BAB I
description
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
Riset dan tekologi merupakan gabungan dari kata riset dan teknologi yang memiliki arti
bahwa riset adalah penelitian dan teknologi mengaplikasikan penelitian kedalam teknologi yang
berbasis era-modern pada zaman sekrang ini.
Riset berasal dari bahasa Inggris, research, menurut The Advanced Learner’s Dictionary of
Current English (1961) ialah penyelidikan atau pencarian yang seksama untuk memperoleh fakta
baru dalam cabang ilmu pengetahuan. Menurut Fellin, Tripodi dan Meyer (1969) riset adalah
suatu cara sistematik untuk maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan
pengetahuan yang dapat disampaikan (dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti
lain.
Kata penelitian dalam Bahasa Inggris adalah Research. Dari kata ini kita membuat
istilah Riset dalam Bahasa Indonesia. Kata research sering digunakan untuk mewakili
serangkaian kegiatan atau untuk mengartikan sesuatu yang kurang tepat sehingga perlu
diluruskan terlebih dahulu. Untuk memahami apa itu riset atau penelitian, kita perlu tahu apa
yang bukan dikatagorikan riset dan apa karakteristik riset.
Apa yang Bukan Riset
1. Bukan hanya mengumpulkan informasi tentang sesuatu atau beberapa hal. Ini namanya
pencarian informasi (information discovery)
2. Bukan memindahkan fakta dari satu lokasi ke lokasi lain, dengan menghilangkan inti dari riset
yaitu: intepretasi data. Misalnya seorang mahasiswa membuat tulisan tentang Teknologi
Pendeteksi Gempa Bumi yang membutuhkan sumber informasi dari berbagai macam sumber dan
format. Namun demikian karena sifatnya mengkoleksi data, informasi dari berbagai sumber dan
kemudian menyusunnya menjadi sebuah tulisan tanpa intepretasi data, maka kegiatan yang
menghasilkan tulisan ini bukanlah riset.
3. Bukan mencari informasi tertentu secara acak. Misalnya kita ingin membeli rumah, kemudian
kita mencari informasiinformasi tentang rumah-rumah yang setipe, harga yang mendekati, lokasi
yang bervariasi dan model-model yang ditawarkan melalui brosur-brosur perumahan untuk
menentukan rumah yang seperti apa yang kita inginkan, sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan 4. Bukan sekedar istilah untuk menarik perhatian. Beberapa iklan produk
menggunakan kata “riset” untuk menarik perhatian konsumen dan meyakinkan konsumen bahwa
produk mereka bermutu.
Karakteristik Riset
Jika riset bukanlah 4 hal di atas maka apakah riset itu? Riset adalah proses
mengumpulkan, menganalisis, dan menerjemahkan informasi atau data secara sistematis untuk
menambah pemahaman kita terhadap suatu fenomena tertentu yang menarik perhatian kita.
Sekalipun kegiatan ini dapat saja terjadi untuk hal sehari-hari, tapi kita fokuskan pada FORMAL
RESEARCH yaitu riset yang ditujukan untuk menambah pemahaman kita terhadap suatu
fenomena dan untuk dikomunikasikan kepada komunitas (dipublikasikan).
Menurut Paul Leedy dalam Practical Research, ada 8 karakteristik riset:
1. Riset berasal dari satu pertanyaan atau masalah: dengan menanyakan pertanyaan kita sedang
berupaya untuk stimulasi dimulainya proses penelitian. Sumber pertanyaan dapat berasal dari
sekitar kita.
2. Riset membutuhkan tujuan yang jelas : pernyataan tujuan ini menjawab pertanyaan : “ Masalah
apa yang akan diselesaikan/dipecahkan?” tujuan adalah pernyataan permasalahan yang akan
dipecahkan dalam riset.
3. Riset membutuhkan rencana spesifik: untuk melakukan penelitian rencana kegiatan disusun.
Selain menetapkan tujuan dari riset, kita harus menetapkan juga bagaimana mencapai tujuan
tersebut. Beberapa hal yang perlu diputuskan misalnya: dimana mendapatkan data? Bagaimana
mengumpulkan data tersebut? Apakah data yang ada berelasi dengan permasalahan yang
ditetapkan dalam riset?
4. Riset biasanya membagi masalah prinsip menjadi beberapa sub masalah : untuk mempermudah
menjawab permasalahan, biasanya masalah yang prinsip dibagi menjadi beberapa sub masalah.
Masalah :
Kompresi data dengan algoritma substitution Sub-masalah:
bagaimana melakukan kompresi data pada file teks hingga hasil
kompresi 30% dari file asli?
bagaimana melakukan dekompresi pada file teks tanpa
mengubah isi?
5. Riset dilakukan berdasarkan masalah, pertanyaan atau hipotesis riset yang spesifik: Hipotesis
adalah asumsi atau dugaan yang logis yang memberikan jawaban sementara tentang
permasalahan riset berdasarkan penyelidikan awal. Hipotesis mengarahkan kita ke sumber-
sumber informasi yang membantu kita untuk menyelesaikan dan menjawab permasalahan riset
yang sudah ditetapkan. Hipotesis bisa lebih dari satu. Hipotesis mempunyai kemungkinan
didukung atau tidak didukung oleh data. Jika suatu hipotesis tidak didukung oleh data, maka
hipotesis itu
6. Riset mengakui asumsi-asumi: Dalam riset, asumsi merupakan hal penting untuk ditetapkan.
Asumsi adalah kondisi yang ditetapkan sehingga jangkauan riset jelas batasnya. Asumsi juga
bisa merupakan batasan sistem di mana kita melakukan riset.
7. Riset membutuhkan data dan intepretasi data untuk menyelesaikan masalah yang mendasari
adanya riset: Pentingnya data bergantung pada bagaimana peneliti memberi arti dan menarik inti
sari dari data-data yang tersedia. Di dalam riset data yang tidak diintepretasikan/diterjemahkan
tidak berarti apapun.
8. Riset bersifat siklus: siklus dari riset dapat digambarkan seperti
pada Gambar 1.1.
Untuk memulai suatu penelitian, permasalahan yang akan dipecahkan perlu ditemukan
lebih dahulu. Beberapa hal yang membantu penemuan tersebut adalah: membaca artikel
jurnaljurnal ilmiah pada bidang yang diminati. Dengan membaca beberapa artikel jurnal yang
memuat permasalahan dan pemecahannya diharapkan ada stimulasi dari pembacaan tersebut
untuk menimbulkan ide-ide lain yang layak untuk diteliti. Permasalahan sebagai Inti Riset Pada
dasarnya riset dapat dikatagorikan menjadi dua jenis:
1. basic research/penelitian dasar mengembangkan suatu teori atau konsep dalam bidang tertentu
2. applied research/penelitian terapan berkaitan dengan suatu penerapan teori untuk mendapatkan
perbandingan, hasil kinerja atau menghasilkan suatu produk yang membantu manusia. dalam
kedua jenis riset tersebut, adalah penting untuk menentukan permasalahan yang akan dibahas
dan diselesaikan. Permasalahan tersebut biasanya berupa pertanyaaan yang jawabannya
memberikan hal baru yang berbeda dan permasalahan tersebut mengembangkan pengetahuan
tentang sesuatu misalnya cara berpikir yang baru tentang sesuatu, kemungkin baru dalam
penerapan atau membuka jalan bagi penelitian selanjutnya. Permasalahan untuk riset haruslah
mengandung interpretasi data yang merupakan hasil pemikiran si peneliti dalam mencari
jawaban dari permasalahan dalam penelitiannya.
Untuk memastikan bahwa permasalahan tersebut mengandung interpretasi data pastikan hindari
situasi di bawah ini:
1) pengumpulan informasi untuk memperdalam pemahaman kita terhadap sesuatu. Misalnya suatu
riset untuk mengetahui lebih dalam tentang cara kerja router.
2) perbandingan antara dua kumpulan data. Misalnya membandingkan jumlah mahasiswa baru di
beberapa PTS di Yogya pasca gempa.
3) memanfaatkan komputer sebagai kalkulator besar tanpa disertai analisis atau interpretasi data.
Misalnya menggunakan computer untuk menghitung sekumpulan data dengan rumus ABC.
4) permasalahan yang langsung dapat dijawab dengan “YA” atau “TIDAK”. Misalnya: Apakah
koneksi jaringan dengan kabel fiber optic lebih cepat dari pada kabel UTP? Permasalahan yang
tidak memenuhi syarat hanya akan menghasilkan penelitian yang tidak memenuhi standar
penelitian. Jika demikian maka penelitian tersebut adalah pekerjaan yang sia-sia.
Tipe Karya Ilmiah
Berikut ini beberapa tipe karya ilmiah :
Analisis melihat apa yang dibalik permukaan materi: melihat hubungan antar bagian
dan keseluruhan, mengenali hubungan antara sebab-akibat, mencari hal-hal penting,
mempertanyakan suatu validitas. Kata tanya yang digunakan
Bagaimana, atau APA.Kalimat tanya yang dibentuk bukanlah kalimat tanya yang
tertutup atau hanya membutuhkan jawaban “ya” atau “tidak”. Kalimat tanya yang dibentuk
membutuhkan penjabaran dalam menjawabnya. Penjabaran itulah yang kemudian menjadi karya
ilmiah yang disusun dalam bab-bab yang berurutan dan saling berhubungan.
Contoh rumusan masalah :
Bagaimana Metadata Dublin Core yang memiliki 15 elemen mampu mengklasifikasikan
informasi berbentuk image, audio dan video?
Bagaimana data ciri khas masing-masing informasi tersebut dapat diadaptasi oleh Metadata
Dublin Core?
Apa faktor-faktor dalam metode Winter yang menyebabkan perubahan nilai produksi barang
tertentu?
Bagaimana menghasilkan trend prestasi akademik dari setiap angkatan mahasiswa berdasarkan
hasil test masuk?
PERBANDINGAN berarti mencari perbedaan dan persamaan. Aspek yang dibandingkan
disiapkan dan digunakan untuk menyusun penulisan.
Contoh :
Bandingkan performa akses ke digital library dengan repository terpusat di satu server dengan
kapasitas besar, dengan akses ke digital library dengan repository terdistribusi dengan kapasitas
sedang. Perbandingan yang dapat dilihat dari kecepatan akses, macam standar yang diperlukan,
prosedur update data, prosedur pemeliharaan, keamanan data dll.
Bandingkan alternatif pendukung keputusan tentang banyak barang yang diproduksi berdasarkan
metode X dan metode Y dengan parameter jenis barang, dan jumlah barang.
Bandingkan ketepatan dokumen hasil pencarian dengan metode X dan Y berdasarkan faktor-
faktor: jumlah istilah, bobot istilah dan kecepatan proses.
Argumentasi (setuju atau tidak setuju) meminta kita berada di satu sisi berdasarkan analisis dari
bukti-bukti yang kuat dan alasan yang jelas dan dapat diterima. Pada dasarnya hanya ada dua tipe
dari 3 tipe yang dijelaskan di atas yaitu tipe analisis dan argumentasi. Tipe perbandingan
termasuk dalam tipe analisis karena melakukan analisis terhadap 2 hal yang dibandingkan.
Ciri-ciri riset adalah sebagai berikut, yaitu bahwa riset: (Abisujak, 1981)
Dilakukan dengan cara-cara yang sistematik dan seksama.
Bertujuan meningkatkan, memdofikasi dan mengembangkan pengetahuan (menambah
perbendaharaan ilmu pengetahuan)
dilakukan melalui pencarian fakta yang nyata
dapat disampaikan (dikomunikasikan) oleh peneliti lain
dapat diuji kebenarannya (diverifikasi) oleh peneliti lain
Dalam bahasa Indonesia, padanan kata riset sering digunakan istilah “penelitian”. Penelitian
didefinisikan sebagai: “Suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan, dan usaha-usaha itu dilakukan dengan metode ilmiah” (Sutrisno
Hadi, 2001). Pelajaran yang membicarakan metode-metode ilmiah mengenai penelitian disebut
metode penelitian atau research methodology. Metode ilmiah pertama kali dikenalkan oleh John
Dewey untuk memecahkan masalah. John Dewey di dalam bukunya How We Think (1910)
mengatakan bahwa langkah-langkah pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut:
Merasakan adanya suatu masalah atau kesulitan, dan masalah atau kesulitan ini mendorong
perlunya pemecahan.
Merumuskan dan atau membatasi masalah/kesulitan tersebut. Di dalam hal ini diperlukan
observasi untuk mengumpulkan fakta yang berhubungan dengan masalah itu.
Mencoba mengajukan pemecahan masalah/ kesulitan tersebut dalam bentuk hipotesis-hipotesis.
Hipotesis-hipotesis ini adalah merupakan pernyataan yang didasarkan pada suatu pemikiran atau
generalisasi untuk menjelaskan fakta tentang penyebab masalah tersebut.
Merumuskan alasan-alasan dan akibat dari hipotesis yang dirumuskan secara deduktif.
Menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan, dengan berdasarkan fakta-fakta yang dikumpulkan
melalui penyelidikan atau penelitian. Hasil penelitian ini bisa menguatkan hipotesis dalam arti
hipotesis diterima, dan dapat pula memperlemah hipotesis, dalam arti hipotesis ditolak. Dari
langkah terakhir ini selanjutnya dapat dirumuskan pemecahan masalah yang telah dirumuskan
tersebut.
Kriteria Metode Ilmiah (Notoaatmodjo, 2002)
a) Berdasarkan fakta
b) bebas dari prasangka
c) Menggunakan prinsip analisis
d) Menggunakan hipotesis
e) Menggunakan ukuran objektif
Langkah-Langkah Umum Metode Ilmiah (Notoatmodjo, 2002)
a. Memilih dan atau mengidentifikasi masalah
b. Menetapkan tujuan penelitian
c. Studi literature
d. Merumuskan kerangka konsep penelitian
e. Merumuskan hipotesis
f. Merumuskan metode penelitian
g. Pengumpulan data
h. Mengolah dan menganalisis data
i. Membuat laporan
Tujuan Dilakukan Penelitian (Sutrisno Hadi, 2001)
1. Menemukan pengetahuan
2. Mengembangkan pengetahuan
3. Menguji kebenaran suatu pengetahuan
Implikasi Riset
Hasil suatu riset disebut penemuan (findings) yang berbentuk kesimpulan dan
rekomendasi. Hal ini berarti hasil tersebut akan berguna bagi berbagai pihak (Abisujak, 1981):
bagi ilmu pengetahuan sendiri sesuai dengan tujuan pengembangan pengetahuan.
bagi orang-orang yang berminat untuk menerapkan hasil-hasil yang telah dirumuskan untuk
maksud pelayanan/operasional atau perencanaan suatu program.
bagi orang-orang yang bermaksud mengadakan penelitian yang sama dengan populasi atau objek
lain atau penelitian lanjutan.
Oleh karena itu suatu karya riset harus memenuhi kriteria berikut, yaitu: jelas, terbuka, jujur dan
sistematik, atau dengan perkataan lain dapat dilaksanakan kembali oleh orang lain dengan cara-
cara yang sama (reproducable), kecuali riset yang bersifat rahasia. Landasan riset pada dasarnya
ialah ilmu pengetahuan (science), dan ilmu pengetahuan itu sendiri dikembangkan melalui riset.
Jadi, terdapat kaitan yang erat antara riset dan ilmu pengetahuan
Langkah-Langkah Penelitian (Suryabrata, 1989)
A. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah Penelitian
Identifikasi masalah penelitian
Sumber:
Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian
Seminar, diskusi, konferensi dan lain-lain pertemuan ilmiah
Pernyataan pemegang otoritas
Pengamatan selintas
Pengalaman pribadi
Perasaan intuitif
Pemilihan masalah penelitianPertimbangan:
Pertimbangan dari arah masalahnya
Pertimbangan dari arah calon peneliti
Perumusan masalah penelitian
Perumusan hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya
Rumusan hendaklah padat dan jelas
Rumusan itu hendaknya memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan dat guna
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu
Penelaahan Kepustakaan
1) Penelaahan sumber-sumber yang berupa buku
2) Pemilihan berdasarkan pada prinsip:
a) Relevansi
b) Kemutakhiran (kecuali studi sejarah)
Penelaahan sumber-sumber yang berupa laporan hasil penelitian Penilikan berdasarkan atas
prinsip
a) Relevansi
b) Kemutakhiran
c) Bobot
B. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis hendaklah mempertimbangkan:
a. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih
b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat
d. Hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkin mengumpulkan data menguji
kebenaran hipotesis itu
Secara garis besar dapat dibedakan:
1)Hipotesis tentang hubungan
2)Hipotesis tentang perbedaan
D. Identifikasi, Klasifikasi dan Pendefinisian Variabel
1. Mengidentifikasi variabel.
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor-
faktor yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti
2. Mengklarifikasi variable
Berdasarkan proses kauantifikasinya, variabel digolongkan menjadi:
Variabel nominal
Variabel ordinal
Variabel interval
Variabel rasio
Berdasarkan atas fungsinya dalam penelitian variabel dibedakan menjadi:
Variabel tergantung
Variabel bebas
Variabel moderator
Variabel kendali
Variabel rambang
3. Merumuskan definisi operasional variabel-variabel
Definisi operasional dirumuskan berdasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat
diamati (diobservasi)
a) Yang berdasar atas kegiatan-kegiatan (operations) yang harus dilakukan agar yang didefinisikan
itu terjadi
b) Yang berdasar atas bagaimana hal yang didefinisikan itu nampaknya (seringkali menunjuk
kepada alat pengambil datanya)
E. Pemilihan atau Pengembangan Alat Pengambil Data
Alat pengambil data harus memenuhi syarat-syarat:
1. Validitas
2. Reliabilitas
a) Penyusunan rancangan penelitian
b) G.Penentuan sampel
c) H.Pengumpulan data
d) I.Pengolahan dan analisis data
e) J.Interpretasi hasil analisis
f) K. Penyusunan laporan
BAB II
DEFINISI RISET
Riset banyak diterjemahkan secara langsung sebagai penelitian. Tidak ada yang salah
dengan pemahaman ini. Akan tetapi definisi ini tidak menggerakkan orang untuk melakukan
suatu pekerjaan riset dan tidak mendorong semangat untuk melakukannya. Terbayang dalam
benak kebanyakkan orang jika mendengar kata riset adalah hal yang berkaitan dengan teknologi
tinggi, dana yang mahal, dlsb. Bagi saya riset adalah USAHA UNTUK MEMECAHKAN
MASALAH. Menjawab pertanyaan "Why" dan "How".
Dengan pengertian ini ada semacam cambuk untuk maju terus dalam melakukan riset.
Indonesia tidak kekurang masalah yang harus dipecahkan. Dengan kemampuan dana dan
penguasaan teknologi yang tidak terlalu tinggi seharusnya tidak menghambat orang untuk tidak
mengembangkan dan melakukan riset. Ini juga diartikan bahwa masalah dana dan teknologi
adalah bagian dari riset itu sendiri. Dengan demikian kita bisa melakukan tindakan yang
progresif dengan menghindari lingkaran setan (saya menyebutnya lingkaran kebodohan, karena
kita bodoh tidak mampu keluar dari lingkaran tersebut) antara teknologi, dana dan riset. Karena
banyak yang mengatakan riset membutuhkan teknologi, teknologi membutuhkan dana dan dana
akan datang dari hasil kita melakukan penelitian yang bisa menghasilkan produk yang bisa
dijual.
Cara Kerja Riset
Cara kerja riset sama dengan cara kerja ilmu pengetahuan dan teknologi itu dibangun. Ilmu
dan teknologi sebenarnya adalah kumpulan pengetahuan yang dikumpulkan secara bertahap dan
disusun secara sistematis. Dengan definisi ini kita harus menghindarkan diri dari pendapat bahwa
hanya orang jenius dan pandai saja yang bisa melakukan riset. Jarang sekali kita bisa
mendapatkan para jenius dan jarang ada orang yang sekaliber Einstein di dunia ini. Tapi tanpa
orang sekaliber Einstein pun ilmu pengetahuan di dunia ini tetap berkembang dan maju. Ini
sekali lagi karena banyak orang memberikan kontribusinya.
Pasar Riset
Untuk berkembang dan bertahan lama, riset juga membutuhkan pasar yang menyerap
hasil-hasilnya. Banyak yang berpikiran ini berkaitan langsung dengan produk-produk komersial
yang dihasilkan riset. Akan tetapi pasar yang besar bagi riset sebenarnya adalah masyarakat yang
berfikir secara ilmiah (mungkin definisi ini terlalu abstrak). Dalam pengertian yang lebih
sederhana riset akan dipakai oleh banyak orang jika komponen masyarakat ( birokrat, ekonom,
engineer, politisi, wartawan, orang biasa) dalam mengambil keputusan selalu berdasarkan pada
data, fakta yang sudah teruji, fakta ilmiah atau setidaknya logika yang solid. Jika masyarakat dan
komponen didalamnya masih hanya menggunakan insting, emosi, tradisi semata, dlsb, riset tidak
akan mendapat tempat dan dipakai dalam tindakan sehari-hari.
Dengan tiga pemahaman seperti yang saya catat diatas barangkali kita bisa mengharapkan
perkembangan riset yang baik di Indonesia yang mampu membawa perbaikan dan perubahan
yang cepat di masyarakat.
Read more:
BAB III
PERSEDIAAN
Persediaan merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam
proses dan barang jadi.
Inventory dan Klasifikasinya
Inventory meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan
tujuan untuk dijual kembali atau dikomsumsikan dalam siklus operasi normal perusahaan
sebagai barang yang dimiliki untuk dijual atau diasumsikan untuk dimasa yang akan datang,
semua barang yang berwujud dapat disebut sebagai inventory, tergantung dari sifat dan jenis
usaha perusahaan.
Menurut Koher,Eric L.A. Inventory adalah : " Bahan baku dan penolong, barang jadi dan
barang dalam proses produksi dana barang-barang yang tersedia, yang dimiliki dalam
perjalanan dalam tempat penyimpanan atau konsinyasikan kepada pihak lain pada akhir
periode".
Secara umum pengertian Inventory adalah merupakan suatu aset yang ada dalam bentuk
barang-barang yang dimiliki untuk dijual dalam operasi perusahaan maupun barang-barang yang
sedang di dalam proses pembuatan. Diantara pengertian diatas maka inventory dapat
diklasifikasikan yang ditentukan oleh perusahaan, apabila jenis perusahaan yang membeli barang
akan dijual lagi, maka klasifikasi hanya ada satu macam saja persedian barang dagangan.
Sedangkan bila jenis perusahaan adalah pabrikasi yaitu perusahaan yang mengolah bahan
mentah menjadi bahan jadi.
Klasifikasi Inventori
Ada beberapa macam klasifikasi inventori, menurut Dobler at al, ada beberapa klasifikasi
inventori yang digunakan oleh perusahaan, antara lain :
Inventori ProduksiYang termasuk dalam klasifikasi invetori produksi adalah bahan baku dan
bahan-bahan lain yang digunakan dalam proses produksi dan merupakan bagian dari produk.
Bisa terdiri dari dua tipe yaitu item spesial yang dibuat khusus untuk spesifikasi perusahaan dan
item standart produksi yang dibeli secara off-the-self.
Inventori MRO (Maintaintenance, Repair, and Operating supplies) Yang termasuk dalam
katagori ini adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi namun tidak
merupakan bagian dari produk. Seperti pelumas dan pembersih.
Inventori In-Process Yang termasuk dalam katagori inventori ini adalah produk setengah jadi.
Produk yang termasuk dalam katagori inventori ini bisa ditemukan dalam berbagai proses
produksi.
Inventori Finished-goods Semua produk jadi yang siap untuk dipasarkan termasuk
dalam katagori inventori finished goods. PT XYZ adalah sebuah swalayan yang menjual
produkproduk yang siap untuk dipakai. Tidak ada proses pengolahan yang ada disana, sehingga
semua inventori yang dimilikinya termasuk dalam katagori ini. Setelah diperhatikan definisi
inventory diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persediaan bahan baku adalah
barang-barang berwujud yang dimiliki dengan tujuan untuk diproses menjadi barang jadi.
Barang ini dihasilkan sendiri dan dibeli dari perusahaan lain yang merupakan produk
akhir dari perusahaan itu sendiri, barang ini merupakan bahan utama dalam menghasilkan
produk akhir, persediaan barang penolong atau pembantu adalah bahan-bahan yang diperlukan
untuk menghasilkan produk akhir, tapi tidak secara langsung ikut serta dalam hasil produk akhir.
Persediaan barang dagangan adalah barang-barang yang dibeli dan dimiliki oleh perusahaan
dagang untuk dijual kembali. Salah satu perlunya inventory dilaksanakan dengan baik yaitu
mengetahui secaraa pasti harga pokok dari barang-barang dagangan yang terjual. Disamping itu
untuk menjamin lancarnya arus lintas barang maka perlu diadakan pencatatan terhadap segala
penerimaan barang yang berasal dari supplier,barang yang dipesan oleh langganan, barang yang
terjual, barang yang dikembalikan oleh langganan dan penyesuaian-penyesuaian (adjusment)
terhadap barang.
Atas dasar pencatatan tersebut nantinya dapat diketahui antara lain barang mana yang
banyak tertimbun (over stock) barang mana yang harusdipesan kembali kepada supplier karena
persediannya sudah menipis, apabila jadi pemesanan barang kepada supplier, maka pemesanan
ini perlu pula dicatat untuk mendapatkan informasi tentang inventory yang lengkap, bila segala
transaksi yang disebut diatas tidak dicatat dengan baik maka akan menemui kesulitan untuk
mengetahui keadaan inventory secara pasti pada suatu saat misalnya kesulitan untuk mengetahui
berapa jumlah persedian barang yang ada dan yang sudah dipasarkan serta jumlah barang yang
sudah dipesan oleh langganan (Quantity Committed) dan berapa jumlah barang yang dipesan
kepada supplier (Quantity Sold) dan informasi penting lainnya. Mengurangi inventori barang.
Inventori merupakan aset perusahaan yang berkisar antara 30%-40% sedangkan biaya
penyimpanan barang berkisar 20%-40% dari nilai barang yang disimpan.
Alasan Memiliki Persediaan
Laba yang maksimal dapat dicapai dengan meminimalkan biaya yang berkaitan dengan
persediaan. Namun meminimalkan biaya persiapan dapat dicapai dengan memesan atau
memproduksi dalam jumlah yang kecil, sedangkan untuk meminimalkan biaya pemesanan dapat
dicapai dengan melakukan pesanan yang besar dan jarang. Jadi meminimalkan biaya
penyimpanan mendorong jumlah persediaan yang sedikit atau tidak ada, sedangkan
meminimalkan biaya pemesanan harus dilakukan dengan melakukan pemesanan ,persediaan
dalam jumlah yang relatif besar, sehingga mendorong jumlah persediaan yang besar. Alasan
yang kedua yang mendorong perusahaan menyimpan persediaan dalam jumlah yang relative
besar adalah masalah ketidakpastian permintaan. Jika permintaan akan bahan atau produk lebih
besar dari yang diperkirakan, maka persediaan dapat berfungsi sebagai penyangga, yang
memberikan perusahaan kemampuan untuk memenuhi tanggal penyerahan sehingga pelanggan
merasa puas. Secara umum alasan untuk memiliki persediaan adalah sebagai berikut :
1. Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya penyimpanan.
2. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal pengiriman.
3. Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat :
a. Kerusakan mesin
b. Kerusakan komponen
c. Tidak tersedianya komponen
d. Pengiriman komponen yang terlambat
4. Untuk menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan.
5. Untuk memanfaatkan diskon
6. Untuk menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang.
Elemen Harga Pokok Bahan Baku
Terdapat empat kelompok biaya yang mempengaruhi harga pokok persediaan bahan baku, yaitu :
1. Harga Faktur. Harga faktur adalah harga yang disetujui antara perusahaan dengan pemasoknya.
Potongan pembelian akan mengurangi harga faktur, sedangkan biaya angkut yang ditanggung
perusahaan diperlakukan sebagai tambahan harga faktur.
2. Biaya Pemesan Bahan Baku. Biaya ini disebut juga procurement cost atau ordering cost yaitu
biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan pembelian bahan baku. Biaya ini dikelompokkan
menjadi 2 yaitu :
a. Biaya Pemesan Tetap
b. Biaya Pemesan Variabel
3. Biaya Penyimpan Bahan Baku. Biaya ini disebut juga storage cost atau carrying cost yaitu biaya
yang dikeluarkan dalam melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan agar siap dipakai di dalam
kegiatan produksi.
Biaya ini dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Biaya Penyimpanan Tetap
b. BiayaPenyimpanan Variabel
4. Biaya Ketidakcukupan Persediaan. Biaya ini timbul akibat adanya persediaan bahan baku yang
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi. Biaya ini meliputi : kerugian hilangnya
penjualan, tambahan biaya angkut karena dibeli secara mendadak, tuntutan dari pelanggan
karena keterlambatan, dan tambahan biaya karena tidak teraturnya proses produksi.
Pengendalian persediaan: aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang
dikehendaki. Pada produk barang, pengendalian persediaan ditekankan pada pengendalian
material. Pada produk jasa, pengendalian diutamakan sedikit pada material dan banyak pada jasa
pasokan karena konsumsi sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa sehingga tidak
memerlukan persediaan.
Akibat kelebihan persediaan:
Beban bunga meningkat
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan
Resiko rusak
Kualitas menurun.
Akibat kekurangan persediaan:
Proses produksi terganggu
Ada kapasitas mesin yang tidak terpakai
Pesanan tidak dapat terpenuhi.
Jenis – jenis persediaan :
Bahan mentah
Barang dalam proses
Barang jadi
Safety stock
Merupakan persediaan minimal yang harus ada agar perusahaan dapat berjalan normal.
Semakin besar safery stock maka perusahaan kemungkinan khabisan persedian akna semakin
kecil. Safety stock adalah istilah yang digunakan oleh spesialis persediaan untuk
menggambarkan tingkat stok tambahan yang dipertahankan di bawah siklus saham untuk
penyangga terhadap stockouts. Safety Stock (juga disebut Buffer Stock) ada untuk menghadapi
ketidakpastian dalam penawaran dan permintaan. Safety stock didefinisikan sebagai unit
tambahan persediaan dibawa sebagai perlindungan terhadap kemungkinan stockouts (kekurangan
bahan baku atau kemasan). Dengan memiliki jumlah yang memadai safety stock di tangan,
sebuah perusahaan dapat memenuhi permintaan penjualan yang melebihi perkiraan permintaan
mereka tanpa mengubah rencana produksi mereka. [1] Hal ini diadakan ketika suatu organisasi
tidak dapat secara akurat memprediksi permintaan dan / atau tenggang waktu untuk produk. Ini
berfungsi sebagai asuransi terhadap stockouts. Dengan produk baru, safety stock dapat
dimanfaatkan sebagai alat strategis sampai perusahaan dapat menilai seberapa akurat ramalan
mereka adalah setelah beberapa tahun pertama, terutama bila digunakan dengan perencanaan
kebutuhan material worksheet. Yang kurang akurat peramalan, yang lebih safety stock
diperlukan. Dengan perencanaan kebutuhan material (MRP) lembar sebuah perusahaan dapat
menilai berapa banyak mereka akan perlu untuk memproduksi untuk memenuhi permintaan
penjualan diperkirakan tanpa mengandalkan safety stock. Namun, strategi yang umum adalah
untuk mencoba dan mengurangi tingkat persediaan pengaman untuk membantu menjaga biaya
persediaan rendah sekali permintaan produk menjadi lebih diprediksi. Ini dapat sangat penting
bagi perusahaan dengan keuangan yang lebih kecil bantal atau mereka yang berusaha untuk
berjalan di lean manufacturing, yang bertujuan untuk menghilangkan pemborosan seluruh proses
produksi.
Jumlah safety stock sebuah organisasi memilih untuk terus di tangan dapat secara
dramatis mempengaruhi bisnis mereka. Terlalu banyak safety stock dapat mengakibatkan biaya
tinggi memegang persediaan. Selain itu, produk yang disimpan terlalu lama dapat merusak,
kedaluwarsa, atau istirahat selama proses pergudangan. Terlalu sedikit safety stock dapat
mengakibatkan kehilangan penjualan dan, dengan demikian, yang lebih tinggi tingkat perputaran
pelanggan. Akibatnya, menemukan keseimbangan yang tepat antara terlalu banyak dan terlalu
sedikit safety stock adalah sangat penting.
Alasan Pengelolaan Persediaan
1. Persediaan merupakan investasi yang membutuhkan modal besar.
2. Mempengaruhi pelayanan ke pelanggan.
3. Mempunyai pengaruh pada fungsi operasi, pemasaran, dan fungsi keuangan
Jenis Persediaan
1. Persediaan barang jadi biasanya tergantung pada permintaan pasar (independent demand
inventory)
2. Persediaan barang setengah jadi dan bahan mentah ditentukan oleh tuntutan proses produksi dan
bukan pada keinginan pasar (dependent demand inventory).
Aliran Material
Kapasitas VS Persediaan
Kapasitas: merupakan kemampuan untuk menghasilkan produk
Persediaan: semua persediaan material yang ditempatkan di sepanjang jaringan proses produksi
dan jalur distribusi.
Tujuan Persediaan
1. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian (mis: safety stock)
2. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian
3. Untuk mengantisipasi perubahan pada permintaan dan penawaran.
Hal-Hal Yang di Pertimbangkan
1. Struktur biaya persediaan.
a. Biaya per unit (item cost)
b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
Biaya pengiriman pemesanan
Biaya transportasi
Biaya penerimaan (Receiving cost)
Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost): surat menyurat dan biaya
untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.
c. Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)
Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan
digunakan untuk investasi (Cost of capital).
Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage). Biaya ini berubah sesuai
dengan nilai persediaan.
d. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss).
e. Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)
2. Penentuan berapa besar dan kapan pemesanan harus dilakukan.
Metode Manajemen Persediaan
a) METODA EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)
b) METODA SISTEM PEMERIKSAAN TERUS MENERUS (CONTINUOUS REVIEW SYSTEM)
c) METODA SISTEM PEMERIKSAAN PERIODIK (PERIODIC REVIEW SYSTEM)
d) METODA HYBRID
e) METODA ABC
BAB IV
METODA EOQ
Asumsi:
1. Kecepatan permintaan tetap dan terus menerus.
1. Waktu antara pemesanan sampai dengan pesanan dating (lead time) harus tetap.
2. Tidak pernah ada kejadian persediaan habis atau stock out.
3. Material dipesan dalam paket atau lot dan pesanan dating pada waktu yang bersamaan dan tetap
dalam bentuk paket.
4. Harga per unit tetap dan tidak ada pengurangan harga walaupun pembelian dalam jumlah
volume yang besar.
5. Besar carrying cost tergantung secara garis lurus dengan rata-rata jumlah persediaan.
6. Besar ordering cost atau set up cost tetap untuk setiap lot yang dipesan dan tidak tergantung
pada jumlah item pada setiap lot.
7. Item adalah produk satu macam dan tidak ada hubungan dengan produk lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menghitung EOQ:
D : Besar laju permintaan (demand rate) dalam unit per tahun.
S : Biaya setiap kali pemesanan (ordering cost) dalam rupiah per pesanan
C : Biaya per unit dalam rupiah per unit
I : Biaya pengelolaan (carrying cost) adalah persentase terhadap nilai persediaan per tahun.
Q : Ukuran paket pesanan (lot size) dalam unit
TC : Biaya total persediaan dalam rupiah per tahun. Biaya pemesanan per tahun (Ordering cost):
OC = S (D/Q)
Biaya pengelolaan persediaan per tahun (Carrying cost)
CC = ic (Q/2)
Reorder Point
Merupakan suatu analisa untuk menentukan kapan harus melakukan pemesanan kembali.
Mana rumus itu berasal dari tidak penting, tapi melihat implikasi untuk safety stock:
Apa yang terjadi jika lead time adalah konstan?
Apa yang terjadi jika tingkat permintaan konstan?
Apa yang terjadi jika keduanya konstan?
Jika Anda ingin mengurangi jumlah safety stock yang Anda pegang, apa yang merupakan
pilihan terbaik anda ?
Menyusun ulang titik penambahan saham terjadi ketika tingkat persediaan turun ke nol.
Mengingat pengisian saham sesaat tingkat persediaan melompat ke tingkat yang asli dari tingkat
nol. Dalam situasi kehidupan nyata kita tidak pernah bertemu dengan seorang nol lead time.
Selalu ada tenggang waktu dari tanggal menempatkan pesanan untuk bahan dan tanggal bahan
yang diterima. Akibatnya, titik pemesanan ulang selalu lebih tinggi dari nol, dan jika perusahaan
tempat urutan ketika persediaan mencapai titik pemesanan ulang, barang baru akan tiba sebelum
perusahaan kehabisan barang untuk dijual. Keputusan tentang berapa banyak memegang saham
umumnya disebut sebagai titik perintah masalah, yaitu, bagaimana seharusnya rendah akan habis
persediaan sebelum mengatur kembali. Dua faktor yang menentukan urutan yang sesuai titik
adalah waktu pengiriman saham yang merupakan Inventory dibutuhkan selama masa tenggang
(yaitu, perbedaan antara urutan tanggal dan tanda terima dari inventarisasi memerintahkan) dan
safety stock yang tingkat minimum persediaan yang diselenggarakan sebagai perlindungan
terhadap kekurangan karena fluktuasi permintaan.
Oleh karena itu :
Reorder Point = Normal konsumsi selama lead-time + Safety Stock. Beberapa faktor
yang menentukan seberapa banyak waktu pengiriman stock dan safety stock harus diadakan.
Singkatnya, efisiensi dari suatu sistem pengisian ulang pengiriman mempengaruhi seberapa
banyak waktu yang diperlukan. Karena waktu pengiriman stok persediaan yang diharapkan
penggunaan antara pemesanan dan penerimaan persediaan, efisien pengisian ulang persediaan
akan mengurangi kebutuhan waktu pengiriman stok. Dan penentuan tingkat persediaan
pengaman dasar melibatkan trade-off antara risiko sahamkeluar, sehingga kemungkinan
ketidakpuasan pelanggan dan kehilangan penjualan, dan meningkatnya biaya yang berkaitan
dengan membawa tambahan persediaan. Metode lain untuk menghitung tingkat menyusun ulang
melibatkan perhitungan tingkat penggunaan per hari, lead time yang merupakan jumlah waktu
antara penempatan pesanan dan penerimaan barang dan tingkat saham keselamatan dinyatakan
dalam beberapa hari 'penjualan. Reorder level = tingkat penggunaan harian rata-rata x lead-time
dalam hari.
Dari rumus di atas dapat dengan mudah menyimpulkan bahwa perintah untuk pengisian
bahan dilakukan bila tingkat persediaan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi
selama lead-time.
Contoh
Jika tingkat penggunaan harian rata-rata dari suatu material adalah 50 unit dan
memimpin-waktu tujuh hari, maka: Reorder level = tingkat penggunaan harian rata-rata x Lead
waktu dalam hari = 50 unit x 7 hari = 350 unit Ketika tingkat persediaan mencapai 350 unit
perintah harus ditempatkan untuk materi. Pada saat tingkat persediaan mencapai nol pada akhir
hari ketujuh dari urutan menempatkan bahan akan mencapai dan tidak ada alasan untuk khawatir.
Re-order point = Rata-rata Lead Sisa * Rata-rata Permintaan + Z * SQRT (rt Lead Sisa * Standar
Deviasi dari Permintaan ^ 2 + Rata-rata. Permintaan ^ 2 * Standar Deviasi dari Lead Sisa ^ 2)
Menyusun ulang poin = S x L + J (S x R x L) Di mana
* S = Penggunaan dalam satuan
* L = Lead time dalam hari
* R = Rata-rata jumlah unit per pesanan
* J = Stok keluar faktor penerimaan
* Saham-out faktor penerimaan, `F ', tergantung pada saham-out tingkat persentase yang
ditentukan dan distribusi probabilitas penggunaan (yang diasumsikan mengikuti Poisson
distribution).
Economic Order Quantity
Merupakan satu formula atau model yang menentukan berapa jumlah pemesanan yang
paling ekonomis yang akan meminimalkan total biaya persediaan. Tatanan ekonomi kuantitas
adalah tingkat persediaan yang meminimalkan total biaya persediaan memegang dan biaya
pemesanan. Ini adalah salah satu yang tertua penjadwalan produksi model klasik. Kerangka kerja
yang digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan ini juga dikenal sebagai Wilson EOQ
Model atau Wilson Formula. Model ini dikembangkan oleh F. W. Harris pada tahun 1913. Tapi
masih RH Wilson, seorang konsultan yang diterapkan secara ekstensif, diberikan kredit awal
untuk analisis mendalam dari model.
Asumsikan bahwa permintaan untuk suatu produk adalah konstan selama setahun dan
bahwa setiap pesanan baru disampaikan dalam inventaris penuh saat mencapai nol. Ada biaya
tetap dikenakan biaya untuk setiap pesanan ditempatkan, terlepas dari jumlah unit yang dipesan.
Ada juga yang memegang atau biaya penyimpanan untuk setiap unit yang diadakan di
penyimpanan (kadang-kadang dinyatakan sebagai persentase dari biaya pembelian barang).
Kami ingin menentukan jumlah optimal unit untuk produk pesanan sehingga kita meminimalkan
total biaya yang terkait dengan pembelian, pengiriman dan penyimpanan produk Parameter yang
diperlukan untuk solusi adalah total permintaan untuk tahun, biaya pembelian untuk setiap item,
biaya tetap untuk menempatkan pesanan dan biaya penyimpanan untuk setiap item per tahun.
Perhatikan bahwa jumlah kali pesanan ditempatkan juga akan mempengaruhi biaya total Namun,
jumlah ini dapat ditentukan dari parameter lainnya 1. Biaya urutan konstan.
Laju permintaan adalah konstan
The lead time adalah tetap
Harga beli item tersebut adalah konstan yaitu tidak ada diskon tersedia
Yang pengisian dibuat seketika, seluruh batch dikirimkan sekaligus.
EOQ adalah jumlah untuk memesan, sehingga biaya pemesanan + biaya membawa menemukan
minimum. (Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa formula mencoba menemukan saat ini
adalah sama.)
Biaya-Biaya yang Terkait dengan Inventori
Menurut Dobler et al terdapat 2 (dua) macam biaya yang terkait dengan biaya inventori [3],
yaitu :
Biaya Pemeliharaan (Carrying Cost)
Biasanya berkisar antara 23-35 persen dari total nilai inventori perusahaan pertahun,
yang terdiri dari :
Biaya kesempatan dari dana yang diinvestasikan sebesar 12-20 %
Biaya asuransi sebesar 2 – 4 %
Pajak properti sebesar 1 – 3 %
Biaya penyimpanan sebesar 1 – 3 %`
Kadaluarsa sebesar 4 – 10 %
Total 20 – 40 %
Just In Time
JIT merupakan pendekatan untuk meminimalkan total biaya penyimpanan dan persiapan
yang sangat berbeda dari pendekatan tradisional. Pendekatan tradisional mengakui biaya
penyiapan dan kemudian menentukan kuantita pesanan yang merupakan saldo terbaik dari dua
kategori biaya. Dilain pihak, JIT tidak mengakui biaya persiapan, tetapi sebaliknya JIT mencoba
menekan biaya-biaya ini sampai nol. Jika biaya penyiapan tidak menjadi signifikan, maka biaya
tersisa yang akan diminimalkan adalah biaya penyimpanan, yang dilakukan dengan mengurangi
persediaan sampai ketingkat yang sangat rendah. Pendekatan inilah yang mendorong untuk
persediaan nol dalam sistem JIT.
BAB V
TEKNIK PENAJADWALAN PROYEK
Untuk menentukan waktu yang diperlukan dan mengembangkan suatu sistem, analis
sistem sering menggunakan suatu teknik kuantitatif yang disebut PERT (programming
Evaluation and Review technique). Pert dikembangkan sekitar tahun 1950 oleh Navy Special
Project Office bekerjasama dengan Booz, Allen dan hamilton yang merupakn suatu konsultan
manajemen.
Diagram Jaringan
Bila akan menggunakan PERT 2 buah informasi diperlukan untuk masing masing
pekerjaan yaitu urutan dari kegiatan masing-masing pekerjaan dan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan masing-masing pekerjaan itu. Urutan pekerjaan ini digambarkan dalam bentuk
diagram jaringan (network diagram) atau disebut juga diagram panah (arrow diagram) yang
menggunakn simbol-simbol:
- Panah (aarrow) yang digunakan untuk mewakili suatu kegiatan (activity).
- Simpul (node) yang digunakan untuk mewakili suatu kejadian (event).
Gambar A.1 diagram Jaringan.
Pada gambar terdapat 5 kegiatan yaitu A,B,C,D dan E serta 5 buah kejadian 1,2,3,4 dan 5.
kejadian yang mengawali suatu kegiatan disebut kejadian ekor (tail event) dan kejadian yang
mengakhiri suatu kegiatan disebut kejadian kepala (head event).
CONTOH:
Urutan-urutan kegiatan dari kegiatan A sampai E adalah sebagai berikut:
kegiatan A dan B merupakan kegiatan pertama di proyek dan dapat dikerjakan secara serentak
bersamaan. Kegaitan A mengawali kegiatan C dan kegiatan B mengawali kegiatan D. dengan
kata lain kegiatan C belum dapat dikerjakan bial pekerjaan A belum dikerjakan dan kegiatan D
belum dapat dikerjakan bila pekerjaan B belum selesai dikerjakan.
kegiatan C dan D mendahului kegiatan E atau dengan kata lain pekerjaan E belum dapat
dikerjakan bila pekerajaan C dan D belum selesai dikerjakan.
kegiatan E merupakan kegiatan akhir dari proyek dan belum dapat dikerjakan biola pekerjaan C
dan D belum selesai dikerjakan.
Untuk menggambar diagram jaringan terdapat beberapa aturan-aturan yang harus diikuti :
1. setiap kegiatan hanya dapat diwakili oleh satu dan hnaya satu panah di jaringan. Tidak ada
sebuah kegiatan yang diwakili dua kali dijaringan (tidak ada yang kembar).
2. tidak ada dua kegiatan yang ditunjukkan oleh ekor kejadian dan kepala kejadian yang sama.
Situasi
gambar A.2 diagram jaringan yang salah penggambaran pada contoh ini dalah salah karena dua
kegiatan A dan B ditunjukkan oleh dua ekor kejadian (kejadian nomor 1 dan kepala kejadian no
2) yang sama. Untuk kasus ini, penggambaran yang benar menggunakan kegiatan dummy
(dummy activity)
gambar A.3 kegiatan dummy
Kegiatan dummy digambarkan dengan panah bergaris terpotong-potong. Akibat dengan
digunakannya kegiatan dummy C maka kegiatan A dan B dapat diidentifikasikan dengan kepala
kejadian yang berbeda.
untuk meyakinkan hubungan urutan yang benar di diagram jaringan pertanyaan-pertanyaan
berikut aharus dijawab untuk tiap-tiap kegiatan yang akan ditambahkan di dalam jaringan :
a. kegiatan apa yang ahrus sudah diselesaikan terlebih dahulu sebelum kegiatan ini dapat
dilakukan?
b. kegiatan apa yang harus mengikuti kegiatan ini?
c. kegiatan apa yang ahrus dilakukan serentak dengan kegiatan ini?
Kegiatan – kegiatan ini dapat digambarkan dalam diagram jaringan sebagai berikut :
Jalur Kritis
Aplikasi dari teknik PERT ini adalah untuk menghitung waktu penyelesaian dari suatu
proyek. Waktu penyelesaian ini dapat dihitung dari masing-masing jalur(path) dari kegiatan-
kegiatan di jaringan. Suatu jalur (path) dapat didefinisikan sebagai suatu urutan dari kegiatan
yang berhubungan di dalam proyek. suatu jalur kritis (critical path) adalah jalur yang
menunjukkan kegiatan kritis dari awal kegiatan sampai dengan akhir kegiatan di diagram
jaringan. Jalur kritis menunjukkan kegiatan-kegiatan kritis di dalam proyek. Suatu kegiatan
disebut dengan kegiatan kritis bila penundaan waktu dikegiatan ini akan mempengaruhi waktu
penyelasaian keseluruhan dari proyek. Sedang kegiatan disebut dengan tidak kritis bila kegiatan
ini mempunyai waktu yang dapat ditunda. Waktu yang dapat ditunda dikegiatan tidak kritis
disebut dengan slack atau float.
Jalur kritis penting karena mempunyai 2 alasan:
1. waktu penyelesaian proyek tidak dapat dikurangi kecuali bila satu atau lebih kegiatan dijalur
kritis dapat dipercepat penyelesaiannya. Dengan demikian bial waktu penyelesaian proyek secara
keseluruhan akan dipercepat, maka kegiatan-kegiatan yang harus dipercepat adalah kegiatan-
kegiatan dijalur kritis.
2. penundaan kegiatan dijalur kritis akan menyebabkan penundaan waktu penyelesaian dari proyek,
sedang penundaan di jalur tidak kritis mungkin tidak akan menunda waktu penyelesaian proyek
sejauh penundaan ini tidak melebihi waktu dari slack untuk masing-masing kegiatan tidak kritis.
Algoritma Untuk Jalur Kritis
Algoritma untuk menentukan jalur kritis dilakukan dengan menghitung waktu mulai
tercepat (earliest start time) dan waktu selesai terlama (latest finish time) untuk masing-masing
kegiatan. Earlierst start time (ES) dan latest finish time (Lf) ini kemudian dpat ditulis di simpul
kejadian yang dibentuknya dan dikembangkan menjadi:
waktu mulai tercepat (ES) untuk masing-masing kegiatan menunjukkan kapan suatu
kegiatan tercepat dapat mulai dilakukan. Waktu selesai terlama (LF) menunjukkan kapan suatu
kegiatan paling lama dapat diselesaikan.
Perhitunag ES dan LS dapat dilakukan melalui 2 tahap, yaitu:
1. tahap pertama disebut dengan forward pass yang digunakan untuk menghitung waktu mulai
tercepat (ES);
2. tahap kedua disebut dengan backward pass yang digunakan untuk menghitung waktu selesai
terlama (LF);
3. forward pass dimulai dengan menghitung simpul awal maju (forward) sampai dengan simpul
yang akhir.
Untuk simpul (kejadian) 1:
karena merupakan awal kejadian, maka waktu mulai tercepat (ES) untuk kegiatan A,B,C adalah
0.
Untuk simpul (kejadian) 2:
kegiatan D dapat dimulai setelah kegiatan A selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat
(ES) untuk simpul 2 adalah:
ES2 = ES1 + waktu kegiatan A
= 0 + 10 = 10
Untuk simpul (kejadian) 3:
kegiatan E dan F dapat dimulai setelah kegiatan B selesai dilakukan sehingga waktu mulai
tercepat (ES) untuk simpul 3 adalah:
ES3 = ES1 + waktu kegiatan B
= 0 + 8 = 8
Untuk simpul (kejadian) 4:
kegiatan G dapat dimulai setelah kegiatan B dan C selesai dilakukan sehingga waktu mulai
tercepat (ES) untuk simpul 4 adalah yang terbesar dari:
ES3 + waktu kegiatan D1 = 8 + 0 = 8
dengan ES1 + waktu kegiatan C = 0 + 12 = 12
jadi waktu mulai tercepat untuk simpul 4 adalah ES4 = 12
Untuk simpul (kejadian) 5:
kegiatan H dan J dapat dimulai setelah kegiatan D dan E selesai dilakukan sehingga waktu mulai
tercepat (ES) untuk simpul 5 adalah yang terbesar dari:
ES2 + waktu kegiatan D = 10 + 22 = 32
dengan ES3 + waktu kegiatan E = 8 + 27 = 35
jadi waktu mulai tercepat untuk simpul 5 adalah ES5 = 35
Untuk simpul (kejadian) 6:
kegiatan I dapat dimulai setelah kegiatan F selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat
(ES) untuk simpul 6 adalah:
ES6 = ES3 + waktu kegiatan F
= 8 + 7 = 15
Untuk simpul (kejadian) 6:
kegiatan I dapat dimulai setelah kegiatan F selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat
(ES) untuk simpul 6 adalah:
ES6 = ES3 + waktu kegiatan F
= 8 + 7 = 15
Untuk simpul (kejadian) 7:
kegiatan J dapat dimulai setelah kegiatan D, E, dan G selesai dilakukan sehingga waktu mulai
tercepat (ES) untuk simpul 7 adalah yang terbesar dari:
ES5 + waktu kegiatan D2 = 35 + 0 = 35
dengan ES4 + waktu kegiatan G = 12 15 =27
jadi waktu mulai tercepat untuk simpul 7 adalah ES7 = 35
Untuk simpul (kejadian) 8:
simpul 8 adalah simpul yang terakhir dan besarnya ES8 adalah yang terbesar dari:
ES5 + waktu kegiatan H = 35 + 8 = 43
dengan ES5 + waktu kegiatan I = 15 + 20 = 35
dengan ES5 + waktu kegiatan J = 35 + 15 = 50
jadi waktu mulai tercepat untuk simpul 8 adalah ES8 = 50
backward pass dimulai dengan menghitung dari simpul terakhir mundur(backward) sampai
simpul awal dan digunakan untuk menghitung waktu selesai terlama (LF).
Untuk simpul (kejadian) 8:
simpul 8 adalah simpul terakhir dan besarnya waktu selesai terlama untuk simpul ini adalah sama
dengan waktu mulai tercepatnya:
LF8 = ES8 =50
Untuk simpul (kejadian) 7:
LF7 = LF8 – waktu kegiatan J
= 50 – 15 = 35
Untuk simpul (kejadian) 6:
LF6 = LF8 – waktu kegiatan I
= 50 – 20 = 30
Untuk simpul (kejadian) 5:
LS5 merupakan yang paling minimum diantara:
LF8 – waktu kegiatan H = 50 – 8 = 42
denagn LS – waktu kegiatan D2 = 35 – 0 = 35
jadi waktu selesai terlama untuk simpul 5 adalah LF5 = 35
Untuk simpul (kejadian) 4:
LF4 = LF7 – waktu kegiatan G
= 35 – 15 = 20
Untuk simpul (kejadian) 3:
LS3 merupakan yang paling minimum diantara:
LF5 – waktu kegiatan E = 35 – 27 = 8
dengan LS6 – waktu kegiatan F = 30 – 7 = 23
dengan LS4 – waktu kegiatan D1 = 20 – 0 = 20
jadi waktu selesai terlama untuk simpul 3 adalah LF3 = 8
Untuk simpul (kejadian) 2:
LF2 = LF5 – waktu kegiatan D
= 35 – 22 = 13
Untuk simpul (kejadian) 1:
LF1 = Es1 = 0
jalur kritis selanjutnya dapat ditentukan dari kejadian-kejadian yang mwmpunyai waktu
mulai tercepat (ES) yang sama dengan waktu selesai terlama (LF) yaitu pada kegiatan B, E dan J
Slack
slack atau float menunjukkan waktu suatu kegiatan yang dapat ditunda tanpa
mempegaruhi total waktu penyelesaian dari seluruh proyek. Untuk menghitung besarnya slack
masih diperlukan dua buah waktu lainnya yang berhubungan dengan masing-masing kegiatan
yaitu waktu mulai terlama (latest start time) dan waktu selesai tercepat (erliest finish time).
Waktu mulai terlama (Ls) adalah kapan paling lama suatu kegiatan dapat dimulai dan waktu
selesai tercepat (EF) menunjukkan kapan suatu kegiatan paling cepat dapat diselesaikan. LS =
LF – waktu kegiatannya dan EF = ES + waktu kegiatannya. Setelah ES, EF, LS dan LF dihitung
maka slack / float untuk masing-masing kegiatan dapat dihitung sebesar LS – ES atau LF – EF.
Besar nya ES, EF, LS, LF dan slack untuk masing-masing kegiatan proyek sebelumnya.
Kegiata
n (1)
Waktu
(2)
ES
(3)
LS
(4) =
(6) -(2)
EF
(5)=(3)+(2)
LF
(6)
Slack
(7)=(4)-
(3)
A 10 0 13-
10=3
0+10=10 13 3-0=3
B 8 0 8-8=0 0+8=8 8 0-0=0
C 12 0 20-
12=8
0+12=12 20 8-0=8
D 22 10 35-
22=12
10+22=32 35 13-10=3
E 27 8 35-
27=8
8+27=35 35 8-8=0
F 7 8 30-
7=23
8+7=15 30 23-8=15
G 15 12 35-
15=20
12+15=27 35 20-12=8
H 8 35 50-
8=42
35+8=43 50 42-35=7
I 20 15 50-
20=30
15+20=35 50 30-
15=15
J 15 35 50-
15=35
35+15=50 50 35-35=0
Jalur kritis juga dapat ditentukan dari besarnya slack yaitu untuk kegiatan-kegiatan yang
mempunyai nilai slack 0. maka jalur kritis mempunyai kegiatan-kegiatan yang tidak dapat
ditunda karena tidak mempunyai slack.
Waktu Kegiatan Tidak Pasti
waktu masing-masing kegiatan mengandung unsur-unsur ketidakpastian. Untuk
mengestimasi waktu yang diharapkan yang mengandung unsur probabbilitas ini dapat digunakan
untuk teknik yang disebut dengan multiple-estimate approach. Pendekatan menggunakan 3
waktu yang dipakai masing-masing kegiatan yaitu:
a = waktu optimis (most optimist time) yaitu waktu paling cepat dilakukan.
b = waktu pesimis (most pessimistic time) yaitu waktu paling lama dilakukan.
m = waktu tengah-tengah (most likely time) yaitu waktu tengah-tengah yang dilakukan.
Selanjutnya waktu yang diharapkan (expected time) untuk menyelesaikan masing-masing
kegiatan dapat dihitung sebesar
karena digunakan waktu optimis dan waktu pesimis maka untuk masing-masing kegiatan
mempunyai penyimpangan standar (standar (deviation) terhadap kedua waktu ini dan dapat
dihitung sebesar:
Contoh soal :
diagram jaringan untuk suatu proyek tampak sebagai berikut :
Kegiatan ai bi mi ti=(ai+4mi+bi)/6 δi=(bi-ai)/6
A 12 18 15 (12+4x15+18)/6=15 (18-12)/6=1
B 5 13 6 (5+4x6+13)/6=7 (13-5)/6=1,333
C 8 16 9 (8+4x9+16)/6=10 (16-8)/6=1,333
D 3 3 3 (3+4x3+3)/6=3 (3-3)/6=0
E 2 10 3 (2+4x3+10)/6=4 (10-2)/6=1,333
F 1 11 3 (1+4x3+11)/6=4 (11-1)/6=1,667
perhitungan penyimpangan standar ini akan digunakan untuk menghitung probabilitas
selesainya proyek sesuai dengan waktu yang diharapkan. Waktu penyelesaian proyek tergantung
dari waktu jalur kritisnya. Oleh sebab itu, penyimpangan standar dari jalur kritis perlu dihitung.
Untuk contoh ini, jalur kritis adalah pada kegiatan A dan C. Besarnya penyimpangan standar
jalur kritis untuk kegiatan A dan C adalah sebesar :
BAB IV
MEMPERSINGKAT WAKTU PROYEK
Terminologi Dan Rumus Perhitungan
Untuk dapat menganalisis bagaimana mempersingkat waktu proyek, perlu diketahui
bagaimana hubungan antara waktu dan biaya suatu kegiatan. Beberapa definisi yang dapat
dipakai sebagai berikut.
a. Kurun waktu normal
Adalah kurun waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sampai selesai dengan cara
efisiensi tetapi diluar pertimbangan adanya kerja lembur dan usaha-usaha khusus lainnya, seperti
menyewa peralatan canggih.
b. Biaya normal
Adalah biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu
normal.
c. Kurun waktu dipersingkat (crash time)
Adalah waktu tersingkat untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang secara teknis masih mungkin.
Disini dianggap sumber daya bukan merupakan hambatan.
d. Biaya untuk waktu dipersingkat (crash cost)
Adalah jumlah biaya langsung untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kurun waktu tersingkat.
Seandainya diketahui bentuk kurva waktu-biaya suatu kegiatan, artinya dengan mengetahui
beberapa slope atau sudut kemiringannya, maka bisa dihitung berapa besar biaya untuk
mempersingkat waktu satu hari dengan rumus :
Tpd Dan Tdt Proyek
Karena proyek adalah kumpulan dari sejumlah kegiatan, untuk maksud tersebur maka
dimulai dengan menetukan titik awal, yaitu titik yang menunjukkan waktu dan biaya normal
proyek.
Pada setiap langkah, tambahan biaya untuk memperpendek waktu terlihat pada slope
biaya kegiatan yang dipercepat. Dengan menambahkan biaya tersebut, maka pada tiap langkah
akan dihasilkan jumlah biaya proyek yang baru sesuai dengan kurun waktunya. Titik proyek
dipersingkat (TPD) atau project crash point merupakan batas-batas maksimum waktu proyek
dapat dipersingkat. Pada TPD ini mungkin masih terdapat beberapa kegiatan komponen proyek
yang belum dipersingkat waktunya, dan bila ingin dipersingkat juga (berarti mempersingkat
waktu semua kegiatan proyek yang secara teknis dapat dipersingkat), maka akan menaikkan total
biaya proyek tanpa adanya pengurangan waktu. Titik tersebut dinamakan titik dipersingkat total
(TDT) atau crash point.
Prosedur Mempersingkat Waktu Proyek
Dari uraian diatas, maka garis besar prosedur mempersingkat waktu adalah sebagai
berikut :
1. Menghitung waktu penyelesaian proyek dan identifikasi float dengan CPM/ PERT/ PDM.
2. Menentukan biaya normal masing-masing kegiatan.
3. Menentukan biaya dipercepat masing-masing kegiatan.
4. Mentukan slope biaya masing-masing komponen kegiatan.
5. Mempersingkat kurun waktu kegiatan, dimulai kegiatan kritis yang mempunyai slope biaya
terendah.
6. Setiap kali selesai mempercepat kegiatan, teliti kemungkinan adanya float yang mungkin dapat
dipakai untuk mengulur waktu kegiatan yang bersangkutan untuk memperkecil biaya.
7. Bila dalam proses mempercepat waktu proyek terbentuk jalur kritis baru, maka percepat
kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai kombinasi slope biaya terendah.
8. Meneruskan mempersingkat waktu kegiatan sampai titik TPD.
9. Buat tebulasi biaya versus waktu, gambarkan dalam grafik dan hubungkan titik normal (biaya
dan waktu normal), titik-titik yang terbentuk setiap kali mempersingkat kegiatan sampai dengan
titik-titik TPD.
10. Hitung biaya tidak langsung proyek, dan gambarkan pada kertas grafik.
11. Jumlahkan biaya langsung dan tak langsung untuk mencari biaya total sebelum kurun waktu
diinginkan.
12. Periksa pada grafik biaya total untuk mencapai waktu optimal, yaitu kurun waktu penyelesaian
proyek dengan biaya terendah.
DAFTAR PUSTAKA
Leedy, Paul.D., Jeanne.E. Ormrod. Practical Research: Planning and Design aResearch Edisi 8 [2005]. Ohio : Pearson Merrill Prentice Hall.
JCU Study Skills Online.“Learning Resources: Essay Writing”. James Cook University. http://www.jcu.edu.au/studying/services/studyskills/writing/index.html.
16/01/08“Writing a Research Paper”. Purdue University.
http://owl.english.purdue.edu/workshops/hypertext/ResearchW/index.html,16/02/08.
http://adie-konoe.blogspot.com/2011/03/pengertian-riset-dalam-arti-lain.html#ixzz25bFsDgaK