BAB-I

11
BAB I PENDAHULUAN Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Eksplorasi diartikan sebagai penyelidikan lapangan untuk mengumpulkan data atau informasi selengkap mungkin mengenai keberadaan sumberdaya alam di suatu tempat. Kegiatan eksplorasi sangat penting dilakukan sebelum pengusahaan bahan tambang dilaksanakan mengingat keberadaan bahan galian yang penyebarannya tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis tergali. Sehingga untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan serta cara pengambilannya diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang tenaga dan modal, disamping untuk mengurangi resiko kegagalan dan kerugian materi. Eksplorasi mineral itu tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian eksplorasi itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari : 1. Peninjauan (reconnaissance atau prospeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan mencari prospek 2. Penilaian ekonomi prospek yang telah diketemukan, 3. Tugas-tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang Di Indonesia sendiri nama-mana dinas atau divisi suatu organisasi perusahaan, lembaga pemerintahan serta penelitian

description

BAB-I

Transcript of BAB-I

Page 1: BAB-I

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Eksplorasi diartikan sebagai penyelidikan

lapangan untuk mengumpulkan data atau informasi selengkap mungkin mengenai keberadaan

sumberdaya alam di suatu tempat. Kegiatan eksplorasi sangat  penting dilakukan sebelum

pengusahaan bahan tambang dilaksanakan mengingat keberadaan  bahan galian yang

penyebarannya tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis tergali. Sehingga

untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan serta cara pengambilannya

diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang tenaga dan modal, disamping untuk

mengurangi resiko kegagalan dan kerugian materi.

Eksplorasi mineral itu tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu

secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian eksplorasi

itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari :

1. Peninjauan (reconnaissance atau prospeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan mencari

prospek

2. Penilaian ekonomi prospek yang telah diketemukan,

3. Tugas-tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang

Di Indonesia sendiri nama-mana dinas atau divisi suatu organisasi perusahaan, lembaga

pemerintahan serta penelitian memakai istilah eksplorasi untuk kegiatannya yang mencakup

mulai dari mencari prospek sampai menentukan besarnya cadangan mineral. Sebaliknya ada

beberapa negara, misalnya Perancis dan Uni Soviet (sebelum negara ini bubar) yang

menggunakan istilah eksplorasi untuk kegiatan mencari mineralisasi dan prospeksi untuk

kegiatan penilaian ekonomi suatu prospek (Peters, 1978). Selanjutnya istilah eksplorasi mineral

yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak

mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineralisasi.Selanjutnya istilah

eksplorasi mineral yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan kegiatan mulai dari

mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitunya.

Page 2: BAB-I

BAB II

PEMBAHASAN

Kegiatan eksplorasi dilakukan secara bertahap untuk meminimalkan resiko kegagalan

karena eksplorasi merupakan aktivitas yang berisiko tinggi. Tahapan dalam eksplorasi harus

dilakukan sesuai dengan karakteristik setiap endapan mineral. Beberapa aspek yang perlu

diperhatikan dalam merancang suatu kegiataneksplorasi adalah :

1. Efektifitas, yaitu mengenai jenis bahan galian dengan metoda dan strategi yang tepat

2. Efisiensi, dengan usaha (biaya dan waktu) yang seminimal mungkin untuk mendapatkan

hasil yang optimal

3. Pertimbangan ekonomi, biaya eksplorasi harus sesuai dengan hasil yang diharapkan dengan

memperhitungkan resiko. Hal ini disebabkan karena lebih tinggi resiko maka keuntungan

yang dicapai makin berlipat ganda.

Berikut merupakan tahapan-tahapan dalam kegiatan eksplorasi secara umum :

1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan

Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian

yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi

pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah

yang dilakukan pada tahap ini adalah :

A. Studi Literatur

Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi eksplorasi, terlebih dahulu dilakukan

studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-

catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah

pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan

provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah

eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada

proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.

Page 3: BAB-I

B. Survei dan Pemetaan

Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka

survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat

dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka

perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu.Kalau di daerah tersebut sudah ada

peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung

ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta

geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting.

Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara

(sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan,

orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda

lainnya.Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat

seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit,

lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll.Dengan demikian peta geologi dapat

dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).

Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan

dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model

geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak,

pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan

dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta

(dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).

Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan,

gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan

apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak.

Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan

tahap eksplorasi selanjutnya.

Berikut merupakan survei yang umum dilakukan dalam kegiatan eksplorasi :

1. Survey Geokimia

Survey geokimia dapat diartikan sebagai penerapan praktis prinsip-prinsip

geokimia teoritis pada eksplorasi mineral dengan tujuan agar mendapatkan endapan

mineral baru dari logam-logam yang dicari dengan metoda kimia. Metoda tersebut

Page 4: BAB-I

meliputi pengukuran sistematik satu atau lebih unsur kimia pada batuan, stream

sediment, tanah, air, vegetasi dan udara. Metoda ini dilakukan agar mendapatkan

beberapa dispersi unsur di atas (di bawah) normal yang disebut anomali, dengan

harapan menunjukkan mineralisasi yang ekonomis.

Tujuan dilakukan metoda geokimia adalah:

a. Menemukan dan melokalisir tubuh mineralisasi

b. Menentukan ukuran (size) dan nilai (value) dari tubuh mineralisasi

c. Mengetahui adanya anomali unsur target, penyebaran kadar, indikasi

mineralisasi, dan melacak batuan sumber.

Beberapa macam metoda geokimia yang dapat dilakukan adalah :

a. Metode Sedimen Sungai

Beberapa pertimbangan dan alasan pemilihan metoda sedimen sungai adalah:

1. Dipakai dalam eksplorasi tahap awal (regional geochemical

reconnaissance) diareal yang luas

2. Menangkap dispersi geokimia sekunder di sepanjang aliran sungai

3. Keuntungan: mampu menjangkau daerah yang luas dalam waktu yang

singkat, jumlah conto yang relatif sedikit, dan biaya yang relatif murah.

Beberapa metoda yang dilakukan dalam metoda sedimen sungai adalah:

1. Sedimen sungai aktif (stream sediment, SS), yaitu mengambil fraksi

berukuran silt-clay dengan cara menyaring sedimen dengan saringan

berukuran -80#. Tujuan dari metoda ini adalah menangkap butiran emas

dan base metal berukuran halus.

Page 5: BAB-I

Gambar 1. Pengambilan conto 

2. Konsentrat dulang (pan concentrate, PC) yaitu mengambil fraksi mineral

berat dalam sedimen sungai dengan cara mendulang dengan tujuan

menangkap emas berbutir kasar dan mineral berat lainnya. Dapat dilihat

seperti gambar di bawah ini : 

Gambar 2. Geologist mengambil conto dengan pan

3. Bulk Leach Extractable Gold (BLEG), semua fraksi sedimen diambil tanpa

terkecuali. Tujuannya untuk menangkap semua butiran emas dan mampu

mendeteksi kadar emas yang sangat rendah (ambang deteksi 0,1 ppb).

Dalam prakteknya BLEG dilakukan pada tahap awal dengan densitas 1

conto per 5-10 km, sedangkan SS dan PC dilakukan pada tahap berikutnya

dengan densitas1 conto per 1-3 km.

b. Metode Percontoan Tanah ( Soil Sampling )

Situasi dimana survei soil dilakukan antara lain :1. Survei pendahuluan dilakukan di daerah yang pola pengalirannya tidak

berkembang

Page 6: BAB-I

2. Survei lanjutan dilakukan di daerah anomali yang dilokalisir oleh survei

sedimen sungai

3. Survei lanjutan di daerah anomali yang dilokallisir oleh survei geofisika

4. Survei lanjutan di sekitar lokasi Gossan

5. Mendeliniasi target bor uji di sekitar mineralisasi yang diketahui 

Gambar 2. Pola pengambilan sampel Ridge and Spur ( Rose et al. 1979 )

Kondisi yang harus diperhatikan pada waktu melakukan sampling dengan

metoda percontoan tanah adalah :

1. Cukup material yang diambil untuk analisis

2. Conto diambil dari horison yang sama

3. Jika horison soil tidak berkembang, conto diambil pada kedalaman yang

sama

4. Conto harus diambil dari jenis soil yang sama (residual/ transported)

5. Faktor yang menyebabkan adanya kontaminasi pada sampel harus

diketahui.

c. Biogeochemistry Surveys

Metoda ini memanfaatkan komposisi kimia tumbuhan yang dipakai sebagai

media conto. Akar tumbuhan potensial sebagai media sampling karena sifatnya

yang menyerap larutan dalam air tanah. Larutan ini mungkin membawa garam-

garam anorganik yang dapat diendapkan di berbagai tumbuhan, seperti daun,

Page 7: BAB-I

kulit kayu, buah dan bunga. Pada bagian tertentu dari beberapa jenis tumbuhan

telah terbukti menunjukkan kadar konsentrasi unsur-unsur tertentu yang lebih

tinggi jika tumbuh pada soil yang berkembang di atas cebakan mineral

daripada di soil biasa. Istilah geobotany melibatkan identifikasi visual jenis

spesies tumbuhan yang hidup di daerah tertentu. Pengamatan terhadap jenis

tumbuhan penutup mungkin dapat mengindikasikan mineralisasi di bawahnya.

Berikut merupakan contoh tumbuhan yang menjadi indikator keberadaan

mineral :

1. Becium homblei dipakai di Afrika bagian selatan untuk mengindikasikan

anomali Cu dalam soil.

2. Di daerah tropis bagian atas porfiri sistem yang kaya sulfida biasanya tidak

ditumbuhi tumbuhan atau hanya semak rumput, misalnya Grasbergdi Irian

Jaya. Fenomena ini dapat terlihat dalam foto udara dan Landsat.

2. Tahap Eksplorasi Detail

Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada

mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail

(White,1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih

dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan

data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan),

penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak.Dari sampling yang rapat tersebut

dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil

(<20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti

dan resiko dapat dihindarkan.

Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan,

kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data

mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada)

akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau

kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan

dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.