saja yang

ada di Kampung Cikondang. Dengan memperhatikan sisi kearsitekturannya juga.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi pada penelitian ini

adalah “Masuknya aliran modernisasi ke lingkungan sekitar Kampung Cikondang

berdampak pada hilangnya keaslian kebudayaan dan adat istiadat terdahulu”.

C. Batasan Masalah

Agar masalah tidak terlalu meluas, maka penelitian ini diberikan batasan

permasalahan yaitu “Objek yang kami teliti yaitu mengenai kebudayaan, adat istiadat

sistem kekerabatan, arsitektur dan letak geografis Kampung Adat Cikondang”.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apakah adat istiadat dari Kampung Cikondang?;

2. Bagaimana segi arsitektu rumah tradisional di Kampung Cikondang?;

3. Bagaimana letak geografis di Kampung Cikondang?.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian di Kampung Cikondang ini adalah:

1. Mengetahui adat istiadat di Kampung Cikondang;

2. Mengetahui segi arsitektur rumah tradisional di Kampung Cikondang;

3. Mengetahui letak geografis di Kampung Cikondang.

2

Page 3: BAB I

F. Manfaat

Adapun manfaat yang kami dapatkan dari penelitian ini, yaitu:

1. Mendapatkan pengetahuan tentang kebudayaan dan adat istiadat Kampung

Cikondang

2. Mengetahui secara langsung kondisi Kampung Cikondang

3

Page 4: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Arsitektur Vernakular

Kata ‘Vernakular’ berasal dari bahasa Latin yaitu ‘Vernakulus’ yang

memiliki arti penduduk negeri dan pribumi. Oleh karena itu, Arsitektur

Vernakular dapat dikatakan sebagai arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari

arsitektur pribumi. Pendapat lain mengatakan bahwa arsitektur vernakular

merupakan pengembangan dari arsitektur rakyat yang memiliki nilai ekologis,

arsitektonis, dan alami karena mengacu pada kondisi, potensi iklim dan budaya

masyarakat lingkungannya (Victor Papanek).

Selain itu, arsitektur vernakular juga dapat diartikan sebagai arsitektur yang

dibangun dan digunakan oleh masyarakat lokal dan tanpa arsitek. Hal tersebut

diwujudkan menggunakan teknik membangun yang didapat secara turun-

temurun. Proses pembangunan ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi

lingkungan karena arsitektur vernakular yang bergantung pada sumber daya

lokal.

Indonesia merupakan kepulauan yang memiliki budaya yang bermacam-

macam yang tersebar sesuai wilayahnya. Kekayaan akan kebudayaan ini tentu

mempengaruhi identitas serta aspek arsitekturnya. Menurut Mario Salvadori,

Arsitektur itu sendiri adalah buah daripada budaya. Oleh karena itu, hubungan

antara arsitektur dengan budaya tidak dapat dipisahkan. Masing-masing daerah di

Indonesia memiliki tipe rumah tradisional yang unik yang dibangun berdasarkan

budaya dan tradisi arsitektur vernakularnya.

Salah satu wilayah yang memiliki bangunan etnik yang khas sebagai

arsitektur vernakular yang hingga kini masih terpelihara adalah di tatar Sunda.

B. Arsitektur Tradisional Masyarakat Sunda

Arsitektur tradisional masyarakat sunda lekat dengan banyak hal.

Diantaranya yaitu bagaimana arsitektur tersebut membagi suatu ruang atau

wilayah yang bersifat sakral atau profan. Arsitektur Tradisional masyarakat sunda

berada pada cakupan sebuah wilayah yang disebut Kampung Adat. Kampung adat

4

Page 5: BAB I

terbentuk dari sekurang-kurangnya dua puluh rumah beserta fasilitas

pendukungnya.

1. Berdasarkan letak geografisnya, kampung masyarakat Sunda terbagi menjadi:

a. Kampung pegunungan;

b. Kampung dataran rendah;

c. Kampung pantai.

2. Berdasarkan mata pencahariannya, kampung masyarakat Sunda terbagi

menjadi:

a. Kampung pertanian;

b. Kampung nelayan;

c. Kampung kerajinan.

3. Berdasarkan ukuran luas, kampung masyarakat Sunda terbagi menjadi:

a. Kampung gede : yang berukuran besar dan sebagai pusat;

b. Kampung leutik : berukuran kecil dan tersebar.

4. Kampung masyarakat sunda juga memiliki pola, diantaranya:

a. Pola linier: Kampung dengan perumahan penduduk memanjang

mengikuti alur jalan kampung;

b. Pola Radial: Kampung dengan perumahan penduduk berkelompok pada

persimpangan jalan;

c. Pola di sekitar alun-alun atau lapangan terbuka : Kampung dengan

perumahan penduduk berkelompok di sekeliling lapangan terbuka atau

alun-alun.

5. Menurut Bidang Kebudayaan Tahun 2009, Kampung Adat Sunda yang

terdapat di Jawa Barat diantaranya:

a. Kampung Cikondang yang berlokasi di Desa Lamajang, Kecamatan

Pangalengan, Kabupaten Bandung;

b. Kampung Kuta yang berlokasi di Desa Karang paningal, Kecamatan

Tambaksari, Kabupaten Ciamis;

c. Kampung Mahmud yang berlokasi di Desa Mekarrahayu, Kecamatan

Margaasih, Kabupaten Bandung;

d. Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar yang berlokasi di Kampung

Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi

5

Page 6: BAB I

e. Kampung Dukuh yang berlokasi di Desa Cijambe, Kecamatan Cikelet,

Kabupaten Garut;

f. Kampung Naga yang berlokasi di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu,

Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat;

g. Kampung Pulo yang berlokasi di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles,

kabupaten Garut;

h. Kampung Urug yang berlokasi di Desa Kiarapandak, Kecamatan

Sukajaya, Kabupaten Bogor.

6

Page 7: BAB I

BAB III

DESKRIPSI DATA KAMPUNG

A. Letak Geografis

Kampung Adat Cikondang terletak di Desa Lamajang Pangalengan dengan

wilayah seluas kurang lebih 2 Hektar. Desa Lamajang ini berbatasan dengan Desa

Cipinang Kecamatan Cimaung di sebelah utara. Sebelah selatan berbatasan

dengan Desa Pulo Sari Kecamatan Pangalengan. Sebelah timur berbatasan dengan

Desa Cikalong dan Desa Tribhakti. Sebelah barat berbatasan dengan Desa

sukamaju Kecamatan Cimaung.

B. Jumlah Penduduk

Menurut Dewan pemerhati kehutanan dan lingkungan Tatar Sunda, Dr. Ir.

Mubiar Purwasasmita, M.Sc. jumlah penduduk Desa Lamajang + 21 % atau

sekitar 2500 jiwa. Jumlah penduduk laku-laki di Kampung Adat ini lebih banyak

dari penduduk perempuan.

C. Sejarah

Kampung Adat ini awalnya merupakan sebuah pemukiman dengan pola

arsitektur tradisional yang terdiri dari rumah-rumah seperti Bumi Adat.

Masyarakat Kampung Adat Cikondang meyakini bahwa leluhur mereka adalah

seorang wali yang menyebarkan agama Islam di daerah tersebut. Mereka

menyebutnya dengan sebutan Uyut Pameget dan Uyut Istri yang diyakini dapat

memberi berkah serta melindungi anak cucunya. Diperkirakan kampung adat

Cikondang didirikan sekitar tahun 1800.

Kampung Adat ini diberi nama Cikondang karena menurut sejarahnya, di

daerah tersebut terdapat seke (mata air) yang ditumbuhi pohon besar yang

dinamakan Kondang. Selanjutnya, tempat tersebut dinamakan Cikondang yang

merupakan perpaduan dari kata ‘Ci’ yang artinya air (sumber air), dan ‘Kondang’

yaitu nama pohon tersebut.

Pada awalnya, pemukiman ini terdiri dari kurang lebih enam puluh rumah.

Namun, sekitar tahun 1942 terjadi kebakaran besar yang menghanguskan seluruh

7

Page 8: BAB I

wilayah pemukiman tersebut dan menyisakan satu rumah yang kini dijadikan

Bumi Adat oleh masyarakat Kampung Adat Cikondang. Beberapa dugaan tentang

penyebab kebakaran bermunculan, salah satunya yaitu karena kampung

Cikondang merupakan tempat persembunyian para pejuang Indonesia dari

penjajah Belanda. Namun pada akhirnya tempat tersebut diketahui oleh Belanda

sehingga tempat tersebut dihanguskan.

Bumi Adat sebagai satu-satunya bangunan yang masih utuh pada saat itu

hingga kini masih dijaga dan dipelihara. Hal tersebut diyakini sebagai pesan dari

leluhur masyarakat Kampung Adat Cikondang.

Sampai sekarang terdapat enam kuncen yang memelihara Bumi Adat di

Kampung Adat Cikondang, yaitu:

a. Ma Empuh

b. Ma Akung

c. Anom Idil

d. Anom Rumya

e. Aki Emen

f. Anom Juhana

D. Sistem Kepercayaan/Agama

Agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Kampung Adat

Cikondang adalah Agama Islam. Namun, dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

Kampung Adat Cikondang masih mempercayai adanya roh-roh para leluhur.

Masyarakat Kampung Adat Cikondang meyakini bahwa roh-roh leluhur tersebut

akan terus melindungi mereka setiap saat, menyelamatkan dari berbagai

persoalan, dan mencegah bahaya yang akan datang.

Kepercayaan mereka pada leluhur tersebut berpengaruh pada adat istiadat

yang hingga kini masih dijalankan oleh masyarakat Kampung Adat Cikondang.

Adat istiadat ang dimaksud yaitu upacara-upacara adat serta adanya tabu/

pantangan-pantangan yang masih melekat di Kampung Adat tersebut.

8

Page 9: BAB I

E. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian masyarakat Kampung Adat Cikondang adalah bertani dan

berdagang. Jenis pertanian tersebut diantaranya padi dan sayuran.

F. Pendidikan

Sebagian besar Masyarakat Kampung Adat Cikondang memiliki

penghasilan yang memadai dari bertani dan berdagang. Setiap keluarga mampu

menyekolahkan anaknya sampai sekolah menengah atas bahkan perguruan tinggi.

G. Sosial dan Kemasyarakatan

Hubungan sosial antar masyarakat Kampung Adat Cikondang terjalin

dengan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya acara khusus

ataupun upacara yang masih dilakukan secara bersama-sama dan bergotong

royong. Selain dengan sesama masyarakat kampung, masyarakat ini juga terbuka

dan menerima kehadiran orang lain diluar Kampung Adat.

9

Page 10: BAB I

BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Kampung Adat Cikondang memiliki banyak hal menarik untuk dikaji. Objek

yang kami teliti yaitu mengenai adat istiadat, kebudayaan, sistem kekerabatan, dan

arsitektur.

A. Adat Istiadat

1. Seleh Taun Mapag Taun ( Musiman / Wuku Taun )

Upacara ini berkaitan dengan peringatan Tahun Baru Hijriah.

Diperingati setiap tanggal 15 Muharam. Adapun tujuan pelaksanaan

upacara ini yaitu sebagai upacara untuk mengungkapkan rasa terimakasih

dan rasa syukur, tujuan lainnya adalah berdo’a memohon keselamatan

kepada Yang Maha Kuasa. Upacara ini diselenggarakan di Bumi Adat.

2. Ngaruat Lembur (Hajat Lembur)

Upacara ini dilaksanakan setahun sekali setiap bulan Safar, hari

selasa atau kamis, jam 11.00 s.d 5.00. Upacara ini dilaksanakan di tengah-

tengah kampung. Yang dimaksud dengan Ngaruat Lembur atau Hajat

Lembur adalah mengadakan selamatan yang dilakukan untuk keselamatan

kampung halamannya.

3. Ngaruat Kandang Hayam.

Acara ini sering dilakukan pada kesempatan-kesempatan yang

berkaitan dengan maksud seseorang, misalnya pada saat akan membuat

rumah, membuat pacilingan, dan pada saat seorang warga akan membuat

kandang ayam. Upacara ini dilakukan diatas tanah yang akan dibuat

sebagai kandang ayam. Kegiatan ini biasa dilakukan sekitar pukul 7.00,

8.00, dan 11.00.

4. Rasulan

Maksud upacara rasulan adalah mengadakan upacara adat untuk

keselamatan para karuhun, nenek moyang mereka sebagai perintis

berdirinya Kampung Cikondang. Upacara ini diadakan di rumah masing-

masing dengan mengundang warga sekitar rumah dan diadakan pada bulan

10

Page 11: BAB I

silih Mulud. Upacara ini biasanya diselenggarakan pada hari selasa dan

kamis, malam hari antara waktu shalat magrib atau isya.

5. Ngabungbang

Upacara Adat ini biasanya dilakukan secara individu, upacara ini

dilakukan oleh seseorang yang menginginkan sesuatu seperti misalnya

ingin segera mendapatkan pekerjaan tetap, ingin mendapatkan jodoh, dan

sebagainya. Upacara ini dilakukan pada tanggal 14 bulan Mulud.

6. Tirakatan

Tirakat artinya membersihkan diri dengan bertafakur atau

mengasingkan diri di tempat yang sepi. Tirakatan dilakukan jika ia

menginginkan sesuatu misalnya ingin lulus sekolah, ingin mendapat jodoh,

dan apa yang dimilikinya dapat bemanfaat atau ada hasilnya. Kegiatan ini

dilakukan terus menerus sampai cita-citanya tercapai. Pelaksanaan

tirakatan biasanya dilakukan dengan berpuasa disesuaikan dengan hari

kelahiran misalnya jika hari kelahirannya hari kamis maka ia akan

memulai tirakatan pada hari rabu dengan melakukan makan sahur pada

pukul satu siang (13.00) dan buka puasa pada hari kamis pukul satu siang

(13.00).

7. Tujuh Bulanan

Upacara Adat ini merupakan perayaan kehamilan berusia tujuh

bulan, adapun tujuan upacara ini adalah ungkapan terimakasih dan syukur

kepada Tuhan YME atas kehamilannya yang sudah berusia tujuh bulan,

dan berharap diberikan kelancaran pada saat melahirkan kelak.

8. Ngalahirkeun

Pada saat melahirkan, sang ibu dibantu oleh paraji (dukun beranak),

dan selesai bersalin, plasenta sang bayi dikuburkan di dekat rumahnya.

Dan dibungkus dengan jonggol (serpihan batang pisang). Setelah itu

membakar kemenyan. Tujuan merawat plasenta bayi sampai dikuburkan

adalah agar usia anak panjang dan mendapatkan banyak berkah dari Tuhan

YME.

11

Page 12: BAB I

9. Marhabaan

Marhabaan dilakukan pada saat bayi berumur empat puluh hari.

Acara ini diadakan pada malam hari dengan melakukan kegiatan makan-

makan. Pada acara ini, rambut bayi dipangkas sampai gundul. Pada hari itu

juga sang bayi diberi nama oleh kedua orangtuanya. Puncak acara

biasanya dibacakan wawacan barjah, sebagai hiburan sekaligus berisi

tentang nasihat-nasihat yang baik untuk didengarkan oleh warga yang

hadir.

10. Upacara Kematian

Upacara yang berhubungan dengan meninggalnya seseorang di

Kampung Cikondang adalah; tiluna, matangpuluh, natus, nyewu, dan

mendak. Sidekah Tiluna diselenggarakan atas meninggalnya seseorang

pada hari ketiga, sidekah tujuhnan dilaksanakan padahari ketujuh, sidekah

matangpuluh diselenggarakan pada hari keempatpuluh, sidekah natus

dilaksanakan pada hari keserataus, sidekah nyewu pada hari keseribu, dan

sidekah mendak dilaksanakan setiap tahun, artinya setiap tahun setelah

kematian yang jatuh pada tanggal dan bulan yang sama.

11. Pada saat akan bertani, para petani menyiapkan seperangkat bahan-bahan

untuk melangsungkan upacara yang sangat sederhana. Acara ini

dilaksanakan pada pagi hari sebelum pukul 10 pagi. Tujuan dilaksanakan

upacara seperti ini adalah agar tanahnya tetap subur dan padinya berbuah

bagus dan berisi sehingga enak untuk dikonsumsi. Adapun saat menjelang

panen, diadakan lagi upacara sederhana. Tujuan diadakannya upacara

menyambut panen ini adalah agar hasilnya lebih banyak sehingga cukup

untuk dikonsumsi sampai datang musim panen selanjutnya.

B. Kebudayaan

1. Pantangan-pantangan yang ada (tabu)

Selain masih mempercayai adanya roh-roh leluhur, masyarakat

Kampung Adat Cikondang mempercayai adanya pantangan-pantangan

yang hingga kini masih melekat di Kampung Adat Cikondang,

diantaranya:

12

Page 13: BAB I

a. Tidak boleh memanjangkan kaki ke sebelah selatan, karena sebelah

selatan adalah tempat orang yang telah meninggal;

b. Tidak boleh membangun rumah menghadap selatan;

c. Buang air harus menghadap ke utara dan tidak boleh menghadap ke

selatan, karena di sebelah selatan terdapat tempat suci yang tidak boleh

dikotori;

d. Rumah memiliki satu pintu untuk keluar-masuk agar kehidupannya

selamat;

e. Tidak boleh menebang kayu di hutan keramat;

f. Ziarah tidak boleh dilakukan pada hari jumat dan sabtu;

g. Tidak ada yang boleh masuk ke Bumi Adat pada hari jumat dan sabtu;

h. Rumah Adat tidak boleh dimasuki oleh wanita yang sedang haid dan

orang yang beragama non-islam;

i. Tidak boleh membawa barang pecah belah dan barang elektronik

kedalam Bumi Adat.

2. Tradisi Kebudayaan

a. Benda Pusaka Purbakala masih dipelihara, setiap setahun sekali

tepatnya di bulan Muharam, mereka secara bersama-sama untuk

memandikan benda pusaka tersebut. Benda pusaka yang menjadi

keramat bagi masayarakat di Kampung Adat Cikondang diantaranya

berupa:

1. Keris pusaka duhung lekuk tujuh dan lima sampai lekuk sembilan,

ada badik dan gobang citrayuda, yang artinya kecil-kecil jagoan

perang;

2. Bayonet rampasan dari Jepang ata unipon.

b. Pakaian

1. Laki-laki: tutup kepala berupa kopeah/peci, baju kampret, celana

sontog, alas kaki gamparan bagi kaum laki-laki.

Bagi kaum perempuan rambut digelung, baju kebaya, pakai

karembong, sinjang kain kebat, alas kaki kelom.

2. Pakaian adat wuku taun

13

Page 14: BAB I

Laki-laki: tutup kepala disebut iket alias totopong, dengan corak

batik, model pemakaian yaitu poros nangka, kolenyangsang, dan

barangbang semplak. Baju kampret putih, celana sontog hitam, sarung

dan alas kaki terumpah atau gamparan.

Bagi perempuan: tutup kepala cindung, rambut digelung, baju

kebaya, pakai epek/ amben sinjang kain kebat, alas kaki kelom.

Bagi perempuan yang melaksanakan numbuk padi adat wuku taun,

kepala pakai cindung digelung, baju cukup pakai kaway diamben,

sinjang kebat, alas kaki kelom.

C. Sistem Kekerabatan

Jabatan kuncen di Bumi Adat atau ketua adat kampung Cikondang memiliki

pola pengangkatan yang khas. Ada beberapa syarat untuk menjadi kuncen Bumi

Adat, yaitu harus memiliki ikatan darah atau masih keturunan leluhur Bumi Adat.

la harus laki-laki dan dipilih berdasarkan wangsit, artinya anak seorang kuncen

yang meninggal tidak secara otomatis diangkat untuk menggantikan ayahnya. Dia

layak dan patut diangkat menjadi kuncen jika telah menerima wangsit. Biasanya

nominasi sang anak untuk menjadi kuncen akan sirna jika pola pikirnya tidak

sesuai dengan hukum adat leluhurnya.

Pergantian kuncen biasanya diawali dengan menghilangnya "cincin wulung"

milik kuncen. Selanjutnya orang yang menemukannya dapat dipastikan menjadi

ahli waris pengganti kuncen. Cincin wulung dapat dikatakan sebagai mahkota

bagi para kuncen di Bumi Adat kampung Cikondang.

Kuncen yang telah terpilih, dalam kehidupan sehari-hari diharuskan

mengenakan pakaian adat Sunda, lengkap dengan iket (ikat kepala). Jabatan

kuncen Bumi Adat mencakup pemangku adat, sesepuh masyarakat, dan pengantar

bagi para pejiarah.

D. Arsitektur

Bentuk rumah di Kampung Adat Cikondang yaitu Rumah Panggung

(memiliki kolong), merupakan salah satu prototype rumah adat daerah Jawa Barat.

Bumi Adat ini memiliki bentuk atap suhunan jolopong (suhunan lurus) yakni

14

Page 15: BAB I

bentuk atap yang terdiri dari dua bidang atap yang terdiri dari dua bidang atap.

Kedua bidang atap ini dipisahkan oleh jalur bubungan (suhunan) di bagian tengah

bangunan rumah. Pintu muka rumah ini dikenal dengan bentuk buka palayu yakni

letak pintu sejajar dengan salah satu sisi bidang atap, dengan demikian jika dilihat

dari arah muka tampak dengan jelas keseluruhan garis suhunan yang melintang

dari kiri ke kanan. Di halaman bumi adat terdapat bangunan pelengkap antara lain

lumbung padi (leuit), kolam, jamban atau kamar mandi. Leuit ini terletak di depan

(timur laut) rumah, sedangkan kolam dan kamar mandi/jamban terletak di sebelah

timur rumah, serta saung lisung (tempat menumbuk padi).

1. Atap

Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup

seluruh ruangan yang ada dibawahnya terhadap pengaruh panas, hujan, angin,

debu atau untuk keperluan perlindungan.

Rumah adat Kampung Cikondang bagian penutup atapnya tebuat dari

talahab yaitu penutup atap yang terbuat dari bilahan bambu. Bentuk atap yaitu

suhunan jolopong.

Gambar 1. Atap

15

Page 16: BAB I

2. Plafon/ langit-langit

Plafond, berasal dari bahasa Belanda yang artinya langit-langit. Kata

langit-langit mungkin terasa kurang pas dan juga terlalu panjang maka orang

sekarang lebih suka menyebutnya plafon. Plafon menjadi salah satu elemen

yang harus dipenuhi agar interior ruang terlihat lebih rapi. Fungsi plafon

adalahSebagai pembatas antara ruang atap dan ruang aktivitas dibawahnya.

dan sebagai penutup kesemrawutan dalam ruang atap, seperti: simpang

siurnya konstruksi.

di Kampung Cikondang Plafon/ langit-langit (lalangit/paparan) terbuat

dari bilah-bilah bambu yang dipasang dengan jarak tertentu,ada juga lalangit

yang dibuat dari bambu bulat (utuh) yang dijajar rapat.

Gambar 2. Plafon

3. Tiang dan pondasi

Tiang atau kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang

memikul beban dari balok. Tiang atau kolom merupakan suatu elemen

struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga

keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat

menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh

total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). 

Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi

untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari

struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa

terjadinya differential settlement pada sistem strukturnya.

16

Page 17: BAB I

Tiang rumah adat Kampung Cikondang terbuat dari bahan kayu, untuk

pondasi tiang digunakan batu alam berbentuk bulat.

Gambar 3. Tiang dan pondasi

4. Dinding

Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan kadang

melindungi suatu area. Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan

menyokong struktur lainnya, membatasi ruang dalam bangunan menjadi

ruangan-ruangan, atau melindungi atau membatasi suatu ruang di alam

terbuka. Tiga jenis utama dinding struktural adalah dinding bangunan, dinding

pembatas (boundary), serta dinding penahan (retaining).

Dinding rumah adat kampung cikondang terbuat dari anyaman bambu

(bilik). Untuk menahan dinding rumah di bagian dalam dipasang kayu dengan

posisi horizontal disebut Paneer dan berfungsi pula sebagai penahan tiang

rumah.

Gambar 4. Dinding

17

Page 18: BAB I

5. Jendela

Jendela adalah produk yang memungkinkan pembukaan pada

tembok/pintu agar cahaya, udara atau suara dapat masuk ke dalam.  Biasanya

dipasang dengan kaca atau dilapisi dengan material transparan, yang

ditempatkan dalam suatu rangka yang menahannya dengan kuat.

Jendela rumah adat Kampung Cikondang berbentuk persegi panjang dan

dipasang kayu dengan jarak tertentu secara vertikal disebut jalosi, serta daun

jendela kayu sebagai penutupnya.

Gambar 5. Jendela

6. Lantai

Lantai adalah bagian dasar sebuah ruang, yang memiliki peran penting

untuk memperkuat eksistensi obyek yang berada di dalam ruang. Fungsi lantai

secara umum adalah menunjang aktivitas dalam ruang dan membentuk

karakter ruang. Ketika orang berjalan di atas lantai, maka karakter yang

muncul adalah tahan lama, tidak licin dan berwarna netral (tidak dominan).

Lantai rumah digunakan untuk meletakkan barang-barang seperti kursi, meja,

almari, dan sebagainya serta mendukung berbagai aktivitas seperti berjalan,

anak-anak berlari, duduk di lantai, dan lain-lain.

Lantai (palapuh) rumah adat kampung cikondang terbuat dari bambu

yang dibentuk lempengan bambu yang digelarkan di atas bambu bulat (utuh)

dinamakan dengan darurang.

Gambar 6. Lantai

18

Page 19: BAB I

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian kami, Kampung Adat Cikondang adalah salah satu

kampung adat yang ada dalam zona tidak aman, karena cepat atau lambat bisa

tersisihkan oleh lingkungan di sekitarnya. Tersisihkan adat istiadatnya, tersisihkan

budayanya, tersisihkan arsitektur rumah adatnya, dan sebagainya. Bisa

disimpulkan seperti ini karena radius satu meter saja sudah banyak perbedaan

drastis yang timpang, seperti rumah – rumah warga yg sudah mulai mendirikan

rumah tinggal dengan nuansa yang modern, mulai menggunakan listrik, dan lain

sebagainya. Ini menjadi satu kekhawatiran besar yang bisa menggerus keteguhan

para penghuni kampung adat Cikondang. Karena modernitas selalu menggiurkan,

bagi siapapun.

Ini terbukti dari obrolan sesepuh Kampung Adat Cikondang yang

mengatakan bahwa sudah mulai ada generasi muda Kampung Adat Cikondang

yang mulai tidak tertarik untuk tidak mendalami dan melakoni adat yang menjadi

kebanggaan selama berpuluh – puluh tahun itu.

Bagaimana pun, mereka harus diperhatikan. Kampung Adat Cikondang

harus dilestarikan. Adat mereka harus dihargai dan dihormati. Budaya mereka

harus tetap tertanam kokoh di atas tanah mereka sendiri dan tidak ada yang bisa

menggoyahkannya. Semua hal yang telah dipaparkan di atas menjadi poin penting

yang menjadi tugas bersama. Bukan hanya tugas pemerintah yang harusnya peka,

tapi masyarakat sekitarnya, bahkan para pengunjungnya pun harus sadar bahwa

Kampung Adat Cikondang dengan segala kekayaan tradisinya adalah aset budaya

dan warisan tatar Sunda yang harus dijaga.

Semoga dengan adanya laporan dari hasil penelitian ini bisa menjadi bahan

pertimbangan bagi pihak/lembaga yang berwenang, dan bagi siapapun

pembacanya. Semoga Kampung Adat Cikondang selalu berkembang dan tetap

lestari.

19

Page 20: BAB I

B. Rekomendasi

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan yaitu :

1. Penulis berharap pemerintah merencanakan dan melaksanakan pantauan rutin

ke Kampung Adat Cikondang. Karena selain menjadi warisan yang akan

menjadi identitas tatar Sunda pada khususnya, dan identitas bangsa pada

umumnya Kampung Adat Cikondang ini menjadi aset pariwisata milik

bangsa yang harus dikelola sebaik mungkin.

2. Penulis berharap laporan ini dapat menjadi sumber untuk pembaharuan

informasi mengenai Kampung Adat Cikondang.

3. Penulis berharap kritik dan saran untuk memperbaiki segala kekurangan yang

terdapat di dalam laporan ini.

20

Page 21: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1 halaman:

http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/destdet.php?id=24&lang=i d

Anonimous. 2014. Bandungheritage1 halaman:

http://www.bandungheritage.org/index.php?

option=com_content&view=article&id=17:kampung-dan-rumah-adat-di-

jawa-barat&catid=14:heritage

Anonimous. 2012. Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI). Menggali masa

lalu, pada masa kini, untuk masa depan yang cerah. 1 halaman:

http://iaaipusat.wordpress.com/2012/03/19/arsitektur-vernakular-

indonesia-peran-fungsi-dan-pelestarian-di-dalam-masyarakat/

Bidang kebudayaan. 2009. Data Kampung Adat di Jawa Barat. 26 halaman:

http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/fupload/Data%20Kampung

%20Adat%20di%20Jawa%20Barat.pdf?idf=22

Dey Caesstari Caztha. 2011. Scribd. Cikondang. 14 halaman:

http://www.scribd.com/doc/106706821/CIKONDANG

Dicas. 2012. Buka Mata. pengertian budaya, adat istiadat, dan kebiasaan. 1

halaman:

http://buka-mata.blogspot.com/2013/05/pengertian-budaya-adat-istiadat-

dan.html

I Made Asdhiana. 2013. Kompas. com. Kampung Adat Cikondang, Merawat

yang Tersisa. 1 halaman:

http://travel.kompas.com/read/2013/11/22/1655115/Kampung.Adat.Cikon

dang.Merawat.yang.Tersisa

21

Page 22: BAB I

Linova zeka. 2014. Scribd. Laporan GEP (Fixed). 16 halaman:

http://www.scribd.com/doc/83220001/Laporan-GEP-Fixed

Meilia Jim Vionna. 2013. komunikasi antarbudaya. Kampung Cikondang, Surga

Tradisional Orang Sunda. 1 halaman:

http://tugaskab.blogspot.com/2013/01/kampung-cikondang-surga-

tradisional.html

PDF. Linda Octavia, 2010. Makna Dalam Arsitektur Vernakular

PDF. Wiranto, 2012. Arsitektur Vernakular Indonesia

PDF. Ir.Primi, 2012. Arsitektur Vernakular Indonesia

22