BAB I

56
BAB I PENDAHULUAN Riset dan tekologi merupakan gabungan dari kata riset dan teknologi yang memiliki arti bahwa riset adalah penelitian dan teknologi mengaplikasikan penelitian kedalam teknologi yang berbasis era-modern pada zaman sekrang ini. Riset berasal dari bahasa Inggris, research, menurut The Advanced Learner’s Dictionary of Current English (1961) ialah penyelidikan atau pencarian yang seksama untuk memperoleh fakta baru dalam cabang ilmu pengetahuan. Menurut Fellin, Tripodi dan Meyer (1969) riset adalah suatu cara sistematik untuk maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat disampaikan (dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain. Kata penelitian dalam Bahasa Inggris adalah Research. Dari kata ini kita membuat istilah Riset dalam Bahasa Indonesia. Kata research sering digunakan untuk mewakili serangkaian kegiatan atau untuk mengartikan sesuatu yang kurang tepat sehingga perlu diluruskan terlebih dahulu. Untuk memahami apa itu riset atau penelitian, kita perlu tahu apa yang bukan dikatagorikan riset dan apa karakteristik riset. Apa yang Bukan Riset

description

Bab 1 RTI

Transcript of BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

Riset dan tekologi merupakan gabungan dari kata riset dan teknologi yang memiliki arti

bahwa riset adalah penelitian dan teknologi mengaplikasikan penelitian kedalam teknologi yang

berbasis era-modern pada zaman sekrang ini.

Riset berasal dari bahasa Inggris, research, menurut The Advanced Learner’s Dictionary of

Current English (1961) ialah penyelidikan atau pencarian yang seksama untuk memperoleh fakta

baru dalam cabang ilmu pengetahuan. Menurut Fellin, Tripodi dan Meyer (1969) riset adalah

suatu cara sistematik untuk maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan

pengetahuan yang dapat disampaikan (dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti

lain.

Kata penelitian dalam Bahasa Inggris adalah Research. Dari kata ini kita membuat

istilah Riset dalam Bahasa Indonesia. Kata research sering digunakan untuk mewakili

serangkaian kegiatan atau untuk mengartikan sesuatu yang kurang tepat sehingga perlu

diluruskan terlebih dahulu. Untuk memahami apa itu riset atau penelitian, kita perlu tahu apa

yang bukan dikatagorikan riset dan apa karakteristik riset.

Apa yang Bukan Riset

1.      Bukan hanya mengumpulkan informasi tentang sesuatu atau beberapa hal. Ini namanya

pencarian informasi (information discovery)

2.      Bukan memindahkan fakta dari satu lokasi ke lokasi lain, dengan menghilangkan inti dari riset

yaitu: intepretasi data. Misalnya seorang mahasiswa membuat tulisan tentang Teknologi

Pendeteksi Gempa Bumi yang membutuhkan sumber informasi dari berbagai macam sumber dan

format. Namun demikian karena sifatnya mengkoleksi data, informasi dari berbagai sumber dan

kemudian menyusunnya menjadi sebuah tulisan tanpa intepretasi data, maka kegiatan yang

menghasilkan tulisan ini bukanlah riset.

3.      Bukan mencari informasi tertentu secara acak. Misalnya kita ingin membeli rumah, kemudian

kita mencari informasiinformasi tentang rumah-rumah yang setipe, harga yang mendekati, lokasi

yang bervariasi dan model-model yang ditawarkan melalui brosur-brosur perumahan untuk

menentukan rumah yang seperti apa yang kita inginkan, sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan 4. Bukan sekedar istilah untuk menarik perhatian. Beberapa iklan produk

menggunakan kata “riset” untuk menarik perhatian konsumen dan meyakinkan konsumen bahwa

produk mereka bermutu.

Karakteristik Riset

Jika riset bukanlah 4 hal di atas maka apakah riset itu? Riset adalah proses

mengumpulkan, menganalisis, dan menerjemahkan informasi atau data secara sistematis untuk

menambah pemahaman kita terhadap suatu fenomena tertentu yang menarik perhatian kita.

Sekalipun kegiatan ini dapat saja terjadi untuk hal sehari-hari, tapi kita fokuskan pada FORMAL

RESEARCH yaitu riset yang ditujukan untuk menambah pemahaman kita terhadap suatu

fenomena dan untuk dikomunikasikan kepada komunitas (dipublikasikan).

Menurut Paul Leedy dalam Practical Research, ada 8 karakteristik riset:

1.      Riset berasal dari satu pertanyaan atau masalah: dengan menanyakan pertanyaan kita sedang

berupaya untuk stimulasi dimulainya proses penelitian. Sumber pertanyaan dapat berasal dari

sekitar kita.

2.      Riset membutuhkan tujuan yang jelas : pernyataan tujuan ini menjawab pertanyaan : “ Masalah

apa yang akan diselesaikan/dipecahkan?” tujuan adalah pernyataan permasalahan yang akan

dipecahkan dalam riset.

3.      Riset membutuhkan rencana spesifik: untuk melakukan penelitian rencana kegiatan disusun.

Selain menetapkan tujuan dari riset, kita harus menetapkan juga bagaimana mencapai tujuan

tersebut. Beberapa hal yang perlu diputuskan misalnya: dimana mendapatkan data? Bagaimana

mengumpulkan data tersebut? Apakah data yang ada berelasi dengan permasalahan yang

ditetapkan dalam riset?

4.      Riset biasanya membagi masalah prinsip menjadi beberapa sub masalah : untuk mempermudah

menjawab permasalahan, biasanya masalah yang prinsip dibagi menjadi beberapa sub masalah.

Masalah :

Kompresi data dengan algoritma substitution Sub-masalah:

  bagaimana melakukan kompresi data pada file teks hingga hasil

  kompresi 30% dari file asli?

  bagaimana melakukan dekompresi pada file teks tanpa

  mengubah isi?

5.      Riset dilakukan berdasarkan masalah, pertanyaan atau hipotesis riset yang spesifik: Hipotesis

adalah asumsi atau dugaan yang logis yang memberikan jawaban sementara tentang

permasalahan riset berdasarkan penyelidikan awal. Hipotesis mengarahkan kita ke sumber-

sumber informasi yang membantu kita untuk menyelesaikan dan menjawab permasalahan riset

yang sudah ditetapkan. Hipotesis bisa lebih dari satu. Hipotesis mempunyai kemungkinan

didukung atau tidak didukung oleh data. Jika suatu hipotesis tidak didukung oleh data, maka

hipotesis itu

6.      Riset mengakui asumsi-asumi: Dalam riset, asumsi merupakan hal penting untuk ditetapkan.

Asumsi adalah kondisi yang ditetapkan sehingga jangkauan riset jelas batasnya. Asumsi juga

bisa merupakan batasan sistem di mana kita melakukan riset.

7.      Riset membutuhkan data dan intepretasi data untuk menyelesaikan masalah yang mendasari

adanya riset: Pentingnya data bergantung pada bagaimana peneliti memberi arti dan menarik inti

sari dari data-data yang tersedia. Di dalam riset data yang tidak diintepretasikan/diterjemahkan

tidak berarti apapun.

8.      Riset bersifat siklus: siklus dari riset dapat digambarkan seperti

pada Gambar 1.1.

Untuk memulai suatu penelitian, permasalahan yang akan dipecahkan perlu ditemukan

lebih dahulu. Beberapa hal yang membantu penemuan tersebut adalah: membaca artikel

jurnaljurnal ilmiah pada bidang yang diminati. Dengan membaca beberapa artikel jurnal yang

memuat permasalahan dan pemecahannya diharapkan ada stimulasi dari pembacaan tersebut

untuk menimbulkan ide-ide lain yang layak untuk diteliti. Permasalahan sebagai Inti Riset Pada

dasarnya riset dapat dikatagorikan menjadi dua jenis:

1.      basic research/penelitian dasar mengembangkan suatu teori atau konsep dalam bidang tertentu

2.      applied research/penelitian terapan berkaitan dengan suatu penerapan teori untuk mendapatkan

perbandingan, hasil kinerja atau menghasilkan suatu produk yang membantu manusia. dalam

kedua jenis riset tersebut, adalah penting untuk menentukan permasalahan yang akan dibahas

dan diselesaikan. Permasalahan tersebut biasanya berupa pertanyaaan yang jawabannya

memberikan hal baru yang berbeda dan permasalahan tersebut mengembangkan pengetahuan

tentang sesuatu misalnya cara berpikir yang baru tentang sesuatu, kemungkin baru dalam

penerapan atau membuka jalan bagi penelitian selanjutnya. Permasalahan untuk riset haruslah

mengandung interpretasi data yang merupakan hasil pemikiran si peneliti dalam mencari

jawaban dari permasalahan dalam penelitiannya.

Untuk memastikan bahwa permasalahan tersebut mengandung interpretasi data pastikan hindari

situasi di bawah ini:

1)      pengumpulan informasi untuk memperdalam pemahaman kita terhadap sesuatu. Misalnya suatu

riset untuk mengetahui lebih dalam tentang cara kerja router.

2)      perbandingan antara dua kumpulan data. Misalnya membandingkan jumlah mahasiswa baru di

beberapa PTS di Yogya pasca gempa.

3)      memanfaatkan komputer sebagai kalkulator besar tanpa disertai analisis atau interpretasi data.

Misalnya menggunakan computer untuk menghitung sekumpulan data dengan rumus ABC.

4)      permasalahan yang langsung dapat dijawab dengan “YA” atau “TIDAK”. Misalnya: Apakah

koneksi jaringan dengan kabel fiber optic lebih cepat dari pada kabel UTP? Permasalahan yang

tidak memenuhi syarat hanya akan menghasilkan penelitian yang tidak memenuhi standar

penelitian. Jika demikian maka penelitian tersebut adalah pekerjaan yang sia-sia.

Tipe Karya Ilmiah

Berikut ini beberapa tipe karya ilmiah :

Analisis melihat apa yang dibalik permukaan materi: melihat hubungan antar bagian

dan keseluruhan, mengenali hubungan antara sebab-akibat, mencari hal-hal penting,

mempertanyakan suatu validitas. Kata tanya yang digunakan

Bagaimana, atau APA.Kalimat tanya yang dibentuk bukanlah kalimat tanya yang

tertutup atau hanya membutuhkan jawaban “ya” atau “tidak”. Kalimat tanya yang dibentuk

membutuhkan penjabaran dalam menjawabnya. Penjabaran itulah yang kemudian menjadi karya

ilmiah yang disusun dalam bab-bab yang berurutan dan saling berhubungan.

Contoh rumusan masalah :

  Bagaimana Metadata Dublin Core yang memiliki 15 elemen mampu mengklasifikasikan

informasi berbentuk image, audio dan video?

  Bagaimana data ciri khas masing-masing informasi tersebut dapat diadaptasi oleh Metadata

Dublin Core?

  Apa faktor-faktor dalam metode Winter yang menyebabkan perubahan nilai produksi barang

tertentu?

  Bagaimana menghasilkan trend prestasi akademik dari setiap angkatan mahasiswa berdasarkan

hasil test masuk?

  PERBANDINGAN berarti mencari perbedaan dan persamaan. Aspek yang dibandingkan

disiapkan dan digunakan untuk menyusun penulisan.

Contoh :

  Bandingkan performa akses ke digital library dengan repository terpusat di satu server dengan

kapasitas besar, dengan akses ke digital library dengan repository terdistribusi dengan kapasitas

sedang. Perbandingan yang dapat dilihat dari kecepatan akses, macam standar yang diperlukan,

prosedur update data, prosedur pemeliharaan, keamanan data dll.

  Bandingkan alternatif pendukung keputusan tentang banyak barang yang diproduksi berdasarkan

metode X dan metode Y dengan parameter jenis barang, dan jumlah barang.

  Bandingkan ketepatan dokumen hasil pencarian dengan metode X dan Y berdasarkan faktor-

faktor: jumlah istilah, bobot istilah dan kecepatan proses.

  Argumentasi (setuju atau tidak setuju) meminta kita berada di satu sisi berdasarkan analisis dari

bukti-bukti yang kuat dan alasan yang jelas dan dapat diterima. Pada dasarnya hanya ada dua tipe

dari 3 tipe yang dijelaskan di atas yaitu tipe analisis dan argumentasi. Tipe perbandingan

termasuk dalam tipe analisis karena melakukan analisis terhadap 2 hal yang dibandingkan.

Ciri-ciri riset adalah sebagai berikut, yaitu bahwa riset: (Abisujak, 1981)

  Dilakukan dengan cara-cara yang sistematik dan seksama.

  Bertujuan meningkatkan, memdofikasi dan mengembangkan pengetahuan (menambah

perbendaharaan ilmu pengetahuan)

  dilakukan melalui pencarian fakta yang nyata

  dapat disampaikan (dikomunikasikan) oleh peneliti lain

  dapat diuji kebenarannya (diverifikasi) oleh peneliti lain

  Dalam bahasa Indonesia, padanan kata riset sering digunakan istilah “penelitian”. Penelitian

didefinisikan sebagai: “Suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji

kebenaran suatu pengetahuan, dan usaha-usaha itu dilakukan dengan metode ilmiah” (Sutrisno

Hadi, 2001). Pelajaran yang membicarakan metode-metode ilmiah mengenai penelitian disebut

metode penelitian atau research methodology. Metode ilmiah pertama kali dikenalkan oleh John

Dewey untuk memecahkan masalah. John Dewey di dalam bukunya How We Think (1910)

mengatakan bahwa langkah-langkah pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut:

  Merasakan adanya suatu masalah atau kesulitan, dan masalah atau kesulitan ini mendorong

perlunya pemecahan.

  Merumuskan dan atau membatasi masalah/kesulitan tersebut. Di dalam hal ini diperlukan

observasi untuk mengumpulkan fakta yang berhubungan dengan masalah itu.

  Mencoba mengajukan pemecahan masalah/ kesulitan tersebut dalam bentuk hipotesis-hipotesis.

Hipotesis-hipotesis ini adalah merupakan pernyataan yang didasarkan pada suatu pemikiran atau

generalisasi untuk menjelaskan fakta tentang penyebab masalah tersebut.

  Merumuskan alasan-alasan dan akibat dari hipotesis yang dirumuskan secara deduktif.

  Menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan, dengan berdasarkan fakta-fakta yang dikumpulkan

melalui penyelidikan atau penelitian. Hasil penelitian ini bisa menguatkan hipotesis dalam arti

hipotesis diterima, dan dapat pula memperlemah hipotesis, dalam arti hipotesis ditolak. Dari

langkah terakhir ini selanjutnya dapat dirumuskan pemecahan masalah yang telah dirumuskan

tersebut.

Kriteria Metode Ilmiah (Notoaatmodjo, 2002)

a)      Berdasarkan fakta

b)      bebas dari prasangka

c)      Menggunakan prinsip analisis

d)     Menggunakan hipotesis

e)      Menggunakan ukuran objektif

Langkah-Langkah Umum Metode Ilmiah (Notoatmodjo, 2002)

a.                      Memilih dan atau mengidentifikasi masalah

b.                     Menetapkan tujuan penelitian

c.                      Studi literature

d.                     Merumuskan kerangka konsep penelitian

e.                      Merumuskan hipotesis

f.                      Merumuskan metode penelitian

g.                     Pengumpulan data

h.                     Mengolah dan menganalisis data

i.                       Membuat laporan

Tujuan Dilakukan Penelitian (Sutrisno Hadi, 2001)

1. Menemukan pengetahuan

2. Mengembangkan pengetahuan

3. Menguji kebenaran suatu pengetahuan

Implikasi Riset

Hasil suatu riset disebut penemuan (findings) yang berbentuk kesimpulan dan

rekomendasi. Hal ini berarti hasil tersebut akan berguna bagi berbagai pihak (Abisujak, 1981):

  bagi ilmu pengetahuan sendiri sesuai dengan tujuan pengembangan pengetahuan.

  bagi orang-orang yang berminat untuk menerapkan hasil-hasil yang telah dirumuskan untuk

maksud pelayanan/operasional atau perencanaan suatu program.

  bagi orang-orang yang bermaksud mengadakan penelitian yang sama dengan populasi atau objek

lain atau penelitian lanjutan.

Oleh karena itu suatu karya riset harus memenuhi kriteria berikut, yaitu: jelas, terbuka, jujur dan

sistematik, atau dengan perkataan lain dapat dilaksanakan kembali oleh orang lain dengan cara-

cara yang sama (reproducable), kecuali riset yang bersifat rahasia. Landasan riset pada dasarnya

ialah ilmu pengetahuan (science), dan ilmu pengetahuan itu sendiri dikembangkan melalui riset.

Jadi, terdapat kaitan yang erat antara riset dan ilmu pengetahuan

Langkah-Langkah Penelitian (Suryabrata, 1989)

A.        Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah Penelitian

Identifikasi masalah penelitian

Sumber:

  Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian

  Seminar, diskusi, konferensi dan lain-lain pertemuan ilmiah

  Pernyataan pemegang otoritas

  Pengamatan selintas

  Pengalaman pribadi

  Perasaan intuitif

Pemilihan masalah penelitianPertimbangan:

  Pertimbangan dari arah masalahnya

  Pertimbangan dari arah calon peneliti

Perumusan masalah penelitian

  Perumusan hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya

  Rumusan hendaklah padat dan jelas

  Rumusan itu hendaknya memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan dat guna

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu

Penelaahan Kepustakaan

1)      Penelaahan sumber-sumber yang berupa buku

2)      Pemilihan berdasarkan pada prinsip:

a)      Relevansi

b)      Kemutakhiran (kecuali studi sejarah)

Penelaahan sumber-sumber yang berupa laporan hasil penelitian Penilikan berdasarkan atas

prinsip

a)      Relevansi

b)      Kemutakhiran

c)      Bobot

B.         Perumusan Hipotesis

Perumusan hipotesis hendaklah mempertimbangkan:

a.       Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih

b.       Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.

c.       Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat

d.      Hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkin mengumpulkan data menguji

kebenaran hipotesis itu

Secara garis besar dapat dibedakan:

1)Hipotesis tentang hubungan

2)Hipotesis tentang perbedaan

D. Identifikasi, Klasifikasi dan Pendefinisian Variabel

1.      Mengidentifikasi variabel.

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor-

faktor yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti

2.      Mengklarifikasi variable

Berdasarkan proses kauantifikasinya, variabel digolongkan menjadi:

  Variabel nominal

  Variabel ordinal

  Variabel interval

  Variabel rasio

Berdasarkan atas fungsinya dalam penelitian variabel dibedakan menjadi:

  Variabel tergantung

  Variabel bebas

  Variabel moderator

  Variabel kendali

  Variabel rambang

3.      Merumuskan definisi operasional variabel-variabel

Definisi operasional dirumuskan berdasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat

diamati (diobservasi)

a)      Yang berdasar atas kegiatan-kegiatan (operations) yang harus dilakukan agar yang didefinisikan

itu terjadi

b)      Yang berdasar atas bagaimana hal yang didefinisikan itu nampaknya (seringkali menunjuk

kepada alat pengambil datanya)

E. Pemilihan atau Pengembangan Alat Pengambil Data

Alat pengambil data harus memenuhi syarat-syarat:

1.      Validitas

2.      Reliabilitas

a)      Penyusunan rancangan penelitian

b)      G.Penentuan sampel

c)      H.Pengumpulan data

d)     I.Pengolahan dan analisis data

e)      J.Interpretasi hasil analisis

f)       K. Penyusunan laporan

BAB II

DEFINISI RISET

Riset banyak diterjemahkan secara langsung sebagai penelitian. Tidak ada yang salah

dengan pemahaman ini. Akan tetapi definisi ini tidak menggerakkan orang untuk melakukan

suatu pekerjaan riset dan tidak mendorong semangat untuk melakukannya. Terbayang dalam

benak kebanyakkan orang jika mendengar kata riset adalah hal yang berkaitan dengan teknologi

tinggi, dana yang mahal, dlsb. Bagi saya riset adalah USAHA UNTUK MEMECAHKAN

MASALAH.  Menjawab pertanyaan "Why" dan "How".

Dengan pengertian ini ada semacam cambuk untuk maju terus dalam melakukan riset.

Indonesia tidak kekurang masalah yang harus dipecahkan. Dengan kemampuan dana dan

penguasaan teknologi yang tidak terlalu tinggi seharusnya tidak menghambat orang untuk tidak

mengembangkan dan melakukan riset. Ini juga diartikan bahwa masalah dana dan teknologi

adalah bagian dari riset itu sendiri. Dengan demikian kita bisa melakukan tindakan yang

progresif dengan menghindari lingkaran setan (saya menyebutnya lingkaran kebodohan, karena

kita bodoh tidak mampu keluar dari lingkaran tersebut) antara teknologi, dana dan riset. Karena

banyak yang mengatakan riset membutuhkan teknologi, teknologi membutuhkan dana dan dana

akan datang dari hasil kita melakukan penelitian yang bisa menghasilkan produk yang bisa

dijual.

Cara Kerja Riset

Cara kerja riset sama dengan cara kerja ilmu pengetahuan dan teknologi itu dibangun. Ilmu

dan teknologi sebenarnya adalah kumpulan pengetahuan yang dikumpulkan secara bertahap dan

disusun secara sistematis. Dengan definisi ini kita harus menghindarkan diri dari pendapat bahwa

hanya orang jenius dan pandai saja yang bisa melakukan riset. Jarang sekali kita bisa

mendapatkan para jenius dan jarang ada orang yang sekaliber Einstein di dunia ini. Tapi tanpa

orang sekaliber Einstein pun ilmu pengetahuan di dunia ini tetap berkembang dan maju. Ini

sekali lagi karena banyak orang memberikan kontribusinya.

Pasar Riset

Untuk berkembang dan bertahan lama, riset juga membutuhkan pasar yang menyerap

hasil-hasilnya. Banyak yang berpikiran ini berkaitan langsung dengan produk-produk komersial

yang dihasilkan riset. Akan tetapi pasar yang besar bagi riset sebenarnya adalah masyarakat yang

berfikir secara ilmiah (mungkin definisi ini terlalu abstrak). Dalam pengertian yang lebih

sederhana riset akan dipakai oleh banyak orang jika komponen masyarakat ( birokrat, ekonom,

engineer, politisi, wartawan, orang biasa) dalam mengambil keputusan selalu berdasarkan pada

data, fakta yang sudah teruji, fakta ilmiah atau setidaknya logika yang solid. Jika masyarakat dan

komponen didalamnya masih hanya menggunakan insting, emosi, tradisi semata, dlsb, riset tidak

akan mendapat tempat dan dipakai dalam tindakan sehari-hari.

Dengan tiga pemahaman seperti yang saya catat diatas barangkali kita bisa mengharapkan

perkembangan riset yang baik di Indonesia yang mampu membawa perbaikan dan perubahan

yang cepat di masyarakat.

Read more:

BAB III

PERSEDIAAN

Persediaan merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam

proses dan barang jadi.

  Inventory dan Klasifikasinya

Inventory meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan

tujuan untuk dijual kembali atau dikomsumsikan dalam siklus operasi normal perusahaan

sebagai barang yang dimiliki untuk dijual atau diasumsikan untuk dimasa yang akan datang,

semua barang yang berwujud dapat disebut sebagai inventory, tergantung dari sifat dan jenis

usaha perusahaan.

Menurut Koher,Eric L.A. Inventory adalah : " Bahan baku dan penolong, barang jadi dan

barang dalam proses produksi dana barang-barang yang tersedia, yang dimiliki dalam

perjalanan dalam tempat penyimpanan atau konsinyasikan kepada pihak lain pada akhir

periode".

Secara umum pengertian Inventory adalah merupakan suatu aset yang ada dalam bentuk

barang-barang yang dimiliki untuk dijual dalam operasi perusahaan maupun barang-barang yang

sedang di dalam proses pembuatan. Diantara pengertian diatas maka inventory dapat

diklasifikasikan yang ditentukan oleh perusahaan, apabila jenis perusahaan yang membeli barang

akan dijual lagi, maka klasifikasi hanya ada satu macam saja persedian barang dagangan.

Sedangkan bila jenis perusahaan adalah pabrikasi yaitu perusahaan yang mengolah bahan

mentah menjadi bahan jadi.

  Klasifikasi Inventori

Ada beberapa macam klasifikasi inventori, menurut Dobler at al, ada beberapa klasifikasi

inventori yang digunakan oleh perusahaan, antara lain :

  Inventori ProduksiYang termasuk dalam klasifikasi invetori produksi adalah bahan baku dan

bahan-bahan lain yang digunakan dalam proses produksi dan merupakan bagian dari produk.

Bisa terdiri dari dua tipe yaitu item spesial yang dibuat khusus untuk spesifikasi perusahaan dan

item standart produksi yang dibeli secara off-the-self.

  Inventori MRO (Maintaintenance, Repair, and Operating supplies) Yang termasuk dalam

katagori ini adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi namun tidak

merupakan bagian dari produk. Seperti pelumas dan pembersih.

  Inventori In-Process Yang termasuk dalam katagori inventori ini adalah produk setengah jadi.

Produk yang termasuk dalam katagori inventori ini bisa ditemukan dalam berbagai proses

produksi.

Inventori Finished-goods Semua produk jadi yang siap untuk dipasarkan termasuk

dalam katagori inventori finished goods. PT XYZ adalah sebuah swalayan yang menjual

produkproduk yang siap untuk dipakai. Tidak ada proses pengolahan yang ada disana, sehingga

semua inventori yang dimilikinya termasuk dalam katagori ini. Setelah diperhatikan definisi

inventory diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persediaan bahan baku adalah

barang-barang berwujud yang dimiliki dengan tujuan untuk diproses menjadi barang jadi.

Barang ini dihasilkan sendiri dan dibeli dari perusahaan lain yang merupakan produk

akhir dari perusahaan itu sendiri, barang ini merupakan bahan utama dalam menghasilkan

produk akhir, persediaan barang penolong atau pembantu adalah bahan-bahan yang diperlukan

untuk menghasilkan produk akhir, tapi tidak secara langsung ikut serta dalam hasil produk akhir.

Persediaan barang dagangan adalah barang-barang yang dibeli dan dimiliki oleh perusahaan

dagang untuk dijual kembali. Salah satu perlunya inventory dilaksanakan dengan baik yaitu

mengetahui secaraa pasti harga pokok dari barang-barang dagangan yang terjual. Disamping itu

untuk menjamin lancarnya arus lintas barang maka perlu diadakan pencatatan terhadap segala

penerimaan barang yang berasal dari supplier,barang yang dipesan oleh langganan, barang yang

terjual, barang yang dikembalikan oleh langganan dan penyesuaian-penyesuaian (adjusment)

terhadap barang.

Atas dasar pencatatan tersebut nantinya dapat diketahui antara lain barang mana yang

banyak tertimbun (over stock) barang mana yang harusdipesan kembali kepada supplier karena

persediannya sudah menipis, apabila jadi pemesanan barang kepada supplier, maka pemesanan

ini perlu pula dicatat untuk mendapatkan informasi tentang inventory yang lengkap, bila segala

transaksi yang disebut diatas tidak dicatat dengan baik maka akan menemui kesulitan untuk

mengetahui keadaan inventory secara pasti pada suatu saat misalnya kesulitan untuk mengetahui

berapa jumlah persedian barang yang ada dan yang sudah dipasarkan serta jumlah barang yang

sudah dipesan oleh langganan (Quantity Committed) dan berapa jumlah barang yang dipesan

kepada supplier (Quantity Sold) dan informasi penting lainnya. Mengurangi inventori barang.

Inventori merupakan aset perusahaan yang berkisar antara 30%-40% sedangkan biaya

penyimpanan barang berkisar 20%-40% dari nilai barang yang disimpan.

  Alasan Memiliki Persediaan

Laba yang maksimal dapat dicapai dengan meminimalkan biaya yang berkaitan dengan

persediaan. Namun meminimalkan biaya persiapan dapat dicapai dengan memesan atau

memproduksi dalam jumlah yang kecil, sedangkan untuk meminimalkan biaya pemesanan dapat

dicapai dengan melakukan pesanan yang besar dan jarang. Jadi meminimalkan biaya

penyimpanan mendorong jumlah persediaan yang sedikit atau tidak ada, sedangkan

meminimalkan biaya pemesanan harus dilakukan dengan melakukan pemesanan ,persediaan

dalam jumlah yang relatif besar, sehingga mendorong jumlah persediaan yang besar. Alasan

yang kedua yang mendorong perusahaan menyimpan persediaan dalam jumlah yang relative

besar adalah masalah ketidakpastian permintaan. Jika permintaan akan bahan atau produk lebih

besar dari yang diperkirakan, maka persediaan dapat berfungsi sebagai penyangga, yang

memberikan perusahaan kemampuan untuk memenuhi tanggal penyerahan sehingga pelanggan

merasa puas. Secara umum alasan untuk memiliki persediaan adalah sebagai berikut :

1.        Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya penyimpanan.

2.        Untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal pengiriman.

3.        Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat :

a. Kerusakan mesin

b. Kerusakan komponen

c. Tidak tersedianya komponen

d. Pengiriman komponen yang terlambat

4.        Untuk menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan.

5.        Untuk memanfaatkan diskon

6.        Untuk menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang.

  Elemen Harga Pokok Bahan Baku

Terdapat empat kelompok biaya yang mempengaruhi harga pokok persediaan bahan baku, yaitu :

1.      Harga Faktur. Harga faktur adalah harga yang disetujui antara perusahaan dengan pemasoknya.

Potongan pembelian akan mengurangi harga faktur, sedangkan biaya angkut yang ditanggung

perusahaan diperlakukan sebagai tambahan harga faktur.

2.      Biaya Pemesan Bahan Baku. Biaya ini disebut juga procurement cost atau ordering cost yaitu

biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan pembelian bahan baku. Biaya ini dikelompokkan

menjadi 2 yaitu :

a. Biaya Pemesan Tetap

b. Biaya Pemesan Variabel

3.      Biaya Penyimpan Bahan Baku. Biaya ini disebut juga storage cost atau carrying cost yaitu biaya

yang dikeluarkan dalam melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan agar siap dipakai di dalam

kegiatan produksi.

Biaya ini dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a. Biaya Penyimpanan Tetap

b. BiayaPenyimpanan Variabel

4.      Biaya Ketidakcukupan Persediaan. Biaya ini timbul akibat adanya persediaan bahan baku yang

tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi. Biaya ini meliputi : kerugian hilangnya

penjualan, tambahan biaya angkut karena dibeli secara mendadak, tuntutan dari pelanggan

karena keterlambatan, dan tambahan biaya karena tidak teraturnya proses produksi.

Pengendalian persediaan: aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang

dikehendaki. Pada produk barang, pengendalian persediaan ditekankan pada pengendalian

material. Pada produk jasa, pengendalian diutamakan sedikit pada material dan banyak pada jasa

pasokan karena konsumsi sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa sehingga tidak

memerlukan persediaan.

Akibat kelebihan persediaan:

  Beban bunga meningkat

  Biaya penyimpanan dan pemeliharaan

  Resiko rusak

  Kualitas menurun.

Akibat kekurangan persediaan:

  Proses produksi terganggu

  Ada kapasitas mesin yang tidak terpakai

  Pesanan tidak dapat terpenuhi.

Jenis – jenis persediaan :

  Bahan mentah

  Barang dalam proses

  Barang jadi

  Safety stock

Merupakan persediaan minimal yang harus ada agar perusahaan dapat berjalan normal.

Semakin besar safery stock maka perusahaan kemungkinan khabisan persedian akna semakin

kecil. Safety stock adalah istilah yang digunakan oleh spesialis persediaan untuk

menggambarkan tingkat stok tambahan yang dipertahankan di bawah siklus saham untuk

penyangga terhadap stockouts. Safety Stock (juga disebut Buffer Stock) ada untuk menghadapi

ketidakpastian dalam penawaran dan permintaan. Safety stock didefinisikan sebagai unit

tambahan persediaan dibawa sebagai perlindungan terhadap kemungkinan stockouts (kekurangan

bahan baku atau kemasan). Dengan memiliki jumlah yang memadai safety stock di tangan,

sebuah perusahaan dapat memenuhi permintaan penjualan yang melebihi perkiraan permintaan

mereka tanpa mengubah rencana produksi mereka. [1] Hal ini diadakan ketika suatu organisasi

tidak dapat secara akurat memprediksi permintaan dan / atau tenggang waktu untuk produk. Ini

berfungsi sebagai asuransi terhadap stockouts. Dengan produk baru, safety stock dapat

dimanfaatkan sebagai alat strategis sampai perusahaan dapat menilai seberapa akurat ramalan

mereka adalah setelah beberapa tahun pertama, terutama bila digunakan dengan perencanaan

kebutuhan material worksheet. Yang kurang akurat peramalan, yang lebih safety stock

diperlukan. Dengan perencanaan kebutuhan material (MRP) lembar sebuah perusahaan dapat

menilai berapa banyak mereka akan perlu untuk memproduksi untuk memenuhi permintaan

penjualan diperkirakan tanpa mengandalkan safety stock. Namun, strategi yang umum adalah

untuk mencoba dan mengurangi tingkat persediaan pengaman untuk membantu menjaga biaya

persediaan rendah sekali permintaan produk menjadi lebih diprediksi. Ini dapat sangat penting

bagi perusahaan dengan keuangan yang lebih kecil bantal atau mereka yang berusaha untuk

berjalan di lean manufacturing, yang bertujuan untuk menghilangkan pemborosan seluruh proses

produksi.

Jumlah safety stock sebuah organisasi memilih untuk terus di tangan dapat secara

dramatis mempengaruhi bisnis mereka. Terlalu banyak safety stock dapat mengakibatkan biaya

tinggi memegang persediaan. Selain itu, produk yang disimpan terlalu lama dapat merusak,

kedaluwarsa, atau istirahat selama proses pergudangan. Terlalu sedikit safety stock dapat

mengakibatkan kehilangan penjualan dan, dengan demikian, yang lebih tinggi tingkat perputaran

pelanggan. Akibatnya, menemukan keseimbangan yang tepat antara terlalu banyak dan terlalu

sedikit safety stock adalah sangat penting.

Alasan Pengelolaan Persediaan

1.      Persediaan merupakan investasi yang membutuhkan modal besar.

2.      Mempengaruhi pelayanan ke pelanggan.

3.      Mempunyai pengaruh pada fungsi operasi, pemasaran, dan fungsi keuangan

Jenis Persediaan

1.      Persediaan barang jadi biasanya tergantung pada permintaan pasar (independent demand

inventory)

2.      Persediaan barang setengah jadi dan bahan mentah ditentukan oleh tuntutan proses produksi dan

bukan pada keinginan pasar (dependent demand inventory).

Aliran Material

Kapasitas VS Persediaan

Kapasitas: merupakan kemampuan untuk menghasilkan produk

Persediaan: semua persediaan material yang ditempatkan di sepanjang jaringan proses produksi

dan jalur distribusi.

Tujuan Persediaan

1.      Menghilangkan pengaruh ketidakpastian (mis: safety stock)

2.      Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian

3.      Untuk mengantisipasi perubahan pada permintaan dan penawaran.

Hal-Hal Yang di Pertimbangkan

1.      Struktur biaya persediaan.

a. Biaya per unit (item cost)

b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)

  Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)

  Biaya pengiriman pemesanan

  Biaya transportasi

  Biaya penerimaan (Receiving cost)

  Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost): surat menyurat dan biaya

untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.

c. Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)

  Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan

digunakan untuk investasi (Cost of capital).

  Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage). Biaya ini berubah sesuai

dengan nilai persediaan.

d. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss).

e. Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)

2.      Penentuan berapa besar dan kapan pemesanan harus dilakukan.

Metode Manajemen Persediaan

a)      METODA EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)

b)      METODA SISTEM PEMERIKSAAN TERUS MENERUS (CONTINUOUS REVIEW SYSTEM)

c)      METODA SISTEM PEMERIKSAAN PERIODIK (PERIODIC REVIEW SYSTEM)

d)      METODA HYBRID

e)      METODA ABC

BAB IV

METODA EOQ

Asumsi:

1. Kecepatan permintaan tetap dan terus menerus.

1.      Waktu antara pemesanan sampai dengan pesanan dating (lead time) harus tetap.

2.      Tidak pernah ada kejadian persediaan habis atau stock out.

3.      Material dipesan dalam paket atau lot dan pesanan dating pada waktu yang bersamaan dan tetap

dalam bentuk paket.

4.      Harga per unit tetap dan tidak ada pengurangan harga walaupun pembelian dalam jumlah

volume yang besar.

5.      Besar carrying cost tergantung secara garis lurus dengan rata-rata jumlah persediaan.

6.      Besar ordering cost atau set up cost tetap untuk setiap lot yang dipesan dan tidak tergantung

pada jumlah item pada setiap lot.

7.      Item adalah produk satu macam dan tidak ada hubungan dengan produk lain.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menghitung EOQ:

D : Besar laju permintaan (demand rate) dalam unit per tahun.

S : Biaya setiap kali pemesanan (ordering cost) dalam rupiah per pesanan

C : Biaya per unit dalam rupiah per unit

I : Biaya pengelolaan (carrying cost) adalah persentase terhadap nilai persediaan per tahun.

Q : Ukuran paket pesanan (lot size) dalam unit

TC : Biaya total persediaan dalam rupiah per tahun. Biaya pemesanan per tahun (Ordering cost):

OC = S (D/Q)

Biaya pengelolaan persediaan per tahun (Carrying cost)

CC = ic (Q/2)

Reorder Point

Merupakan suatu analisa untuk menentukan kapan harus melakukan pemesanan kembali.

Mana rumus itu berasal dari tidak penting, tapi melihat implikasi untuk safety stock:

  Apa yang terjadi jika lead time adalah konstan?

  Apa yang terjadi jika tingkat permintaan konstan?

  Apa yang terjadi jika keduanya konstan?

  Jika Anda ingin mengurangi jumlah safety stock yang Anda pegang, apa yang merupakan

pilihan terbaik anda ?

Menyusun ulang titik penambahan saham terjadi ketika tingkat persediaan turun ke nol.

Mengingat pengisian saham sesaat tingkat persediaan melompat ke tingkat yang asli dari tingkat

nol. Dalam situasi kehidupan nyata kita tidak pernah bertemu dengan seorang nol lead time.

Selalu ada tenggang waktu dari tanggal menempatkan pesanan untuk bahan dan tanggal bahan

yang diterima. Akibatnya, titik pemesanan ulang selalu lebih tinggi dari nol, dan jika perusahaan

tempat urutan ketika persediaan mencapai titik pemesanan ulang, barang baru akan tiba sebelum

perusahaan kehabisan barang untuk dijual. Keputusan tentang berapa banyak memegang saham

umumnya disebut sebagai titik perintah masalah, yaitu, bagaimana seharusnya rendah akan habis

persediaan sebelum mengatur kembali. Dua faktor yang menentukan urutan yang sesuai titik

adalah waktu pengiriman saham yang merupakan Inventory dibutuhkan selama masa tenggang

(yaitu, perbedaan antara urutan tanggal dan tanda terima dari inventarisasi memerintahkan) dan

safety stock yang tingkat minimum persediaan yang diselenggarakan sebagai perlindungan

terhadap kekurangan karena fluktuasi permintaan.

Oleh karena itu :

Reorder Point = Normal konsumsi selama lead-time + Safety Stock. Beberapa faktor

yang menentukan seberapa banyak waktu pengiriman stock dan safety stock harus diadakan.

Singkatnya, efisiensi dari suatu sistem pengisian ulang pengiriman mempengaruhi seberapa

banyak waktu yang diperlukan. Karena waktu pengiriman stok persediaan yang diharapkan

penggunaan antara pemesanan dan penerimaan persediaan, efisien pengisian ulang persediaan

akan mengurangi kebutuhan waktu pengiriman stok. Dan penentuan tingkat persediaan

pengaman dasar melibatkan trade-off antara risiko sahamkeluar, sehingga kemungkinan

ketidakpuasan pelanggan dan kehilangan penjualan, dan meningkatnya biaya yang berkaitan

dengan membawa tambahan persediaan. Metode lain untuk menghitung tingkat menyusun ulang

melibatkan perhitungan tingkat penggunaan per hari, lead time yang merupakan jumlah waktu

antara penempatan pesanan dan penerimaan barang dan tingkat saham keselamatan dinyatakan

dalam beberapa hari 'penjualan. Reorder level = tingkat penggunaan harian rata-rata x lead-time

dalam hari.

Dari rumus di atas dapat dengan mudah menyimpulkan bahwa perintah untuk pengisian

bahan dilakukan bila tingkat persediaan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi

selama lead-time.

Contoh

Jika tingkat penggunaan harian rata-rata dari suatu material adalah 50 unit dan

memimpin-waktu tujuh hari, maka: Reorder level = tingkat penggunaan harian rata-rata x Lead

waktu dalam hari = 50 unit x 7 hari = 350 unit Ketika tingkat persediaan mencapai 350 unit

perintah harus ditempatkan untuk materi. Pada saat tingkat persediaan mencapai nol pada akhir

hari ketujuh dari urutan menempatkan bahan akan mencapai dan tidak ada alasan untuk khawatir.

Re-order point = Rata-rata Lead Sisa * Rata-rata Permintaan + Z * SQRT (rt Lead Sisa * Standar

Deviasi dari Permintaan ^ 2 + Rata-rata. Permintaan ^ 2 * Standar Deviasi dari Lead Sisa ^ 2)

Menyusun ulang poin = S x L + J (S x R x L) Di mana

* S = Penggunaan dalam satuan

* L = Lead time dalam hari

* R = Rata-rata jumlah unit per pesanan

* J = Stok keluar faktor penerimaan

* Saham-out faktor penerimaan, `F ', tergantung pada saham-out tingkat persentase yang

ditentukan dan distribusi probabilitas penggunaan (yang diasumsikan mengikuti Poisson

distribution).

Economic Order Quantity

Merupakan satu formula atau model yang menentukan berapa jumlah pemesanan yang

paling ekonomis yang akan meminimalkan total biaya persediaan. Tatanan ekonomi kuantitas

adalah tingkat persediaan yang meminimalkan total biaya persediaan memegang dan biaya

pemesanan. Ini adalah salah satu yang tertua penjadwalan produksi model klasik. Kerangka kerja

yang digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan ini juga dikenal sebagai Wilson EOQ

Model atau Wilson Formula. Model ini dikembangkan oleh F. W. Harris pada tahun 1913. Tapi

masih RH Wilson, seorang konsultan yang diterapkan secara ekstensif, diberikan kredit awal

untuk analisis mendalam dari model.

Asumsikan bahwa permintaan untuk suatu produk adalah konstan selama setahun dan

bahwa setiap pesanan baru disampaikan dalam inventaris penuh saat mencapai nol. Ada biaya

tetap dikenakan biaya untuk setiap pesanan ditempatkan, terlepas dari jumlah unit yang dipesan.

Ada juga yang memegang atau biaya penyimpanan untuk setiap unit yang diadakan di

penyimpanan (kadang-kadang dinyatakan sebagai persentase dari biaya pembelian barang).

Kami ingin menentukan jumlah optimal unit untuk produk pesanan sehingga kita meminimalkan

total biaya yang terkait dengan pembelian, pengiriman dan penyimpanan produk Parameter yang

diperlukan untuk solusi adalah total permintaan untuk tahun, biaya pembelian untuk setiap item,

biaya tetap untuk menempatkan pesanan dan biaya penyimpanan untuk setiap item per tahun.

Perhatikan bahwa jumlah kali pesanan ditempatkan juga akan mempengaruhi biaya total Namun,

jumlah ini dapat ditentukan dari parameter lainnya 1. Biaya urutan konstan.

  Laju permintaan adalah konstan

  The lead time adalah tetap

  Harga beli item tersebut adalah konstan yaitu tidak ada diskon tersedia

  Yang pengisian dibuat seketika, seluruh batch dikirimkan sekaligus.

EOQ adalah jumlah untuk memesan, sehingga biaya pemesanan + biaya membawa menemukan

minimum. (Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa formula mencoba menemukan saat ini

adalah sama.)

Biaya-Biaya yang Terkait dengan Inventori

Menurut Dobler et al terdapat 2 (dua) macam biaya yang terkait dengan biaya inventori [3],

yaitu :

  Biaya Pemeliharaan (Carrying Cost)

Biasanya berkisar antara 23-35 persen dari total nilai inventori perusahaan pertahun,

yang terdiri dari :

  Biaya kesempatan dari dana yang diinvestasikan sebesar 12-20 %

  Biaya asuransi sebesar 2 – 4 %

  Pajak properti sebesar 1 – 3 %

  Biaya penyimpanan sebesar 1 – 3 %`

Kadaluarsa sebesar 4 – 10 %

Total 20 – 40 %

Just In Time

JIT merupakan pendekatan untuk meminimalkan total biaya penyimpanan dan persiapan

yang sangat berbeda dari pendekatan tradisional. Pendekatan tradisional mengakui biaya

penyiapan dan kemudian menentukan kuantita pesanan yang merupakan saldo terbaik dari dua

kategori biaya. Dilain pihak, JIT tidak mengakui biaya persiapan, tetapi sebaliknya JIT mencoba

menekan biaya-biaya ini sampai nol. Jika biaya penyiapan tidak menjadi signifikan, maka biaya

tersisa yang akan diminimalkan adalah biaya penyimpanan, yang dilakukan dengan mengurangi

persediaan sampai ketingkat yang sangat rendah. Pendekatan inilah yang mendorong untuk

persediaan nol dalam sistem JIT.

BAB V

TEKNIK PENAJADWALAN PROYEK

Untuk menentukan waktu yang diperlukan dan mengembangkan suatu sistem, analis

sistem sering menggunakan suatu teknik kuantitatif yang disebut PERT (programming

Evaluation and Review technique). Pert dikembangkan sekitar tahun 1950 oleh Navy Special

Project Office bekerjasama dengan Booz, Allen dan hamilton yang merupakn suatu konsultan

manajemen.

Diagram Jaringan

Bila akan menggunakan PERT 2 buah informasi diperlukan untuk masing masing

pekerjaan yaitu urutan dari kegiatan masing-masing pekerjaan dan waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan masing-masing pekerjaan itu. Urutan pekerjaan ini digambarkan dalam bentuk

diagram jaringan (network diagram) atau disebut juga diagram panah (arrow diagram) yang

menggunakn simbol-simbol:

-          Panah (aarrow) yang digunakan untuk mewakili suatu kegiatan (activity).

-          Simpul (node) yang digunakan untuk mewakili suatu kejadian (event).

Gambar A.1 diagram Jaringan.

Pada gambar terdapat 5 kegiatan yaitu A,B,C,D dan E serta 5 buah kejadian 1,2,3,4 dan 5.

kejadian yang mengawali suatu kegiatan disebut kejadian ekor (tail event) dan kejadian yang

mengakhiri suatu kegiatan disebut kejadian kepala (head event).

CONTOH:

Urutan-urutan kegiatan dari kegiatan A sampai E adalah sebagai berikut:

  kegiatan A dan B merupakan kegiatan pertama di proyek dan dapat dikerjakan secara serentak

bersamaan. Kegaitan A mengawali kegiatan C dan kegiatan B mengawali kegiatan D. dengan

kata lain kegiatan C belum dapat dikerjakan bial pekerjaan A belum dikerjakan dan kegiatan D

belum dapat dikerjakan bila pekerjaan B belum selesai dikerjakan.

  kegiatan C dan D mendahului kegiatan E atau dengan kata lain pekerjaan E belum dapat

dikerjakan bila pekerajaan C dan D belum selesai dikerjakan.

  kegiatan E merupakan kegiatan akhir dari proyek dan belum dapat dikerjakan biola pekerjaan C

dan D belum selesai dikerjakan.

Untuk menggambar diagram jaringan terdapat beberapa aturan-aturan yang harus diikuti :

1.      setiap kegiatan hanya dapat diwakili oleh satu dan hnaya satu panah di jaringan. Tidak ada

sebuah kegiatan yang diwakili dua kali dijaringan (tidak ada yang kembar).

2.      tidak ada dua kegiatan yang ditunjukkan oleh ekor kejadian dan kepala kejadian yang sama.

Situasi

gambar A.2 diagram jaringan yang salah penggambaran pada contoh ini dalah salah karena dua

kegiatan A dan B ditunjukkan oleh dua ekor kejadian (kejadian nomor 1 dan kepala kejadian no

2) yang sama. Untuk kasus ini, penggambaran yang benar menggunakan kegiatan dummy

(dummy activity)

gambar A.3 kegiatan dummy

Kegiatan dummy digambarkan dengan panah bergaris terpotong-potong. Akibat dengan

digunakannya kegiatan dummy C maka kegiatan A dan B dapat diidentifikasikan dengan kepala

kejadian yang berbeda.

untuk meyakinkan hubungan urutan yang benar di diagram jaringan pertanyaan-pertanyaan

berikut aharus dijawab untuk tiap-tiap kegiatan yang akan ditambahkan di dalam jaringan :

a.       kegiatan apa yang ahrus sudah diselesaikan terlebih dahulu sebelum kegiatan ini dapat

dilakukan?

b.      kegiatan apa yang harus mengikuti kegiatan ini?

c.       kegiatan apa yang ahrus dilakukan serentak dengan kegiatan ini?

Kegiatan – kegiatan ini dapat digambarkan dalam diagram jaringan sebagai berikut :

Jalur Kritis

Aplikasi dari teknik PERT ini adalah untuk menghitung waktu penyelesaian dari suatu

proyek. Waktu penyelesaian ini dapat dihitung dari masing-masing jalur(path) dari kegiatan-

kegiatan di jaringan. Suatu jalur (path) dapat didefinisikan sebagai suatu urutan dari kegiatan

yang berhubungan di dalam proyek. suatu jalur kritis (critical path) adalah jalur yang

menunjukkan kegiatan kritis dari awal kegiatan sampai dengan akhir kegiatan di diagram

jaringan. Jalur kritis menunjukkan kegiatan-kegiatan kritis di dalam proyek. Suatu kegiatan

disebut dengan kegiatan kritis bila penundaan waktu dikegiatan ini akan mempengaruhi waktu

penyelasaian keseluruhan dari proyek. Sedang kegiatan disebut dengan tidak kritis bila kegiatan

ini mempunyai waktu yang dapat ditunda. Waktu yang dapat ditunda dikegiatan tidak kritis

disebut dengan slack atau float.

Jalur kritis penting karena mempunyai 2 alasan:

1.      waktu penyelesaian proyek tidak dapat dikurangi kecuali bila satu atau lebih kegiatan dijalur

kritis dapat dipercepat penyelesaiannya. Dengan demikian bial waktu penyelesaian proyek secara

keseluruhan akan dipercepat, maka kegiatan-kegiatan yang harus dipercepat adalah kegiatan-

kegiatan dijalur kritis.

2.      penundaan kegiatan dijalur kritis akan menyebabkan penundaan waktu penyelesaian dari proyek,

sedang penundaan di jalur tidak kritis mungkin tidak akan menunda waktu penyelesaian proyek

sejauh penundaan ini tidak melebihi waktu dari slack untuk masing-masing kegiatan tidak kritis.

Algoritma Untuk Jalur Kritis

Algoritma untuk menentukan jalur kritis dilakukan dengan menghitung waktu mulai

tercepat (earliest start time) dan waktu selesai terlama (latest finish time) untuk masing-masing

kegiatan. Earlierst start time (ES) dan latest finish time (Lf) ini kemudian dpat ditulis di simpul

kejadian yang dibentuknya dan dikembangkan menjadi:

waktu mulai tercepat (ES) untuk masing-masing kegiatan menunjukkan kapan suatu

kegiatan tercepat dapat mulai dilakukan. Waktu selesai terlama (LF) menunjukkan kapan suatu

kegiatan paling lama dapat diselesaikan.

Perhitunag ES dan LS dapat dilakukan melalui 2 tahap, yaitu:

1.      tahap pertama disebut dengan forward pass yang digunakan untuk menghitung waktu mulai

tercepat (ES);

2.      tahap kedua disebut dengan backward pass yang digunakan untuk menghitung waktu selesai

terlama (LF);

3.      forward pass dimulai dengan menghitung simpul awal maju (forward) sampai dengan simpul

yang akhir.

Untuk simpul (kejadian) 1:

karena merupakan awal kejadian, maka waktu mulai tercepat (ES) untuk kegiatan A,B,C adalah

0.

Untuk simpul (kejadian) 2:

kegiatan D dapat dimulai setelah kegiatan A selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat

(ES) untuk simpul 2 adalah:

ES2 = ES1 + waktu kegiatan A

= 0 + 10 = 10

Untuk simpul (kejadian) 3:

kegiatan E dan F dapat dimulai setelah kegiatan B selesai dilakukan sehingga waktu mulai

tercepat (ES) untuk simpul 3 adalah:

ES3 = ES1 + waktu kegiatan B

= 0 + 8 = 8

Untuk simpul (kejadian) 4:

kegiatan G dapat dimulai setelah kegiatan B dan C selesai dilakukan sehingga waktu mulai

tercepat (ES) untuk simpul 4 adalah yang terbesar dari:

ES3 + waktu kegiatan D1 = 8 + 0 = 8

dengan ES1 + waktu kegiatan C = 0 + 12 = 12

jadi waktu mulai tercepat untuk simpul 4 adalah ES4 = 12

Untuk simpul (kejadian) 5:

kegiatan H dan J dapat dimulai setelah kegiatan D dan E selesai dilakukan sehingga waktu mulai

tercepat (ES) untuk simpul 5 adalah yang terbesar dari:

ES2 + waktu kegiatan D = 10 + 22 = 32

dengan ES3 + waktu kegiatan E = 8 + 27 = 35

jadi waktu mulai tercepat untuk simpul 5 adalah ES5 = 35

Untuk simpul (kejadian) 6:

kegiatan I dapat dimulai setelah kegiatan F selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat

(ES) untuk simpul 6 adalah:

ES6 = ES3 + waktu kegiatan F

= 8 + 7 = 15

Untuk simpul (kejadian) 6:

kegiatan I dapat dimulai setelah kegiatan F selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat

(ES) untuk simpul 6 adalah:

ES6 = ES3 + waktu kegiatan F

= 8 + 7 = 15

Untuk simpul (kejadian) 7:

kegiatan J dapat dimulai setelah kegiatan D, E, dan G selesai dilakukan sehingga waktu mulai

tercepat (ES) untuk simpul 7 adalah yang terbesar dari:

ES5 + waktu kegiatan D2 = 35 + 0 = 35

dengan ES4 + waktu kegiatan G = 12 15 =27

jadi waktu mulai tercepat untuk simpul 7 adalah ES7 = 35

Untuk simpul (kejadian) 8:

simpul 8 adalah simpul yang terakhir dan besarnya ES8 adalah yang terbesar dari:

ES5 + waktu kegiatan H = 35 + 8 = 43

dengan ES5 + waktu kegiatan I = 15 + 20 = 35

dengan ES5 + waktu kegiatan J = 35 + 15 = 50

jadi waktu mulai tercepat untuk simpul 8 adalah ES8 = 50

backward pass dimulai dengan menghitung dari simpul terakhir mundur(backward) sampai

simpul awal dan digunakan untuk menghitung waktu selesai terlama (LF).

Untuk simpul (kejadian) 8:

simpul 8 adalah simpul terakhir dan besarnya waktu selesai terlama untuk simpul ini adalah sama

dengan waktu mulai tercepatnya:

LF8 = ES8 =50

Untuk simpul (kejadian) 7:

LF7 = LF8 – waktu kegiatan J

= 50 – 15 = 35

Untuk simpul (kejadian) 6:

LF6 = LF8 – waktu kegiatan I

= 50 – 20 = 30

Untuk simpul (kejadian) 5:

LS5 merupakan yang paling minimum diantara:

LF8 – waktu kegiatan H = 50 – 8 = 42

denagn LS – waktu kegiatan D2 = 35 – 0 = 35

jadi waktu selesai terlama untuk simpul 5 adalah LF5 = 35

Untuk simpul (kejadian) 4:

LF4 = LF7 – waktu kegiatan G

= 35 – 15 = 20

Untuk simpul (kejadian) 3:

LS3 merupakan yang paling minimum diantara:

LF5 – waktu kegiatan E = 35 – 27 = 8

dengan LS6 – waktu kegiatan F = 30 – 7 = 23

dengan LS4 – waktu kegiatan D1 = 20 – 0 = 20

jadi waktu selesai terlama untuk simpul 3 adalah LF3 = 8

Untuk simpul (kejadian) 2:

LF2 = LF5 – waktu kegiatan D

= 35 – 22 = 13

Untuk simpul (kejadian) 1:

LF1 = Es1 = 0

jalur kritis selanjutnya dapat ditentukan dari kejadian-kejadian yang mwmpunyai waktu

mulai tercepat (ES) yang sama dengan waktu selesai terlama (LF) yaitu pada kegiatan B, E dan J

Slack

slack atau float menunjukkan waktu suatu kegiatan yang dapat ditunda tanpa

mempegaruhi total waktu penyelesaian dari seluruh proyek. Untuk menghitung besarnya slack

masih diperlukan dua buah waktu lainnya yang berhubungan dengan masing-masing kegiatan

yaitu waktu mulai terlama (latest start time) dan waktu selesai tercepat (erliest finish time).

Waktu mulai terlama (Ls) adalah kapan paling lama suatu kegiatan dapat dimulai dan waktu

selesai tercepat (EF) menunjukkan kapan suatu kegiatan paling cepat dapat diselesaikan. LS =

LF – waktu kegiatannya dan EF = ES + waktu kegiatannya. Setelah ES, EF, LS dan LF dihitung

maka slack / float untuk masing-masing kegiatan dapat dihitung sebesar LS – ES atau LF – EF.

Besar nya ES, EF, LS, LF dan slack untuk masing-masing kegiatan proyek sebelumnya.

Kegiata

n (1)

Waktu

(2)

ES

(3)

LS

(4) =

(6) -(2)

EF

(5)=(3)+(2)

LF

(6)

Slack

(7)=(4)-

(3)

A 10 0 13-

10=3

0+10=10 13 3-0=3

B 8 0 8-8=0 0+8=8 8 0-0=0

C 12 0 20-

12=8

0+12=12 20 8-0=8

D 22 10 35-

22=12

10+22=32 35 13-10=3

E 27 8 35-

27=8

8+27=35 35 8-8=0

F 7 8 30-

7=23

8+7=15 30 23-8=15

G 15 12 35-

15=20

12+15=27 35 20-12=8

H 8 35 50-

8=42

35+8=43 50 42-35=7

I 20 15 50-

20=30

15+20=35 50 30-

15=15

J 15 35 50-

15=35

35+15=50 50 35-35=0

Jalur kritis juga dapat ditentukan dari besarnya slack yaitu untuk kegiatan-kegiatan yang

mempunyai nilai slack 0. maka jalur kritis mempunyai kegiatan-kegiatan yang tidak dapat

ditunda karena tidak mempunyai slack.

  Waktu Kegiatan Tidak Pasti

waktu masing-masing kegiatan mengandung unsur-unsur ketidakpastian. Untuk

mengestimasi waktu yang diharapkan yang mengandung unsur probabbilitas ini dapat digunakan

untuk teknik yang disebut dengan multiple-estimate approach. Pendekatan menggunakan 3

waktu yang dipakai masing-masing kegiatan yaitu:

a = waktu optimis (most optimist time) yaitu waktu paling cepat dilakukan.

b = waktu pesimis (most pessimistic time) yaitu waktu paling lama dilakukan.

m = waktu tengah-tengah (most likely time) yaitu waktu tengah-tengah yang dilakukan.

Selanjutnya waktu yang diharapkan (expected time) untuk menyelesaikan masing-masing

kegiatan dapat dihitung sebesar

karena digunakan waktu optimis dan waktu pesimis maka untuk masing-masing kegiatan

mempunyai penyimpangan standar (standar (deviation) terhadap kedua waktu ini dan dapat

dihitung sebesar:

Contoh soal :

diagram jaringan untuk suatu proyek tampak sebagai berikut :

Kegiatan ai bi mi ti=(ai+4mi+bi)/6 δi=(bi-ai)/6

A 12 18 15 (12+4x15+18)/6=15 (18-12)/6=1

B 5 13 6 (5+4x6+13)/6=7 (13-5)/6=1,333

C 8 16 9 (8+4x9+16)/6=10 (16-8)/6=1,333

D 3 3 3 (3+4x3+3)/6=3 (3-3)/6=0

E 2 10 3 (2+4x3+10)/6=4 (10-2)/6=1,333

F 1 11 3 (1+4x3+11)/6=4 (11-1)/6=1,667

perhitungan penyimpangan standar ini akan digunakan untuk menghitung probabilitas

selesainya proyek sesuai dengan waktu yang diharapkan. Waktu penyelesaian proyek tergantung

dari waktu jalur kritisnya. Oleh sebab itu, penyimpangan standar dari jalur kritis perlu dihitung.

Untuk contoh ini, jalur kritis adalah pada kegiatan A dan C. Besarnya penyimpangan standar

jalur kritis untuk kegiatan A dan C adalah sebesar :

BAB IV

MEMPERSINGKAT WAKTU PROYEK

  Terminologi Dan Rumus Perhitungan

Untuk dapat menganalisis bagaimana mempersingkat waktu proyek, perlu diketahui

bagaimana hubungan antara waktu dan biaya suatu kegiatan. Beberapa definisi yang dapat

dipakai sebagai berikut.

a.       Kurun waktu normal

Adalah kurun waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sampai selesai dengan cara

efisiensi tetapi diluar pertimbangan adanya kerja lembur dan usaha-usaha khusus lainnya, seperti

menyewa peralatan canggih.

b.      Biaya normal

Adalah biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu

normal.

c.       Kurun waktu dipersingkat (crash time)

Adalah waktu tersingkat untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang secara teknis masih mungkin.

Disini dianggap sumber daya bukan merupakan hambatan.

d.      Biaya untuk waktu dipersingkat (crash cost)

Adalah jumlah biaya langsung untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kurun waktu tersingkat.

Seandainya diketahui bentuk kurva waktu-biaya suatu kegiatan, artinya dengan mengetahui

beberapa slope atau sudut kemiringannya, maka bisa dihitung berapa besar biaya untuk

mempersingkat waktu satu hari dengan rumus :

  Tpd Dan Tdt Proyek

Karena proyek adalah kumpulan dari sejumlah kegiatan, untuk maksud tersebur maka

dimulai dengan menetukan titik awal, yaitu titik yang menunjukkan waktu dan biaya normal

proyek.

Pada setiap langkah, tambahan biaya untuk memperpendek waktu terlihat pada slope

biaya kegiatan yang dipercepat. Dengan menambahkan biaya tersebut, maka pada tiap langkah

akan dihasilkan jumlah biaya proyek yang baru sesuai dengan kurun waktunya. Titik proyek

dipersingkat (TPD) atau project crash point merupakan batas-batas maksimum waktu proyek

dapat dipersingkat. Pada TPD ini mungkin masih terdapat beberapa kegiatan komponen proyek

yang belum dipersingkat waktunya, dan bila ingin dipersingkat juga (berarti mempersingkat

waktu semua kegiatan proyek yang secara teknis dapat dipersingkat), maka akan menaikkan total

biaya proyek tanpa adanya pengurangan waktu. Titik tersebut dinamakan titik dipersingkat total

(TDT) atau crash point.

  Prosedur Mempersingkat Waktu Proyek

Dari uraian diatas, maka garis besar prosedur mempersingkat waktu adalah sebagai

berikut :

1.      Menghitung waktu penyelesaian proyek dan identifikasi float dengan CPM/ PERT/ PDM.

2.      Menentukan biaya normal masing-masing kegiatan.

3.      Menentukan biaya dipercepat masing-masing kegiatan.

4.      Mentukan slope biaya masing-masing komponen kegiatan.

5.      Mempersingkat kurun waktu kegiatan, dimulai kegiatan kritis yang mempunyai slope biaya

terendah.

6.      Setiap kali selesai mempercepat kegiatan, teliti kemungkinan adanya float yang mungkin dapat

dipakai untuk mengulur waktu kegiatan yang bersangkutan untuk memperkecil biaya.

7.      Bila dalam proses mempercepat waktu proyek terbentuk jalur kritis baru, maka percepat

kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai kombinasi slope biaya terendah.

8.      Meneruskan mempersingkat waktu kegiatan sampai titik TPD.

9.      Buat tebulasi biaya versus waktu, gambarkan dalam grafik dan hubungkan titik normal (biaya

dan waktu normal), titik-titik yang terbentuk setiap kali mempersingkat kegiatan sampai dengan

titik-titik TPD.

10.  Hitung biaya tidak langsung proyek, dan gambarkan pada kertas grafik.

11.  Jumlahkan biaya langsung dan tak langsung untuk mencari biaya total sebelum kurun waktu

diinginkan.

12.  Periksa pada grafik biaya total untuk mencapai waktu optimal, yaitu kurun waktu penyelesaian

proyek dengan biaya terendah.

DAFTAR PUSTAKA

Leedy, Paul.D., Jeanne.E. Ormrod. Practical Research: Planning and Design aResearch Edisi 8 [2005]. Ohio : Pearson Merrill Prentice Hall.

JCU Study Skills Online.“Learning Resources: Essay Writing”. James Cook University. http://www.jcu.edu.au/studying/services/studyskills/writing/index.html.

16/01/08“Writing a Research Paper”. Purdue University.

http://owl.english.purdue.edu/workshops/hypertext/ResearchW/index.html,16/02/08.

http://adie-konoe.blogspot.com/2011/03/pengertian-riset-dalam-arti-lain.html#ixzz25bFsDgaK