BAB I
-
Upload
ayu-ristianti -
Category
Documents
-
view
227 -
download
5
description
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri
merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun
merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri
merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri
merasa menderita dan mencari upaya untuk menghilangkannya.Perawat meggunakan
berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri tersebut dan mengembalikan
kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh
klien karena nyeri bersifat subjektif. Tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang
sama dan tidak ada kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon yang identik pada
seseorang.
Nyeri terkait erat dengan kenyamanan karena nyeri merupakan faktor utama yang
menyebabkan ketidaknyamanan pada seorang individu. Pada sebagian besar klien, sensasi
nyeri ditimbulkan oleh suatu cidera atau rangsangan yang cukup kuat untuk berpotensi
mencederai. Bagi dokter nyeri merupakan masalah yang membingungkan. Tidak ada
pemeriksaan untuk mengukur atau memastikan nyeri. Dokter hampir semata-mata
mengandalkan penjelasan dari pasien tentang nyeri dan keparahannya. Nyeri alasan yang
paling sering diberikan oleh klien ditanya kenapa berobat Dampak nyeri pada perasaan
sejahtera klien sudah sedemikian luas diterima sehingga banyak institusi sekarang
menyebut nyeri “tanda vital kelima”, dan mengelompokkannya dengan tanda-tanda klasik
suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah.
Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien yang mengalami
nyeri dibanding tenaga professional perawatan kesehatan lainnya dan perawat
mempunyai kesempatan untuk membantu menghilangkan nyeri dan efeknya yang
membahayakan. Peran pemberi perawatan primer adalah untuk mengidentifikasi dan
mengobati penyebab nyeri dan meresepkan obat-obatan untuk menghilangkan nyeri.
Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga professional kesehatan lain tetapi juga
memberikan intervensi pereda nyeri, mengevaluasi efektivitas intervensi pereda nyeri,
mengevaluasi efektivitas intervensi, dan bertindak sebagai advokat pasien saat intervensi
1
tidak efektif. Selain itu, perawat berperan sebagai pendidik untuk pasien dan keluarga,
mengajarkan mereka untuk mengatasi penggunaan analgetik atau regimen pereda nyeri
oleh mereka sendiri jika memungkinkan.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan pada latar belakang pembuatan makalah ini yang berfokus pada nyeri
maka yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini yaitu:
1. Jelaskan pengertian nyeri?
2. Coba jelaskan klasifikasi nyeri?
3. Sebutkan perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis?
4. Jelaskan tanda dan gejala nyeri?
5. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri?
6. Jelaskan patofisiologi nyeri?
7. Bagaimana cara mengukur nyeri?
8. Jelaskan proses penatalaksanaan nyeri?
9. Buatlah askep teoritis nyeri?
1.3 Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penulisan ini
adalah sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui gambaran umum dan mampu membuat asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan nyeri, sehingga dapat menerapkan intervensi yang baik
apabila mendapatkan pasien dengan gangguan nyeri
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian nyeri
b. Agar mampu mengklarifikasikan nyeri
c. Supaya mampu menjelaskan fisiologi terjadinya nyeri
d. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri
e. Agar mampu menyebutkan penyebab rasa nyeri
f. Agar mampu mengukur nyeri
g. Supaya mangetahui proses penatalaksanaan nyeri
h. Supaya mampu membuat askep teoritis nyeri
2
i. Dapat menerapkan dengan baik asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan nyeri, yang terdiri dari :
Melakukan Pengkajian
Membuat rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan nyeri
Implementasi sesuai dengan rencana keperawatan pada pasien dengan
gangguan nyeri.
Melakukan evaluasi pada pasien dengan gangguan nyeri
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan malakalah Keperawatan Dasar tentang nyeri ini
adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat praktis
a. Bagi mahasiswa
Penulisan ini digunakan oleh mahasiswa/mahasiswi untuk mendapatkan
informasi dan edukasi yang lebih luas mengenai asuhan keperawatan tentang
konsep,fisiologis,penanganan dan pembuatan askep yang baik.
b. Bagi keluarga pasien
Penulisan ini digunakan sebagai salah satu alternative bagi mahasiswa/mahasiswi
untuk mendapatkan informasi dan edukasi yang lebih luas mengenai asuhan
keperawatan tentang nyeri dan konsep nyeri secara teoritis dan rasional.
c. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan di bidang penulisan laporan pendahuluan berdasarkan
teoritis dan rasional sehingga akan memotivasi dalam bertindak dan berlaksana
dalam melakukan tindakan penanganan nyeri
1.4.2 Manfaat teoritis
a. Bagi institusi rumah sakit
Sebagai evaluasi dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan nyeri.
b. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan pembelajaran atau referensi bagi mahasiswa STIKES BALI dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan nyeri
c. Bagi perawat atau teman sejawat
Dapat memberikan tambahan wawasan dan teori baru dalam penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan nyeri.
3
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun Sistematika Penulisan Makalah tentang Nutrisi yang membahas laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan nutrisi, terdiri dari:
a. BAB 1 PENDAHULUAN
Di dalam pendahuluan ini penulis menjelaskan tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, masalah penulisan serta sistematika penulisan makalah.
b. BAB II KONSEP TEORITIS KDM NUTRISI
Pada Bab ini menjelaskan tentang laporan pendahuluan yang mendukung teori dan
rasional dari nyeri yaitu Definisi Nyeri, Klasifikasi Nyeri, Fisiologis Nyeri, Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri, Pengukuran Nyeri, Penatalaksanaan Nyeri,
Asuhan Keperawatan Teoritis Nyeri
c. BAB III TINJAUAN KASUS
Bab ini memaparkan suatu kasus fiktif dimana lebih menekankan pada nyeri yang
dialami pasien yang langsung menerapkan asuhan keperawatan secara langsung
kepada pasien dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, keperawatan , implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
d. BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus
(pengkajian, pelaksanaan dan evaluasi )
e. BAB V PENUTUP
Pada Bab ini terdiri dari kesimpulan semua konsep yang dibahas dan nantinya
dijadikan suatu pemahaman yang ringkas agar inti dari makalah yang dibuat bisa lebih
dipahami. Serta saran yang merupakan masukan untuk penulisan kepada penulisan
makalah, maupun pada konsep teoritis yang dijelaskan.
f. DAFTAR PUSTAKA
Berisi kumpulan referensi atau sumber-sumber informasi yang digunakan untuk
mendukung penulisan dan menjadi patokan dasar pembuatan makalah ini.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyerungkan akibat
dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Smatzler & Bare, 2002).
Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau portensial atau yang
dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan IASP (dalam Potter & Perry,
2006).
Nyeri adalah jegala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan
terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri (Mc.Caffery dalam Potter
& Perry,2006).
2.2 Etiologi Nyeri
Adapun etiologi nyeri yaitu :
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakan jaringan akibat bedah atau cidera.
2. Iskemik jaringan
3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan yang tak disadari atau tak terkendali, dan
sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot teregang berlebihan
atau diam menahan beban pada posisi yang tetap dalam waktu yang lama.
4. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan juga
karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
5. Post operasi setelah dilakukan pembedahan.
5
2.3 Klasifikasi nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat
, sifat berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan. (Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien, 2008)
2.3.1 Nyeri berdasarkan tempatnya :
1) Pheriperal Pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada
kulit, mukosa
2) Deep pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam
atau pada organ-organ tubuh visceral
3) Refered Pain yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah
yang berbeda, bukan daerah asal nyeri
4) Central pain yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf
pusat, spinal cord, batang otak, talamus dan lain-lain
2.3.2 Nyeri berdasarkan sifatnya :
1) Incidental painyaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang
2) Steady pain yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu
yang lama
3) Paroxymal painyaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.
Nyeri tersebut biasanya menetap ± 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian
timbul lagi
2.3.3 Nyeri berdasarkan berat ringannya :
1) Nyeri ringanyaitu nyeri dengan intensitas rendah
2) Nyeri sedang yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi
3) Nyeri berat yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi
2.3.4 Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan
1) Nyeri akut
Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang
dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri
mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada suatu
penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.
2) Nyeri kromis
6
Nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan . Nyeri kronis ini polanya
beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam pola
tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas
dari nyeri lalu timbul kembali lagi nyeri, dan begitu seterusnya. Ada pula pola
nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus-menerus terasa
makin lama semakin meningkat intensitasnya walaupun telah diberikan
pengobatan. Misalnya, pada nyeri karena neoplasma.
Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis
NYERI AKUT NYERI KRONIS
- Waktu : kurang dari enam
bulan
- Waktu : lebih dari enam bulan
- Daerah nyeri terlokalisasi - Daerah nyeri menyebar
- Nyeri terasa tajam seperti
ditusuk , disayat, dicubit dan
lain-lain
- Nyeri terasa tumpul seperti
ngilu, linu, dan lain- lain
- Respons sistem saraf
simpatis : takikardia,
peningkatan tekanan darah,
peningkatan respirasi, pucat,
lembap, berkeringat, dan
dilatasi pupil
- Respons sistem saraf
parasimpatis : penurunan
tekanan darah, bradikardia, kulit
kering, panas, dan pupil
konstriksi
- Penampilan klien tampak
cemas, gelisah, dan terjadi
ketegangan otot
- Penampilan klien tampak
depresi dan menarik diri
(Dikutip dari buku Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, 2008)
7
NYERI AKUT DAN NYERI KRONIS
Dua kategori dasar dari nyeri yang secara umum diketahui yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
Berikut tabel lebih terperinci mengenai perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis yang lebih
terperinci karena dilihat dari beberapa aspek.
PERBANDINGAN NYERI AKUT DAN NYERI KRONIS
KHARAKTERISTIK NYERI AKUT NYERI KRONIS
Tujuan/ keuntungan Memperingatkan adanya
cedera atau masalah
Tidak ada
Awitan Mendadak Terus menerus atau
intermiten
Intensitas Ringan sampai berat Ringan sampai berat
Durasi Durasi singkat ( dari
beberapa detik sampai 6
bulan )
Durasi lama ( 6 bulan
atau lebih)
Respons otonom - Komponen dengan
respons setres
- Frekuensi jantung
meningkat
- Volume sekuncup
meningkat
- Tekanan darah
meningkat
- Dilatasi pupil
meningkat
- Tegangan otot
meningkat
- Motilitas
gastrointestinal
menurun
- Aliran saliva
menurun ( mulut
kering)
Tidak terdapat respons
otonom
8
Komponen psikologis Ansietas -depresi
- mudah marah
- menarik diri dari minat
dunia luar
Respons jenis lainnya - - tidur terganggu
- libido menurun
- napsu makan menurun
Contoh Nyeri bedah. trauma Nyeri kanker, artritis,
neuralgia trigeminal
(dikutip dari buku : Keperawatan Medikal Bedah vol 1, 2002)
Efek Membahayakan dari Nyeri
Nyeri Akut. Tanpa meliahat sifat, pola atau penyebab nyeri, nyeri yang tidak
diatasi secara adekuat mempunyai efek yang membahayakan diluar ketidak
nyamanan yang disebabkannya. Selain merasakan ketidaknyamanan dan
mengganggu, nyeri akut yang tidak reda dapat mempengaruhi sistem pulmonari,
kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin, dan immunologik ( Yeager dkk.,1987;
Benedetti dkk.,1984 ).
Respon stres (‘respon neuroendokrin terhadap setres ‘) yang terjadi dengan trauma
juga terjadi dengan penyebab nyeri hebat lainnya.
Luasnya perubahan endokrin, imunologi dan implamasi yang terjadi dengan stres
dapat meimbulkan efek negatif yang signifikan.
Hal ini khususnya terjadi pada pasien yang terganggu karna usia, penyakit atau
cedera.
Respon stres umumnya terjadi atas meningkatnya laju metabolisme dan curh
jantung, kerusakan respons insulin, peningkatan produksi kortisol, dan meningkatnya
retensi cairan.
Respon stres dapat meningkatkan resiko pasien terhadap gangguan fisiologis
(y.i.,infark miokard, infeksi fulmonar, tromboembolisme dan paralitik ileus yang
lamakan). Pasien dengan nyeri hebat dan stres yang berkaitan dengan nyeri dapat
tidak mampu untuk nafas dalam dan mengalami peningkatan nyeri dan mobilitas
menurun. Mekipun efek nyeri ini dapat di toleransi oleh dewasa muda yang sehat,
mereka dapat mengganggu penyembuhan pada lansia, individu yang lemah atau yang
9
sakit kritis. Pereda nyeri yang efektif dapat mengakibat pembuhan yang lebih cepat
dan kembali ke tingkat aktifitas sebelumnya lebih cepat termasuk bekerja.
Nyeri kronis . Sama seperti halnya nyeri akut yang mempunyai efek negatif,
nyeri kronis juga mempunyai efek yang merugikan. Supresi fungsi imun yang
berkaitan dengan nyeri kronis dapat meningkatkan pertumbuhan tumor. Tambahan
pula, nyeri kronis sering mengakibatkan defresi dan ketidak mampuan. Meskipun
pemberi kesehatan perawatan menaruh perhatian tentang besr jumlah medikasi
opioid (narkotik) yang dibutuhkan untuk meredakan nyeri kronis pada beberapa
pasien, adalah aman untuk medikasi ini dalam dosis yang besar untuk mengontrol
nyeri kronis progresif (mis.,nyeri kanker); kenyataannya, adalah tidak aman, untuk
melakukan hal ini karena konsekuensi nyeri yang tidak mereda (Liebeskind, 1991).
Mengabaikan tentang bagaimana pasien mengatasi nyeri kronisnya, nyeri yang
terjadi sepanjang waktu yang lama sering mengakibatkan ketidakkemampuan. Pasien
mungkin tidak mampu melanjutkan aktivitas dan melakukan hubungan interpersonal
sebelum nyeri mulai terjadi. Ketidakmampuan ini dapat berkisar dari membatasi
ketidak ikutsertaan dalam aktifitas fisik sampai tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan pribadi, seperti berpakaian atau makan. Perawat harus ngerti efek dari
nyeri kronis pada pasien dan keluarganya dan harus mempunyai kemampuan tentang
strategi peredaan nyeri dan sumber-sumber yang seseai untuk membantu
penatalaksanaan nyeri (Keperawatan Medikal Bedah vol 1, 2002) .
2.4 Gejala Klinis
1. Tekanan darah meningkat
2. Nadi meningkat
3. Pernafasan meningkat
4. Raut wajah kesakitan
5. Menangis, merintih
6. Posisi berhati-hati
2.5 Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia
seperti bradikinin, serotonin dan enzim proteoktik. Kemudian zat-zat tersebut
merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan
10
dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan dikorteks nyeri akan
dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke hypotalamus
nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitive pada termos ensitif
sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri (wahit Layatin, N. Mubarak
2007)
Namun demikian ada beberapa teori yantg menjelaskan mekanisme transmisi
nyeri, the intensity theory, dan the gate control theori.
1. The specificity theoru (teori spenfik)
Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan struktur tubuh
melalui saraf sensoris. Saraf sensoris untuk setiap indra hanya dapat dirangsang oleh
sensai dingin, bukan oleh panas. Begitu pula dengan saraf sensoris lainnya. Ada dua
tipe tersebutt saraf yang menghantarkan stimulasi nyeri yaitu serabut saraf tipe delta
A dan serabut saraf tipe C.
Tabel perbedaan serabut saraf nyeri tipe delta A dan C
Serabut Saraf Tipe Delta A Serabut Saraf Tipe C
- Daya hantar sinyal relatif cepat - Daya hantar sinyal relatif lebih
lambat
- Bernielin halus dengan berdiameter
2-5 mm
- Tidak bermielin dengan
berdiameter 0,4-1,2 mm
- Membawa rangsangan nyeri yang
menusuk
- Membawa rangsangan nyeri
terbakar dan tumpul
- Serabut saraf tipe ini berakhir di
kornu dorsalis dan lamina 1
- Serabut tersebut saraf tipe ini
berakhir di lamina II,III,IV
Menurut teori spesifik ini, timbulnya sensasi nyeri berhubungan dengan
penyaktifan ujung-ujung serabut saraf bebas oleh perubahan mekanik, rangsangan
kimia atau temperatur yang berlebihan, persepsi nyeri yang dibawa oleh serabut saraf
nyeri di proyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di talamus.
2. The Intensity Theory (Teori Intensitas)
Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor setiap rangsangan
sensoris punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat.
11
3. The gate Control Theory (Teori Kontrol Pintu)
Teori ini menjelaskan mekanisme nyeri, kegiatannya bergantung pada aktivitas
serat saraf aferent berdiameter besar atau kecil yang dapat mempengaruhi sel
saraf disibstansia gelatinosa.
12
2.6 Skema Proses Terjadinya Nyeri
Stimulus nyeri : biologis, zat kimia, panas, listrik dan mekanik
Stimulus nyeri menstimulasi nosiseptor di perifer
Impuls nyeri diteruskan oleh serat afferen (A-delta dan C) ke medulla
spinalis melalui dorsal horn
impuls bersinapsis di substansia gelatinosa (lamina II dan III )
Impuls melewati traktus spinothalamus
Impuls masuk ke formatio retikularis Impuls langsung masuk ke thalamus
Sistem limbik Fast pain
Slow pain
- Timbul respon emosi
- Respon otonom : TD meningkat, keringat dingin
(dikutip dari buku : (Konsep dan Proses Keperawatn Nyeri,2010 )
2.7 Pengukuran Nyeri
Ada tiga macam skala dalam hal mengukur intensitas nyeri pasien, guna membedakan
batasan-batasan khusus antara nyeri ringan, sedang dan berat, yaitu :
1. Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS)
Skala yang digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi data dalam hal ini, pasien
menilai nyeri dengan skala 0-10 angka o diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri,
angka 10 diindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien skala ini digunakan untuk
13
menhkaji intensitas nyeri sbelum dan sesudah intervensi terapeutik (Konsep dan proses
keperawatan nyeri, 2010)
Skema NRS :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat nyeri sangat berat
Tidak
nyeri
A pain intensity scale (poris weins tock)
Dikutip dari buku keperawatan medikal bedah Vol 1,2002)
2. Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)
Ini merupakan salah satu alat ukur tingkat keparahan yang lebih bersifat objektif.
Kaliman pendeskripsi ini dirangking dari tidak ada nyeri sampai nyeri paling hebat.
Skema VDS :
Tidak nyeri ringan nyeri sedang nyeri hebat nyeri sangat nyeri
Ada nyeri paling hebat
(Dikutip dari buku konsep dan proses keperawatan nyeri, 2010)
3. Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS)
Skala analog visual merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena
pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih salah
satu angka (Mc.Guire, 1984)
Skema VAS :
Tidak ada nyeri nyeri paling hebat
(Dikutip dari buku-buku “konsep dan proses keperawatan nyeri”, 2010)
Pathway
- Timbul respon emosi
- Respon otonom : TD meningkat, keringat dingin
(Dikutif dari buku, (konsep dan proses kepewatan nyeri, 2010).
14
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Distraksi
Merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian
pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami.
Tehnik distraksi yang dapat dilakukan diantaranya adalah
(konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien,2008)
- Bernapas lambar dan berirama secara teratur
- Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya
- Mendengarkan musik dll.
2. Relaksasi
Merupakan metode yang efektif terutama padqa pasien yang mengalami nyeri kronis ada
tiga hal utama yang diperlukan dalam relaksasi yaitu posisi yang tepat, pikiran
beristirahat, lingkungan yang tenang.
Stewar (1976 :959) menjelaskantehnik relaksasi sebagai berikut :
- Pasien menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara.
- Perlahan-lahan udara dihembuskan sumbal membiarkan tubuh menjadi kendor dan
merasakan betapa nyaman hal tersebut.
- Pasien bernapas beberapa kali dengan irama normal
- Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan dan membiarkan
hanya kaki dan telapk kaki yang kendor. Perawat minta pasien untuk
mengkonsentrasikan pasien pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
- Pasien mengulang langkah tadi dan mengkonsentrasikan pikiran pada lengan, perut,
punggung dan kelompok otot yang lain
- Setelah pasien merasa rileks, pasien dianjurkan bernapas secara perlahan.
15
3. Stimulasi kulit
Dilakukan dengan cara pemberian kompres dingin, balsem analgehka dan stimulasi
kontrakteral. Kompres dingin dapat memperlambat impuls-implus motorik menuju otot-
otot pada area yang nyeri. Balsem analgetika berisi menthol dapat membebaskan nyeri
4. Plasebo
Merupakan bentuk tindakan, misalnya pengobatan atau tindakan keperawatan yang
mempunyai efek pada pasien akibat sugesti dari pada kandungan fisik dan kimianya.
Suatu obat yang tidak berisi analgetika tetapi berisi gula, air atau saline dinamakan
plasebo. Untuk memberikan plasebo-plasebo pasien, perawat harus mempunyai ijin
dokter (pemenuhan aktivitas istrahat pasien EGC).
5. Hipnotis
Suatu tehnik yang menghasilan suatu keadaan tidak sadar diri yang dicapai melalui
gagasan-gagasan yang disampaikan oleh pehipnonsan (Konsep dan aplikasi kebutuhan
dasar klien, 2008).
Penatalaksanaan Medis
1. Berkolaborasi dengan tim medis lain (dokter) dalam pemberian obat analgesik
2.9 Asuhan Keperawatan Teoritis Nyeri
Pengkajian
1. Penentuan ada tidaknya nyeri
2. Krakteristik nyeri (Metode P,Q,R,S,T)
- P : Provocate (Faktor Pencetus)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulasi nyeri pada klien dan
observasi bagian tubuh yang cidera.
- Q : Quality (kualitas)
Seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat, tajam, tumpul,
berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk dan lain-lain.
- R : Regio (lokasi)
16
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk
menunjukan semua bagian atau daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh
klien.
- S : Severe (Kerapuhan)
Pada pengkajian ini pasien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia
rasakan seperti nyeri ringan, sedang dan berat. Dengan menggunakan skala
deskriptip verbal, skala numerik dan skala analog visual.
- T : Time (Durasi)
Perawat dapat menanyakan “ Kapan nyeri mulai dirasakan?” atau “ sudah
berapa lama nyeri dirasakan?”
3. Respon fisiologi
4. Respon perilaku
5. Respon efektif
6. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien
7. Persepsi klien tentang nyeri
8. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri
Data Subjektif : - Mengkaji ada tidaknya nyeri
- Mengkaji nyeri dengan metode P,Q,R,S,T
- Mengkaji pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien
- Mengkaji persepsi klien terhadap nyeri
- Mengkaji mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri.
Data objektif : - Mengkaji respon perilaku klien
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan : - Cidera fisik/trouma
- Penurunan suplai darah kejaringan
- Proses melahirkan
2. Nyeri kronis berhubungan dengan:
- Kontrol nyeri uang tidak adekuat
- Jaringan paraf
- Kanker maligna
17
Perencanaan Rasa nyaman
Tujuan dan kriteria hasil yaitu
a. Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri
b. Klien melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman
c. Klien mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki
d. Klien mampu menjelaskan faktor penyebab nyeri
e. Klien mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri saat
dirumah
Nyeri Akut
Intervensi Rasional
- Kaji terhadap fakt or yang
menyebabkan nyeri
- Agar kita sebagai tenaga kesehatan
dapat mengetahui cara untuk
mengurangi rasa nyeri pasien
dengan mengetahui faktor penyebab
nyeri tersebut.
- Kurangi atau hilangkan faktor-
faktor yang meningkatkan nyeri
- Dengan menghilangkan faktor yang
dapat meningkatkan nyeri, kita
dapat membantu pasien untuk
lebih cepat menghilangkan rasa
nyeri pasien
- Kolaborasikan dengan individu
(tenaga kesehatan lain) untuk
menjelaskan metode apa saja yang
dapat digunakan untuk menurunkan
rasa nyeri
- Agara dalam melakukan tindakan
keperawatan tidak melakukan
kesalahan sehingga kesembuhan
pasien dapat dipercepat.
- Kolaburasikan dengan individu
untuk memulai tindakan
mengurangi nyeri secara non
invasif yang cocok
- Agar pasien mengetahui cara-cara
mengatasi nyerinya sehingga pasien
dapat mengurangi nyerinya saat
bergerak
18
Intervensi Rasional
- Berikan analgesik pada penurunan
rasa nyeri yang optimal
- Karena obat golongan analgesik
memiliki kandungan zat yang dapat
mengurangi rasa nyeri
- Kajian respon terhadap tindakan
penurunan rasa sakit
- Agar mengetahui tindakan yang
telah diberikan dapat mengurangi
nyeri atau tidak
- Berikan penyuluhan kesehatan
sesuai indikasi
- agar pasein memiliki pengetahuan
tentang penanganan rasa nyerinya.
- Ajarkan beberapa tehnik pilihan
klien dan keluarga
- Agara pasien memeliki pengatahuan
tentang penanganan rasa nyeri dan
dapat menentukan tehnik yang
tepapat dalam penanganan rasa
nyerinya.
Nyeri Kronis
Intervensi Rasional
- Kajian pengalaman nyeri individu,
gambarkan intensitasnya
- Agar perawat mengetahui riwayat
penyakit (nyeri) yang pernah
dialami
- Kajian terhadap faktor yang
menyebabkan nyeri
- Agar kita sebagai tenaga kesehatan
dapat mengetahui cara untuk
mengurangi rasa nyeri pasien
dengan mengetahui faktor penyebab
nyeri tersebut.
- Kurangi dan hilangkan faktor yang
dapat meningkatkan nyeri
- Agar pasien mengetahui faktor
yang dapat meningkatkan nyeri
sehingga pasien dapat
mengantisipasi faktor yang dapat
meningkatkan nyeri tersebut.
19
Intervensi Rasional
- Kajian efek kronis terhadap
kehidupan individu, dengan
menggunakan individu dan
keluarga
- Dengan mengkaji efek kronis yang
disebabkan nyeri, kita bisa
mengetahui efek sosial yang
dirasakan individu selama nyeri
apakah ia menutuo diri atau tidak
- Bantu keluarga dan individu untuk
menentukan metode untuk yang
dapat digunakan untuk mengurangi
nyerinya
- Agar pasien memiliki pengetahuan
tentang penanganan rasa nyeri dan
dapat menetukan metode yang tepat
dalam penanganan rasa nyerinya.
- Diskusikan untuk individu untuk
menentukan metode yang dapat
digunakan untuk mengurangi
nyerinya
- Agar pasien memiliki pengetahuan
tentang penanganan rasa nyeri dan
dapat menetukan metode yang tepat
dalam penanganan rasa nyerinya.
- Kolaborasikan dengan individu
untuk memulai tindakan
mengurangi rasa nyeri non invasif
yang cocok
- Agar pasien mengetahui cara-cara
mengatasi nyerinya sehingga pasien
dapat mengurangi nyerinya saat
bergerak
- Berikan penurunan nyeri dengan
obat analgesik yang diberikan
- Dengan memberikan obat analgesik
dapat mengurangi rasa nyeri pasien
- Tingkat mobilisasi optimal - Agar pasien membiasakan diri
dalam bergerak dan mempercepat
proses penyembuhan
Implementasi
Terdapat tiga katergori tindakan yang digunakan untuk mengontrol nyeri, yaitu tindakan
farmakologis, non invasif dan tindakan invasif.
Eveluasi
Eveluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan menilai
kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, diantaranya : klien melapor adanya
20
penurunan rasa nyeri, mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki,
mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Juli 2015 pukul 08.00 Wita di ruang Cendarawasih RSUD
Wangaya dengan tehnik wawancara, Observasi, pemeriksaaan fisik dan catatan medis pasien.
1. Pengumpulan Data
a. Indentitas Pasien
Nama : Ny.S Tn.M
Umur : 51 tahun 58
Jenis Kelamin : Perempuan laki-laki
Status Perkawinan : Kawin Kawin
Suku / Bangsa : Indonesia Indonesia
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Wiraswasta
Alamat : Jl. Imam Bonjol Gg V/5 Denpasar Jl.Imam Bonjol Gg V
No Telepon : - -
No. Register : 978129
Tanggal NRS : 17 Juli 2015
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit
a) Saat masuk rumah sakit
Psien mengeluh nyeri pada seluruh badan dan terasa kaku.
b) Saat pengkajian
Pasien mengeluh nyeri pada seluruh tubuhnya.
2) Riwayat Penyakit
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan sekitar 1 minggu yang lalu pasien kejang dan merasa nyeri di
seluruh tubuhnya. Kemudian dibawa ke rumah sakit wangaya diterima di IRD,
Lalu dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital :
21
Airway Breathing Circulate Disability Neurological
Bebas
Janging
Stridor
Nhezzing
Ronchi
Terintubasi
Spontan
Takipneu
Dispnea
Apnea
Nadi : Kuat Lemah Respon
CRT <2+ >2+ Alert Pain Verbal Unrespon
warna Kulit Normal Pucat Kuning Pupil :
Perdarahan Tidak ada Terkontrol Isokor Amisokor Pin Poot
Tidak Terkontrol Midriasis
Turgor Kulit Baik Buruk RRI :
GCS : E4 V5 M6
TD = 130/80 mmHg N : 80x/menit RR : 20x/menit S : 360C
Di IRD pasien mendapat terapi :
- IVFD RL 18 tpm Ondansetron 1x Phenitoin 3x1 ap
- Pantoprazole 1x
- Luminal 2x 30gr
22
23
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien mengatakan sebelumnya pernah masuk RSUD wangaya dengan keluhan kejang dan
nyeri kaku di sekujur tubuhnya sekitar 1 bulan yang lalu (Juni).
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan memiliki penyakit DM didapat dari keturunan (ibu)
B. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Sebelum pengkajian : Pasien tidak mengeluhkan adanya kesulitan dalam bernapas
Saat pengkajian : pasien mengeluh sesak dan mendapat bantuan pernapasan (O2)
melalui nasal kanul
Masalah keperawatan : Pola nafas tidak efektif
2) Makanan dan Minuman
Makanan
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan mengkonsumsi
makanan pasien makan dengan menu bubur, lauk pauk, sayur
sesuai dengan porsi rumah sakit. Pasieb mengatakan tidak ada
pantangan dalam hal makanan seperti alergi makanan, pasien
mampu menghabiskan 1 porsi saat makan
Minum
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan sebelum sakit tidak mengalami ganguan
dalam minum. Pasien biasa minum sekitar 6-7 gelas per hari
(±1500-2000 CO/24 jam)
Saat pengkajian : Pasien mengatakan bahwa minum tetap seperti biasa
24
3) Eliminasi
BAB
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan mengalami ganguan (susah BAB). Frekuensi
BAB tidak teratur, konsistensinya agak keras, warna kuning
kecoklatan, bau khas feces tidak dapat dalah dalam feces
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan selama dirawat belum pernah buang air
(BAB) dan mengalami kesulitan dalam BAB
BAK
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan BAK sering (± 1-2 jam) sekali karena pasien
DM
Saat pengkajian : Pasien mengatakan BAK sering (± 1-2 jam) sekali karena pasien
DM warna kuning, bau pesing.
4) Gerak Aktivitas
Gerak
Sebelum pengkajian : Sebelum sakit pasien mengatakan tidak pernah mengalami
ganguan dalam hal pergerakan
Saat pengkajian : Pasien mengeluh mengalami kesulitan dalam melakukan
pergerakan karena sering merasa nyeri dan kaku disekujur
tubuhnya
Aktivitas :
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan saat melakukan
aktivitas sehari-hari
Saat Pengkajian : Pasien mengeluh tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa
karena merasa kram dan nyeri saat duduk maupun tidur miring
kanan dan kiri , ADL pasien dibantu oleh keluarganya seperti
BAK,BAB,mandi dll.
Masalah keperawatan : Intoleransi aktifitas
5) Istirahat Tidur
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan tidur seperti biasa, tidak mengalami
ganguan
Saat pengkajian : Pasien mengatakan tidur nyenyak, pasien mengatakan biasa
tidur 6-7 jam sehari. Tidur mulai pukul 21.00 wita- 06.00 wita.
Pasien terbiasa tidur siang selama satu jam
6) Kebersihan Diri
25
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan sebelum sakit biasa mandi dua kali sehari,
ganti pakaian dua kali sehari, cuci rambut dua kali seminggu,
gosok gigi dua kali sehari pada pagi dan malam hari
Saat pengkajian : Pasien mengatakan dibantu ADL oleh keluarga dan sudah di lap.
7) Pengaturan Suhu Tubuh
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan suhu butuh.
Saat pengkajian : Pasien mengatakan tidak mengalami peningkatan ataupun
menurunan suhu tubuh
8) Rasa Nyaman
Sebelum pengkajian : Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami ganguan
rasa nyaman
Saat pengkajian : Pasien mengatakan nyeri dan kaku diseluruh tubuhnya
terutama bagian ekremitas kiri
P : Nyeri akibat seranfan tonik klonik epilepsi
Q : Nyeri dirasakan seperti nyeri kram dan kaku
R : Nyeri dirasakan menyebar di seluruh tubuh
S : Skala nyeri 4 dari 0-10 skala nyeri yang diberikan (sedang)
T : Nyeri dirasakan swaktu-waktu dan saat menggerakkan badannya dan setelah kejang
Masalah keperawatan :
9) Rasa Aman
Sebelum pengkajian : Sebelum sakit pasien mengatakan tidak pernah
mengkhawatirkan keadaan dirinya sendiri dan tidak pernah
berpikir hal-hal negatif tentang keadaanya
Saat pengkajian : Pasien mengatakan khawatir tentang penyakitnya tidak bisa
sembuh
Masalah keperawatan :
10) Data Sosial
Sebeum pengkajian : Sebelum sakit pasien mengatakan hubungan pasien dengan
keluarga dan teman-temannya berjalan dengan baik
Saat pengkajian : Pasien mengatakan hubungannya dengan keluarga, sesama
pasien, perawat ataupun tenaga medis lainnya berjalan dengan
baik, pasien tampak kooperatif saat diberikan tindakan
keperawatan.
26
11) Prestasi dan produktivitas
Prestasi
Sebelum dan saat pengkajian : Pasien mengatakan sampai sekarang ini pasien
belum memiliki prestas i yang memuaskan
Produktifitas
Sebelum dan saat pengkajian : Pasien mengatakan tidak lagi dapat bekerja dan
membantu pekerjaan rumah tangga
12) Rekreasi
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan biasa menonton TV dirumah bersama
kelauraga
Saat pengkajian : Pasien mengatakan hanya bisa berbaring dirumah sakit
13) Belajar
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya,
kondisi penyakit dan penatalaksanaanya
Saat pengkajian : Pasien bertanya pada perawat tentang penyakitnya.
Masalah keperawatan
14) Ibadah
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan beragama Hindu, pasien rutin melakukan
persembhayangan dan sering mejejahitan
Saat pengkajian : Pasien mengatakan belum sembahyang
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a) Kesadaran : Compas Mentis (GCS E4 V5 M6)
b) Bangun tubuh : Gemuk
c) Postur tubuh : Pasien dalam keadaan terlentang
d) Cara berjalan : Pasien bedrest
e) Gerak motorik : Ekremitas atas dan bawah terkoordinir, terpasang
IVFD RL 20 tts per menit
f) Keadaan kulit :
Warna kulit : Normal
Turgor : Elastis
Kebersihan : Kebersihan Kulit Cukup
Luka : Tidak ada luka
27
g) Gejala kardial :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 76x/menit
Suhu : 360C
Respirasi Rate : 20x/menit
h) Ukuran lain :
Berat badan sebelum sakit : 68kg
Berat badan sebelum sakit : Tidak dapat diobservasi
Berat badan saat pengkajian : Tidak dapat diobservasi
Tinggi Badan : Tidak dapat diobservasi
2. Kepala
Kulit kepala bersih, rambut rontok, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat ketombe, tidak
terdapat luka
3. Mata
Konjungtiva merah muda, bentuk simetris, skera berwarna putih, gerakan bola mata
terkoordinir, reflek pupil baik.
4. Hidung
Keadaan hidung bersih, penciuman baik, tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka, tidak ada
sekret, pernapasan cuping hidung tidak ada, pembesaran polip tidak ada.
5. Telinga
Keadaan telinga bersih, tidak ada nyeri, pendengaran baik (normal), bentuk simetris,
pendarahan pada telinga tidak ada
6. Mulut
Mukosa bibir lembab, lidah bersih, pembesaran tonsil tidak ada, pendarahan pada gusi tidak
ada, gigi lengkap, tidak ada karies gigi.
7. Leher
Nyeri tekan tidak ada, disyensi kelenjar titord tidak ada, distensi veda jugularis tidak ada,
pembesaran kelenjar limfe tidak ada, pemebesaran kelenjar parotis tidak ada, kaku duduk
negatif, tidak terdapat masa tumor, dengutan nadi karotis teraba kuat dan regular.
28
8. Thorax
Bentuk dada simetris, gerakan dada bebas, payudara simetris, saat dipalpasi pengembangan
dada simetris, vibrasi tactile premitus tidak dapat diobservasi karena pasien tirah baring
(bedrest), tidak ada nyeri tekan
9. Abdomen
Bentuk simetris, lesi tidak ada, bising usus 10x/menit, asites tidak ada, distensi abdomen
tidak ada, perkusi suara timpani, nyeri tekan tidak ada.
10. Ektremitas
a) Ektremitas atas : Lesi tidak ada, edema tidak ada, sianosisi tidak ada,
perngerakab terkoordinasi, kesemutan tidak ada, terpasang
IVFD Nacl 0,9% 20 tetes per menit pada tangan kanan
b) Ektremitas bawah : Pergerakan terkoordinir, edem tidak ada, sianosis tidak ada,
reflek putela +/+21 tonus otot normal
c) Kekuatan otot :
11. Anus
Tidak diobservasi
12. Genetalia
Tidak diobservasi
13. Pemeriksaan Penunjang
No Hari/tgl/jam Jenis Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan Nilai normal
1 21-07-2015 Elektrolit Natrium darah 143
Kalium darah 3,8
Klorida darah 101
136-145
3,5-5,1
97-111
29
555 555555 555
Data Fokus
Tabel 3.2 Data Fokus Pasien
Di Ruang Cendrawasih RSUD Wangaya
Data Subjektif Data Objektif
- Pasien mengatakan nyeri pada seluruh
badannya, kram pada ext kiri
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Nyeri seperti kaku - Tekanan darah pasien meningkat
- Skala nyeri 4 (0-10) sedang - (TD=130/80 mm Hg)
- Nyeri terjadi saat pasien duduk atau
bergerak membolak balikan badannya
- Pasien dibantu ADL
- Pasien tampak lemah
- Pasien hanya terbaring di tempat tidur
30
3. Analisa Data
Tabel 3.3
Analisi Data Pasien Dengan Nyeri Akut Akibat Kejang
Epilepsi di Ruang Cendrawasih RUD Wangaya
Tanggal 22 s/d 25 Juli 2015
No Data Subyektif Data obyektif Masalah
1. - Pasien mengataan nyeri pada seluruh
badannya terutama pada ektremitas kiri
- Nyeri seperti kaku/kram
- Skala nyeri 5 (0-10) (Sedang)
- Nyeri bertambah saat pasien
menggerakkan badannya (tidur bolak-
balik, duduk dll
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Tekanan darah pasien
meningkat (TD = 130/80
mmHg)
Nyeri akut
2. Rumusan Masalah Keperawatan
a) Nyeri akut
3. Analisa Masalah
1) P : Nyeri Akut
E : Efek kejang tonik klonik
S : Pasien mengatakan nyeri pada seluruh keadaannya terutama pada ektremitas kiri,
seperti kaku/kram, skala nyeri 5 (0-10), nyeri bertambah saat pasien menggerakkan
badannya. Pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, tekanan darah
meningkat (TD= 130/80 mmHg)
Proses terjadinya : Saat setelah kejang klonik yang disebabkan kurangnya
transport oksigen ke sel akan menimbulkan nyeri dan kaku pada
seluruh tubuh dan nyeri terasa saat pasien menggerakkan dan
beraktivitas sehingga terjadinya keterbatasan dalam
pergerakan. Jika tidak teratasi maka akan menyebabkan syok
neurogenik
31
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan faktor biologis akibat kejang klonik ditandai dengan :
- Pasien mengataan nyeri pada seluruh badannya terutama pada ektremitas kiri
- Nyeri seperti kaku/kram
- Skala nyeri 5 (0-10) (Sedang)
- Nyeri bertambah saat pasien menggerakkan badannya (tidur bolak-balik, duduk dll
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Tekanan darah pasien meningkat (TD = 130/80 mmHg)
- Pasien mengataan nyeri pada seluruh badannya terutama pada ektremitas kiri
- Nyeri seperti kaku/kram
- Skala nyeri 5 (0-10) (Sedang)
- Nyeri bertambah saat pasien menggerakkan badannya (tidur bolak-balik, duduk dll
32
RENCANA KEPERAWATAN/NURSING CARE PLAN
Rencana Keperawatan Pasien S Dengan Nyeri Akut Akibat Epilepsi
Di Ruang Cendrawasih RSUD Wangaya
No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional Paraf1. Rabu, 22/7/015
07.30 Nyeri akut b/d faktor biologis ditandai dengan DS : - Pasien mengatakan nyeri
pada seluruh tubuhnya terutama pada ekstremitas kiri
- Nyeri seperti kaku/kram- Skala nyeri 5 dari 0-10 skala
nyeri yang diberikan - Nyeri bertambah saat pasien
menggerakan badanya
DO : - Pasien tampak meringis - Pasien tampak gelisahTekanan darah pasien meingkat (TD : 130/80 mmHg)
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil: - Nyeri pada seluruh tubuh
ektremitas kiri berkurang- Skla nyeri berkurang menjai 3
dari yang diberikan (0-10) - Wajah pasien tenang - Pasien tidak gelisah- Tekanan darah pasien dalam
rentang normal (110/70-120/80 mmHg)
- Nadi pasien dalam rentang normal (60-100x/menit)
- Respirasi rate dalam rentang normal (16-20x/menit)
1. Kaji perkembangan nyeri
2. Kaji ketidak nyamanan pasien (ekspresi wajah)
3. Lakukan pengkajian secara menyeluruh lokasi, pencetus, kwalitas, frekwensi (PQRST)
4. Pantau TTV pasien saat nyeri berlangsung
1. Untuk mengetahui perkembangan nyeri yang dirasakan pasien
2. Mengetahui tingkat ketidaknyamanan pasien selara nonverbal sehingga membantu dalam pemberian intervensi yang tepat
3. Mendapatkan data yang akurat tentang nyeri pasien untuk menentukan intervensi
4. Nyeri dapat menstimulasi perubahan TTV seperti peningkatan TD, Nadi, RR.
5. Membantu mengurangi nyeri yang
33
No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional Paraf5. kurangi faktor-faktor
pencetus nyeri
6. Ajarkan pasien tehnik menajemen nyeri seperti distraksi/relaksasi dengan mengatur pola napas
7. Kolaborasi dengan dokter dalam penggunaan analgetik
dirasakan pasien6. meningkatkan
memampuan koping pasien terhadap tehnik distraksi dan relaksasi
7. Dengan pemberian obat analgelitk dapat mengurangi rasa nyeri
34
PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI
PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. S.
DENGAN NYERI AKUT DI RUANG CENDRAWASIH RSUD WANGAYA
TANGGAL 22 – 25 JULI 2015
No Hari/Tgl/JanNo. Diagnosa
KeperawatanTindakan Keperawatan Evaluasi Respon Nama Perawat / Paraf
1 Rabu, 22-07-2015
Pk 08.00 wita
1 1. Mengkaji perkembangan nyeri
2. Mengajarkan teknik distraksi – relaksasi
1. DS: Pasien mengatakan
nyeri pada sekujur
tubuhnya, terutama pada
ekstremitas kiri.
DO: Skala nyeri 5 dari 0
– 10 skala nyeri yang diberikan.
Nyeri dirasakan seperti kaku
(kram diseluruh tubuh terutama
ekstremtas kirt. Nyeri terasa /
bertambah saat pasien
menggerakkan badannya
2. DS: Pasien mengatakan
Diyah
35
No Hari/Tgl/JanNo. Diagnosa
KeperawatanTindakan Keperawatan Evaluasi Respon Nama Perawat / Paraf
mengerti dan mau
melakukannya
DO: Pasien kooperatif
09.00Wita 1 1. Mengobservasi tanda-tanda vital DS: Pasien mengatakan mau di
periksa
DO:
- TD 130/80 mmHg
- S = 370C
- N = 70 x/menit
- RR = 20 x/menit
Diyah
15.00wita 1 1. delegatif dalam asam mefenamat
500 mg (oral), Nacl 0,9% 20tts/mt
DS: Pasien mengatan mau di
injeksi pbat lewat threeway.
DO: Obat sudah masuk, reaksi
alergi (-), tidak ada infeksi, pasien
mengatakan masih merasakan
nyeri. Pasien meringis saat obat
masuk
Diyah
15.00wita - Mengobservasi tanda – tanda vital DS: Pasien mengatakan mau
diperiksa
Perawat
36
No Hari/Tgl/JanNo. Diagnosa
KeperawatanTindakan Keperawatan Evaluasi Respon Nama Perawat / Paraf
DO:
- TD 90/60 mmHg
- S = 370C
- N = 87 x/menit
- RR = 20 x/menit
23.00wita 1 1. Memberikan obat oral asam
mefenamad 500 mg metformin 500 mg
DS: Paien mengatakan mau
minum obat
DO:Setelah obat diminum reaksi
alergi (-)
Perawat
2 Kamis, 23-07-2015
04.00wita
1 1. Mengobservasi tanda-tanda vital DS: Pasien mengatakan mau di
periksa
DO: TD 130/90 mmHg
- S = 360C
- N = 76 x/menit
- RR = 20 x/menit
Perawat
07.00wita 1 1. Memberikan obat oral mefenamind
acid 50mg
DS: Pasien mengatakan mau
minum obat
DO: Setelah obat diminum ,
reaksi obat (-)
Perawat
37
No Hari/Tgl/JanNo. Diagnosa
KeperawatanTindakan Keperawatan Evaluasi Respon Nama Perawat / Paraf
O8.30 wita 1 1. Mengkaji perkembangan nyeri dan
kemampuan mobilitasi pasien
2. Mengobservasikan keadaan pasien
1. DS: Pasien mengatakan
nyeri sudah berkurang
DO: Nyeri sudah
berkurang skala nyeri 4
dari 0-10 skala nyeri
yang diberikan
Diyah
15.00 wita 1 1. Mengobservasi tanda-tanda vital
2. Memberikan obat oral mefenamad acid
500 mg
DS: Pasien mengatakan mau
diperiksa ttv nya
DO: TD : 110/90 mmHg
S : 360C
N : 76x/menit
RR : 20x/menit
Setelah obat diminum, reaksi
alergi (-)
DS: Pasien mengatakan mau
minum obat
DO: Setelah obat diminum
reaski alergi (-)
Diyah
38
No Hari/Tgl/JanNo. Diagnosa
KeperawatanTindakan Keperawatan Evaluasi Respon Nama Perawat / Paraf
23.00wita 1 1. Memberikan obat oral mefenamid and
500 mg
DS: Pasien mengatakan mau
minum obat
DO: Setelah obat diminum reaski
alergi (-)
Perawat
3 Jumat, 24-07-2015
04.00 Wita
1 1. Mengobservasikan tanda-tanda vital
2. Memberikan obat injeksi pentoin 1 amp
oudemention 1 amp
DS: Pasien mengatakan mau di
periksa ttv nya
DO:
TD : 130/70 mmHg
S : 360C
N : 77x/menit
RR : 20x.menit
Perawat
07.00wita 1 1. Memberikan obat oral +mefenamind
alid 500 mg
DS: Pasien mengatakan mau
minum obat
DO: Setelah obat diminum reaksi
alergi (-)
Perawat
09.00wita 1 1. Mengkaji perkembangan nyeri DS: Pasien mengatakan nyerinya
sudah berkurang
DO: Nyeri sudah berkurang, skala
nyeri 3 dari 0-10 skala nyeri yang
Perawat
39
No Hari/Tgl/JanNo. Diagnosa
KeperawatanTindakan Keperawatan Evaluasi Respon Nama Perawat / Paraf
diberikan
15.00wita 1 1. Mengobservasi tanda-tanda vital DS: Pasien mengatakan mau di
periksa ttv nya
DO:
TD : 100/60mmHg
S : 360C
N : 74x/menit
RR : 20x/menit
Perawat
20.00wita 1. Mengobservasi keadaan pasien
2. Mengkaji tingkat nyeri dan kemampuan
mobilitasi
DS: Pasien mengatakan nyerinya
sudah berkurang dan bersedia di
injeksi obat melalui threeway
DO: Nyeri sudah berkurang skala
3 dari 0-10 skala nyeri yang
diberikan pasien sudah bisa
bangun dan ke kamar mandi
dibantu keluarga
Diyah
23.00wita 1 1. Memberikan obat oral mefenamind
acid 500 mg
2. Mengobservasi keadaan pasien
DS: Pasien mengatakan mau
minum obat yang diberikan
DO: Setelah obat diminum, reaksi
alergi (-), nyeri berkurang, pasien
Diyah
40
No Hari/Tgl/JanNo. Diagnosa
KeperawatanTindakan Keperawatan Evaluasi Respon Nama Perawat / Paraf
tidak tampak meringis dan cemas
3 Sabtu, 25-07-2015
04.00wita
1 1. Mengobservasi tanda-tanda vital DS: Pasien mengatakan mau di
periksa ttv nya
DO:
TD : 110/80 mmHg
N : 72x/menit
S : 36,20C
RR : 20x/menit
Diyah
08.00wita 1 1. Memberikan obat oral metformin 500
mg
2 Mengobservasi keadaan pasien
DS: Pasien mengatakan nyerinya
sudah berkurang dan mau minum
obat
DO: Setelah obat diminum reaksi
alergi (-), pasien makan (habis 1
porsi)
Diyah
41
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN NY. S DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN “NYERI” DI RUANG CENDRAWASIH RSUD WANGAYA TANGGAL 22-25 JUI 2015
No Hari/Tgl/Jam DX EVALUASI
1 Rabu, 22-07-2015
07.30-13.30 wita
1 3. S : Pasien mengatakan masih nyeri pada kakinya , pasien mengatakan skala nyeri 5 dari 0-10 skala
yang diberikan
O : Kesadaran Cm E4V5M6 : sesak tidak ada, mual muntah tidak ada, makan & minum habis 1 porsi,
pasien bedrest, pasien tampak meringis
Terpasang IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
TD : 130/80 mmHg N : 75x/menit BS 22.00 : 255
S : 370C RR : 20x/menit 06.00 : 158
A : Tujuan belum tercapai
P : Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri seperti distraksi ataupun relaksasi dengan mengatur pola
napas
Kaji ketidaknyamanan pasien atau ekspresi wajah
Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh (lokasi, Pencetus, durasi, Kwalitasi,
frekwensi/PQRST)
Pantau perubahan tanda-tanda vital dan respirasi
2. Kamis, 23-07-2015
13.30-19.30wita
1 4. S : Pasien mengeluh skala nyeri 4 (0-10)
Pasien mengatakan nyerinya sudah sedikit berkurang dan dapat dikontrol
O : Pasien tampak lebih tenang, kesadaran CM E4V5M6, makan & minum habis 1 porsi, mobilisasi
42
No Hari/Tgl/Jam DX EVALUASI
miring kanan & kiri, kram pada ektremitas kiri berkurang, BAK spontan.
TD : 110/90 mmHg S : 360C BS 22.00 : 214
N : 75x/menit RR : 26x/menit 06.00 :134
A : Tujuan belum tercapai
P : Anjurkan pasien menggunakan teknik manajemen nyeri seperti distraksi dan relaksasi dengan
mengatur pola napas.
Kaji tidak kenyamanannya pasien atau ekspresi wajah
Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh (lokasi, Pencetus, durasi, kwantas, frekuensi/PQRS)
Pantau perubahan tanda-tanda vital dan respirasi
3 Jumat, 24-07-2015
19.30-07.30wita
1 S : pasien mengeluh skala nyeri 3 (0-10)
Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang
O : Pasien tampak tenang
TD : 100/60 mmHg S : 360C BS 22.00 : 162
N : 74x/menit RR : 20x/menit 06.00 :141
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
Pantau perubahan tanda-tanda vital dan respirasi.
43
EVALUASI
No Hari/Tgl/Jam DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI
1. Sabtu, 25-07-2015
07.30-13.30
Nyeri akut berhubungan dengan faktor biologis akibat kejang
klonik ditandai dengan :
a. Pasien mengatakan nyeri pada seluruh tubuh terutama
ektremitas kiri seperti kaku.kram
b. Skala nyeri 5 dari 0-10 skla nyeri yang diberikan
c. Nyeri bertambah saat pasien menggerakkan badannya
d. Pasien tampak meringis
e. Pasien tamapk gelisah
f. Tekanan darah pasien meningkat (TD; 130/80 mmHg)
S : Pasien mengeluh skala nyeri 3 dari 10 skala
yang diberikan
Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang
O : Pasien tampak tenang dan tidak gelisah
TD : 110/70 mmHG
N : 80x/menit
S : 360C
RR : 20x/menit
A : Tujuan Tercapai
P: Pertahankan kondisi pasien
44
BAB IV
Pembahasan
4.1 Pengkajian
1. Penentuan ada tidaknya nyeri
2. Krakteristik nyeri (Metode P,Q,R,S,T)
- P : Provocate (Faktor Pencetus)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulasi nyeri pada klien dan
observasi bagian tubuh yang cidera.
- Q : Quality (kualitas)
Seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat, tajam, tumpul,
berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk dan lain-lain.
- R : Regio (lokasi)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk
menunjukan semua bagian atau daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh
klien.
- S : Severe (Kerapuhan)
Pada pengkajian ini pasien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia
rasakan seperti nyeri ringan, sedang dan berat. Dengan menggunakan skala
deskriptip verbal, skala numerik dan skala analog visual.
- T : Time (Durasi)
Perawat dapat menanyakan “ Kapan nyeri mulai dirasakan?” atau “ sudah
berapa lama nyeri dirasakan?”
3. Respon fisiologi
4. Respon perilaku
5. Respon efektif
6. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien
7. Persepsi klien tentang nyeri
8. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri
Data Subjektif : - Mengkaji ada tidaknya nyeri
- Mengkaji nyeri dengan metode P,Q,R,S,T
45
- Mengkaji pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien
- Mengkaji persepsi klien terhadap nyeri
- Mengkaji mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri.
Data objektif : - Mengkaji respon perilaku klien
Analisa Data
Data Subjektif Data Objektif
- Pasien mengatakan nyeri pada seluruh
badannya, kram pada ext kiri
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Nyeri seperti kaku - Tekanan darah pasien meningkat
- Skala nyeri 4 (0-10) sedang - (TD=130/80 mm Hg)
- Nyeri terjadi saat pasien duduk atau
bergerak membolak balikan badannya
- Pasien dibantu ADL
- Pasien tampak lemah
- Pasien hanya terbaring di tempat tidur
P : Nyeri akibat seranfan tonik klonik epilepsi
Q : Nyeri dirasakan seperti nyeri kram dan kaku
R : Nyeri dirasakan menyebar di seluruh tubuh
S : Skala nyeri 4 dari 0-10 skala nyeri yang diberikan (sedang)
T : Nyeri dirasakan swaktu-waktu dan saat menggerakkan badannya dan setelah kejang
Pembahasan: Dapat disimpulkan bahwa skala nyeri 4 dari 0-10 skala nyeri yang diberikan
4.2 Diagnosa Keperawatan
Tinjauan Teori:
1. Nyeri berhubungan dengan : - Cidera fisik/trouma
- Penurunan suplai darah kejaringan
- Proses melahirkan
2. Nyeri kronis berhubungan dengan:
- Kontrol nyeri yang tidak adekuat
- Jaringan paraf
- Kanker maligna
46
Analisa Data:
1. Nyeri akut berhubungan dengan faktor biologis akibat kejang klonik ditandai dengan
- Pasien mengataan nyeri pada seluruh badannya terutama pada ektremitas kiri
- Nyeri seperti kaku/kram
- Skala nyeri 5 (0-10) (Sedang)
- Nyeri bertambah saat pasien menggerakkan badannya (tidur bolak-balik, duduk dll
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Tekanan darah pasien meningkat (TD = 130/80 mmHg)
Pembahasan: Jadi kesimpulannya pasien mengalami kejang yang menyebabkan terjadinya
nyeri hal ini karena adanya respown fisiologis kejang klonik yang menyebabkan badan pasien
kaku sehingga oksigen ke jaringan berkurang sehingga menyebabkan nyeri
4.3 Intervensi
Tinjauan Teori
Nyeri Akut
Intervensi Rasional
- Kaji terhadap fakt or yang
menyebabkan nyeri
- Agar kita sebagai tenaga kesehatan
dapat mengetahui cara untuk
mengurangi rasa nyeri pasien
dengan mengetahui faktor penyebab
nyeri tersebut.
- Kurangi atau hilangkan faktor-
faktor yang meningkatkan nyeri
- Dengan menghilangkan faktor yang
dapat meningkatkan nyeri, kita
dapat membantu pasien untuk
lebih cepat menghilangkan rasa
nyeri pasien
- Kolaborasikan dengan individu
(tenaga kesehatan lain) untuk
menjelaskan metode apa saja yang
dapat digunakan untuk menurunkan
rasa nyeri
- Agara dalam melakukan tindakan
keperawatan tidak melakukan
kesalahan sehingga kesembuhan
pasien dapat dipercepat.
47
Intervensi Rasional
- Kolaburasikan dengan individu
untuk memulai tindakan
mengurangi nyeri secara non
invasif yang cocok
- Agar pasien mengetahui cara-cara
mengatasi nyerinya sehingga pasien
dapat mengurangi nyerinya saat
bergerak
- Berikan analgesik pada penurunan
rasa nyeri yang optimal
- Karena obat golongan analgesik
memiliki kandungan zat yang dapat
mengurangi rasa nyeri
48
Analisa Data
Rencana Keperawatan Pasien S Dengan Nyeri Akut Akibat Epilepsi
Di Ruang Cendrawasih RSUD Wangaya
No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional Paraf2. Rabu, 22/7/015
07.30 Nyeri akut b/d faktor biologis ditandai dengan DS : - Pasien mengatakan nyeri
pada seluruh tubuhnya terutama pada ekstremitas kiri
- Nyeri seperti kaku/kram- Skala nyeri 5 dari 0-10 skala
nyeri yang diberikan - Nyeri bertambah saat pasien
menggerakan badanya
DO : - Pasien tampak meringis - Pasien tampak gelisahTekanan darah pasien meingkat (TD : 130/80 mmHg)
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil: - Nyeri pada seluruh tubuh
ektremitas kiri berkurang- Skla nyeri berkurang menjai 3
dari yang diberikan (0-10) - Wajah pasien tenang - Pasien tidak gelisah- Tekanan darah pasien dalam
rentang normal (110/70-120/80 mmHg)
- Nadi pasien dalam rentang normal (60-100x/menit)
- Respirasi rate dalam rentang normal (16-20x/menit)
8. Kaji perkembangan nyeri
9. Kaji ketidak nyamanan pasien (ekspresi wajah)
10. Lakukan pengkajian secara menyeluruh lokasi, pencetus, kwalitas, frekwensi (PQRST)
11. Pantau TTV pasien saat nyeri berlangsung
12. kurangi faktor-faktor pencetus nyeri
8. Untuk mengetahui perkembangan nyeri yang dirasakan pasien
9. Mengetahui tingkat ketidaknyamanan pasien selara nonverbal sehingga membantu dalam pemberian intervensi yang tepat
10. Mendapatkan data yang akurat tentang nyeri pasien untuk menentukan intervensi
11. Nyeri dapat menstimulasi perubahan TTV seperti peningkatan TD, Nadi, RR.
12. Membantu mengurangi nyeri yang dirasakan pasien
13. meningkatkan
49
No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional Paraf
13. Ajarkan pasien tehnik menajemen nyeri seperti distraksi/relaksasi dengan mengatur pola napas
14. Kolaborasi dengan dokter dalam penggunaan analgetik
memampuan koping pasien terhadap tehnik distraksi dan relaksasi
14. Dengan pemberian obat analgelitk dapat mengurangi rasa nyeri
Pembahasan: Intervensi sudah di buat secara SMART dan ONEC dan tidak ada kesenjangan antara Tinjauan teori dan Analisa data.
50
4.4 Evaluasi
Tinjauan Teori
Eveluasi
Eveluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan menilai
kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, diantaranya : klien melapor adanya
penurunan rasa nyeri, mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki,
mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.
Analisa Data
S : Pasien mengeluh skala nyeri 3 dari 10 skala yang diberikan
Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang
O : Pasien tampak tenang dan tidak gelisah
TD : 110/70 mmHG
N : 80x/menit
S : 360C
RR : 20x/menit
A : Tujuan Tercapai
P: Pertahankan kondisi pasien
Pembahasan: Tujuan tercapai masalah teratasi
51
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Definisi Keperawatan tentang nyeri yaitu apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya
2. Klasifilasi nyeri
- Pheriperal Pain
- Deep pain
- Refered Pain
- Nyeri akut :Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari
enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.
- Nyeri kromis :Nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan . Nyeri kronis ini polanya
beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
3. Fisiologi nyeri :Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku.
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut
nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan
akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-abu di meduloa spinalis. Terdapat
pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri
sehingga tidak mencapai otak atau di transmisi tanpa hambatan ke korteks serebral,
maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang
pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya
mempersepsikan nyeri.
4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri
1. Pengalaman Sebelumnya
2. Pengalaman Masa Lalu Dengan Nyeri
3. Usia
4. Jenis Kelamin
5. Kebudayaan
6. Makna Nyeri
7. Perhatian
52
8. Ansietas
9. Keletihan
10. Gaya Koping
11. Dukungan Keluarga dan Sosial
12. Efek plasebo
5. Pengukuran Nyeri menggunakan Skala numerik (numerical rating scale, NRS ),
Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) dan Skala Analog Visual
( Visual Analog Scale, VAS)
6. . Penatalaksanaan Nyeri
Penatalaksanaan nyeri terbagi atas farmakologik yaitu Intervensi Farmakologis,
Pengkajian Sebelum Memberikan Analgesia, Pendekatan dalam Menggunakan
Preparat Analgesik danPendekatan Preventif. Adapula Non farmakologis yaitu
Distraksi, Relaksasi ,Stimulasi Kulit, Plasebo dan Hipnotis
5.2 Saran
Diharapkan bagi pembaca LP ini dapat memberikan saran yang bersifat membangun.
Sehingga kita dapat membuat LP selanjutnya, yang dapat mendekatai kata sempurna. Selain
itu diharapkan adanya persamaan persepsi mengenai pembuatan LP baik tentang format
maupun isi dari LP itu sendiri.
53
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul H, 2009, Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan Jilid 2. Jakarta : Salemba Medika
Nuratif, Amin Rusda dan Kusuma, Hardi 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDANICNOC Jilid 1
Wahid Iqbal Mubarak, SKM & Ns. Nurul Chaygtin, S.Kep, 2007. Kebutuhan Manusia Teori dan Aplikasi dalam Prakterk Gresk
Wilkinson & Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan NANDA, (9 th ed). (Widiarta, terjemahan) Jakarta EGC
54