BAB I

56
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 GAMBARAN UMUM DESA SECARA GEOGRAFIS 1.1.1 Situasi Keadaan Umum Desa Tanjung Pasir dengan luas 570 Ha dengan jarak tempuh 47 Km dari ibu kota kabupaten Tangerang dan merupakan daerah daratan rendah dengan ketinggian dari permukaan laut satu meter dengan suhu udara 30°-37°C. Desa ini memiliki enam Kepala Dusun, 14 Rukun Warga, dan 34 Rukun Tetangga. (Kartikawatie, 2012) Gambar 1.1 Peta Desa Tanjung Pasir (Kartikawatie, 2012) A. Batas Wilayah Batas – batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar adalah sebagai berikut (Kartikawatie, 2012) : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa 1

description

guruh pecinta akbid

Transcript of BAB I

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 GAMBARAN UMUM DESA SECARA GEOGRAFIS

1.1.1 Situasi Keadaan Umum

Desa Tanjung Pasir dengan luas 570 Ha dengan jarak tempuh 47 Km dari ibu kota kabupaten

Tangerang dan merupakan daerah daratan rendah dengan ketinggian dari permukaan laut satu

meter dengan suhu udara 30°-37°C. Desa ini memiliki enam Kepala Dusun, 14 Rukun

Warga, dan 34 Rukun Tetangga. (Kartikawatie, 2012)

Gambar 1.1 Peta Desa Tanjung Pasir (Kartikawatie, 2012)

A. Batas Wilayah

Batas – batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar

adalah sebagai berikut (Kartikawatie, 2012) :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung

3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara

4. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan

1

Gambar 1.2 Peta Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir

Terdapat enam desa binaan Puskesmas :

a. Desa Lemo

b. Desa Tanjung Pasir

c. Desa Tanjung Burung

d. Desa Pangkalan

e. Desa Tegal Angus

f. Desa Muara

1.2 GAMBARAN UMUM DESA SECARA DEMOGRAFI

1.2.1 Situasi Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Tanjung Pasir sampai dengan tahun 2012 tercatat sebanyak

9.513 jiwa, terdiri dari laki-laki 4884 jiwa dan perempuan 4629 jiwa. Secara rinci

klasifikasi penduduk menurut kelompok umur sebagai berikut (Kantor Statistik

Kabupaten Tangerang, 2012) :

Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan

No. Warga Negara Laki – laki Perempuan

1 Warga Negara Indonesia

(WNI)

4884orang 4629orang

2 Warga Negara Asing

( WNA)

- orang - orang

2

Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah Penduduk

1. 0 – 4 tahun 920 orang

2. 5 – 14 tahun 1880 orang

4. 15 – 44 tahun 5139 orang

10. 45 – 64 tahun 1273 orang

12. >65 tahun 301 orang

1.2.2 Keadaan Sosial Ekonomi

Potensi adalah sumber daya yang berada pada suatu wilayah yang dapat digali dan

dimanfaat atau dikembangkan. Potensi ini dibagi menjadi dua kategori yaitu :

a. Potensi umum

Sumber daya material yang dapat dimanfaatkan secara bersama atau umum oleh

masyarakat.

b. Potensi khusus

Semua sumber daya material dan non material yang dimiliki secara pribadi oleh

masyarakat.

Adapun potensi yang dimiliki oleh Desa Tanjung Pasir adalah (Kartikawatie, 2012) :

1. Potensi Sumber Daya Alam (SDA)

1.1 Luas Desa Tanjung Pasir (luas pemukiman 72 Ha, perempangan 334 Ha, TPU

7000 M dan pesawahan 83 Ha).

1.2 Kondisi udara tercemar ringan walaupun tidak memiliki taman kota.

2. Potensi Sumber Daya Manusia (SDM)

Usia produktif 7.654 jiwa

Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

3

Tabel 1.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok

No. Mata Pencaharian Pokok Jumlah Penduduk

1. Buruh/swasta 65 orang

2. Dokter/Bidan 6 orang

3. Montir 25 orang

4. Nelayan 2.331 orang

5. Pedagang 1.213 orang

6. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 15 orang

7. Pengemudi Becak 43 orang

8. Pengrajin 5 orang

9. Pengusaha 8 orang

10. Penjahit 24 orang

11. Petani 176 orang

12. Peternak 6 orang

13. Supir 30 orang

14. TNI / POLRI 6 orang

15. Tukang Batu 42 orang

1.2.3 Keadaan Sosial Budaya

4

No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk

1 Belum Sekolah 1.976 jiwa

2 Usia 7-45 th tidak sekolah 145 jiwa

3 Tidak tamat SD/Sederajat 234 jiwa

4 Tamat SD/Sederajat 3.789 jiwa

5 Tamat SLTP/Sederajat 1.653 jiwa

6 Tamat SLTA/Sederajat 954 jiwa

7 Sarjana/D1-D3 41 jiwa

8 Pasca Sarjana/S2-S3 -

Kondisi suasana kehidupan beragama bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir cukup

baik, rukun, tenang, tentram, saling menghormati, dan tolong menolong dalam

menghadapi permasalahan yang timbul ataupun dalam menghadapi musibah dalam

kehidupan bermasyarakat, sebagai contoh: musibah kematian dan sebagainya, serta

kegiatan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

Tabel 1.5. Sarana Peribadatan yang Tersedia

di Desa Tanjung Pasir (Kartikawatie, 2012)

No. Agama Jumlah Penduduk

1. Mesjid 6 Unit

2. Musholla 30 Unit

3. Majelis Taklim 4 Unit

4. Gereja - Unit

5. Pura - Unit

1.2.4 Kesehatan

Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan instansi terkait, dalam hal ini, antara

lain :

1 Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita

yang ada di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.

2 Pencegahan penyakit, vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi Polio bagi balita,

pemberian vitamin A.

3 Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah Dengue, Flu

Burung, Chikungunya, dan sejenisnya.

4 Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan

makanan yang bernutrisi.

5 Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan

dengan membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya.

6 Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur mayur dan Tanaman Obat

Keluarga (TOGA), Tabulapot dan Tabulakar.

7 Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan diadakannya program senam

LANSIA dan POSBINDU

Tabel 1.6. Sarana Pelayanan Kesehatan

5

No Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah

1 Poskesdes 1 Unit

2 Pos KB Keluarga -

3 Posyandu 6 Unit

4 Pos Mandiri -

5 Klinik Bersalin/ BKIA -

6 Praktek Dokter/ Bidan 4 Unit

7 Praktek Bidan 4 Unit

8 Paraji 4 Orang

9 Keluarga Berencana

a. Jumlah Pos/ Klinik KB : -

b. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) : 334

Pasang

c. Jumlah Akseptor KB :

1) Pil : 127 orang

2) IUD : 14 orang

3) Kondom : - orang

4) Suntik : 190 orang

5) Implan : 13 orang

- Unit

1.2.5 Transportasi

Sarana transportasi manyarakat desa tanjung pasir lebih banyak menggunakan

angkutan umum, ojek, motor, becak serta sepeda (Pusksmas Tegal Angus, 2011)

I.2.6. Data Puskesmas

1. Pengkajian PHBS

Dalam rangka meningkatkan Rumah Tangga Ber-PHBS di Kabupaten Tanggerang

Dinas Kabupaten Tanggerang melalui Bidang PPK dan puskesmas melaksanakan

pendataan dan penilaian rumah tangga sehat yaitu rumah tangga yang melaksanakan 10

(sepuluh) indicator PHBS bagi rumah tangga yang memiliki bayi atau balita dan rumah

tangga yang melaksanakan 7 (tujuh) indicator PHBS bagi rumah tangga yang tidak

memiliki bayi atau balita. Sasaran dari kegiatan ini adalah 778.228 rumah tangga di 274

desa di Kabupaten Tanggerang. Dan berdasarkan hasil pengkajian, dari 62.371 rumah

6

tangga yang dipantau hanya 29.070 (46,61%) rumah tangga yang dapat dikatakan sebagai

rumah tangga sehat. Adapun hasil pengkajian selengkapnya dapat dilihat pada table

berikut :

Tabel 1.9 Capaian PHBS di Kabupaten Tanggerang Tahun 2013

No Nama

Kecamatan

Jumlah

desa/kelurahan

Jumah

rumah

tangga

Jumlah

rumah

tangga

yang

dipantau

Capaian

PHBS

rumah

tangga

%

1. Salembaran

Jaya

5 15925 1050 347 33,05

2. Kosambi 5 22321 4398 3604 81,95

3. Sindang Jaya 7 18944 1470 518 35,24

4. Pagedangan 11 21.731 2.310 1.054 45,63

5 Panongan 8 26.791 1.680 689 41,01

6 Cikuya 7 16.095 1.917 1.401 73,08

7 Mauk 12 16.682 2.520 861 34,17

8 Pasir Jaya 10 23.634 840 425 50,60

9 Cikupa 4 31.565 2.100 593 28,24

10 Tegal Angus 7 12.421 1.260 203 16,11

11 Teluk Naga 6 20.322 1.470 1.050 71,43

12 Pakuhaji 8 17.936 1.680 520 30,95

7

13 Sukawali 6 12.419 1.260 483 38,33

14 Balaraja 5 16.217 1.050 723 68,86

15 Gembong 4 10.397 1.462 951 65,05

16 Kemiri 7 12.253 1.470 166 11,29

17 Curug 6 28.400 1.260 693 55

18 Binong 1 15.856 210 74 35,24

19 Cisoka 10 19.370 2.235 905 40,49

20 Kelapa dua 2 15.310 420 353 84,05

21 Bj. Nangka 2 12.920 420 338 80,48

22 Jl. Kutai 1 2.928 210 194 92,38

23 Jl. Emas 1 12.391 210 181 86,19

24 Sukadiri 8 15.670 1.680 1.077 64,11

25 Cisauk 3 6.421 944 811 85,91

26 Suradita 3 8.835 753 118 15,67

27 Kutabumi 9 67.112 1.890 403 21,32

28 Kedaung barat 8 26.213 1.680 1.218 71,5

29 Jambe 10 9.621 2.100 329 15,67

30 Rajeg 8 19.349 1.680 364 21,67

31 Sukatani 5 14,747 1.050 618 58,86

32 Kresek 9 13.103 1.890 734 38,84

33 Gunung kaler 9 36.700 1.890 634 33,54

8

34 Sepatan 8 20.934 1.680 979 58,27

35 Sukamulya 8 18.002 1.680 1.174 69,88

36 Mekar baru 10 10.570 1.680 105 6,25

37 Kronjo 8 15.976 2.100 751 35,76

38 Jayanti 7 16.340 1.680 988 58,81

39 Tigaraksa 7 8.754 1.470 767 52,18

40 Pasir nangka 7 20.486 744 280 37,63

41 Legok 5 34.884 1.050 357 34

42 Bojong kamal 3 6.698 1.031 460 44,62

43 Caringin 3 4.585 797 577 72,40

Jumlah 274 778.228 62.371 29.070 46,6

Sumber data : puskesmas tegal angus 2013

Dari table diatas terlihat bahwa jumlah rumah tangga sehat di Kabupaten

Tangerang pada tahun 2013 adalah 46.61%, pencapaian ini tidak sesuai target yang

telah ditetapkan yaittu 65%, hal ini disebabkan karena:

Kurangnya dukungan lintas sector dan lintas program untuk mencapai PHBS

yang tinggi.

Kurangnya pembinaan PHBS Petugas Promkes, Puskemas kepada rumah

tangga yang ada di wilayahnya karena rata-rata petugas pengelola lebih dari

satu program.

Masih rendahnya kemampuan petugas dalam pengelolaan program Promkes

karena seringnya dilakukannya pergantiannya petuga Promkes.

Masih minimnya dukungan anggaran untuk pengkajian dan pembinaan PHBS

di rumah tangga.

Dalam rangka meningkatkan PHBS di masyarakat, telah dilakukan upaya-

upaya kemitraan dengan berbagai pihak, antara lain dengan:

9

1) Dua puluh Perguruan Tinggi Kesehatan yang telah membinaan 29 Desa binaan

di Kabupaten Tanggerang.

2) Perusahaan swasta seperti PT. Sinar Sayap Emas, PT. Mayora, PT. Kalbe

Farma, Bank BJB, dll.

3) Forum Kabupaten Tanggerang Sehat.

4) Saka Bakti Husada.

5) Forum Kader.

2. Kesehatan Lingkungan

Empat indicator keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk

menciptakan lingkungan sehat, yaitu presentase keluarga yang memiliki akses air

bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sanitasi dasar, Tempat

Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) yang sehat.

Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah

dilaksanakan oleh berbagai instasi terkait, swasta, NGO, dll seperti pembangunan

sarana sanitasi dasar, pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan

pengendalian kualitas lingkungan, pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi.

Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung

dengan masalah kesehatan meliputi pembangunan sarana air bersih, jamban sehat,

perumahan sehat yang ditanganin secara lintas sector. Sedangkan kegiatan yang

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggerang meliputi pemberdayaan

masyarakat tentang sanitasi melalui pemicuan STBM, stimulant sarana sanitasi dasar,

pemantauan kualitas air minum dan air bersih, rehabilitasi sarana air bersih,

pemantauan sanitasi rumah sakit, pembinaan dan pemantauan sanitasi tempat-tempat

umum, tempat pengolahan makanan, tempat pengelolaan pestisida dsb. Indikator

program kesehatan lingkungan sebagai berikut :

Tabel 1.10 Hasil Pencapaian Sasaran Program Penyehatan

Lingkungan di Kabupaten Tanggerang Tahun 2011-2013

No Sasaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Target Real Target Real Target Real

10

1. Prosentasi

Rumah

Sehat

79% 73,6% 80% 62,71% 85% 71,63%

2. Prosentasi

SAB

memenuhi

syarat

kesehata

90% 88,5% 87% 91,5% 95% 92,3%

3. Prosentasi

Jamban

keluarga

memenuhi

syarat

kesehatan

85% 76,9% 85% 71,13% 85% 74,97%

4. Prosentasi

TTU

memenuhi

syarat

kesehatan

70% 66,2% 75% 64,69% 80% 74%

5. Angka

Bebas

Jentik

(ABJ)

87% 60,9% 90% 76,16% 95% 78,80%

6. Prosentase

Instusi

yang

dibina

memenuhi

syarat

70% 71,2% 75% 69,84% 80% 67%

11

kesehatan

lingkungan

Sumber : Bid. P2P-PL Dinas Kesehatan Kab. Tanggerang Tahun 2013

Beberapa indicator meningkat dari tahun sebelumnya diantaranya prosentase

rumah sehat meningkat dari 62,7% menjadi 71,63%, prosentase jamban keluarga yang

memenuhi syarat meningkat dari 71,13% menjadi 74,97% dan prosentasi TTU yang

memenuhi syarat kesehatan dari 64,69% menjadi 74,72%. Namun demikian

peningkatan tersebut belum mencapai target pada indicator rumah sehat, prosentase

sarana air bersih yang memenuhi syarat, prosentase TTU memenuhi syarat kesehatan,

ABJ, dan prosentase Institusi yang dibina memenuhi syarat kesehatan lingkungan.

Kondisi ini terjadi kemungkinan karena adanya peningkatan jumlah keluarga yang

diperiksa sedangkan sarana yang memenuhi syarat walaupun ada peningkatan tetapi

jumlahnya kecil. Permasalahan bidang sanitasi tidak hanya masalah snitasi yang tidak

memenuhi syarat tetapi juga perilaku. Perilaku sangat menentukan apakah individu

mau menggunakan sarana yang ada atau tidak (akses terhadap sarana sanitasi) dan

juga pemeliharaan sarana yang ada serta kebutuhan akan saran sanitasi.

Upaya pemberdayaan masyrakat serta perubahan perilaku bidang sanitasi

harus lebih intensif dilakukan. Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses

maupun kepemilikan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan meliputi

sarana air bersih, jamban sehat, pengelolaan sampah, dan pengelolaan air limbah

sehat. Sedangkan untuk peningkatan kualitas sarana sanitasi perlu dilakukan bersama

sector terkait. Sesuai strategi sanitasi yangs sudah disusun untuk mengatasi masalah

ditingkat individu maupun kawasan dan komitmen terhadap memorandum program

sanitasi.

3. Rumah Sehat

Rumah sehat adalah rumah yang memiliki sarana sanitasi dasar meliputi

jamban/wc, sarana air bersih, tempat sampah dan sarana pembuangan air limbah,

cukup ventilasi dan pencahayaan, bebas dari serangga dan binatang penular penyakit

serta ada pemanfaatan pekarangan sebagai ruang terbuka hijau.

Hasil inspeksi sanitasi (IS) rumah pada tahun 2013 di 43 puskesmas di

Kabupaten Tanggerang didapatkan hasil sebagai berikut : rumah yang diperiksa

12

sebanyak 161.220 rumah, rumah yang sudah memenuhi syarat kesehatan sebanyak

115.482 rumah (71,63%). Jumlah rumah sehat meningkat 8,93% bila dibandingkan

dengan hasil inspeksi sanitasi tahun 2012, demikian juga dengan jumlah rumah yang

diperiksa. Hasil inspeksin sanitasi rumah tahun 2012 dari 143.217 rumah yang

diperiksa, rumah yang sudah memenuhi syarat kesehatan sebanyak 89.811 (62,7%).

Dari hasil inspeksi sanitasi permasalahan yang menyebabkan rumah tidak sehat

adalah kualitas sarana sanitasi di rumah tersebut yang tidak memenuhi syarat.

Berbagai upaya sudah dilakukan untuk meningkatan untuk kualitas rumah

menjadi rumah sehat, diantaranya melalui penyuluhan, pemicuan STBM, pemberian

stimulan untuk pembuatan sarana sanitasi, pembuatan percontohan rumah sehat

bekerja sama dengan SKPD terkait.

Melihat pencapaian tahun 2013 maka upaya penyuluhan terhadap masyarakat

tentang rumah sehat sehingga ma snyarakat dapat meningkatkan kualitas

lingkungan rumahnya dan memiliki rumah yang sehat masih perlu ditingkatkan.

4. Penggunaan dan akses air bersih

Hasil inspeksi sanitasi oleh petugas Puskemas Tahun 2013 tentang

penggunaan air bersih pada setiap keluarga, dari 166.601 KK yang diperiksa, sebagian

keluarga (92,3%) memiliki akses air bersih dengan perincian sumur gali 18,5%,

sumur pompa tahan 16%, ledeng 8,8%, PAH (Penampungan Air Hujan) 0,1%, dan

sumur bor/jetpam 49%. Dibandingkan hasil 2012, prosentasi keluarga yang memiliki

akses air bersih turun dari 97,5% menjadi 92,3%, karena jumlah yang diperiksa

meningkat sedangkan jumlah pengakses air bersih peningkatan sangat kecil.

Selain digunakan untuk mandi dan mencuci baju, berdasarkan hasil inspeksi

sanitasi yang dilakukan oleh Petugas Puskesmas, air bersih juga digunakan oleh

masyarakat untuk minum. Adapun perincian penggunaan air minum di masyarakat

adalah: 9,8% air kemasan, 20,1% air isi ulang, ledeng 8,8% (ledeng meteran 5,9%,

ledeng eceran 2,9%), pompa 43,9%, SGL (Sumur Gali) terlindung 13,3%, SGL tidak

terlindung 3,5%.

Inspeksi sanitasi air bersih adalah pemeriksaan sumber air yang digunakan

untuk keperluan mandi dan cuci. Dari data diatas terlihat bahwa sumber air yang

digunakan sudah memenuhi syarat yang masih ditingkatkan adalah pemantauan

kualitas air dari sumber air tersebut. Upaya yang sudah digunakan pemberian

13

stimulant untuk membuat percontohan sarana air bersih, menyediakan desinfektan air

didaerah rawan diare dan daerah yang beresiko sanitasi.

5. Keluarga dengan kepemilikan sanitasi dasar

Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi kepemilikan

jamban keluarga, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah keluarga. Keseluruhan

hal tersebut sangat diperlukan di dalam peningkatan kesehatan lingkungan.

Tabel 1.11

Persentase Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun

2011-2013

Tahun Jaga (%) Tempat

sampah (%)

SPAL (%) SAB (%)

2011 76,9 81 82,5 88,5

2012 71,13 74,77 74,2 97,5

2013 87,4 77,6 83,5 92,3

Sumber : Bid. P2P-PL Dinas Kesehatan Kab. Tanggerang Tahun 2013

Dari hasil inspeksi sanitasi pada tahun 2013 terhadap166.601 keluarga

didapatkan, keluarga yang memiliki sanitasi dasar dengan rincian berikut : yang sudah

memiliki jamban sebanyak 140.605 KK (87,4%). Sedangkan pada tahun 2012 jumlah

keluarga yang memiliki jamban sehat adalah (75,89%). Disebut jamban sehat adalah

apabila terdapat tempat buang air besar di suatu tempat yang telah ditentukan atau

tidak di sembarang tempat dan memiliki pembuangan air akhir ke tempat septic tank.

Di kabupaten Tangerang berdasarkan hasil inspeksi tahun 2013 masih ditemukan

masyarakat yang buang air besar di sembarang tempat sebanyak 25% dan

pembuangan akhirnya tidak di septic tank sebanyak 12,6%.

Keluarga yang memiliki tempat sampah dari hasil inspeksi pada tahun 2013

sebesar 120.901 KK, sedangkan rumah yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak

14

93.830 KK (77,6%) meningkat 2,86% dibanding tahun 2012 dimana jumlah rumah

yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak 87.481 KK (74,77%). Indicator untuk

menilai tempat sampah sehat adalah tempat sampah organik dan anorganik dipisah

dalam tempat yang kedap air dan tertutup.

Pengelolaan air limbah dari hasil inspeksi sanitasi tahun 2013, jumlah rumah

yang memiliki pengelolaan air limbah sehat sebanyak 99.796 KK (83,5%). Kondisi

ini meningkat 9,3% bila dibandingkan tahun 2012 jumlah rumah yang

memilikipengelolaan air limbah sehat sebanyak 87.867 KK (74,2%).

Berbagai upaya yang dilakukan pada tahun 2013 untuk meningkatkan

kepemilikan maupun pemanfaatan sarana sanitasi sehat adalah melalui penyuluhan,

pemberdayaan masyarakat dibidang sanitasi melalui pemicuan Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat di 30 desa dan pemberian stimulant untuk pembuatan percontohan sarana

sanitasi di wilayah binaan dan desa resiko tinggi sanitasi. Stimulan percontohan

sarana sanitasi dasar diberikan tidak hanya di tingkat rumah tangga tetapi juga di

institusi pendidikan (sekolah) sebanyak 7 sekolah berupa sarsandas sekolah

(pembuatan wc sekolah 2 pintu) dan percontohan sarana CTPS (cuci tangan pakai

sabun)

6. Tempat-Tempat Umum

Tempat pengelolaan makanan tempat tertentu yang digunakan untuk

melakukan pengolahan makanan yang meliputi tempat penyimpanan bahan makanan,

pengolahan makanan, penyediaan makanan dan pendistribusian makanan.

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan

memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh.

Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan

berdasarkan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Upaya

penyehatan makanan ditujukan untuk melindungi masyarakat dan konsumen terhadap

penyakit penyakit yang ditularkan melalui makanan dan mencegah keracunan

makanan. Upaya tersebut pada dasarnya menyangkut orang yang menangani

makanan, tempat pengolahan makanan dan proses pengolahannya, kendala dan

permaslahan yang belum dapat ditangani adalah masih rendah hygiene dan sanitasi

tempat pengolahan makanan.

Hasil pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempat umum dan pengolahan

makanan tahun 2011-2013 menunjukan hasil sebagai beikut :

15

1. Jasa Boga

Pemeriksaan hygiene sanitasi jasa boga dilakukan dalam rangka

pemberian sertifikasi jasa boga dan uji petik terhadap jasa boga yang telah

memiliki sertifikat laik sehat. Hasil pemeriksaan sarana jasa boga tahun

2013 dari 45 sarana yang telah dari 45 sarana yang telah diperiksa

sebanyak 28 (62,22%) memenuhi syarat. Sampai tahun 2013 perusahaan

jasa boga yang telah memiliki sertifikat laik sehat sebanyak 34 (23,44%)

perusahaan dari 145 perusahaan jasa boga yang terdaftar di dinas

kesehatan. Upaya yang telah dilakukan untuk menigkatkan presentase jasa

boga yang memiliki sertifikat laik sehat adalah mengadakan kursus

hygiene Sanitasi yang dilakukan secara periodic dan membuat surat edaran

bahwa semua jasa boga penyedia makanan karyawan untuk perusahaan

yang menyediakan karyawan wajib memiliki sertifikat laik sehat. Uji petik

pemeriksaan bakteriologi dilakukan terhadap sampel makanan, usap dubur

penjamah dan usap alat yang digunakan dalam mengolah makanan.

2. Rumah Makan/Restoran

Hasil Pemeriksaan sarana tangga/restoran dari 100 sarana rumah

tangga/restoran yang diperiksa pada tahun 2013 didapatkan 85 orang yang

memenuhi syarat (85%). Selain itu dari 256 sarana rumah makan restoran

diperoleh 17 sarana yang memiliki sertifikat baik sehat rumah makan

restoran (6,64%).

3. Industri Rumah Tangga Pangan

Hasil Pemeriksaan sarana industry rumah tangga pangan yang

dilakukan pada tahun 2013 sebanyak 120 sarana, 97 sarana (80,83%)

memenuhi syarat dan telah tersertifikasi/memiliki izin edar untuk produk

pangan yang diproduksi. Uji petik pemeriksaan sarana industri rumah

tangga pangan dilakukan terhadap sarana industry rumah tangga pangan

yang telah memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

Pangan (SPP-IRT) dan industry rumah tangga pangan yang ingin

mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Pangan

(SPP-IRT). Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan industry rumah

tangga pangan yang memiliki SPP-IRT dengan mengadakan Penyuluhan

Keamanan Pangan bagi pengusaha dan penanggungjawab produksi.

16

Uji petik pemeriksaan kualitas makanan hasil industry rumah tangga

pangan dilakukan pada berbahaya (formalin, boraks, rhodamin b, methanyl

yellow).

4. Depot Air Minum

Hasil pemeriksaan sarana Depot Air Minum (DAM) pada tahun 2013

dilakukan di 100 sarana, 28 sarana (28%) diantaranya Memenuhi Syarat

(MS). Masih rendahnya sarana Depot Air Minum yang memenuhi syarat

karena masih rendahnya hiegene sanitasi sarana dan hiegene sanitasi

perorangan. Uji petik pemeriksaan depot air minum meliputi pemeriksaan

kualitas air minum baik secara kimia, fisika dan bakteriologi.

Sampai tahun 2013 dari 414 sarana Depot Air Minum hanya 6 sarana

yang memiliki sertifikat sehat. Kendala masih rendahnya sarana depot air

minum yang memiliki sertifikat sehat adlah pengusaha sudah bisa

melakukan kegiatan operasional tanpa rekomendasi dari Dinas Kesehatan.

7. Angka Bebas Jentik

Nyamuk aedes aegypti merupakan binatang yang menularkan penyakit demam

berdarah dengue (DBD). Tempat perindukan/sarang nyamuk harus diperiksa dan

dibersihkan secara rutin minimal satu minggu sekali untuk menghambat

perkembangbiakan nyamuk. Gerakan desa bebas jentik dan penyuluhan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) terus dilakukan untuk memotivasi masyarakat

agar melakukan PSN terus menerus. Karena cara inilah yang paling efektif untuk

memutus rantai penularan penyakit DBD. Pencapaian Angka Bebas Jentik (ABJ) pada

tahun 2013 berdasarkan hasil pemeriksaan pada 143.971 rumah/bangunan, sebanyak

113.476 rumah/bangunan (78,82%) tidak ditemukan jentik nyamuk.

Diperlukan dukungan dari semua pihak untuk mendorong kebiasaan

pemberantasan nyamuk secara teratur.

8. Institusi Yang Dibina

Institusi meliputi sarana pelayanan kesehatan, sarana pendidikan, sarana

ibadah dan perkantoran. Persyaratan institusi sehat diantaranya persyaratan bangunan,

ketersediaan sarana sanitasi yang memenuhi kualitas dan kuantitas serta persyaratan

kebersihan suatu institusi. Tahun 2013 dari 4.047 institusi yang ada sebanyak 2.711

(67%) institusi yang dibina memenuhi syarat kesehatan.

17

I.2.7. Data Puskemas Tegal Angus

1. TB Paru

Berdasarkan data puskesmas mengenai jumlah kasus TB Paru dan kematian

akibat TB Paru menurut jenis kelamin dari 6 kecamatan di Puskesmas Tegal Angus,

didapatkan kasus baru pada:

Laki-laki : 26 orang dari 27.671 orang

Perempuan : 21 orang dari 26.160 orang

Total : 48 orang dari 53.831 orang

Kasus lama : (-)

a) Angka insiden per 100.000 penduduk:

Laki-laki : 94.0

Perempuan : 80.0

Total : 89.1

b) Jumlah BTA (+)

Laki-laki : 13 orang

Perempuan : 14 orang

Total : 27 orang

c) CDR

Laki-laki : 48.15

Perempuan : 50.0

Total : 49.09

Sumber: Program P2ML Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

2. Diare

Berdasarkan data puskesmas mengenai kasus diare didapatkan:

a) Jumlah perkiraan kasus:

Laki-laki : 1.170 orang dari 27.671 orang

Perempuan : 1.107 orang dari 26.160 orang

Total : 2.277 orang dari 53.831 orang

b) Jumlah kasus yang di tangani

Laki laki : 394 orang (33.7%)

Perempuan : 553 orang (50%

Total : 947 orang (41.6%)

Sumber: Program P2ML Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

18

3. Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan

Berdasarkan data puskesmas mengenai persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

yaitu:

a) Jumlah ibu yang bersalin : 928 orang dari 1.025 persalinan

b) Jumlah ibu yang nifas : 1.025 orang

Yankes : 1.022 orang

Sumber: Program KIA Puskesmas Tegal Angus 2012

4. Kepemilikan Jamban

a) Presentasi keluarga dengan kepemilikan jamban menurut kecamatan dan

puskesmas:

1. Jumlah keluarga: 12.421

2. Jumlah keluarga yang memiliki jamban: 4.968

3. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117

4. Jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat: 103

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013

5. Tempat Sampah

a) Presentasi keluarga dengan kepemilikan tempat sampah menurut kecamatan

dan puskesmas:

1. Jumlah keluarga: 12.421

2. Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah: 3.106

3. Keluarga yng diperiksa: 117

4. Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah yang sehat : 103

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013

6. Air Minum

a) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut

kecamatan puskesmas:

1. Jumlah keluarga : 12.421

2. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117

b) Jenis sarana air minum

19

1. Kemasan: (-)

2. Ledeng: 25 keluarga

3. Air isi ulang: 89 keluarga

4. Sumur terlindung: 3 keluarga

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013

7. Sarana dan Akses Air Bersih

a) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut

kecamatan dan puskesmas

1. Jumlah keluarga: 12.421

2. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117

Jenis sarana air bersih

1. PDAM : 4 keluarga

2. SGL : 31 keluarga

3. Sumur Bor : 82 keluarga

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013

8. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

a) Presentasi rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menurut

kecamatan dan puskesmas

1. Jumlah keluarga : 12.421

2. Keluarga yang diperiksa :1260

3. Jumlah yang sesuai dengan kriteria PHBS : 183

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013

9. Sepuluh Besar Penyakit

Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LBI) puskesmas Tegal Angus

didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada

tahun 2012 menurut semua golongan umur seperti diagram berikut ini :

Diagram 1.1. : Data Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Tegal Angus

20

Sumber: Data Surveilance Puskesmas Tegal Angus

Tabel 1.11. Sarana Pelayanan Kesehatan

No Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah

1 Poskesdes 1 Unit

2 Pos KB Keluarga -

3 Posyandu 6 Unit

4 Pos Mandiri -

5 Klinik Bersalin/ BKIA -

6 Praktek Dokter/ Bidan 4 Unit

7 Praktek Bidan 4 Unit

8 Paraji 4 Orang

9 Keluarga Berencana

d. Jumlah Pos/ Klinik KB : -

e. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) :

334 Pasang

f. Jumlah Akseptor KB :

6) Pil : 127 orang

7) IUD : 14 orang

8) Kondom : - orang

9) Suntik : 190 orang

10) Implan : 13 orang

- Unit

1.3 GAMBARAN KELUARGA BINAAN

21

1.3.1 Lokasi Keluarga Binaan

Keluarga binaan berada di Kampung Garapan RT 03/RW 05, Desa Tanjung Pasir,

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Gambar 1.3 Denah Rumah Keluarga Binaan

Rumah Tn. M. Napi

Rumah Tn. Purwadi

Rumah Tn. Inan

Rumah tetangga S

Jalan / gang T B

Tambak ikan U

1.3.2 Gambaran Keluarga Binaan1.3.2.1 Keluarga Tn. M. Napi

Tabel 1.13 Data Dasar Keluarga Tn. M. Napi

Nama Status

Keluarga

Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan

Terakhir

Pekerjaan Penghasilan

Tn. M.

Napi

Suami Laki-laki 26 th SD Nelayan Rp 900.000

/bln

Ny.

Amsari

Istri Perempuan 23 th SD Ibu rumah

tangga

Murdan Anak I Laki-laki 8 th TK Pelajar -

Amdan Anak II Laki-laki 6 bulan - - -

Keluarga Tn. M. Napi tinggal di Kampung Garapan RT 03/RW 05, Kampung

Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi

Banten. Di rumah ini Tn. M. Napi tinggal dengan kedua anak dan istrinya. Tn. M. Napi

yang saat ini berusia 26 tahun bekerja sebagai nelayan dengan penghasilan total sekitar

Rp 900.000 perbulan, dengan latar belakang pendidikan Tn. M. Napi adalah SD. Tn. M.

22

Napi memiliki 2 orang anak. Anak tertuanya, Murdan berumur 8 tahun, sekarang masih

SD kelas 2. anak keduanya Amdan berusia 6 bulan.

Istri Tn. M. Napi yang bernama Ny. Amsari, yang saat ini berumur 23 tahun,

bekerja sebagai ibu rumah tangga .

Keluarga Tn. M. Napi tinggal disebuah bangunan rumah yang terbuat dari

anyaman bambu di atas tanah seluas 8x5m. Rumah terdiri dari sebuah ruang tamu yang

digunakan juga sebagai ruang TV, Di ruangan ini terdapat sebuah televisi, dan lemari.

Ruang tersebut tidak memiliki ventilasi, tetapi cahaya dapat masuk saat pintu ruang tamu

dibuka. Di samping kiri ruangan TV terdapat 1 buah kamar tidur, dengan ventilasi dan

pencahayaan kamarnya yang kurang. Dalam kamar tersebut tidak ada jendela satupun

untuk pencahayaan. Di sebelah kanan dari ruang tamu terdapat 1 dapur dan 1 kamar

mandi tanpa jamban. Kamar mandi rumah ini hanya memakai ember dan sumber air

berasal dari air yang dibeli per jerigen. Rumah ini mempunyai 1 pintu depan, 1 pintu

samping, dan tidak memiliki jendela. Seluruh lantai rumah ini terbuat dari semen kasar.

Atap rumah terbuat dari genteng.

Rumah keluarga Tn. M. Napi berada di lingkungan perumahan padat, dimana

bagian kanan dan kiri terdapat rumah tetangga dan di bagian depannya terdapat sebuah

empang. Di lingkungan rumah tidak terdapat saluran untuk aliran limbah cair rumah

tangga.

Ny. Amsari memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering memasak

makanan dengan menu yang bervariatif, seperti tahu, tempe, sayuran dan seringkali ikan.

Keluarga Tn. M. Napi jarang makan buah-buahan. Sehari- harinya mereka makan besar

2-3 kali. Mereka juga mengatakan bahwa tidak mencuci tangan dengan baik sebelum dan

sesudah makan dikarenakan susahnya mendapat air bersih.

Kedua anak Tn. M. Napi lahir di bidan. Setiap kehamilan anaknya, Ny. Amsari

mengaku selalu rutin untuk mengontrol kandungannya ke bidan. Untuk imunisasi,

keluarga Tn. M. Napi rutin mambawa anaknya untuk dilakukan imunisasi.

Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. M. Napi belum pernah mengalami sakit yang

serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya antara lain batuk

pilek, diare, demam, pusing-pusing dan pegal. Menurut penuturan Ny. Amsari, mereka

biasanya akan langsung memeriksakan diri ke bidan terdekat, atau langsung ke

puskesmas. Keluarga ini tidak memiliki asuransi jaminan kesehatan atau Jamkesmas

untuk berobat, karena urusan untuk pembuatan kartu tersebut lama menurut Tn. M. Napi.

23

Tidak ada yang merokok di keluarga M. Napi. Untuk olahraga, keluarga Tn. M.

Napi tidak rutin untuk berolahraga, dikarenakan tidak memiliki banyak waktu, namun

aktifitas mereka sehari- hari sudah cukup bagi mereka untuk disamakan dengan olahraga.

Kamar mandi Tn. M. Napi tidak terdapat sumur, mereka selalu memasak dengan

membeli air PAM. Air PAM yang didapat diperoleh dengan cara membeli air PAM yang

dijual oleh warga sekitar. Dalam sehari keluarga tersebut membutuhkan 6-7 jerigen air

PAM (satu jerigen = 20 liter). Satu jerigen air PAM seharga Rp 2.000,00.

Dikarenakan keluarga Tn. M. Napi tidak memiliki fasilitas jamban di rumahnya,

anggota keluarga biasanya melakukan aktifitas buang air besar di jamban umum atau

empang yang berada di dekat rumah dan mereka baru membersihkan sisa kotorannya

ketika dirumah. Mereka hanya membersihkan kotorannya dengan air dan tanpa sabun.

Mereka menggunakan alas kaki saat berada di luar rumah saat berkeliling ke rumah

tetangga.

Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Tn. M. Napi

Teras

Keterangan :

I : Kamar tidur

II : Ruang tamu dan keluarga

III : Kamar mandi

IV : Dapur

1.3.2.2 Keluarga Tn. Purwadi

24

U

T

S

B

Tabel 1.14 Data Dasar Keluarga Tn. Purwadi

Nama Status

Keluarga

Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan

Tn. Purwadi Suami Laki-laki 23 th Tidak

Tamat SD

Nelayan Rp 30.000-

50.000/hari

Ny. Mimit Istri Perempuan 22 th SD Ibu rumah

tangga

-

Satria Anak I Laki-laki 3 th SD - -

Keluarga Tn. Purwadi bertempat tinggal di Kampung Garapan RT 03/RW 05,

Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,

Provinsi Banten. Keluarga tersebut terdiri dari Tn. Purwadi sebagai kepala keluarga

dengan seorang istri yang bernama Ny. Mimit, dan satu orang anak, bernama Satria.

Tn. Purwadi berusia 23 tahun dan bekerja sebagai nelayan dengan penghasilan Rp

30.000-50.000 perhari. Pendapatan Tn. Purwadi ini tidak menentu setiap harinya.

Pendapatan ini tidak dapat disisihkan untuk menabung karena habis untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari seperti membeli air PAM, makanan, bensin motor dan lain-

lain. Tn. Purwadi pernah mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar tetapi tidak

sampai tamat. Istrinya, Ny. Mimit berusia 22 tahun bekerja sebagai ibu rumah tangga dan

latar belakang pendidikan Ny. Mimit adalah Sekolah Dasar. Anak pertama pasangan Tn.

Purwadi dan Ny. Mimit adalah seorang laki-laki bernama Satria berusia 3 tahun, belum

sekolah. Tempat tinggal yang sekarang mereka huni merupakan rumah yang diberi oleh

orang tuanya, mereka tinggal bertiga di dalam rumah tersebut.

Keluarga Tn. Purwadi tinggal di rumah dengan luas bangunan berukuran 35 m2.

Rumah ini terdiri dari dua kamar tidur yang masing-masing berukuran 3,5 m x 2 m, 2 m x

2 m ruang tamu dan ruang keluarga berukuran 5 m x 3 m, dan kamar mandi berukuran 1 m

x 2 m dan dapur beukuran 2 m x 3 m.

Rumah ini berlantaikan keramik, tetapi dapur dan kamar mandi berlantaikan semen.

Atap rumah terbuat dari genteng, menurut Ny. Mimit, jika hujan rumahnya selalu bocor.

Sedangkan seluruh dinding rumah terbuat dari batu bata. Jalan umum menuju rumah Tn.

Purwadi bisa di akses dengan kendaraan roda dua dan berjalan kaki. Untuk ventilasi,

rumah ini hanya memiliki dua buah jendela di ruang tamu yang masing-masing berukuran

1,5 m x 1 m dan 2 m x 1,5 m sedangkan ruangan yang lain tidak memiliki jendela. Jendela

25

tersebut berfungsi sebagai ventilasi untuk aliran keluar masuk udara atau masuknya

cahaya sinar matahari kedalam rumah. Jumlah total ventilasi dibandingkan dengan total

luas lantai yaitu 8% sehingga tidak memenuhi kriteria ventilasi rumah sehat yaitu 10%.

Rumah ini sudah difasilitasi listrik berdaya 400 watt, dengan fasilitas tiga buah lampu dan

satu buah televisi.

Keluarga ini memiliki kamar mandi tanpa jamban yang bergabung dengan dapur.

Untuk aktivitas buang air besar keluarga ini dilakukan di empang dan karena tidak adanya

air setelah buang air besar mereka membersihkannya di rumah dan jarang memakai sabun.

Menurut Ny. Mimit empang ini digunakan untuk siapa saja dan tetangganya sering

menggunakan empang tersebut untuk buang air besar juga.

Rumah Tn. Purwadi ini terletak di daerah pemukiman padat pesisir pantai. Dimana

bagian kiri, kanan dan belakang terdapat rumah tetangga, sedangkan dibagian depan

terdapat empang. Di lingkungan rumah tidak terdapat saluran untuk aliran limbah cair

rumah tangga. Satu rumah disebelah kiri rumah Tn. Purwadi terdapat lapangan yang

digunakan sebagai tempat pembuangan sampah masyarakat dan jika sampah itu sudah

menumpuk, sampah tersebut dibakar.

Keluarga Tn. Purwadi memiliki kebiasaan makan dua kali sehari dengan lauk seperti

nasi, ikan, tempe, tahu, dan sayuran. Semua makanan dimasak sampai matang dengan

menggunakan kompor gas 3 kg. Keluarga Tn. Purwadi tidak pernah mengajarkan kepada

anak-anaknya untuk mencuci tangan sebelum atau sesudah makan dengan sabun sehingga

mereka jarang melakukan cuci tangan sebelum makan. Peralatan makan yang digunakan

sebagian terbuat dari kaca dan sebagian lagi terbuat dari plastik. Karena tidak memiliki

ruang makan, keluarga ini biasanya makan di ruang keluarga.

Dari keterangan Ny. Mimit, dia tidak pernah memberikan imunisasi kepada anaknya.

Tetapi, sewaktu kecil anak Ny. Mimit selalu diberikan ASI selama dua tahun.

Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya membeli obat warung

terlebih dahulu. Namun, jika dengan obat warung keadaannya tidak juga membaik barulah

dibawa ke bidan terdekat. Keluarga ini tidak memiliki asuransi jaminan kesehatan atau

Jamkesmas untuk berobat, karena urusan untuk pembuatan kartu tersebut lama menurut

Ny. Mimit.

Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya antara lain batuk pilek,

diare, pusing-pusing dan pegal. Keluarga Tn. Purwadi tidak pernah mengalami sakit

berat.

26

Kebiasaan merokok dalam rumah belum bisa ditinggalkan oleh Tn. Purwadi, karena

beliau mengaku bahwa merokok itu bagaikan sayur tanpa garam, satu hari tanpa rokok

justru menurut Tn. Purwadi badannya merasa tidak enak. Untuk olahraga, Tn. Purwadi

jarang sekali berolahraga, hanya berjalan kaki sekitar rumahnya, namun berbeda dengan

anggota keluarga lainnya, mereka tidak melakukan olahraga secara rutin, namun aktifitas

mereka sehari- hari sudah cukup bagi mereka untuk disamakan dengan olahraga.

Kebiasaan BAB keluarga Tn. Purwadi yaitu mereka pergi ke empang dan mereka

tidak pernah mencuci tangan setelah BAB dan hal seperti itu sudah menjadi kebiasaan

keluarga Tn. Purwadi.

Kamar mandi Tn. Purwadi tidak terdapat sumur, mereka selalu memasak dengan

membeli air PAM. Air PAM yang didapat diperoleh dengan cara membeli air PAM yang

dijual oleh warga sekitar. Dalam sehari keluarga tersebut membutuhkan delapan jerigen

air PAM (satu jerigen = 20 liter). Satu jerigen air PAM seharga Rp 2.000,00.

Anak Tn. Purwadi bernama Purwadi berumur 3 tahun yang saat ini belum bersekolah

dasar, mereka lebih sering makan jajanan pinggiran, dan jika keluar rumah terkadang tidak

suka memakai sendal.

Gambar 1.5 Denah rumah keluarga Tn. Purwadi

Teras

Keterangan :

I : Kamar tidur

II : Kamar tidur

27

U

T

S

B

III : Kamar mandi / tempat cuci

IV : Ruang tamu / keluarga

V : Dapur

1.3.2.3 Keluarga Binaan Tn. Inan

Tabel 1.15 Data Dasar Keluarga Tn. Inan

Nama Status

Keluarga

Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan

Ny. Uni Ibu Mertua

Tn. Inan

Perempuan 56 th Tidak sekolah Tidak

bekerja

-

Tn. Inan Suami Laki-laki 37 th Tidak sekolah Nelayan Rp30.000-

50.000/hari

Ny. Surna Istri Perempuan 33 th Tidak sekolah Ibu rumah

tangga

-

Puri Anak I Laki-laki 25 th Sampai kelas

5 SD

Tidak

bekerja

-

Purwadi Anak II Laki-laki 23 th Sampai kelas

4 SD

Nelayan

(Sudah

menikah

dan punya

rumah

sendiri)

Rp30.000-

50.000/hari

Purma Anak III Perempuan 17 th Sampai

Kelas 5 SD

Bekerja

di toko baju

Rp 500.000/

Bulan

Mega Anak IV Perempuan 11 th Kelas 5 SD Pelajar -

Keluarga Tn. Inan tinggal di Kampung Garapan RT 03/RW 05, Desa Tanjung Pasir,

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Di rumah ini Tn. Inan

tinggal dengan ketiga anak dan istrinya. Tn. Inan yang saat ini berusia 37 tahun bekerja

sebagai nelayan dengan penghasilan total sekitar Rp 30.000-50.000 perhari, dengan latar

28

belakang pendidikan Tn. Inan adalah tidak bersekolah. Istri Tn. Inan yang bernama Ny.

Surna, yang saat ini berumur 33 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Tn. Inan dan Ny. Surna memiliki 4 orang anak. Anak tertuanya, Puri berumur 25

tahun, tidak bersekolah. Anak keduanya sudah menikah dan tinggal di sebelah rumah Tn.

Inan.

Keluarga Tn. Inan tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah seluas 5 x 10 m2.

Rumah terdiri dari sebuah ruang keluarga sekaligus ruang tamu berukuaran 5 x 3 m2 yang

sering digunakan untuk tempat kumpul keluarga dan nonton TV. Di ruangan ini terdapat

sebuah televisi dan lemari tempat menyimpan piring pajangan. Ventilasi ruang keluarga

tersebut cukup baik, karena pintunya langsung mengarah keluar.. Di samping ruangan

keluarga terdapat kamar tidur Tn. Inan dan Ny. Surna 4 x 2 m2, dengan tidak ada jendela

satupun untuk pencahayaan. Di depan kamar tidur ada ruangan kosong seluas 1 x 2 m2

Dibagian belakang terdapat 1 dapur tanpa ada jendela. Di area dapur terdapat ruangan 5 x 4,5

m2 yang digunakan sebagai kamar mandi dan mencuci Rumah ini mempunyai 2 pintu depan

dan belakang, 4 jendela di ruang tamu (bagian depan rumah) dengan ukuran 40 x 150 cm

dengan jarak 50 cm dari tanah. Jendela tersebut jarang dibuka. Diatas jendela terdapat

ventilasi dengan ukuran 20 x 20 cm. Seluruh lantai rumah ini terbuat dari keramik, atap

rumah terbuat dari genteng dan dinding terbuat dari bata dan semen. Rumah keluarga Tn.

Inan memiliki satu kamar mandi di area dapur berukuran 1,5 x 2,5 m yang berlantai semen

tanpa keramik. Di dalam kamar mandi hanya terdapat ember untuk menampung air dan tidak

terdapat jamban.

Rumah keluarga Tn. Inan berada di lingkungan perumahan padat, dimana bagian kiri

bersebelahan dengan rumah anaknya dan bagian kanan berupa lahan kosong yang tergenang

air dan dipakai untuk membuang sampah. Depan rumah terdapat empang yang sering dipakai

buang air besar oleh warga sekitar. Di lingkungan rumah tidak terdapat saluran untuk aliran

limbah cair rumah tangga.

Kamar mandi Tn. Inan tidak terdapat sumur, mereka selalu memasak dengan membeli

air PAM. Air PAM yang didapat diperoleh dengan cara membeli air PAM yang dijual oleh

warga sekitar. Dalam sehari keluarga tersebut membutuhkan kurang lebih dua puluh jerigen

air PAM (satu jerigen = 20 liter). Satu jerigen air PAM seharga Rp 2.000,00.

Ny. Surna memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering memasak makanan

dengan menu tahu, tempe, dan seringkali ikan. Keluarga Tn. Inan juga rutin makan sayur dan

jarang makan buah-buahan. Sehari-harinya mereka makan besar 2 kali. Ny. Surna

mengatakan sebelum makan keluarga mereka hanya mencuci tangan dengan air kobokan.

29

Semua anak Tn. Inan lahir di bidan. Untuk imunisasi, keluarga Tn. Inan tidak pernah

mambawa anaknya untuk dilakukan imunisasi, karena mereka tidak tahu kalau anaknya harus

diimunisasi. Ny. Surna mengakui tidak pernah mengikuti program KB apapun.

Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Inan belum pernah mengalami sakit yang serius.

Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya antara lain batuk pilek, diare,

pusing-pusing dan pegal. Menurut penuturan Ny. Surna, mereka biasanya mengobati dirinya

sendiri dengan membeli obat warung dan jika tidak kunjung membaik, maka mereka akan

langsung memeriksakan diri ke bidan terdekat, atau langsung ke dokter puskesmas. Keluarga

ini sudah memiliki asuransi jaminan kesehatan atau Jamkesmas untuk berobat.

Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya antara lain batuk pilek,

diare, pusing - pusing, panas dan pegal. Keluarga Tn. Inan tidak pernah mengalami sakit

berat.

Kebiasaan merokok dalam rumah belum bisa ditinggalakan oleh Tn. Inan, karena

beliau mengaku bahwa merokok dalam rumah sambil duduk-duduk santai dan minum teh

bersama keluarga adalah suatu hal yang mengasyikkan. Tn. Inan bisa menghabiskan rokok

sekitar 2 bungkus perhari. Anak Tn. Inan yaitu Puri juga diakui merokok. Dikarenakan

keluarga Tn. Inan tidak memiliki fasilitas jamban di rumahnya, anggota keluarga biasanya

melakukan aktifitas buang air besar di empang yang berada di Depan rumah dan mereka baru

membersihkan sisa kotorannya ketika dirumah. Mereka hanya membersihkan kotorannya

dengan air dan tanpa sabun. Mereka jarang menggunakan alas kaki saat berada di dalam

rumah maupun ketika ke rumah tetangga. Untuk olahraga, Tn. Inan tidak melakukan olahraga

yang spesifik karena menurut beliau menarik jaring ikan sudah mengeluarkan tenaga.

Sedangkan anggota keluarga lainnya, mereka tidak melakukan olahraga secara rutin, namun

aktifitas mereka sehari- hari sudah cukup bagi mereka untuk disamakan dengan olahraga.

Gambar 1.6 Denah rumah keluarga Tn. Inan

30

U

T

S

B

Rumah Tn. Purwadi

Teras

Keterangan :

I : Ruang tamu / keluarga

II : Kamar tidur

III : Kamar tidur anak

IV : Dapur

V : Kamar mandi

1.4 PENENTUAN AREA MASALAH

1.4.1 Rumusan Area Masalah Keluarga Binaan

1.4.1.1 Keluarga Tn. M. Napi

a. Masalah Non Medis

a) Perilaku peggunaan jamban umum yang tidak sehat pada keluarga

binaan

b) Kurangnya sarana sanitasi lingkungan yang memadai

c) Kurangnya perilaku cuci tangan menggunakan sabun sebelim makan

dan sesudah buang air besar

d) Kurangnya perilaku mengenai pembuangan dan pengelolaan sampah

maupun limbah rumah tangga

e) Kurangnya ventilasi udara yang ada di rumah keluarga binaan

f) Kurangnya ketersediaan air bersih pada keluarga binaan

g) Kurangnya perilaku mengenai penggunaan alas kaki saat keluar rumah

b. Masalah Medis

1) Peyakit diare berulang dalam keluarga binaan

2) Penyakit gatal – gatal yang berulang dalam keluarga binaan

3) Penyakit batuk pilek yang berulang dalam keluarga binaan

1.4.1.2 Keluarga Tn. Purwadi

a. Masalah Non Medis

31

a) Perilaku peggunaan jamban umum yang tidak sehat pada keluarga

binaan

b) Kurangnya sarana sanitasi lingkungan yang memadai

c) Kurangnya perilaku mengenai pembuangan dan pengelolaan sampah

maupun limbah rumah tangga

d) Kurangnya ventilasi udara yang ada di rumah keluarga binaan

e) Kurangnya perilaku cuci tangan menggunakan sabun sebelum makan

dan sesudah buang air besar

f) Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak serta

imunisasi yang tidak lengkap

a. Masalah Medis

1) Penyakit diare berulang dalam keluarga binaan

2) Penyakit batuk pilek berulang dalam keluarga binaa

1.4.1.3 Keluarga Tn. Inan

a. Masalah Non Medis

a) Perilaku peggunaan jamban umum yang tidak sehat pada keluarga

binaan

b) Kurangnya kesadaran keluarga binaan untuk mencuci tangan dengan

sabun baik setelah BAB maupun sebelum makan

c) Kurangnya perilaku mengenai pembuangan dan pengelolaan sampah

maupun limbah rumah tangga

d) Kurangnya ventilasi di rumah keluarga binaan

e) Kebiasaan merokok di dalam rumah terhadap kesehatan keluarga

b. Masalah Medis

1) Penyakit diare berulang dalam keluarga binaan

2) Penyakit gatal-gatal dalam keluarga binaan

3) Penyakit ISPA dalam keluarga binaan

1.4.2 Alasan Pemilihan Area Masalah

Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu dengan menganalisis

laporan tahunan Puskesmas mengenai data-data perilaku hidup bersih dan sehat dan beberapa

penyakit penting yang ada di wilayah Puskesmas Tegal Angus didapatkan data :

1. TB Paru

32

Berdasarkan data Puskesmas mengenai jumlah kasus TB Paru dan kematian akibat

TB Paru menurut jenis kelamin dari 6 kecamatan di Puskesmas Tegal Angus didapatkan

kasus baru pada :

Laki-laki : 26 orang dari 27.671 orang

Perempuan : 19 orang dari 26.160 orang

Total : 45 orang dari 53.831 orang

Kasus lama : -

Angka insiden per 100.000 penduduk :

Laki-laki : 94,0

Perempuan : 72,0

Total ; 83,6

Jumlah BTA (+) :

Laki-laki : 14 orang

Perempuan : 13 orang

Total : 27 orang

CDR

Laki-laki : 50,0

Perempuan : 48,15

Total : 49,09

Sumber: Program TB Paru, P2PL Puskesmas Tegal Angus 2012

2. Diare

Berdasarkan data Puskesmas mengenai kasus Diare didapatkan:

Jumlah perkiraan kasus:

Laki-laki : 1.170 orang dari 27.671 orang

Perempuan : 1.107 orang dari 26.160 orang

Total : 2.277 orang dari 53.831 orang

Jumlah kasus yang ditangani

Laki-laki : 394 orang (33,7 %)

Perempuan : 553 orang (50 %)

Total : 947 orang (41,6 %)

Sumber : Program Diare Puskesmas Tegal Angus 2012

33

3. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Berdasarkan data Puskesmas mengenai persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Jumlah ibu yang bersalin : 928 orang dari 1.025 persalinan

Jumlah ibu yang nifas : 1.025 orang

Yankes : 1.022 orang

Sumber : Program Kesehatan Ibu Puskesmas Tegal Angus 2012

4. Kepemilikan jamban

Berdasarkan data Puskesmas mengenai kepemilikan jamban

Presentasi keluarga dengan kepemilikan jamban menurut Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah keluarga : 12.421

Keluarga yang diperiksa : 640

Jumlah keluarga yang memiliki jamban : 99

Jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat : 39

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan, P2PL Puskesmas Tegal Angus 2012

5. Tempat Sampah

Presentasi keluarga dengan kepemilikan tempat sampah menurut Kecamatan dan

Puskesmas

Jumlah keluarga : 12.421

Keluarga yang diperiksa : 640

Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah : 31

Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah yang sehat : 7

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan, P2PL Puskesmas Tegal Angus 2012

6. Air Bersih

Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut Kecamatan

dan Puskesmas

Jumlah keluarga : 12.421

Keluarga yang diperiksa : 640

Jenis sarana air bersih:

Kemasan : 10 keluarga

Ledeng : 36 keluarga

34

SPT : 21 keluarga

SGL : 82 keluarga

Mata air : 2 keluarga

PAH : 16 keluarga

Lainnya : 17 keluarga

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan, P2PL Puskesmas Tegal Angus 2012

7. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Presentasi rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat menurut Kecamatan dan

Puskesmas

Jumlah keluarga : 12.421

Keluarga yang diperiksa : 1.260

Jumlah yang sesuai kriteria PHBS : 183

Sumber: Program Promosi Kesehatan Puskesmas Tegal Angus 2012

8. Rumah Sehat

Presentasi rumah sehat menurut Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah keluarga : 12.421

Keluarga yang diperiksa : 640

Jumlah rumah yang sehat : 73

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan, P2PL Puskesmas Tegal Angus 2012

9. Indikator PHBS

Terdapat 10 indikator PHBS di dalam rumah tangga, yakni :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan : Yang dimaksud tenaga kesehatan disini

seperti dokter, bidan dan tenaga paramedis lainnya. Hal ini dikarenakan masih ada

beberapa masyarakat yang masih mengandalkan tenaga non medis untuk membantu

persalinan, seperti dukun bayi. Selain tidak aman dan penanganannya pun tidak steril,

penanganan oleh dukun bayi inipun dikhawatirkan berisiko besar dapat menyebabkan

kematian ibu dan bayi.

35

2. Memberi bayi ASI Eksklusif : Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI

Eksklusif yakni pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi

mulai usia nol hingga enam bulan.

3. Menimbang Balita setiap bulan : Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan

dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan Balita tersebut setiap bulan.

Penimbangan ini dilaksanakan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia 1

bulan hingga 5 tahun. Setelah dilakukan penimbangan, catat hasilnya di buku KMS

(Kartu Menuju Sehat). Dari sinilah akan diketahui perkembangan dari Balita tersebut.

4. Menggunakan Air Bersih : Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti

memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih banyak

mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.

5. Mencuci tangan pakai sabun : Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun

dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di tangan

sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan setiap kali sebelum makan

dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan, seperti memegang uang dan

hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan maupun sebelum

menyusui bayi.

7. Gunakan Jamban Sehat : Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas

pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk

dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit

penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Ada beberapa syarat untuk

jamban sehat, yakni tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat

dijamah oleh serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah

dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan

dan ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat

pembersih.

8. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala

(PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat

perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas

bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang dilakukan secara

teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

dengan cara 3 M (Menguras, Mengubur, Menutup).

36

9. Makan buah dan sayur setiap hari : Konsumsi sayur dan buah sangat dianjurkan

karena banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang

bermanfaat bagi tubuh.

10. Melakukan aktifitas fisik setiap hari : aktifitas fisik, baik berupa olahraga maupun

kegiatan lain yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan

kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan

bugar sepanjang hari.Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan dalam kehidupan

sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, dan lain-lainnya.

11. Tidak merokok di dalam rumah : Di dalam satu puntung rokok yang diisap, akan

dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar,

dan karbon monoksida (CO).

Kemudian informasi yang didapat dicocokan dengan survei ke keluarga binaan di

kampung Garapan Desa Tanjung Pasir. Setelah mengamati, mewawancarai, dan melakukan

observasi masing-masing keluarga binaan di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir terdapat

berbagai area permasalahan pada keluarga binaan tersebut, yaitu:

1. Perilaku penggunaan jamban umum yang tidak sehat pada keluarga binaan

2. Kurangnya ventilasi udara yang ada di rumah keluarga binaan

3. Kurangnya ketersediaan air bersih pada keluarga binaan

4. Kurangnya pengetahuan mengenai pembuangan dan pengelolaan sampah maupun

limbah rumah tangga

5. Kurangnya perilaku mengenai mencuci tangan dengan sabun

6. Kurangnya perilaku tentang persalinan oleh tenaga kesehatan

7. Kurangnya kesadaran berobat di tenaga kesehatan

8. Diare berulang pada keluarga binaan

9. TB paru pada keluarga binaan

10. DBD pada keluarga binaan

Dalam pengambilan sebuah masalah, kelompok kami menggunakan metode Delphi.

Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh suatu

kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang akan diputuskan.

Proses penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari

penyelesaiannya (Harold dkk, 1975 : 40-55).

37

Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan tersebut, melalui proses

musyawarah antara kelompok kami dengan para tenaga kesehatan di PUSKESMAS Tegal

Angus kami memutuskan untuk mengangkat permasalahan “Perilaku Mencuci Tangan Tidak

Dengan Sabun Pada Keluarga Binaan RT/RW 03/05, Kampung Garapan, Desa Tanjung

Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten”. Pemilihan area

masalah ini didasarkan atas berbagai pertimbangan yaitu:

a. Berdasarkan data di puskesmas tegal angus didapatkan peninggkatan kasus diare dengan

total 2.277 orang dari 53.831 orang.

b. Dari pengamatan dan wawancara secara langsung yang kami lakukan pada tiga keluarga

binaan di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir didapatkan perilaku mencuci tangan

yang tidak menggunakan sabun pada seluruh anggota keluarga saat buang air besar,

sesaat sebelum makan, dan sesudah beraktifitas., karena mereka menganggap jika

mencuci tangan menggunakan sabun akan memerlukan air bersih yang lebih banyak.

c. Fasilitas air bersih yang kurang memadai dan jumlahnya yang terbatas karena harus

terlebih dahulu membeli air bersih sehingga mencuci tangan yang baik tidak dilakukan.

d. Kurangnya pengetahuan terhadap penyakit yang ditimbul akibat tidak mencuci tangan

dengan baik dan benar dengan menggunakan sabun sehingga mereka mengabaikan

perilaku mencuci tangan tersebut.

e. Berdasarkan data Puskesmas tentang persentasi rumah tangga berperilaku hidup bersih

dan sehat didapatkan bahwa masih rendahnya jumlah keluarga yang sesuai kriteria

PHBS yaitu 183 keluarga dari total keluarga yaitu 12.421.

38