BAB I
-
Upload
thufaelseptiani -
Category
Documents
-
view
216 -
download
2
description
Transcript of BAB I
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 GAMBARAN UMUM DESA SECARA GEOGRAFIS
1.1.1 Situasi Keadaan Umum
Desa Tanjung Pasir dengan luas 570 Ha dengan jarak tempuh 47 Km dari ibu kota kabupaten
Tangerang dan merupakan daerah daratan rendah dengan ketinggian dari permukaan laut satu
meter dengan suhu udara 30°-37°C. Desa ini memiliki enam Kepala Dusun, 14 Rukun
Warga, dan 34 Rukun Tetangga. (Kartikawatie, 2012)
Gambar 1.1 Peta Desa Tanjung Pasir (Kartikawatie, 2012)
A. Batas Wilayah
Batas – batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar
adalah sebagai berikut (Kartikawatie, 2012) :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung
3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan
1
Gambar 1.2 Peta Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir
Terdapat enam desa binaan Puskesmas :
a. Desa Lemo
b. Desa Tanjung Pasir
c. Desa Tanjung Burung
d. Desa Pangkalan
e. Desa Tegal Angus
f. Desa Muara
1.2 GAMBARAN UMUM DESA SECARA DEMOGRAFI
1.2.1 Situasi Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Tanjung Pasir sampai dengan tahun 2012 tercatat sebanyak
9.513 jiwa, terdiri dari laki-laki 4884 jiwa dan perempuan 4629 jiwa. Secara rinci
klasifikasi penduduk menurut kelompok umur sebagai berikut (Kantor Statistik
Kabupaten Tangerang, 2012) :
Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan
No. Warga Negara Laki – laki Perempuan
1 Warga Negara Indonesia
(WNI)
4884orang 4629orang
2 Warga Negara Asing
( WNA)
- orang - orang
2
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
No. Umur Jumlah Penduduk
1. 0 – 4 tahun 920 orang
2. 5 – 14 tahun 1880 orang
4. 15 – 44 tahun 5139 orang
10. 45 – 64 tahun 1273 orang
12. >65 tahun 301 orang
1.2.2 Keadaan Sosial Ekonomi
Potensi adalah sumber daya yang berada pada suatu wilayah yang dapat digali dan
dimanfaat atau dikembangkan. Potensi ini dibagi menjadi dua kategori yaitu :
a. Potensi umum
Sumber daya material yang dapat dimanfaatkan secara bersama atau umum oleh
masyarakat.
b. Potensi khusus
Semua sumber daya material dan non material yang dimiliki secara pribadi oleh
masyarakat.
Adapun potensi yang dimiliki oleh Desa Tanjung Pasir adalah (Kartikawatie, 2012) :
1. Potensi Sumber Daya Alam (SDA)
1.1 Luas Desa Tanjung Pasir (luas pemukiman 72 Ha, perempangan 334 Ha, TPU
7000 M dan pesawahan 83 Ha).
1.2 Kondisi udara tercemar ringan walaupun tidak memiliki taman kota.
2. Potensi Sumber Daya Manusia (SDM)
Usia produktif 7.654 jiwa
Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
3
Tabel 1.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok
No. Mata Pencaharian Pokok Jumlah Penduduk
1. Buruh/swasta 65 orang
2. Dokter/Bidan 6 orang
3. Montir 25 orang
4. Nelayan 2.331 orang
5. Pedagang 1.213 orang
6. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 15 orang
7. Pengemudi Becak 43 orang
8. Pengrajin 5 orang
9. Pengusaha 8 orang
10. Penjahit 24 orang
11. Petani 176 orang
12. Peternak 6 orang
13. Supir 30 orang
14. TNI / POLRI 6 orang
15. Tukang Batu 42 orang
1.2.3 Keadaan Sosial Budaya
4
No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk
1 Belum Sekolah 1.976 jiwa
2 Usia 7-45 th tidak sekolah 145 jiwa
3 Tidak tamat SD/Sederajat 234 jiwa
4 Tamat SD/Sederajat 3.789 jiwa
5 Tamat SLTP/Sederajat 1.653 jiwa
6 Tamat SLTA/Sederajat 954 jiwa
7 Sarjana/D1-D3 41 jiwa
8 Pasca Sarjana/S2-S3 -
Kondisi suasana kehidupan beragama bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir cukup
baik, rukun, tenang, tentram, saling menghormati, dan tolong menolong dalam
menghadapi permasalahan yang timbul ataupun dalam menghadapi musibah dalam
kehidupan bermasyarakat, sebagai contoh: musibah kematian dan sebagainya, serta
kegiatan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Tabel 1.5. Sarana Peribadatan yang Tersedia
di Desa Tanjung Pasir (Kartikawatie, 2012)
No. Agama Jumlah Penduduk
1. Mesjid 6 Unit
2. Musholla 30 Unit
3. Majelis Taklim 4 Unit
4. Gereja - Unit
5. Pura - Unit
1.2.4 Kesehatan
Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan instansi terkait, dalam hal ini, antara
lain :
1 Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita
yang ada di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.
2 Pencegahan penyakit, vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi Polio bagi balita,
pemberian vitamin A.
3 Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah Dengue, Flu
Burung, Chikungunya, dan sejenisnya.
4 Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan
makanan yang bernutrisi.
5 Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan
dengan membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya.
6 Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur mayur dan Tanaman Obat
Keluarga (TOGA), Tabulapot dan Tabulakar.
7 Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan diadakannya program senam
LANSIA dan POSBINDU
Tabel 1.6. Sarana Pelayanan Kesehatan
5
No Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah
1 Poskesdes 1 Unit
2 Pos KB Keluarga -
3 Posyandu 6 Unit
4 Pos Mandiri -
5 Klinik Bersalin/ BKIA -
6 Praktek Dokter/ Bidan 4 Unit
7 Praktek Bidan 4 Unit
8 Paraji 4 Orang
9 Keluarga Berencana
a. Jumlah Pos/ Klinik KB : -
b. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) : 334
Pasang
c. Jumlah Akseptor KB :
1) Pil : 127 orang
2) IUD : 14 orang
3) Kondom : - orang
4) Suntik : 190 orang
5) Implan : 13 orang
- Unit
1.2.5 Transportasi
Sarana transportasi manyarakat desa tanjung pasir lebih banyak menggunakan
angkutan umum, ojek, motor, becak serta sepeda (Pusksmas Tegal Angus, 2011)
I.2.6. Data Puskesmas
1. Pengkajian PHBS
Dalam rangka meningkatkan Rumah Tangga Ber-PHBS di Kabupaten Tanggerang
Dinas Kabupaten Tanggerang melalui Bidang PPK dan puskesmas melaksanakan
pendataan dan penilaian rumah tangga sehat yaitu rumah tangga yang melaksanakan 10
(sepuluh) indicator PHBS bagi rumah tangga yang memiliki bayi atau balita dan rumah
tangga yang melaksanakan 7 (tujuh) indicator PHBS bagi rumah tangga yang tidak
memiliki bayi atau balita. Sasaran dari kegiatan ini adalah 778.228 rumah tangga di 274
desa di Kabupaten Tanggerang. Dan berdasarkan hasil pengkajian, dari 62.371 rumah
6
tangga yang dipantau hanya 29.070 (46,61%) rumah tangga yang dapat dikatakan sebagai
rumah tangga sehat. Adapun hasil pengkajian selengkapnya dapat dilihat pada table
berikut :
Tabel 1.9 Capaian PHBS di Kabupaten Tanggerang Tahun 2013
No Nama
Kecamatan
Jumlah
desa/kelurahan
Jumah
rumah
tangga
Jumlah
rumah
tangga
yang
dipantau
Capaian
PHBS
rumah
tangga
%
1. Salembaran
Jaya
5 15925 1050 347 33,05
2. Kosambi 5 22321 4398 3604 81,95
3. Sindang Jaya 7 18944 1470 518 35,24
4. Pagedangan 11 21.731 2.310 1.054 45,63
5 Panongan 8 26.791 1.680 689 41,01
6 Cikuya 7 16.095 1.917 1.401 73,08
7 Mauk 12 16.682 2.520 861 34,17
8 Pasir Jaya 10 23.634 840 425 50,60
9 Cikupa 4 31.565 2.100 593 28,24
10 Tegal Angus 7 12.421 1.260 203 16,11
11 Teluk Naga 6 20.322 1.470 1.050 71,43
12 Pakuhaji 8 17.936 1.680 520 30,95
7
13 Sukawali 6 12.419 1.260 483 38,33
14 Balaraja 5 16.217 1.050 723 68,86
15 Gembong 4 10.397 1.462 951 65,05
16 Kemiri 7 12.253 1.470 166 11,29
17 Curug 6 28.400 1.260 693 55
18 Binong 1 15.856 210 74 35,24
19 Cisoka 10 19.370 2.235 905 40,49
20 Kelapa dua 2 15.310 420 353 84,05
21 Bj. Nangka 2 12.920 420 338 80,48
22 Jl. Kutai 1 2.928 210 194 92,38
23 Jl. Emas 1 12.391 210 181 86,19
24 Sukadiri 8 15.670 1.680 1.077 64,11
25 Cisauk 3 6.421 944 811 85,91
26 Suradita 3 8.835 753 118 15,67
27 Kutabumi 9 67.112 1.890 403 21,32
28 Kedaung barat 8 26.213 1.680 1.218 71,5
29 Jambe 10 9.621 2.100 329 15,67
30 Rajeg 8 19.349 1.680 364 21,67
31 Sukatani 5 14,747 1.050 618 58,86
32 Kresek 9 13.103 1.890 734 38,84
33 Gunung kaler 9 36.700 1.890 634 33,54
8
34 Sepatan 8 20.934 1.680 979 58,27
35 Sukamulya 8 18.002 1.680 1.174 69,88
36 Mekar baru 10 10.570 1.680 105 6,25
37 Kronjo 8 15.976 2.100 751 35,76
38 Jayanti 7 16.340 1.680 988 58,81
39 Tigaraksa 7 8.754 1.470 767 52,18
40 Pasir nangka 7 20.486 744 280 37,63
41 Legok 5 34.884 1.050 357 34
42 Bojong kamal 3 6.698 1.031 460 44,62
43 Caringin 3 4.585 797 577 72,40
Jumlah 274 778.228 62.371 29.070 46,6
Sumber data : puskesmas tegal angus 2013
Dari table diatas terlihat bahwa jumlah rumah tangga sehat di Kabupaten
Tangerang pada tahun 2013 adalah 46.61%, pencapaian ini tidak sesuai target yang
telah ditetapkan yaittu 65%, hal ini disebabkan karena:
Kurangnya dukungan lintas sector dan lintas program untuk mencapai PHBS
yang tinggi.
Kurangnya pembinaan PHBS Petugas Promkes, Puskemas kepada rumah
tangga yang ada di wilayahnya karena rata-rata petugas pengelola lebih dari
satu program.
Masih rendahnya kemampuan petugas dalam pengelolaan program Promkes
karena seringnya dilakukannya pergantiannya petuga Promkes.
Masih minimnya dukungan anggaran untuk pengkajian dan pembinaan PHBS
di rumah tangga.
Dalam rangka meningkatkan PHBS di masyarakat, telah dilakukan upaya-
upaya kemitraan dengan berbagai pihak, antara lain dengan:
9
1) Dua puluh Perguruan Tinggi Kesehatan yang telah membinaan 29 Desa binaan
di Kabupaten Tanggerang.
2) Perusahaan swasta seperti PT. Sinar Sayap Emas, PT. Mayora, PT. Kalbe
Farma, Bank BJB, dll.
3) Forum Kabupaten Tanggerang Sehat.
4) Saka Bakti Husada.
5) Forum Kader.
2. Kesehatan Lingkungan
Empat indicator keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk
menciptakan lingkungan sehat, yaitu presentase keluarga yang memiliki akses air
bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sanitasi dasar, Tempat
Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) yang sehat.
Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah
dilaksanakan oleh berbagai instasi terkait, swasta, NGO, dll seperti pembangunan
sarana sanitasi dasar, pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan
pengendalian kualitas lingkungan, pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi.
Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung
dengan masalah kesehatan meliputi pembangunan sarana air bersih, jamban sehat,
perumahan sehat yang ditanganin secara lintas sector. Sedangkan kegiatan yang
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggerang meliputi pemberdayaan
masyarakat tentang sanitasi melalui pemicuan STBM, stimulant sarana sanitasi dasar,
pemantauan kualitas air minum dan air bersih, rehabilitasi sarana air bersih,
pemantauan sanitasi rumah sakit, pembinaan dan pemantauan sanitasi tempat-tempat
umum, tempat pengolahan makanan, tempat pengelolaan pestisida dsb. Indikator
program kesehatan lingkungan sebagai berikut :
Tabel 1.10 Hasil Pencapaian Sasaran Program Penyehatan
Lingkungan di Kabupaten Tanggerang Tahun 2011-2013
No Sasaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Target Real Target Real Target Real
10
1. Prosentasi
Rumah
Sehat
79% 73,6% 80% 62,71% 85% 71,63%
2. Prosentasi
SAB
memenuhi
syarat
kesehata
90% 88,5% 87% 91,5% 95% 92,3%
3. Prosentasi
Jamban
keluarga
memenuhi
syarat
kesehatan
85% 76,9% 85% 71,13% 85% 74,97%
4. Prosentasi
TTU
memenuhi
syarat
kesehatan
70% 66,2% 75% 64,69% 80% 74%
5. Angka
Bebas
Jentik
(ABJ)
87% 60,9% 90% 76,16% 95% 78,80%
6. Prosentase
Instusi
yang
dibina
memenuhi
syarat
70% 71,2% 75% 69,84% 80% 67%
11
kesehatan
lingkungan
Sumber : Bid. P2P-PL Dinas Kesehatan Kab. Tanggerang Tahun 2013
Beberapa indicator meningkat dari tahun sebelumnya diantaranya prosentase
rumah sehat meningkat dari 62,7% menjadi 71,63%, prosentase jamban keluarga yang
memenuhi syarat meningkat dari 71,13% menjadi 74,97% dan prosentasi TTU yang
memenuhi syarat kesehatan dari 64,69% menjadi 74,72%. Namun demikian
peningkatan tersebut belum mencapai target pada indicator rumah sehat, prosentase
sarana air bersih yang memenuhi syarat, prosentase TTU memenuhi syarat kesehatan,
ABJ, dan prosentase Institusi yang dibina memenuhi syarat kesehatan lingkungan.
Kondisi ini terjadi kemungkinan karena adanya peningkatan jumlah keluarga yang
diperiksa sedangkan sarana yang memenuhi syarat walaupun ada peningkatan tetapi
jumlahnya kecil. Permasalahan bidang sanitasi tidak hanya masalah snitasi yang tidak
memenuhi syarat tetapi juga perilaku. Perilaku sangat menentukan apakah individu
mau menggunakan sarana yang ada atau tidak (akses terhadap sarana sanitasi) dan
juga pemeliharaan sarana yang ada serta kebutuhan akan saran sanitasi.
Upaya pemberdayaan masyrakat serta perubahan perilaku bidang sanitasi
harus lebih intensif dilakukan. Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses
maupun kepemilikan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan meliputi
sarana air bersih, jamban sehat, pengelolaan sampah, dan pengelolaan air limbah
sehat. Sedangkan untuk peningkatan kualitas sarana sanitasi perlu dilakukan bersama
sector terkait. Sesuai strategi sanitasi yangs sudah disusun untuk mengatasi masalah
ditingkat individu maupun kawasan dan komitmen terhadap memorandum program
sanitasi.
3. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah rumah yang memiliki sarana sanitasi dasar meliputi
jamban/wc, sarana air bersih, tempat sampah dan sarana pembuangan air limbah,
cukup ventilasi dan pencahayaan, bebas dari serangga dan binatang penular penyakit
serta ada pemanfaatan pekarangan sebagai ruang terbuka hijau.
Hasil inspeksi sanitasi (IS) rumah pada tahun 2013 di 43 puskesmas di
Kabupaten Tanggerang didapatkan hasil sebagai berikut : rumah yang diperiksa
12
sebanyak 161.220 rumah, rumah yang sudah memenuhi syarat kesehatan sebanyak
115.482 rumah (71,63%). Jumlah rumah sehat meningkat 8,93% bila dibandingkan
dengan hasil inspeksi sanitasi tahun 2012, demikian juga dengan jumlah rumah yang
diperiksa. Hasil inspeksin sanitasi rumah tahun 2012 dari 143.217 rumah yang
diperiksa, rumah yang sudah memenuhi syarat kesehatan sebanyak 89.811 (62,7%).
Dari hasil inspeksi sanitasi permasalahan yang menyebabkan rumah tidak sehat
adalah kualitas sarana sanitasi di rumah tersebut yang tidak memenuhi syarat.
Berbagai upaya sudah dilakukan untuk meningkatan untuk kualitas rumah
menjadi rumah sehat, diantaranya melalui penyuluhan, pemicuan STBM, pemberian
stimulan untuk pembuatan sarana sanitasi, pembuatan percontohan rumah sehat
bekerja sama dengan SKPD terkait.
Melihat pencapaian tahun 2013 maka upaya penyuluhan terhadap masyarakat
tentang rumah sehat sehingga ma snyarakat dapat meningkatkan kualitas
lingkungan rumahnya dan memiliki rumah yang sehat masih perlu ditingkatkan.
4. Penggunaan dan akses air bersih
Hasil inspeksi sanitasi oleh petugas Puskemas Tahun 2013 tentang
penggunaan air bersih pada setiap keluarga, dari 166.601 KK yang diperiksa, sebagian
keluarga (92,3%) memiliki akses air bersih dengan perincian sumur gali 18,5%,
sumur pompa tahan 16%, ledeng 8,8%, PAH (Penampungan Air Hujan) 0,1%, dan
sumur bor/jetpam 49%. Dibandingkan hasil 2012, prosentasi keluarga yang memiliki
akses air bersih turun dari 97,5% menjadi 92,3%, karena jumlah yang diperiksa
meningkat sedangkan jumlah pengakses air bersih peningkatan sangat kecil.
Selain digunakan untuk mandi dan mencuci baju, berdasarkan hasil inspeksi
sanitasi yang dilakukan oleh Petugas Puskesmas, air bersih juga digunakan oleh
masyarakat untuk minum. Adapun perincian penggunaan air minum di masyarakat
adalah: 9,8% air kemasan, 20,1% air isi ulang, ledeng 8,8% (ledeng meteran 5,9%,
ledeng eceran 2,9%), pompa 43,9%, SGL (Sumur Gali) terlindung 13,3%, SGL tidak
terlindung 3,5%.
Inspeksi sanitasi air bersih adalah pemeriksaan sumber air yang digunakan
untuk keperluan mandi dan cuci. Dari data diatas terlihat bahwa sumber air yang
digunakan sudah memenuhi syarat yang masih ditingkatkan adalah pemantauan
kualitas air dari sumber air tersebut. Upaya yang sudah digunakan pemberian
13
stimulant untuk membuat percontohan sarana air bersih, menyediakan desinfektan air
didaerah rawan diare dan daerah yang beresiko sanitasi.
5. Keluarga dengan kepemilikan sanitasi dasar
Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi kepemilikan
jamban keluarga, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah keluarga. Keseluruhan
hal tersebut sangat diperlukan di dalam peningkatan kesehatan lingkungan.
Tabel 1.11
Persentase Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun
2011-2013
Tahun Jaga (%) Tempat
sampah (%)
SPAL (%) SAB (%)
2011 76,9 81 82,5 88,5
2012 71,13 74,77 74,2 97,5
2013 87,4 77,6 83,5 92,3
Sumber : Bid. P2P-PL Dinas Kesehatan Kab. Tanggerang Tahun 2013
Dari hasil inspeksi sanitasi pada tahun 2013 terhadap166.601 keluarga
didapatkan, keluarga yang memiliki sanitasi dasar dengan rincian berikut : yang sudah
memiliki jamban sebanyak 140.605 KK (87,4%). Sedangkan pada tahun 2012 jumlah
keluarga yang memiliki jamban sehat adalah (75,89%). Disebut jamban sehat adalah
apabila terdapat tempat buang air besar di suatu tempat yang telah ditentukan atau
tidak di sembarang tempat dan memiliki pembuangan air akhir ke tempat septic tank.
Di kabupaten Tangerang berdasarkan hasil inspeksi tahun 2013 masih ditemukan
masyarakat yang buang air besar di sembarang tempat sebanyak 25% dan
pembuangan akhirnya tidak di septic tank sebanyak 12,6%.
Keluarga yang memiliki tempat sampah dari hasil inspeksi pada tahun 2013
sebesar 120.901 KK, sedangkan rumah yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak
14
93.830 KK (77,6%) meningkat 2,86% dibanding tahun 2012 dimana jumlah rumah
yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak 87.481 KK (74,77%). Indicator untuk
menilai tempat sampah sehat adalah tempat sampah organik dan anorganik dipisah
dalam tempat yang kedap air dan tertutup.
Pengelolaan air limbah dari hasil inspeksi sanitasi tahun 2013, jumlah rumah
yang memiliki pengelolaan air limbah sehat sebanyak 99.796 KK (83,5%). Kondisi
ini meningkat 9,3% bila dibandingkan tahun 2012 jumlah rumah yang
memilikipengelolaan air limbah sehat sebanyak 87.867 KK (74,2%).
Berbagai upaya yang dilakukan pada tahun 2013 untuk meningkatkan
kepemilikan maupun pemanfaatan sarana sanitasi sehat adalah melalui penyuluhan,
pemberdayaan masyarakat dibidang sanitasi melalui pemicuan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat di 30 desa dan pemberian stimulant untuk pembuatan percontohan sarana
sanitasi di wilayah binaan dan desa resiko tinggi sanitasi. Stimulan percontohan
sarana sanitasi dasar diberikan tidak hanya di tingkat rumah tangga tetapi juga di
institusi pendidikan (sekolah) sebanyak 7 sekolah berupa sarsandas sekolah
(pembuatan wc sekolah 2 pintu) dan percontohan sarana CTPS (cuci tangan pakai
sabun)
6. Tempat-Tempat Umum
Tempat pengelolaan makanan tempat tertentu yang digunakan untuk
melakukan pengolahan makanan yang meliputi tempat penyimpanan bahan makanan,
pengolahan makanan, penyediaan makanan dan pendistribusian makanan.
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh.
Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan
berdasarkan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Upaya
penyehatan makanan ditujukan untuk melindungi masyarakat dan konsumen terhadap
penyakit penyakit yang ditularkan melalui makanan dan mencegah keracunan
makanan. Upaya tersebut pada dasarnya menyangkut orang yang menangani
makanan, tempat pengolahan makanan dan proses pengolahannya, kendala dan
permaslahan yang belum dapat ditangani adalah masih rendah hygiene dan sanitasi
tempat pengolahan makanan.
Hasil pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempat umum dan pengolahan
makanan tahun 2011-2013 menunjukan hasil sebagai beikut :
15
1. Jasa Boga
Pemeriksaan hygiene sanitasi jasa boga dilakukan dalam rangka
pemberian sertifikasi jasa boga dan uji petik terhadap jasa boga yang telah
memiliki sertifikat laik sehat. Hasil pemeriksaan sarana jasa boga tahun
2013 dari 45 sarana yang telah dari 45 sarana yang telah diperiksa
sebanyak 28 (62,22%) memenuhi syarat. Sampai tahun 2013 perusahaan
jasa boga yang telah memiliki sertifikat laik sehat sebanyak 34 (23,44%)
perusahaan dari 145 perusahaan jasa boga yang terdaftar di dinas
kesehatan. Upaya yang telah dilakukan untuk menigkatkan presentase jasa
boga yang memiliki sertifikat laik sehat adalah mengadakan kursus
hygiene Sanitasi yang dilakukan secara periodic dan membuat surat edaran
bahwa semua jasa boga penyedia makanan karyawan untuk perusahaan
yang menyediakan karyawan wajib memiliki sertifikat laik sehat. Uji petik
pemeriksaan bakteriologi dilakukan terhadap sampel makanan, usap dubur
penjamah dan usap alat yang digunakan dalam mengolah makanan.
2. Rumah Makan/Restoran
Hasil Pemeriksaan sarana tangga/restoran dari 100 sarana rumah
tangga/restoran yang diperiksa pada tahun 2013 didapatkan 85 orang yang
memenuhi syarat (85%). Selain itu dari 256 sarana rumah makan restoran
diperoleh 17 sarana yang memiliki sertifikat baik sehat rumah makan
restoran (6,64%).
3. Industri Rumah Tangga Pangan
Hasil Pemeriksaan sarana industry rumah tangga pangan yang
dilakukan pada tahun 2013 sebanyak 120 sarana, 97 sarana (80,83%)
memenuhi syarat dan telah tersertifikasi/memiliki izin edar untuk produk
pangan yang diproduksi. Uji petik pemeriksaan sarana industri rumah
tangga pangan dilakukan terhadap sarana industry rumah tangga pangan
yang telah memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
Pangan (SPP-IRT) dan industry rumah tangga pangan yang ingin
mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Pangan
(SPP-IRT). Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan industry rumah
tangga pangan yang memiliki SPP-IRT dengan mengadakan Penyuluhan
Keamanan Pangan bagi pengusaha dan penanggungjawab produksi.
16
Uji petik pemeriksaan kualitas makanan hasil industry rumah tangga
pangan dilakukan pada berbahaya (formalin, boraks, rhodamin b, methanyl
yellow).
4. Depot Air Minum
Hasil pemeriksaan sarana Depot Air Minum (DAM) pada tahun 2013
dilakukan di 100 sarana, 28 sarana (28%) diantaranya Memenuhi Syarat
(MS). Masih rendahnya sarana Depot Air Minum yang memenuhi syarat
karena masih rendahnya hiegene sanitasi sarana dan hiegene sanitasi
perorangan. Uji petik pemeriksaan depot air minum meliputi pemeriksaan
kualitas air minum baik secara kimia, fisika dan bakteriologi.
Sampai tahun 2013 dari 414 sarana Depot Air Minum hanya 6 sarana
yang memiliki sertifikat sehat. Kendala masih rendahnya sarana depot air
minum yang memiliki sertifikat sehat adlah pengusaha sudah bisa
melakukan kegiatan operasional tanpa rekomendasi dari Dinas Kesehatan.
7. Angka Bebas Jentik
Nyamuk aedes aegypti merupakan binatang yang menularkan penyakit demam
berdarah dengue (DBD). Tempat perindukan/sarang nyamuk harus diperiksa dan
dibersihkan secara rutin minimal satu minggu sekali untuk menghambat
perkembangbiakan nyamuk. Gerakan desa bebas jentik dan penyuluhan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) terus dilakukan untuk memotivasi masyarakat
agar melakukan PSN terus menerus. Karena cara inilah yang paling efektif untuk
memutus rantai penularan penyakit DBD. Pencapaian Angka Bebas Jentik (ABJ) pada
tahun 2013 berdasarkan hasil pemeriksaan pada 143.971 rumah/bangunan, sebanyak
113.476 rumah/bangunan (78,82%) tidak ditemukan jentik nyamuk.
Diperlukan dukungan dari semua pihak untuk mendorong kebiasaan
pemberantasan nyamuk secara teratur.
8. Institusi Yang Dibina
Institusi meliputi sarana pelayanan kesehatan, sarana pendidikan, sarana
ibadah dan perkantoran. Persyaratan institusi sehat diantaranya persyaratan bangunan,
ketersediaan sarana sanitasi yang memenuhi kualitas dan kuantitas serta persyaratan
kebersihan suatu institusi. Tahun 2013 dari 4.047 institusi yang ada sebanyak 2.711
(67%) institusi yang dibina memenuhi syarat kesehatan.
17
I.2.7. Data Puskemas Tegal Angus
1. TB Paru
Berdasarkan data puskesmas mengenai jumlah kasus TB Paru dan kematian
akibat TB Paru menurut jenis kelamin dari 6 kecamatan di Puskesmas Tegal Angus,
didapatkan kasus baru pada:
Laki-laki : 26 orang dari 27.671 orang
Perempuan : 21 orang dari 26.160 orang
Total : 48 orang dari 53.831 orang
Kasus lama : (-)
a) Angka insiden per 100.000 penduduk:
Laki-laki : 94.0
Perempuan : 80.0
Total : 89.1
b) Jumlah BTA (+)
Laki-laki : 13 orang
Perempuan : 14 orang
Total : 27 orang
c) CDR
Laki-laki : 48.15
Perempuan : 50.0
Total : 49.09
Sumber: Program P2ML Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
2. Diare
Berdasarkan data puskesmas mengenai kasus diare didapatkan:
a) Jumlah perkiraan kasus:
Laki-laki : 1.170 orang dari 27.671 orang
Perempuan : 1.107 orang dari 26.160 orang
Total : 2.277 orang dari 53.831 orang
b) Jumlah kasus yang di tangani
Laki laki : 394 orang (33.7%)
Perempuan : 553 orang (50%
Total : 947 orang (41.6%)
Sumber: Program P2ML Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
18
3. Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan
Berdasarkan data puskesmas mengenai persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
yaitu:
a) Jumlah ibu yang bersalin : 928 orang dari 1.025 persalinan
b) Jumlah ibu yang nifas : 1.025 orang
Yankes : 1.022 orang
Sumber: Program KIA Puskesmas Tegal Angus 2012
4. Kepemilikan Jamban
a) Presentasi keluarga dengan kepemilikan jamban menurut kecamatan dan
puskesmas:
1. Jumlah keluarga: 12.421
2. Jumlah keluarga yang memiliki jamban: 4.968
3. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117
4. Jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat: 103
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
5. Tempat Sampah
a) Presentasi keluarga dengan kepemilikan tempat sampah menurut kecamatan
dan puskesmas:
1. Jumlah keluarga: 12.421
2. Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah: 3.106
3. Keluarga yng diperiksa: 117
4. Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah yang sehat : 103
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
6. Air Minum
a) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut
kecamatan puskesmas:
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117
b) Jenis sarana air minum
19
1. Kemasan: (-)
2. Ledeng: 25 keluarga
3. Air isi ulang: 89 keluarga
4. Sumur terlindung: 3 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
7. Sarana dan Akses Air Bersih
a) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut
kecamatan dan puskesmas
1. Jumlah keluarga: 12.421
2. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117
Jenis sarana air bersih
1. PDAM : 4 keluarga
2. SGL : 31 keluarga
3. Sumur Bor : 82 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
8. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
a) Presentasi rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menurut
kecamatan dan puskesmas
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Keluarga yang diperiksa :1260
3. Jumlah yang sesuai dengan kriteria PHBS : 183
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
9. Sepuluh Besar Penyakit
Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LBI) puskesmas Tegal Angus
didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada
tahun 2012 menurut semua golongan umur seperti diagram berikut ini :
Diagram 1.1. : Data Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Tegal Angus
20
Sumber: Data Surveilance Puskesmas Tegal Angus
Tabel 1.11. Sarana Pelayanan Kesehatan
No Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah
1 Poskesdes 1 Unit
2 Pos KB Keluarga -
3 Posyandu 6 Unit
4 Pos Mandiri -
5 Klinik Bersalin/ BKIA -
6 Praktek Dokter/ Bidan 4 Unit
7 Praktek Bidan 4 Unit
8 Paraji 4 Orang
9 Keluarga Berencana
d. Jumlah Pos/ Klinik KB : -
e. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) :
334 Pasang
f. Jumlah Akseptor KB :
6) Pil : 127 orang
7) IUD : 14 orang
8) Kondom : - orang
9) Suntik : 190 orang
10) Implan : 13 orang
- Unit
1.3 GAMBARAN KELUARGA BINAAN
21
1.3.1 Lokasi Keluarga Binaan
Keluarga binaan berada di Kampung Garapan RT 03/RW 05, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Gambar 1.3 Denah Rumah Keluarga Binaan
Rumah Tn. M. Napi
Rumah Tn. Purwadi
Rumah Tn. Inan
Rumah tetangga S
Jalan / gang T B
Tambak ikan U
1.3.2 Gambaran Keluarga Binaan1.3.2.1 Keluarga Tn. M. Napi
Tabel 1.13 Data Dasar Keluarga Tn. M. Napi
Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan
Terakhir
Pekerjaan Penghasilan
Tn. M.
Napi
Suami Laki-laki 26 th SD Nelayan Rp 900.000
/bln
Ny.
Amsari
Istri Perempuan 23 th SD Ibu rumah
tangga
Murdan Anak I Laki-laki 8 th TK Pelajar -
Amdan Anak II Laki-laki 6 bulan - - -
Keluarga Tn. M. Napi tinggal di Kampung Garapan RT 03/RW 05, Kampung
Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten. Di rumah ini Tn. M. Napi tinggal dengan kedua anak dan istrinya. Tn. M. Napi
yang saat ini berusia 26 tahun bekerja sebagai nelayan dengan penghasilan total sekitar
Rp 900.000 perbulan, dengan latar belakang pendidikan Tn. M. Napi adalah SD. Tn. M.
22
Napi memiliki 2 orang anak. Anak tertuanya, Murdan berumur 8 tahun, sekarang masih
SD kelas 2. anak keduanya Amdan berusia 6 bulan.
Istri Tn. M. Napi yang bernama Ny. Amsari, yang saat ini berumur 23 tahun,
bekerja sebagai ibu rumah tangga .
Keluarga Tn. M. Napi tinggal disebuah bangunan rumah yang terbuat dari
anyaman bambu di atas tanah seluas 8x5m. Rumah terdiri dari sebuah ruang tamu yang
digunakan juga sebagai ruang TV, Di ruangan ini terdapat sebuah televisi, dan lemari.
Ruang tersebut tidak memiliki ventilasi, tetapi cahaya dapat masuk saat pintu ruang tamu
dibuka. Di samping kiri ruangan TV terdapat 1 buah kamar tidur, dengan ventilasi dan
pencahayaan kamarnya yang kurang. Dalam kamar tersebut tidak ada jendela satupun
untuk pencahayaan. Di sebelah kanan dari ruang tamu terdapat 1 dapur dan 1 kamar
mandi tanpa jamban. Kamar mandi rumah ini hanya memakai ember dan sumber air
berasal dari air yang dibeli per jerigen. Rumah ini mempunyai 1 pintu depan, 1 pintu
samping, dan tidak memiliki jendela. Seluruh lantai rumah ini terbuat dari semen kasar.
Atap rumah terbuat dari genteng.
Rumah keluarga Tn. M. Napi berada di lingkungan perumahan padat, dimana
bagian kanan dan kiri terdapat rumah tetangga dan di bagian depannya terdapat sebuah
empang. Di lingkungan rumah tidak terdapat saluran untuk aliran limbah cair rumah
tangga.
Ny. Amsari memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering memasak
makanan dengan menu yang bervariatif, seperti tahu, tempe, sayuran dan seringkali ikan.
Keluarga Tn. M. Napi jarang makan buah-buahan. Sehari- harinya mereka makan besar
2-3 kali. Mereka juga mengatakan bahwa tidak mencuci tangan dengan baik sebelum dan
sesudah makan dikarenakan susahnya mendapat air bersih.
Kedua anak Tn. M. Napi lahir di bidan. Setiap kehamilan anaknya, Ny. Amsari
mengaku selalu rutin untuk mengontrol kandungannya ke bidan. Untuk imunisasi,
keluarga Tn. M. Napi rutin mambawa anaknya untuk dilakukan imunisasi.
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. M. Napi belum pernah mengalami sakit yang
serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya antara lain batuk
pilek, diare, demam, pusing-pusing dan pegal. Menurut penuturan Ny. Amsari, mereka
biasanya akan langsung memeriksakan diri ke bidan terdekat, atau langsung ke
puskesmas. Keluarga ini tidak memiliki asuransi jaminan kesehatan atau Jamkesmas
untuk berobat, karena urusan untuk pembuatan kartu tersebut lama menurut Tn. M. Napi.
23
Tidak ada yang merokok di keluarga M. Napi. Untuk olahraga, keluarga Tn. M.
Napi tidak rutin untuk berolahraga, dikarenakan tidak memiliki banyak waktu, namun
aktifitas mereka sehari- hari sudah cukup bagi mereka untuk disamakan dengan olahraga.
Kamar mandi Tn. M. Napi tidak terdapat sumur, mereka selalu memasak dengan
membeli air PAM. Air PAM yang didapat diperoleh dengan cara membeli air PAM yang
dijual oleh warga sekitar. Dalam sehari keluarga tersebut membutuhkan 6-7 jerigen air
PAM (satu jerigen = 20 liter). Satu jerigen air PAM seharga Rp 2.000,00.
Dikarenakan keluarga Tn. M. Napi tidak memiliki fasilitas jamban di rumahnya,
anggota keluarga biasanya melakukan aktifitas buang air besar di jamban umum atau
empang yang berada di dekat rumah dan mereka baru membersihkan sisa kotorannya
ketika dirumah. Mereka hanya membersihkan kotorannya dengan air dan tanpa sabun.
Mereka menggunakan alas kaki saat berada di luar rumah saat berkeliling ke rumah
tetangga.
Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Tn. M. Napi
Teras
Keterangan :
I : Kamar tidur
II : Ruang tamu dan keluarga
III : Kamar mandi
IV : Dapur
1.3.2.2 Keluarga Tn. Purwadi
24
U
T
S
B
Tabel 1.14 Data Dasar Keluarga Tn. Purwadi
Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Tn. Purwadi Suami Laki-laki 23 th Tidak
Tamat SD
Nelayan Rp 30.000-
50.000/hari
Ny. Mimit Istri Perempuan 22 th SD Ibu rumah
tangga
-
Satria Anak I Laki-laki 3 th SD - -
Keluarga Tn. Purwadi bertempat tinggal di Kampung Garapan RT 03/RW 05,
Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten. Keluarga tersebut terdiri dari Tn. Purwadi sebagai kepala keluarga
dengan seorang istri yang bernama Ny. Mimit, dan satu orang anak, bernama Satria.
Tn. Purwadi berusia 23 tahun dan bekerja sebagai nelayan dengan penghasilan Rp
30.000-50.000 perhari. Pendapatan Tn. Purwadi ini tidak menentu setiap harinya.
Pendapatan ini tidak dapat disisihkan untuk menabung karena habis untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari seperti membeli air PAM, makanan, bensin motor dan lain-
lain. Tn. Purwadi pernah mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar tetapi tidak
sampai tamat. Istrinya, Ny. Mimit berusia 22 tahun bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
latar belakang pendidikan Ny. Mimit adalah Sekolah Dasar. Anak pertama pasangan Tn.
Purwadi dan Ny. Mimit adalah seorang laki-laki bernama Satria berusia 3 tahun, belum
sekolah. Tempat tinggal yang sekarang mereka huni merupakan rumah yang diberi oleh
orang tuanya, mereka tinggal bertiga di dalam rumah tersebut.
Keluarga Tn. Purwadi tinggal di rumah dengan luas bangunan berukuran 35 m2.
Rumah ini terdiri dari dua kamar tidur yang masing-masing berukuran 3,5 m x 2 m, 2 m x
2 m ruang tamu dan ruang keluarga berukuran 5 m x 3 m, dan kamar mandi berukuran 1 m
x 2 m dan dapur beukuran 2 m x 3 m.
Rumah ini berlantaikan keramik, tetapi dapur dan kamar mandi berlantaikan semen.
Atap rumah terbuat dari genteng, menurut Ny. Mimit, jika hujan rumahnya selalu bocor.
Sedangkan seluruh dinding rumah terbuat dari batu bata. Jalan umum menuju rumah Tn.
Purwadi bisa di akses dengan kendaraan roda dua dan berjalan kaki. Untuk ventilasi,
rumah ini hanya memiliki dua buah jendela di ruang tamu yang masing-masing berukuran
1,5 m x 1 m dan 2 m x 1,5 m sedangkan ruangan yang lain tidak memiliki jendela. Jendela
25
tersebut berfungsi sebagai ventilasi untuk aliran keluar masuk udara atau masuknya
cahaya sinar matahari kedalam rumah. Jumlah total ventilasi dibandingkan dengan total
luas lantai yaitu 8% sehingga tidak memenuhi kriteria ventilasi rumah sehat yaitu 10%.
Rumah ini sudah difasilitasi listrik berdaya 400 watt, dengan fasilitas tiga buah lampu dan
satu buah televisi.
Keluarga ini memiliki kamar mandi tanpa jamban yang bergabung dengan dapur.
Untuk aktivitas buang air besar keluarga ini dilakukan di empang dan karena tidak adanya
air setelah buang air besar mereka membersihkannya di rumah dan jarang memakai sabun.
Menurut Ny. Mimit empang ini digunakan untuk siapa saja dan tetangganya sering
menggunakan empang tersebut untuk buang air besar juga.
Rumah Tn. Purwadi ini terletak di daerah pemukiman padat pesisir pantai. Dimana
bagian kiri, kanan dan belakang terdapat rumah tetangga, sedangkan dibagian depan
terdapat empang. Di lingkungan rumah tidak terdapat saluran untuk aliran limbah cair
rumah tangga. Satu rumah disebelah kiri rumah Tn. Purwadi terdapat lapangan yang
digunakan sebagai tempat pembuangan sampah masyarakat dan jika sampah itu sudah
menumpuk, sampah tersebut dibakar.
Keluarga Tn. Purwadi memiliki kebiasaan makan dua kali sehari dengan lauk seperti
nasi, ikan, tempe, tahu, dan sayuran. Semua makanan dimasak sampai matang dengan
menggunakan kompor gas 3 kg. Keluarga Tn. Purwadi tidak pernah mengajarkan kepada
anak-anaknya untuk mencuci tangan sebelum atau sesudah makan dengan sabun sehingga
mereka jarang melakukan cuci tangan sebelum makan. Peralatan makan yang digunakan
sebagian terbuat dari kaca dan sebagian lagi terbuat dari plastik. Karena tidak memiliki
ruang makan, keluarga ini biasanya makan di ruang keluarga.
Dari keterangan Ny. Mimit, dia tidak pernah memberikan imunisasi kepada anaknya.
Tetapi, sewaktu kecil anak Ny. Mimit selalu diberikan ASI selama dua tahun.
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya membeli obat warung
terlebih dahulu. Namun, jika dengan obat warung keadaannya tidak juga membaik barulah
dibawa ke bidan terdekat. Keluarga ini tidak memiliki asuransi jaminan kesehatan atau
Jamkesmas untuk berobat, karena urusan untuk pembuatan kartu tersebut lama menurut
Ny. Mimit.
Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya antara lain batuk pilek,
diare, pusing-pusing dan pegal. Keluarga Tn. Purwadi tidak pernah mengalami sakit
berat.
26
Kebiasaan merokok dalam rumah belum bisa ditinggalkan oleh Tn. Purwadi, karena
beliau mengaku bahwa merokok itu bagaikan sayur tanpa garam, satu hari tanpa rokok
justru menurut Tn. Purwadi badannya merasa tidak enak. Untuk olahraga, Tn. Purwadi
jarang sekali berolahraga, hanya berjalan kaki sekitar rumahnya, namun berbeda dengan
anggota keluarga lainnya, mereka tidak melakukan olahraga secara rutin, namun aktifitas
mereka sehari- hari sudah cukup bagi mereka untuk disamakan dengan olahraga.
Kebiasaan BAB keluarga Tn. Purwadi yaitu mereka pergi ke empang dan mereka
tidak pernah mencuci tangan setelah BAB dan hal seperti itu sudah menjadi kebiasaan
keluarga Tn. Purwadi.
Kamar mandi Tn. Purwadi tidak terdapat sumur, mereka selalu memasak dengan
membeli air PAM. Air PAM yang didapat diperoleh dengan cara membeli air PAM yang
dijual oleh warga sekitar. Dalam sehari keluarga tersebut membutuhkan delapan jerigen
air PAM (satu jerigen = 20 liter). Satu jerigen air PAM seharga Rp 2.000,00.
Anak Tn. Purwadi bernama Purwadi berumur 3 tahun yang saat ini belum bersekolah
dasar, mereka lebih sering makan jajanan pinggiran, dan jika keluar rumah terkadang tidak
suka memakai sendal.
Gambar 1.5 Denah rumah keluarga Tn. Purwadi
Teras
Keterangan :
I : Kamar tidur
II : Kamar tidur
27
U
T
S
B
III : Kamar mandi / tempat cuci
IV : Ruang tamu / keluarga
V : Dapur
1.3.2.3 Keluarga Binaan Tn. Inan
Tabel 1.15 Data Dasar Keluarga Tn. Inan
Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Ny. Uni Ibu Mertua
Tn. Inan
Perempuan 56 th Tidak sekolah Tidak
bekerja
-
Tn. Inan Suami Laki-laki 37 th Tidak sekolah Nelayan Rp30.000-
50.000/hari
Ny. Surna Istri Perempuan 33 th Tidak sekolah Ibu rumah
tangga
-
Puri Anak I Laki-laki 25 th Sampai kelas
5 SD
Tidak
bekerja
-
Purwadi Anak II Laki-laki 23 th Sampai kelas
4 SD
Nelayan
(Sudah
menikah
dan punya
rumah
sendiri)
Rp30.000-
50.000/hari
Purma Anak III Perempuan 17 th Sampai
Kelas 5 SD
Bekerja
di toko baju
Rp 500.000/
Bulan
Mega Anak IV Perempuan 11 th Kelas 5 SD Pelajar -
Keluarga Tn. Inan tinggal di Kampung Garapan RT 03/RW 05, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Di rumah ini Tn. Inan
tinggal dengan ketiga anak dan istrinya. Tn. Inan yang saat ini berusia 37 tahun bekerja
sebagai nelayan dengan penghasilan total sekitar Rp 30.000-50.000 perhari, dengan latar
28
belakang pendidikan Tn. Inan adalah tidak bersekolah. Istri Tn. Inan yang bernama Ny.
Surna, yang saat ini berumur 33 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Tn. Inan dan Ny. Surna memiliki 4 orang anak. Anak tertuanya, Puri berumur 25
tahun, tidak bersekolah. Anak keduanya sudah menikah dan tinggal di sebelah rumah Tn.
Inan.
Keluarga Tn. Inan tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah seluas 5 x 10 m2.
Rumah terdiri dari sebuah ruang keluarga sekaligus ruang tamu berukuaran 5 x 3 m2 yang
sering digunakan untuk tempat kumpul keluarga dan nonton TV. Di ruangan ini terdapat
sebuah televisi dan lemari tempat menyimpan piring pajangan. Ventilasi ruang keluarga
tersebut cukup baik, karena pintunya langsung mengarah keluar.. Di samping ruangan
keluarga terdapat kamar tidur Tn. Inan dan Ny. Surna 4 x 2 m2, dengan tidak ada jendela
satupun untuk pencahayaan. Di depan kamar tidur ada ruangan kosong seluas 1 x 2 m2
Dibagian belakang terdapat 1 dapur tanpa ada jendela. Di area dapur terdapat ruangan 5 x 4,5
m2 yang digunakan sebagai kamar mandi dan mencuci Rumah ini mempunyai 2 pintu depan
dan belakang, 4 jendela di ruang tamu (bagian depan rumah) dengan ukuran 40 x 150 cm
dengan jarak 50 cm dari tanah. Jendela tersebut jarang dibuka. Diatas jendela terdapat
ventilasi dengan ukuran 20 x 20 cm. Seluruh lantai rumah ini terbuat dari keramik, atap
rumah terbuat dari genteng dan dinding terbuat dari bata dan semen. Rumah keluarga Tn.
Inan memiliki satu kamar mandi di area dapur berukuran 1,5 x 2,5 m yang berlantai semen
tanpa keramik. Di dalam kamar mandi hanya terdapat ember untuk menampung air dan tidak
terdapat jamban.
Rumah keluarga Tn. Inan berada di lingkungan perumahan padat, dimana bagian kiri
bersebelahan dengan rumah anaknya dan bagian kanan berupa lahan kosong yang tergenang
air dan dipakai untuk membuang sampah. Depan rumah terdapat empang yang sering dipakai
buang air besar oleh warga sekitar. Di lingkungan rumah tidak terdapat saluran untuk aliran
limbah cair rumah tangga.
Kamar mandi Tn. Inan tidak terdapat sumur, mereka selalu memasak dengan membeli
air PAM. Air PAM yang didapat diperoleh dengan cara membeli air PAM yang dijual oleh
warga sekitar. Dalam sehari keluarga tersebut membutuhkan kurang lebih dua puluh jerigen
air PAM (satu jerigen = 20 liter). Satu jerigen air PAM seharga Rp 2.000,00.
Ny. Surna memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering memasak makanan
dengan menu tahu, tempe, dan seringkali ikan. Keluarga Tn. Inan juga rutin makan sayur dan
jarang makan buah-buahan. Sehari-harinya mereka makan besar 2 kali. Ny. Surna
mengatakan sebelum makan keluarga mereka hanya mencuci tangan dengan air kobokan.
29
Semua anak Tn. Inan lahir di bidan. Untuk imunisasi, keluarga Tn. Inan tidak pernah
mambawa anaknya untuk dilakukan imunisasi, karena mereka tidak tahu kalau anaknya harus
diimunisasi. Ny. Surna mengakui tidak pernah mengikuti program KB apapun.
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Inan belum pernah mengalami sakit yang serius.
Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya antara lain batuk pilek, diare,
pusing-pusing dan pegal. Menurut penuturan Ny. Surna, mereka biasanya mengobati dirinya
sendiri dengan membeli obat warung dan jika tidak kunjung membaik, maka mereka akan
langsung memeriksakan diri ke bidan terdekat, atau langsung ke dokter puskesmas. Keluarga
ini sudah memiliki asuransi jaminan kesehatan atau Jamkesmas untuk berobat.
Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya antara lain batuk pilek,
diare, pusing - pusing, panas dan pegal. Keluarga Tn. Inan tidak pernah mengalami sakit
berat.
Kebiasaan merokok dalam rumah belum bisa ditinggalakan oleh Tn. Inan, karena
beliau mengaku bahwa merokok dalam rumah sambil duduk-duduk santai dan minum teh
bersama keluarga adalah suatu hal yang mengasyikkan. Tn. Inan bisa menghabiskan rokok
sekitar 2 bungkus perhari. Anak Tn. Inan yaitu Puri juga diakui merokok. Dikarenakan
keluarga Tn. Inan tidak memiliki fasilitas jamban di rumahnya, anggota keluarga biasanya
melakukan aktifitas buang air besar di empang yang berada di Depan rumah dan mereka baru
membersihkan sisa kotorannya ketika dirumah. Mereka hanya membersihkan kotorannya
dengan air dan tanpa sabun. Mereka jarang menggunakan alas kaki saat berada di dalam
rumah maupun ketika ke rumah tetangga. Untuk olahraga, Tn. Inan tidak melakukan olahraga
yang spesifik karena menurut beliau menarik jaring ikan sudah mengeluarkan tenaga.
Sedangkan anggota keluarga lainnya, mereka tidak melakukan olahraga secara rutin, namun
aktifitas mereka sehari- hari sudah cukup bagi mereka untuk disamakan dengan olahraga.
Gambar 1.6 Denah rumah keluarga Tn. Inan
30
U
T
S
B
Rumah Tn. Purwadi
Teras
Keterangan :
I : Ruang tamu / keluarga
II : Kamar tidur
III : Kamar tidur anak
IV : Dapur
V : Kamar mandi
1.4 PENENTUAN AREA MASALAH
1.4.1 Rumusan Area Masalah Keluarga Binaan
1.4.1.1 Keluarga Tn. M. Napi
a. Masalah Non Medis
a) Perilaku peggunaan jamban umum yang tidak sehat pada keluarga
binaan
b) Kurangnya sarana sanitasi lingkungan yang memadai
c) Kurangnya perilaku cuci tangan menggunakan sabun sebelim makan
dan sesudah buang air besar
d) Kurangnya perilaku mengenai pembuangan dan pengelolaan sampah
maupun limbah rumah tangga
e) Kurangnya ventilasi udara yang ada di rumah keluarga binaan
f) Kurangnya ketersediaan air bersih pada keluarga binaan
g) Kurangnya perilaku mengenai penggunaan alas kaki saat keluar rumah
b. Masalah Medis
1) Peyakit diare berulang dalam keluarga binaan
2) Penyakit gatal – gatal yang berulang dalam keluarga binaan
3) Penyakit batuk pilek yang berulang dalam keluarga binaan
1.4.1.2 Keluarga Tn. Purwadi
a. Masalah Non Medis
31
a) Perilaku peggunaan jamban umum yang tidak sehat pada keluarga
binaan
b) Kurangnya sarana sanitasi lingkungan yang memadai
c) Kurangnya perilaku mengenai pembuangan dan pengelolaan sampah
maupun limbah rumah tangga
d) Kurangnya ventilasi udara yang ada di rumah keluarga binaan
e) Kurangnya perilaku cuci tangan menggunakan sabun sebelum makan
dan sesudah buang air besar
f) Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak serta
imunisasi yang tidak lengkap
a. Masalah Medis
1) Penyakit diare berulang dalam keluarga binaan
2) Penyakit batuk pilek berulang dalam keluarga binaa
1.4.1.3 Keluarga Tn. Inan
a. Masalah Non Medis
a) Perilaku peggunaan jamban umum yang tidak sehat pada keluarga
binaan
b) Kurangnya kesadaran keluarga binaan untuk mencuci tangan dengan
sabun baik setelah BAB maupun sebelum makan
c) Kurangnya perilaku mengenai pembuangan dan pengelolaan sampah
maupun limbah rumah tangga
d) Kurangnya ventilasi di rumah keluarga binaan
e) Kebiasaan merokok di dalam rumah terhadap kesehatan keluarga
b. Masalah Medis
1) Penyakit diare berulang dalam keluarga binaan
2) Penyakit gatal-gatal dalam keluarga binaan
3) Penyakit ISPA dalam keluarga binaan
1.4.2 Alasan Pemilihan Area Masalah
Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu dengan menganalisis
laporan tahunan Puskesmas mengenai data-data perilaku hidup bersih dan sehat dan beberapa
penyakit penting yang ada di wilayah Puskesmas Tegal Angus didapatkan data :
1. TB Paru
32
Berdasarkan data Puskesmas mengenai jumlah kasus TB Paru dan kematian akibat
TB Paru menurut jenis kelamin dari 6 kecamatan di Puskesmas Tegal Angus didapatkan
kasus baru pada :
Laki-laki : 26 orang dari 27.671 orang
Perempuan : 19 orang dari 26.160 orang
Total : 45 orang dari 53.831 orang
Kasus lama : -
Angka insiden per 100.000 penduduk :
Laki-laki : 94,0
Perempuan : 72,0
Total ; 83,6
Jumlah BTA (+) :
Laki-laki : 14 orang
Perempuan : 13 orang
Total : 27 orang
CDR
Laki-laki : 50,0
Perempuan : 48,15
Total : 49,09
Sumber: Program TB Paru, P2PL Puskesmas Tegal Angus 2012
2. Diare
Berdasarkan data Puskesmas mengenai kasus Diare didapatkan:
Jumlah perkiraan kasus:
Laki-laki : 1.170 orang dari 27.671 orang
Perempuan : 1.107 orang dari 26.160 orang
Total : 2.277 orang dari 53.831 orang
Jumlah kasus yang ditangani
Laki-laki : 394 orang (33,7 %)
Perempuan : 553 orang (50 %)
Total : 947 orang (41,6 %)
Sumber : Program Diare Puskesmas Tegal Angus 2012
33
3. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Berdasarkan data Puskesmas mengenai persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Jumlah ibu yang bersalin : 928 orang dari 1.025 persalinan
Jumlah ibu yang nifas : 1.025 orang
Yankes : 1.022 orang
Sumber : Program Kesehatan Ibu Puskesmas Tegal Angus 2012
4. Kepemilikan jamban
Berdasarkan data Puskesmas mengenai kepemilikan jamban
Presentasi keluarga dengan kepemilikan jamban menurut Kecamatan dan Puskesmas
Jumlah keluarga : 12.421
Keluarga yang diperiksa : 640
Jumlah keluarga yang memiliki jamban : 99
Jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat : 39
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan, P2PL Puskesmas Tegal Angus 2012
5. Tempat Sampah
Presentasi keluarga dengan kepemilikan tempat sampah menurut Kecamatan dan
Puskesmas
Jumlah keluarga : 12.421
Keluarga yang diperiksa : 640
Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah : 31
Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah yang sehat : 7
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan, P2PL Puskesmas Tegal Angus 2012
6. Air Bersih
Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut Kecamatan
dan Puskesmas
Jumlah keluarga : 12.421
Keluarga yang diperiksa : 640
Jenis sarana air bersih:
Kemasan : 10 keluarga
Ledeng : 36 keluarga
34
SPT : 21 keluarga
SGL : 82 keluarga
Mata air : 2 keluarga
PAH : 16 keluarga
Lainnya : 17 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan, P2PL Puskesmas Tegal Angus 2012
7. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Presentasi rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat menurut Kecamatan dan
Puskesmas
Jumlah keluarga : 12.421
Keluarga yang diperiksa : 1.260
Jumlah yang sesuai kriteria PHBS : 183
Sumber: Program Promosi Kesehatan Puskesmas Tegal Angus 2012
8. Rumah Sehat
Presentasi rumah sehat menurut Kecamatan dan Puskesmas
Jumlah keluarga : 12.421
Keluarga yang diperiksa : 640
Jumlah rumah yang sehat : 73
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan, P2PL Puskesmas Tegal Angus 2012
9. Indikator PHBS
Terdapat 10 indikator PHBS di dalam rumah tangga, yakni :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan : Yang dimaksud tenaga kesehatan disini
seperti dokter, bidan dan tenaga paramedis lainnya. Hal ini dikarenakan masih ada
beberapa masyarakat yang masih mengandalkan tenaga non medis untuk membantu
persalinan, seperti dukun bayi. Selain tidak aman dan penanganannya pun tidak steril,
penanganan oleh dukun bayi inipun dikhawatirkan berisiko besar dapat menyebabkan
kematian ibu dan bayi.
35
2. Memberi bayi ASI Eksklusif : Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI
Eksklusif yakni pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi
mulai usia nol hingga enam bulan.
3. Menimbang Balita setiap bulan : Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan
dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan Balita tersebut setiap bulan.
Penimbangan ini dilaksanakan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia 1
bulan hingga 5 tahun. Setelah dilakukan penimbangan, catat hasilnya di buku KMS
(Kartu Menuju Sehat). Dari sinilah akan diketahui perkembangan dari Balita tersebut.
4. Menggunakan Air Bersih : Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti
memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih banyak
mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.
5. Mencuci tangan pakai sabun : Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun
dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di tangan
sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan setiap kali sebelum makan
dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan, seperti memegang uang dan
hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan maupun sebelum
menyusui bayi.
7. Gunakan Jamban Sehat : Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk
dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Ada beberapa syarat untuk
jamban sehat, yakni tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat
dijamah oleh serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah
dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan
dan ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat
pembersih.
8. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala
(PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat
perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas
bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang dilakukan secara
teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan cara 3 M (Menguras, Mengubur, Menutup).
36
9. Makan buah dan sayur setiap hari : Konsumsi sayur dan buah sangat dianjurkan
karena banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang
bermanfaat bagi tubuh.
10. Melakukan aktifitas fisik setiap hari : aktifitas fisik, baik berupa olahraga maupun
kegiatan lain yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan
kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan
bugar sepanjang hari.Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, dan lain-lainnya.
11. Tidak merokok di dalam rumah : Di dalam satu puntung rokok yang diisap, akan
dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar,
dan karbon monoksida (CO).
Kemudian informasi yang didapat dicocokan dengan survei ke keluarga binaan di
kampung Garapan Desa Tanjung Pasir. Setelah mengamati, mewawancarai, dan melakukan
observasi masing-masing keluarga binaan di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir terdapat
berbagai area permasalahan pada keluarga binaan tersebut, yaitu:
1. Perilaku penggunaan jamban umum yang tidak sehat pada keluarga binaan
2. Kurangnya ventilasi udara yang ada di rumah keluarga binaan
3. Kurangnya ketersediaan air bersih pada keluarga binaan
4. Kurangnya pengetahuan mengenai pembuangan dan pengelolaan sampah maupun
limbah rumah tangga
5. Kurangnya perilaku mengenai mencuci tangan dengan sabun
6. Kurangnya perilaku tentang persalinan oleh tenaga kesehatan
7. Kurangnya kesadaran berobat di tenaga kesehatan
8. Diare berulang pada keluarga binaan
9. TB paru pada keluarga binaan
10. DBD pada keluarga binaan
Dalam pengambilan sebuah masalah, kelompok kami menggunakan metode Delphi.
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh suatu
kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang akan diputuskan.
Proses penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari
penyelesaiannya (Harold dkk, 1975 : 40-55).
37
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan tersebut, melalui proses
musyawarah antara kelompok kami dengan para tenaga kesehatan di PUSKESMAS Tegal
Angus kami memutuskan untuk mengangkat permasalahan “Perilaku Mencuci Tangan Tidak
Dengan Sabun Pada Keluarga Binaan RT/RW 03/05, Kampung Garapan, Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten”. Pemilihan area
masalah ini didasarkan atas berbagai pertimbangan yaitu:
a. Berdasarkan data di puskesmas tegal angus didapatkan peninggkatan kasus diare dengan
total 2.277 orang dari 53.831 orang.
b. Dari pengamatan dan wawancara secara langsung yang kami lakukan pada tiga keluarga
binaan di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir didapatkan perilaku mencuci tangan
yang tidak menggunakan sabun pada seluruh anggota keluarga saat buang air besar,
sesaat sebelum makan, dan sesudah beraktifitas., karena mereka menganggap jika
mencuci tangan menggunakan sabun akan memerlukan air bersih yang lebih banyak.
c. Fasilitas air bersih yang kurang memadai dan jumlahnya yang terbatas karena harus
terlebih dahulu membeli air bersih sehingga mencuci tangan yang baik tidak dilakukan.
d. Kurangnya pengetahuan terhadap penyakit yang ditimbul akibat tidak mencuci tangan
dengan baik dan benar dengan menggunakan sabun sehingga mereka mengabaikan
perilaku mencuci tangan tersebut.
e. Berdasarkan data Puskesmas tentang persentasi rumah tangga berperilaku hidup bersih
dan sehat didapatkan bahwa masih rendahnya jumlah keluarga yang sesuai kriteria
PHBS yaitu 183 keluarga dari total keluarga yaitu 12.421.
38