BAB I
-
Upload
tamzyaguante -
Category
Documents
-
view
252 -
download
1
description
Transcript of BAB I
1
BAB I
PERSIAPAN (PREPARASI)
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengatahui sifat-sifat fisik dari
batuan. Bahan percobaannya terbuat dari campuran semen dan pasir yang
kadarnya telah ditentukan.
1.2 Teori Dasar
1.2.1 Mekanika Tanah
Ilmu Mekanika Tanah adalah ilmu yang alam perkembangan selanjutnya
akan mendasari dalam analisis dan desain perencanaan suatu pondasi.
Sehingga para siswa disini dituntut untuk dapat membedakan antara
mekanika tanah dengan teknik pondasi.
Mekanika tanah adalah suatu cabang dari ilmu teknik yang mempelajari
perilaku tanah dan sifatnya yang diakibatkan oleh tegangan dan regangan
yang disebabkan oleh gaya-gaya yang bekerja. Sedangkan Teknik
Pondasi merupakan aplikasi prinsip-prinsip Mekanika Tanah dan Geologi.
Yang digunakan dalam perencanaan dan pembangunan pondasi seperti
gedung, jembatan, jalan, bendung clan lain-lain. Oleh karena itu perkiraan
dan pendugaan terhadap kemungkinan adanya penyimpangan dilapangan
dari kondisi ideal pada mekanika tanah sangat penting dalam
perencanaan pondasi yang benar.
Agar suatu bangunan dapat berfungsi secara sempurna, maka seorang
insinyur harus bisa membuat perkiraan dan pendugaan yang tepat
tentang kondisi tanah dilapangan.
1.2.2 Mekanika Batuan
Banyak para ahli yang mendefinisikan mekanka batuan, contohnya
menurut Tablore dan Coates. Menurut Tablore Mekanika batuan adalah
sebuah teknik yang juga sebuah sains yang tujuannya adalah
mempelajari perilaku batuan ditempat asalnya untuk dapat
mengendalikan pekerjaan-pekerjaan yang dibuat pada batuan tersebut,
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
2
sedangkan menurut Coates Mekanika batuan adalah ilmu yang
mempelajari efek dari gaya atau tekanan pada sebuah benda. Secara
umum Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari sifat dan perilaku
batuan bila dikenakan gaya atau tekanan.
1.2.3 Uji Kuat Tekan Uniaksial ( UCS )
Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan selinder merupakan uji sifat
mekanik yang paling umum digunakan. Uji kuat tekan uniaksial dilakukan
untuk menentukan kuat tekan batuan (σt ), Modulus Young (E), Nisbah
Poisson (v) , dan kurva tegangan-regangan dengan cara contoh batuan
berbentuk silinder ditekan atau dibebani sampai runtuh. Perbandingan
antara tinggi dan diameter contoh silinder yang umum digunakan adalah 2
sampai 2,5 dengan luas permukaan pembebanan yang datar, halus dan
paralel tegak lurus terhadap sumbu aksis contoh batuan. Dari hasil
pengujian akan didapat beberapa data seperti ; Kuat Tekan Batuan (σc),
Modulus Young ( E ), dan Nisbah Poisson ( Poisson Ratio ).
1.2.4 Uji Geser Langsung
Kekuatan geser tanah (soil shear strength) dapat di definisikan sebagai
kemampuan maksimum tanah untuk bertahan terhadap usaha perubahan
bentuk pada kondisi tekanan (pressure) dan kelembapan tertentu (Head,
1982). Kekuatan geser dapat diukur dilapangan maupun dilaboratorium.
Pengukuran dilapangan antara lain dapat dilakukan menggunakan vane
shear, plate load dan test penetrasi. Pengukuran dilaboratorium meliputi
penggunaan miniatur vane shear, direct shear, triaxial compression dan
unconfined compression (sallberg, 1965) dan fall-cone soil shear strength.
1.2.5 Uji Point Load ( Point Load Test )
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan ( strength ) dari
percontoh batu secara tidak langsung dilapangan. Percontoh batuan
dapat berbentuk silinder. Peralatan yang digunakan mudah dibawa-bawa,
tidak begitu besar dan cukup ringan.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
3
1.3 Alat-alat yang Digunakan
a. Jangka sorong
b. Grinda
c. Gergaji
d. Tali rafia
Pemotongan Sampel Semen
Peralatan yang digunakan dalam pemotongan atau perataan sampel core
adalah grinda.
Sumber: Dokumentasi Praktikum Geomekanika, 2014. Foto 1.1
Alat Grinda
Sumber: Dokumentasi Praktikum Geomekanika, 2014.Foto 1.2
Sampel Core Jangka Gergaji
Pengukuran Diameter dan Tinggi Sampel
Alat yang digunakan adalah jangka sorong dengan ketelitian tertentu.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
4
Sumber: Dokumentasi Praktikum Geomekanika, 2014.Foto 1.3
Sampel Core Jangka Sorong
1.4 Prosedur
1. Siapkan sampel yang telah disediakan sesuai dengan ukuran yang di
minta dari setiap percobaan.
Sumber: Dokumentasi Praktikum Geomekanika, 2014Foto 1.4
Sampel Core Yang Telah Jadi Dengan Permukaan Belum Rata
2. Ukurlah dimensi setiap sampel dengan menggunakan jangka sorong
agar dapat mempermudah dalam perhitungannya.
3. Khusus untuk sempel dalam percobaan kuat tekan dan kuat geser
buatlah sempel dengan panjang adalah 2 X dari pada diameter sempel,
dan lakukan perataan permukaan sampel dengan menggunakan grinda
agar permukaannya rata.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
5
Sumber: Dokumentasi Praktikum Geomekanika, 2014Foto 1.5
Sampel Core Setelah di GrindaDengan Permukaan Yang Sudah Rata Rata
4. Ukurlah kembali dimesi dari sempel yang telah diratakan permukaannya
tersebut.
Sumber: Dokumentasi Praktikum Geomekanika, 2014
Foto 1.6Pengukuran Kembali Dimensi Sampel
5. Untuk percobaan tarik tidak lansung, point load, direct shear, dan sifat
fisik sempel di potong tepat di tengah panjang sempel kemudian empel
satukan kembali denganmenggunakan tali rafia.
Sumber: Dokumentasi Praktikum Geomekanika, 2014Foto 1.7
Sampel Core
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
6
1.5 Data Hasil Percbaan
a. Percobaan Kuat Tekan
Tabel 1.1Percobaan Kuat Tekan
No Jenis PerbandinganDimensi (cm)
TInggiDiameter
Awal Akhir
1 Besar1:1 14,5 14,5 7,21:3 14,4 14,4 7,2
2 Sedang1:1 11,3 11,3 5,41:3 11,2 11,2 5,4
Sumber: Data Hasil Percobaan Praktikum Geomekanika, 2014
b. Percobaan Kuat Geser
Tabel 1.2Percobaan Kuat Geser
No Jenis PerbandinganDimensi (cm)
TInggiDiameter
Awal Akhir
1 Besar1:1 10 10 61:3 10 10 6
2 Sedang1:1 10,5 10,5 5,51:3 10,5 10,5 5,5
Sumber: Data Hasil Percobaan Praktikum Geomekanika, 2014
c. Percobaan Point Load
Tabel 1.3Percobaan Point Load
No Jenis PerbandinganDimensi (cm)
TInggiDiameter
Awal Akhir
1 Besar1:1 3,5 3,5 51:3 3,5 3,5 5
2 Sedang1:1 2,4 2,4 51:3 2,4 2,4 5
Sumber: Data Hasil Percobaan Praktikum Geomekanika, 2014
d. Percobaan Kuat Tarik Tidak Lansung
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
7
Tabel 1.4Percobaan Kuat Tarik Tidak Lansung
No
Dimensi (cm)
TInggi Diameter
1 3 5,6
Sumber: Data Hasil Percobaan Praktikum Geomekanika, 2014
1.6 Analisa
Dari praktikum dapat diketahui bahwa dalam mengetahui sifat fiik batuan
kita dapat melakukan beberarapa percobaan dengan ketentuan bahan sempel
percobaan yang berbeda satu tetapi dengan bahan yang sama. Bahan yang
digunakan untuk sampel terdiri dari semen dan pasir dengan maksud
mengsimulasikan suatu batuan yang terdiri dari ukuran butir yang berbeda.
Kemudian pemakaian sampel dengan perbandingan semen dan pasir
yang berbeda untuk membadingkan sampel dengan perbandingannya sama
dengan sampel yang perbandingannya berbeda.
Untuk beberapa percobaan membutuhkan sampel dengan permukaan
yang cenderung merata agar dalam pemberian gayanya merata sehingga dapat
diperoleh data yang sesuai dan benar.
1.7 Kesimpulan
Berdaarkan pembahsan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Penentuan sifat fisik batuan dapat dilakukan dengan beberapa macam
percoban dengan analisa pada bahan yang sama dengan komposisi yang
berbeda.
Pada salah satu percobaan di butuhkan sempel dengan permukaan yang
cenderung merata agar pada saat permukaannya diberi gaya atau tekanan, gaya
tersebut dapat terebar secara merata pada sempel.
M II
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
8
SIFAT FISIK BATUAN
2.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengatahui sifat-sifat fisik dari
batuan. Bahan percobaan yang tepat untuk percobaan adalah jenis batuan yang
tidak mudah hancur dan saling melekat satu sama lain serta tidak meresap air
bila dipanaskan.
2.2 Teori Dasar
Sifat fisik adalah aspek-aspek dari suatu objek atau suatu zat yang dapat
diukur ataupun dipersepsikan tanpa mengganti identitasnya. Sifat fisik batuan
terdiri atas sifat intensif atau ekstensif. Sifat intensif merupakan sifat yang tidak
tergantung pada ukuran dan jumlah materi pada objek, sedangkan yang di
maksud dengan sifat ekstensif adalah sifat yang bergantung pada hal tersebut.
Yang dimaksud dengan batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral
yang membentuk kristar ataupun tidak, sedangkan minersl itu sendiri terbentuk
akibat ikatan kimia. Komposisi mineral dan jenis mineralnya akan menentukan
jenis batuannya dan akan menentukan pula keadaan atau sifat fisik batuan itu
sendiri nantiya.
Yang termasuk ke dalam sifat fisik antara lain :
Kadar air
Densitas asli (massa jenis asli), kering
Bobot isi, air, kering
SG (specific gravity)
Derajat kejenuhan (Sr)
Angka pori
Porositas
a. Porositas
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
9
Struktur batuan terdiri atas bagian solid dan void. Porositas batuan dapat
juga diartikan sebagai perbandingan antara bagian berpori dengan volume total
batuan secara matematik dapat ditulis sebagai berikut:
Dimana :
∅ = Porositas absolute (total), fraksi (%)
Vgr = Volume butiran, cc
Vp = Volume pori-pori, cc
Vb = Volume batuan (total), cc
Porositas batuan di klasifikasikan menjadi dua bagian diantaranya adalah :
1. Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling
berhubungan terhadap volume batuan total yang dinyatakan dalam
persen.
2. Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap
volume batuan total yang dinyatakan dalam persen
Dilihat dari segi waktu dan cara porositas juga dapat diklasifikasikan
menjadi porositas primer dan porositas sekunder :
1. Porositas primer adalah porositar yang keterbentukannya bebarengan
dengan saat terjadinya pengendapan.
2. Porositas sekunder adalah porositas batuan yang keterbentukannya
setelah proses pengendapan.
Porositas batuan menggambarkan presentase batuan yang dapat terisi
kembali. Besar kecilnya presentase batuan dipengaruhi oleh susunan butir,
ukuran butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan.
b. Permeabilitas
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
10
Permeabilitas dapat diartikan sebagai suatu ukuran media berpori yang
dapat meloloskan fluida. Batuan dikatakan tidak memiliki permebilitas apabila
faktor media berporinya tidak saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Oleh sebab itu ada kaitan diantara permebilitas dengan porositas efektif.
Permeabilitas adalah parameter yang menggambarkan kemudahan suatu
fluida atau cairan untuk mengalir pada suatu media berpori. Parameter ini dapat
dihubungkan dengan suatu kecepatan alir fluida oleh yang telas dibahas
sebelumnya pada hukum Darcy seperti di bawah ini Tanda negatif dalam
persamaan di atas menunjukkan bahwa apabila tekanan bertambah dalam satu
arah, maka arah alirannya berlawanan arah dengan pertambahan tekanan
tersebut.
c. Saturasi
Saturasi adalah perbandingan volume pori-pori batuan yang terisi cairan
atau fluida dalam bentuk tertentu terhadap jumlah kejenuhan atau cairan fluida
dalam batuan reservoir per satuan volume pori. Pada reservoir terdapat tiga jenis
fluida, diantaranya adalah saturasi air (Sw), saturasi minyak (So) dan saturasi
gas (Sg).
d. Resistiviti
Batuan terdiri dari campuran mineral-mineral, pori-pori dan fragmen.
Padatan mineral tersebut secara fisika tidak dapat mengkantarkan listrik
meskipin kandungan kimianya merupakan jenis konduktor kecuali pada mineral
clay. Sifat kelistrikan pada batuan tergantung pada geometri pori-pori batuan
tersebut dan fluida atau cairan yang mengisi pori batuan itu sendiri. Adapun
minyak dan gas bersifat isolator atau tidak dapat mengalirkan arus listrik
sedangkan pada air bersifat mengalirkankan arus listrik apabila air melarutkan
garam.
Arus listrik akan dialirkan oleh air akibat adanya gerakan dari ion-ion
elektron. Agar dapat menentukan apakah material pada reservoir bersifat
penghantar arus listrik atau tidak maka dapat digunakan parameter resistiviti.
Resistiviti secara singkat dijelaskan sebagai kemampuan dari suatu material
untuk dapat menghantarkan arus listrik, secara matematis dapat di tulis sebagai
berikut :
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
11
Dimana :
ρ = resistiviti fluida didalam batuan, ohm-m
r = tahanan, ohm
A = luas area konduktor, m2
L = panjang konduktor, m
e. Massa Jenis (Densitas)
Dalam tanah yang kering, kemungkinan terdapat dua bagian saja, yaitu
pori – pori udara dan butiran tanah. Dalam keadaan jenuh tanah terdiri dari
butiran dan pori yang terisi penuh oleh air. Sebaliknya, dalam keadaan jenuh
tanah terdiri dari 3 fase, yaitu : butiran, pori – pori udara, dan yang tersisi air.
Gambar 2.1Diagram Fasa
Semua fasa memiiki berat dan volume, kecuali udara, udara dianggap
tidak mempunyai berat. sedangkan diukur adalah berat, sedangkan untuk
mencari massa adalah dengan perbandingan dengan percepatan gravitasi,
sebagaimana di dalam rumus :
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
12
Percepatan gravitasi di bumi sekitar 9,805 m/dt2 atau biasanyadi
sederhanakan menjadi 10 m/dt2.
Massa jenis adalah perbandingan massa total batuan dengan volumenya,
secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
Keterangan :
ρ = massa jenis (kg/m3 atau g/cm3)
m = massa (kg)
v = volume batuan (m3 atau cm3)
Massa jenis mempunyai nilai yang tetap, artinya masa jenis tidak
tergantung pada massa dan volumenya. Dengan kata lain, selama jenis zatnya
sama, maka nilai massa jenisnya sama pula. Oleh karena itu, massa jenis dapat
dilgunakan untuk mengidentifikasi suatu zat. Karena jika massa jenisnya sudah
diketahui, maka kita dapat mengetahui dan menyimpulkan jenis zat tersebut. \.
2.3 Alat-alat yang Digunakan
e. Desikator (digunakan untuk menyedot udara yang ada dalam pori-pori
specimen.
f. Stop watch
g. Jangka sorong
h. Pemanas (oven) dengantemperatur 105°s/d 110°C, digunakan untuk
memanaskan specimen selam kurang lebih 24 jam.
i. Pompa vacuum
j. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
13
2.4 Prosedur
1. Siapkan sampel berbentuk silinder
2. Volume diukur dengan jangka sorong.
3. Sampel dijenuhkan dalam tabung vakum.
4. Batuan diangkat dari tempat pemvacuman.
5. Batuan dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada
batuan tersebut dikeringkan lalu di lap bersih.
6. Lakukan penimbangan setiap berat jenuh tiap-tiap batuan.
7. Masukan batuan kedalam oven.
8. Setelah di oven ±24 jam batuan diangkat dari oven untuk melakukan
penimbangan berat kering.dilakukan setelah batuan didinginkan.
2.5 Hasil Percobaan
a. Perhitungan Sampel I (Batuan Sedimen)
Berat Asli (Wn) : 40,2 gr
Berat Jenuh (Ww) : 43,9 gr
Berat Jenuh Tergantung (Ws) : 19,3 gr
Berat Kering (Wo) : 40 gr
b. Perhitungan Sampel II (Batuan Beku)
Berat Asli (Wn) : 47 gr
Berat Jenuh (Ww) : 48,35 gr
Berat Jenuh Tergantung (Ws) : 23 gr
Berat Kering (Wo) : 37,3 gr
2.6 Pengolahan Data
Sampel 1
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
14
Sampel 2
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
15
2.7 Data Hasil Perhitungan
Data hasil perhitungan parameter sifat fisik sebagai berikut :
Tabel 2.1Hasil Perhitungan
No. Parameter Lempung Pasir
1 Berat Asli (Wn) 40,2 gr 47 gr
2 Berat Jenuh (Ww) 43,9 gr 48,35 gr
3 Berat Jenuh Tergantung (Ws) 19,8 gr 23 gr
4 Berat Kering (W9o) 40 gr 37,3 gr
5 Bobot Isi Asli= Wn/(Ww-Ws) 1,67 gr 1,85 gr
6 Bobot Isi Jenuh= Ww/(Ww-Ws) 1,65 gr 1,597 gr
7 Bobot Isi Kering= Wo/(Ww-Ws) 1,82 gr 2,07 gr
8 Apparent S.G.S. Gapp= (Wo/Wo-Ws))/
Bobot Isi Asl0,99 gr 0,863 gr
9 True S.G, S.Gtr= (Wo/(Wo-Ws))/ bobot
Isi Asli1,18 gr 1,40 gr
10 Kadar Air Asli, W=
((Wn-Wo)/Wo)x100%0,5 % 26 %
11 Kadar Air Jenuh, S=
((Ww-Wo)/Wo)x100%9,75 % 29,6 %
12 Derajat Kejenuhan, S= ((Wn-Wo)/ (Ww-
Wo))x100%5,13 gr 88 %
13 Porositas, n= ((Ww-Wo)/(Ww-
Wo))x100%16,18 gr 43 %
14 Void Ratio, e= n/(1-n) 0,19 0, 754
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
16
2.8 Analisa
Dari Percobaan sifat fisik ini, dengan 2 sampel batuan yang digunakan
yang mana uji fisik secara umum ini meliputi porositas, impermeabelitas, dan
density (berat jenis). Dimana sampel batuan yang digunakan adalah batu pasir
dan batu granit, secara fisik memiliki perbedaan yang sangat jelas dilihat dari
genesa, batu granit terbentuk lansung dari pembekuan magma sehingga tingkat
porositas yang dimiliki rendah dan berat jenisnya pun besar, berbeda dengan
batuan pasir yang merupakan hasil dari endapan fragmen-fragmen hasil
pelapukan, batuan ini memiliki porositas rendah dan berberat jenis kecil.
Percobaan yang pertama adalah menimbang berat sempel awal,
kemudian dilanjutkan dengan penjenuhan sempel dengan cara merendamnya
dalam air selama kurang lebih 24 jam kegiatan ini dimaksudkan untuk
memperoleh data porositas suatu sempel diamana bagian samepel yang kosong
atau terisi udara akan terisi air sehingga masa sempel tersebut bertambah.
Setelah dijenuhkam selama 24 jam dilakukan pengeringan dengan cara
panggang dengan oven selama kurang lebih 24 jam. Setalah dilakukan
pengovenan diperoleh data bahwa masa atau beratnya akan lebih ringan
dibandingkan dengan masa sempel awal atau sempel sebelum dilakukan
percobaan. Hal ini menunjukkan adanya material yang hilang pada sempel,
material tersebut berupa udara dan air yang mengalami perubahan wujud
bersamaan dengan dilakukannya percobaan.
2.9 Kesimpulan
Pada praktikum pengujian sifat fisik batuan pada minggu lalu
dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari batuan dengan cara yang
digunakan terhadap batuan. Sampel yang kita pilih untuk pengujian adalah
sampel yang tidak mudah hancur, mengembang, dan melekat satu dengan yang
lainnya dengan alat bantu media container untuk menghitung berat sampel
tersebut. Sampel yang kita gunakan adalah sampel yang berbentuk
lingkaran(hasil dari pengeboran).
Sampel pasir dan lempung jika dilihat dari hasil pengamatannya lebih
berat sampel pasir dikarenakan dilihat dari apabila pasir terkena air akan menjadi
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
17
lebih kompak dari porositas dan permeabelitas. Begitupun dalam perhitungan
yang lainnya, seperti derajat kejenuhan, kadar air asli, kadar air jenuh angka
hasil dari pasir lebih besar daripada lempung.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
18
BAB III
SIFAT MEKANIS BATUAN
3.1 Uji Kuat Tekan Uniaxial
3.1.1 Tujuan
Untuk mengukur kuat tekan tertinggi yang bisa diterima batuan yang
membebaninya pada sumbu axial, mengukur deformasi axial dan diameteral
untuk bisa mendapatkan nilai sifat elastisitas dan karakteristik dari batuan.
3.1.2 Landasan Teori
Pada pengujian ini dengan mempergunakan mesin tekan gunanya untuk
menekan contoh sampel batuan yang berbentuk silinder, balok ataupun prisma
dari satu arah atau uniaxial. Sebaran tegangan pada contoh sampel batuan
secara teoritis yaitu searah dengan gaya yang di kenakan pada contoh sampel
tersebut, tapi juga dalam aslinya arah tegangan tidak searah deangan gaya yang
di kenakan pada contoh sampel karena diakibatkan adanya pengaruh dari plat
penekan mesin tekan yang menghimpit sampel.
Ada beberapa istilah dan definisi yang berkaitan dengan uji kuat tekan
uniaxial yaitu :
Kondisi runtuh benda uji
Suatu peristiwa yang ada pada pengujian kuat tekan batu dimana pada
pembacaan manometer beban sumbu sudah dapat menghasilkan
penurunan beban sumbu pada saat setelah pembacaan maksimum sudah
tidak mampu dapat dicapai lagi.
Kuat tekan
Besarnya beban pada sumbu maksimum per satuan luas yang bisa ditahan
oleh benda uji tersebut sehingga terjadi keruntuhan dan dinyatakan dalam
satuan MPa. Antara batuan dengan sinar matahari, air dan perubahan
cuaca bisa mengakibatkan adanya pelapukan ataupun perapuhan pada
batuan maupun mineral penyusunnya. Pelapukan dan perapuhan ini
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
19
mengakibatkan kekuatan pada batuan menurun. Kejadian berhubungan
antara kuat tekan uniaksial (UCS) atau porositas batuan dengan Slake
Durability Index pada contoh batuan, adalah batu lempung dan batu
lempung kelanauan. Batasan masalah yang terjadi contoh batuan yang
akan diuji yaitu batu lempung dan batu lempung kelanauan hal ini dititik
beratkan kepada porositas, kuat tekan batuan (UCS), dan ketahanan
contoh batuan terhadap slaking. Pengujian dilakukan untuk dapat
mengetahui hubungan antara kuat tekan batuan (UCS) dan porositas
dengan Slake Durability Index. Pelapukan batuan Slake Durability Index
Sifat Fisik Bobot isi spesifik gravity kadar air porositas yaitu merupakan
perbandingan antara dari volume rongga di dalam batuan dengan volume
total batuan. Porositas suatu batuan dinyatakan dalam persen (%). Void
ratio (e) Kuat Tekan Batuan (UCS) Kekuatan contoh pada batuan dengan
pembebanan sampai dengan batas kekuatan maksimum dari batuannya itu
sendiri dipengaruhi oleh dimensi contohnya batuan. Pelapukan perusakan
batuan di kulit bumi karena adanya pengaruh cuaca (suhu, curah hujan,
kelembaban, atau angin), penghancuran batuan dari bentuk gumpalan
menjadi bentuk butiran yang lebih kecil bahkan bisa menjadi hancur
ataupun larut dalam air. Adapun macam-macam elapukan yaitu pelapukan
mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis. Pelapukan mekanis
yaitu proses penghancuran batuan secara fisik tanpa adanya perubahan
kimiawi. Pelapukan kimiawi yaitu proses pelapukan dimana pada batuan
mengalami perubahan kimiawi yang pada umumnya berupa pelarutan.
Pelapukan biologis atau biasa disebut juga pelapukan organis yaitu terjadi
akibat adanya proses organis Slake Durability Index.
Stabilisasi Tanah Dengan Semen
Stabilisasi tanah dengan semen yaitu suatu campuran berasal dari tanah
yang dihancurkan, semen dan air yang kemudian dikerjakan proses
pemadatan yang dapat memperoleh suatu bahan yang baru yang disebut
tanah semen ( soil cement ). Pada stabilisasi tanah dengan semen, semen
tidak hanya berperan untuk mengisi pori-pori tanah, tetapi juga semen
menempel pada bagian bidang-bidang kontak antara butiran-butiran tanah
dan fungsinya yaitui sebagai bahan pengikat yang kuat. Proses interaksi
antara tanah dengan semen yaitu sebagai Absorpsi air dan reaksi
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
20
pertukaran ion bahwa sebuah partikel semen yang kering yang tersusun
secara heterogen dan memiliki isi kristal-kristal 3CaO.SiO2, 4CaO.SiO4,
3CaO.Al2O3 dan dari bahan-bahan yang padat yang berupa
4CaO.Al2O3Fe2O3. Jika semen dicampurkan pada tanah, ion kalsium Ca+
++ akan dilepaskan melalui proses hidrolisa dan pertukaran ion akan
berlanjut pada permukaan partikel-partikel lempung. Dengan melalui reaksi
ini partikel-partikel lempung akan menggumpal sehingga mengakibatkan
konsistensi tanah akan menjadi lebih baik, pada reaksi terbentuknya
kalsium silikat dari reaksi-reaksi kimia yang berlangsung, maka pada reaksi
utama yang berkaitan dengan kekuatan yaitu hidrasi dari A-lite
(3CaO.SiO2) dan B-lite (2CaO.SiO2) yang terdiri dari kalsium silikat dan
melalui proses hidrasi tadi hidrat-hidrat seperti contohnya kalsium silikat
dan aluminat terbentuk. Senyawa-senyawa seperti ini berperan dalam
pembentukan ataupun pengerasan, reaksi pozzolan kalsium hidroksida
yang dihasilkan pada proses hidrasi akan bisa membentuk reaksi dengan
tanah (reaksi pozzolan) yang sifatnya memperkuat ikatan antara partikel,
karena berfungsi sebagai pengikat.
Reaksi Pertukaran Ion
Butiran lempung pada kandungan tanah memiliki bentuk halus dan
bermuatan negatif. Ion positif seperti contohnya ion hidrogen, ion sodium,
ion kalsium serta air yang berpolarisasi, semuanya melekat di permukaan
butiran-butiran lempung. Jika kapur dicampurkan dengan tanah dengan
kondisi seperti diatas tersebut, maka pertukaran ion akan segera terjadi
dan ion sodium yang berasal dari kapur akan diserap oleh permukaan
butiran lempung. Hal ini diikuti oleh flokulasi butir-butir lempung menjadi
bentuk gumpalan-gumpalan butir kasar yang gembur. Efeknya yaitu pada
umumnya dap[at menambah batas plastis dan memperkecil batas cair.
Efek dari keseluruhan yaitu memperkecil indeks plastis.
Penekanan Uniaksial
Penekanan uniaxial terhadap contoh batuan silinder yaitu salah satu
merupakan uji sifat mekanik yang biasa umum digunakan. Uji kuat tekan
uniaksial dikerjakan untuk bisa menentukan kuat tekan batuan (σt ),
Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v) , dan kurva tegangan-regangan.
Contoh dari batuan berbentuk silinder yang ditekan ataupu dibebani
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
21
sampai runtuh. Perbandingan dari tinggi dan diameter contoh silinder yang
biasa dipakai yaitu 2 sampai 2,5 dan luas permukaan pembebanan harus
yang datar, halus dan paralel tegak lurus dengan sumbu aksis contoh
batuan.
Modulus Young ( E )
Modulus Young atau modulus elastisitas yaitu merupakan faktor yang
sangat penting dalam untuk mengevaluasi deformasi dari batuan pada
kondisi pembebanan yang bervariasi. Nilai dari modulus elastisitas batuan
sangat bervariasi dari satu contoh batuan dari satu daerah geologi yang
satu ke daerah geologi yang lainnya dikarenakan adanya perbedaan dalam
hal formasi batuan dan genesa atau mineral pembentuknya. Modulus
elastisitas yang dipengaruhi oleh tipe batuan, porositas, ukuran partikel,
dan kandungan air. Modulus elastisitas akan lebih tinggi nilainya apabila
diukur dengan tegak lurus perlapisan daripada diukur sejajar dengan arah
perlapisan. Modulus elastisitas biasa dihitung dari perbandingan tegangan
aksial dengan regangan aksial. Modulus elastisitas bisa ditentukan yang
didasarkan pada persamaan :
Е=Δσ:Δεa
Keterangan: E = Modulus elastisitas (MPa)
Δσ. = Perubahan tegangan (MPa)
Δεa = Perubahan regangan aksial (%)
Terdapat tiga cara yang bisa dipakai untuk bisa menentukan nilai modulus
elastisitas yaitu : Tangent Young’s Modulus, yaitu suatu perbandingan
antara tegangan aksial dengan regangan aksial yang dihitung dengan
persentase yang tetap dari nilai kuat tekan. Umumnya biasa diambil 50%
dari nilai kuat tekan uniaksial. Young’s Modulus, adalah perbandingan
tegangan aksial dengan perbandingan regangan aksial yang dihitung
dengan pada bagian linier dari kurva tegangan- tegangan. Secant Young’s
Modulus, adalah perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial yang dihitung dengan membuat garis lurus yang dimulai dari
tegangan nol ke suatu titik pada kurva regangan-tegangan dalam
persentase yang tetap dari nilai kuat tekan. Yang umumnya biasa diambil
50% dari nilai kuat tekan uniaksial.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
22
Nisbah Poisson ( Poisson Ratio )
Nisbah Poisson yaitu sebagai suatu perbandingan negatif antara regangan
lateral dan regangan aksial. Nisbah Poisson bisa menunjukkan adanya
suatu pemanjangan ke arah lateral (lateral expansion) akibat dari adanya
tegangan didalam arah aksial. Sifat pada mekanik ini bisa ditentukan
dengan memakai persamaan :
V=–εl:εa
Keterangan: V = Nisbah Poisson
ε l = regangan lateral (%)
εa = regangan aksial (%)
Pada pengujian kuat tekan uniaksial ini terdapat suatu tipe pecah contoh
pada batuan saat runtuh. Tipe pecah pada batuan tergantung pada tingkat
ketahanan contoh pada batuan dan kualitas permukaan contoh batuan yang
bersentuhan secara langsung dengan permukaan alat penekan pada saat
pembebanan. Uji kuat tekan uniaksialdapat menghasilkan tujuh tipe pecah, yaitu
diantaranya :
a. Cataclasis
b. Belahan arah aksial
c. Hancuran kerucut
d. Hancuran geser
e. Hancuran geser dari sudut ke sudut
f. Kombinasi belahan aksial dan geser
g. Serpihan mengulit bawang dan menekuk
3.1.3 Alat dan Bahan Percobaan
a. Alat
Mesin kuat tekan untuk menekan percontoh yang berbentuk silinder,
balok atau prisma dari satu arah secara menerus/kontinu hingga
spesimen pecah.
Sepasang plat baja berbentuk silinder yang diletkan pada kedua ujung
spesimen dengan diameter yang sama.
Dial gague untuk mengukur deformasi axial dan diameteral.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
23
b. Bahan
sampel yang akan di uji
Sumber: Dokumentasi Praktikum Geomekanika, 2014.Foto 3.1
Sampel UCS
3.1.4 Prosedur
a. Contoh batuan yang akan digunakan dalam uji ini disiapkan dengan
ukuran dimensi panjang minimal dua kali diameter perconto.
b. Spesimen diletakan diantara plat baja dan diatur agar tepat dengan
platform penekanan alat, kemudian mesin dinyalakan sehingga spesimen
berada ditengah-tengah apitan plat baja dan pastikan bahwa kedua
permukaan spesimen telah menyentuh plat baja tersebut.
Sumber: Dokumentasi Praktikum Geomekanika, 2014.Foto 3.2
Pemasangan Sampel Pada alat
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
24
c. Skala pengukuran bebas harus ditetapkan pada keadaan netral (nol).
d. Pada alat kuat tekan dipasang tiga buah dial gauge, pemasangan alat
inidimaksudkan untuk mengukur deformasi aksial, deformasi lateral kiri dan
pengukuran deformasi lateral kanan.
Sumber: Dokumentasi Praktikum Geomekanika, 2014.Foto 3.3
Pemasangan Alat Dial Gauge
e. Baca jarum penunjuk pembebanan pada axial dial gauge per 30 detik dan
catat hasil pengukuran.
f. Selama pembebanan berlangsung, secara periodik dicatat nilai deformasi
axial dan deformasi lateral yang ditunjukan oleh dial gauge. Pembacaan
ini dilakukan dalam selang waktubper 30 detik.
g. Pemberian pembebanan dilakukan sedikit demi sedikit hingga spesimen
pecah.
Foto 3.4Proses Penambahan Beban
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
25
h. Pembebanan dihentikan setelah spesimen mengalami pecah dan hasilnya
dibuat sketsa bentuk pecah serta catat sudut pecahnya
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
26
3.1.5 Data Percobaan
Tabel 3.1.1 Hasil data
SampelBeban
( kg )
Waktu
(detik)
Tegangan
(Kg/cm2 )
Regangan
(mpa)
Pembacaan Dial GaugeRegangan
Axial
Regangan
diameteralAxialDiameter
Kiri Kanan Rata”
sedang
1 : 3
250 30 9,906 0,991 11 3,5 1 2,259,909 x 10-
44,409 x 10-4
450 30 17,831 1,783 19 4,5 2 3,251,712 x 10-
35,732 x 10-4
500 30 19,812 1,981 95 60,5 26 43,258,559 x 10-
37,628 x 10-3
Kecil
1 : 1
250 30 16,450 1,645 1 1 1 11,053 x 10-
41,764 x 10-4
500 30 32,899 3,289 1,5 1,5 4 2,751,579 x 10-
44,850 x 10-4
650 30 42,769 4,277 23 22,5 14 18,252,421 x 10-
33,219 x 10-3
750 30 49,349 4,935 55 24 30 27 5,789x 10-3 4,762 x 10-3
Besar 250 30 6,093 0,609 0 0 0 0 0 0
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
27
1 : 5
500 30 12,185 1,219 5 4 -1 1,53,425 x 10-
42,075 x 10-4
750 30 18,278 1,828 19 12 -2 51,301 x 10-
36,916 x 10-4
1000 30 24,370 2,437 27 14 -1 6,51,849 x 10-
38,990 x 10-4
1250 30 30,463 3,046 36 16 0 82,466 x 10-
31,107 x 10-3
1500 30 36,155 3,656 40 18 0 92,739 x 10-
31,245 x 10-3
1800 8 43,866 4,387 33 11 9 102,260 x 10-
31,383 x 10-3
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
28
3.1.6 Perhitungan
1. Tegangan = = .... kg/cm2 ........ Mpa
10
Sampel Besar ( 1 : 1 )
Luas = 3,14 x r2
= 3,14 x 2,852
= 8,96 cm2
- Tegangan 1 = = 1,116 Mpa
- Tegangan 2 = = 2,232 Mpa
- Tegangan 3 = = 3,348 Mpa
Sampel besar ( 1 : 3 )
Luas Sampel Besar = 3,14 x r2
= 3,14 x 2,85
= 8,96 cm2
- Tegangan 1 = = 1,116 Mpa
- Tegangan 2 = = 2,232 Mpa
- Tegangan 3 = = 3,348 Mpa
2. Regangan Axial (∑a) = = .......cm
Sampel Besar ( 1 : 1 )
Regangan 1 = = 0.17 x 10-3 cm
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
29
Regangan 2 = = 0,19 x 10-3 cm
Regangan 3 = = 0.17 x 10-3 cm
3. Regangan Diameteral (∑d) = = ...........cm
Sampel besar ( 1 : 1 )
Diameteral 1 = = 2,63 x 10-4 cm
Diameteral 2 = = 2,63 x 10-4 cm
Diameteral 3 = = 3,5 x 10-4 . 10-1 cm
3.1.7 Analisa
Pada saat melakukan praktikum mengenai uji kuat tekan ini sampel
ukuran kecil memiliki kekuatan tekan beban yang lebih kecil dibanding sampel
ukuran besar. Pada sampel kecil, beban maksimal yang diberikan hanya sampai
900 kg, sedangkan pada sampel besar, beban maksimal yang diberikan sampai
1100 kg. Pada kedua sampel tersebut pula dibagi menjadi 2 jenis, yaitu jenis 1:1
dan 1:3. Dengan adanya perbedaan ukuran dan jenis ini, hasil perhitungan
tegangan dan regangan yang didapatkan berbeda.
Modulus young sampel kecil 1:1 didapatkan hasil sebesar 40, sedangkan
modulus young sampel kecil 1:3 didapatkan hasil sebesar 3,85. Pada modulus
young sampel besar 1:1 didapatkan hasil sebesar 8, sedangkan pada modulus
young sampel besar 1:3 didapatkan sebesar 8,57.
3.1.8 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa sample yang
dipakai dalam uji coba ini nantinya akan bisa dijadikan acuan sebagai pembuatan
jalan didunia kerja, sebelum membuat jalan maka harus dilakukan pengujian
terlebih daluhu terhadap tanah yang nantinya kan dilalui oleh kendaraan yang
berat.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
30
Pada praktikum minggu lalu praktikan mendapatkan hasil melalui
perhitungan. Tegangan maksimal yang didapat pada sampel kecil 1:1 yaitu
sebesar 3,25 mPa. Sedangkan pada sampel kecil 1:3 yaitu sebesar 3,93 mPa.
Pada sampel besar 1:1 yaitu sebesar 4,90. Sedangkan pada sampel besar 1:3
yaitu sebesar 4,93 mPa.
3.2 Point Load Test
3.2.1 Tujuan Pengujian Point Load
Point load test dilakukan untuk mengukur kekuatan (strength) dari
percontoh batu secara tidak langsung di lapangan.
3.2.2 Pengujian Point Load
Point load test (uji beban titik) adalah metode pengujian indek kekuatan
batu dengan beban titik. Dalam pengujian beban titik pada benda uji batu
dimaksudkan untuk mendapatkan indeks kekuatan batu, serta untuk menentukan
klasifikasi batu secara cepat. Pada pengujian ini meliputi pembahasan mengenai
persyaratan, ketentuan, cara uji beban titik pada benda uji batu berbentuk
silinder, balok, atau bentuk lain yang tidak beraturan, serta membahas tentang
pengujian yang berlaku untuk beban sesuai dengan tuntutan desain. Metode
pengujian ini dapat digunakan sebagai parameter untuk memperkirakan
kekuatan batuan lainnya. Pengujian point load ini merupakan pengujian yang
dapat dilakukan langsung di lapangan, dengan demikian dapat diketahui
kekuatan batuan di lapangan sebelum pengujian di laboratorium dilakukan.
Perconto yang disarankan untuk pengujian ini adalah batuan berbentuk silinder
dengan diameter kurang lebih 50 mm.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
31
Foto 3.5Alat Uji Point Load
Jika dibandingkan dengan metode pengujian kuat tekan uniaxial (uniaxial
compression test), pengujian dengan uji beban titik (point load test) memiliki
keunggulan dalam menentukan sifat mekanis batuan, karena
dapat memberikan data yang serupa dengan biaya yang lebih murah. Point load
test telah digunakan dalam analisis geoteknik selama lebih dari tiga puluh tahun
(ISRM,1985).
Point load test merupakan salah satu metoda untuk mengetahui kekuatan
batuan apabila diberi kompresi. Pada metode ini digunakan sistem pembebanan
berupa frame pembebanan, pompa hidrolik, dan silinder penekan yang
berbentuk konus. Cara kerjanya adalah benda uji (batuan) diletakkan diantara
dua konus dalam sistem pembebanan. Menggunakan pompa hidrolik, beban
ditingkatkan sampai batuan pecah (failure). Baca besarnya tekanan saat batuan
pecah (P). Selanjutnya ukur jarak antara kedua konus (D). Nilai indeks beban titik
(Is) dihitung dengan rumus :
Dimana: Is = Point Load test index (indek franklin)
P = Beban maksimum hingga percontoh pecah (kN)
D = Jarak antar dua konus penekan (mm)
Hubungan antara indek franklin (Is) dengan kuat tekan (αc) menurut
BIENIAWSKI adalah sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
Is = P/(DxD)
δc = 23 Is
32
3.2.3 Alat-alat yang digunakan
Mesin pengujian point load test, untuk menekan perconto yang
berbentuk silinder, balok atau bentuk tidak beraturan lainnya dari satu
arah secara menerus/ kontinu hingga perconto pecah.
Mistar, untuk mengetahui jarak perubahan axial antara dua konsus
penekan pada alat point load.
Dial gauge, untuk mengukur beban maksimum yang dapat diterima
contoh batuan, hingga contoh tersebut pecah.
3.2.4 Prosedur
Contoh batuan yang digunakan dalam uji ini disiapkan dengan ukuran
diameter 50 mm.
Contoh diletakkan diantara dua konsus penekan alat point load,
kemudian dongkrak hidrolik diberikan tekanan sehingga kedua ujung
konsus penekan tepat menekan permukaan contoh yang akan diuji.
Catat ukuran mistar pengukuran pada awal kedudukan kedua konsus
penekan mulai menekan contoh.
Pemberian tekanan dilakukan sedikit demi sedikit hingga specimen
pecah.
Pembebanan dihentikan setelah specimen mengalami pecah dan
matikan alat penekan apabila perconto batuan sudah pecah.
Baca jarum penunjuk pembebanan maksimal (dial gauge) yang
diberikan alat sehingga perconto pecah.
Catat ukuran mistar pada akhir kedudukan, maka akan didapatkan nilai
jarak antara dua konsus penekan.
3.2.5 Rumus Yang Digunakan
1. Menghitung indeks franklin yaitu dengan rumus :
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
33
IS =
Dimana : Is = Point Load Test Index
P = Beban maksimum hingga percontoh pecah
D2 = Jarak antara dua konus penekan
2. Menghitung kuat tekan yaitu dengan rumus :
σc = 23 Is
Dimana : Is = Point Load Test Index
σc = Kuat tekan batuan
3.2.6 Data Hasil Percobaan
Tabel 3.1Hasil Pengamatan Percobaan
Pengukuran Sampel
Pengukuran Konus Dial Gauge(kg)D1 (cm) D2 (cm) d (cm)
Axial (Lempung)
5,6 5,1 0,5 40
Diameteral(Pasir)
5,7 5,2 0,5 20
Sumber : Data hasil pengamatan Praktikum Geomekanika 2014.
3.2.7 Pengolahan Data
Axial (Lempung)
Is =
σc = 23. Is = 23 x 1,54 = 35,42 =3,542 Mpa
Diameteral (Pasir)
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
34
Is =
σc = 23. Is = 23 x = 17,02
3.2.8 Data Hasil Perhitungan
Tabel 3.2Hasil Percobaan
IS kg/cm2 σC (Mpa)
Axial (Lempung)
1,54 3,542
Diameteral (Pasir)
0,74 1,702
3.2.9 Analisa
Dari data hasil percobaan dapat dianalisakan bahwa, dari segi alat yang
dapat melakukan pegujian terhadap sampel yang mempunyai dimensi berbagai
bentuk. Alat Pointload hanya digunakan dalam menguji kekuatan dari suatu
batuan, fungsinya tidak berbeda jauh dengan pengujian UCS, hanya pada di
UCS pengujiannya dilakukan secara detail, parameter yang diuji lebih bervarasi
sehingga analisa hasil pengujiannya juga semakin jelas.
Pengujian Pointload ini, sampel di uji dengan 2 posisi berbeda (secara axial
dan diameteral). Sampel yang diagunakan untuk pengujian secara axial adalah
batulempung, dan batupasir digunakan sebagai pengujian secara diameteral,
pengujian dengan 2 posisi berbeda ini dimaksudkan terhadap perubahan bentuk
atau gaya yang dapat diterima oleh batuan dari berbagai macam arah, dengan
kondisi sampel dilapangan dengan dimensi tidak jelas dan tidak mewakili.
3.2.10 Kesimpulan
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
35
Dari hasil pengujian Pointload ini didapat hasil, sampel lempung
mempunyai kekuatan lebih besar dari batupasir, bisa ditunjukan dari pembacaan
pada Dial Gauge. Batupasir bisa pecah pada pemberian beban 20 kg, dan 1,702
Mpa. Sedang pada batulempung pecah di beban 40 kg, dan 3,542 Mpa.
3.3 Triaxial
3.3.1 Tujuan Pengujian Triaxial Batuan
Pada pratikum pengujian triaxial batuan bertujuan untuk
menentukan kekuatan suatu batuan dibawah tekanan triaxial yang
meghasilkan kohesi (C) dan sudut geser dalam ().
3.3.2 Pengujian Triaxial Batuan
Pengujian ini adalah salah atu ujian yang utama dalam penentuan
kekuatan dalam batuan dimana kemampuan ini dengan jalan tekanan
triaxial. Sampel yang digunakan berbentuk silinder. Dan pengujiannya
sama dengan kuat tekan.
Dari hasil pengujian triaxial dapat ditentukan :
- Strength envelope (Kurva Intrinsic)
- Kuat geser (Shear Strength)
- Sudut geser dalam ()
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
36
- Kohesi (C)
Gambar 3.1Pengujian Triaxial
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Uji Triaksial
a) Tekanan pemampatan
Tekanan pemampatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
dalam uji triaksial. Besarnya tegangan aksial pada saat contoh batuan runtuh
saat pengujian triaksial selalu lebih besar daripada tegangan aksial saat contoh
batuan runtuh pada pengujian kuat tekan uniaksial. Hal ini disebabkan karena
adanya penekanan (pemampatan) dari arah lateral dari sekeliling contoh batuan
pada uji triaksial.
b) Tekanan pori
Dari penelitian Schwartz pada tahun 1964 yang mempelajari tentang
tekanan pori pada uji triaksial terhadap batuan sandstone (lihat Gambar 2.6).
Dapat disimpulkan bahwa naiknya tekanan pori akan menurunkan kekuatan
batuan.
c) Temperatur
Secara umum, kenaikan temperatur menghasilkan penurunan kuat tekan
batuan dan membuat batuan semakin ductile. Gambar 2.7 menunjukkan kurva
tegangan diferensial (deviatoric stress, σ3-σ1) – regangan aksial untuk batuan
granit pada tekanan pemampatan 500 MPa dan pada temperatur yang berbeda-
beda.
d) Laju deformasi
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
37
Kenaikan laju deformasi secara umum akan menaikkan kuat tekan
batuan. Hal ini terbukti dari penelitian-peneliatian terdahulu. Pada tahun 1961,
Serdengecti dan Boozer melakukan penelitian tentang pengaruh kenaikan laju
deformasi pada uji triaksial.
e) Bentuk dan Dimensi contoh batuan
Bentuk contoh batuan pengujian triaksial sama seperti uji kuat tekan uniaxial
bentuk silinder. Semakin bertambahnya ukuran contoh batuan, kemungkinan tiap
contoh batuan dipengaruhi oleh bidang lemah akan semakin besar.
f) Tipe Deformasi Batuan pada Uji Triaksial
Secara garis besar tipe deformasi yang terjadi saat contoh batuan runtuh dapat
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu brittle fracture dan ductile fracture.
Pengujian ini adalah salah satu pengujian yang terpenting di dalam
mekanika batuan untuk menentukan tekanan batuan di bawah tekanan triaxial.
Perconto yang digunakan pada uji ini berbentuk silinder dengan syarat-syarat
contoh uji sama dengan pengujian kuat tekan. Dari hasil pengujian triaxial yang
dilakukan dapat ditentukan parameter-parameter yang menunjukkan kekuatan
batuan, diantarnya adalah :
Nilai tegangan puncak (1) yang didapatkan dari hasil uji batuan
dengan nilai tegangan keliling (3) yang berbeda-beda.
Strength envelope curve (kurva selubung kekuatan batuan), dari
kurva ini dapat menentukan parameter kekuatan batuan yaitu :
Kuat geser batuan (shear strength)
Sudut geser dalam (ø)
Kohesi (C)
3.3.3 Alat-alat yang digunakan
Mesin kuat tekan
Bearing plate
Rubber jacket
Sistem hidrolik untuk memberikan tegangan keliling pada contoh saat
pengujian
3.3.4 Prosedur
Contoh batuan yang digunakan dalam uji ini disiapkan dengan ukuran
dimensi panjang minimal dua kali diameter perconto.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
38
Masukkan perconto batuan ke dalam rubber jacket. Kemudian contoh
dimasukkan ke dalam silinder besi yang berfungsi untuk menahan
tegangan keliling yang diberikan kepada contoh uji kemudian ditutup
oleh flat dan dipasangkan di mesin uji kuat tekan.
Spesimen diletakkan diantara plat baja dan diatur agar tepat dengan
plat form penekanan alat, kemudian mesin dinyalakan sehingga
specimen berada di tengah-tengah apitan plat baja dan pastikan
bahwa kedua permukaan specimen telah menyentuh plat baja
tersebut.
Tegangan keliling (3) diberikan kepada contoh uji dengan
menggunakan sistem hidrolik, usahakan tegangan ini konstan selama
pengujian dilakukan.
Skala pengukuran beban harus ditetapkan pada keadaan netral (nol).
Baca jarum penunjuk pembebanan pada axial dial gauge per 30 detik
dan catat hasil pengukuran.
Pemberian pembebanan dilakukan sedikit demi sedikit hingga
specimen pecah.
Pembebanan dihentikan setelah specimen mengelami pecah dan
hasilnya dibuat sketsa bentuk pecah serta catat sudut pecahnya.
3.3.5 Rumus yang digunakan
1. Regangan axial =
2.
3. σ1 = Beban + Tekanan samping (σ3)
3.3.6 Data Pengamatan
Berikut data-data yang di dapat pada praktikum
Tabel 3.1Data Pengamatan Uji Triaxial
Sampel (kg) Perpendekan Axial
Beban
10560 200
1270 300
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
39
1650 400
2140 425
2140 550
20
90 50
130 150
200 300
280 450
390 500
500 550
520 800
30
80 50
180 250
280 500
380 750
460 1100
Tinggi sampel : 11 cm
Diamter Samepel : 5,5 cm
3.3.7 Pengolahan Data
Contoh Perhitungan untuk beban 10 kg
1. Regangan axial =
2. Ao =
= 3,14 x (2,75 cm)2 = 23,74 cm2
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
40
3. σ1 – σ3
4 σ1
σ 1 = σ3 + (σ1- σ3)
Tabel 3.4Hasil Pengolahan Data Uji Triaxial
Sampel Perpendekan
AxialBeban
Regangan = Perpendekan Axial (x 0,01)
σ1- σ3
(Kg/Cm2)
σ1 (Kg/Cm2)
10 kg
560 200 0.051 8.4246 18.4246
1270 300 0.115 4.2123 14.2123
1650 400 0.150 4.2123 14.2123
2140 425 0.195 1.053075 11.05307
2140 550 0.195 5.265375 15.26537
20 kg 90 50 0.008 2.10615 22.10615
130 150 0.012 4.2123 24.2123
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
41
200 300 0.018 6.31845 26.31845
280 450 0.025 6.31845 26.31845
390 500 0.035 2.10615 22.10615
500 550 0.045 2.10615 22.10615
520 800 0.047 10.53075 30.53075
30 kg
80 50 0.007 2.10615 32.10615
180 250 0.016 8.4246 38.4246
280 500 0.025 10.53075 40.53075
380 750 0.035 10.53075 40.53075
460 1100 0.042 14.74305 44.74305
3.3.8 Analisa
Pada pengujian triaxial ini dapat dibuat dianalisakan bahwa
3.3.9 Kesimpulan
Setelah dilaksanakannya praktikum kali ini didapat data-data sebagai
berikut ;
Kohesi (C) : 3.8 Mpa
Kuat gesernya : 20 Mpa
Sudut geser dalamnya : 3,43°
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
42
3.4 Kuat Geser
3.4.1 Tujuan Pengujian Kuat Geser
Pengujian kuat geser dilakukan untuk mengetahui sifat mekanik dari
batuan yang menjadi specimen yaitu dari segi berapa kekuatan specimen
terhadap suatu geseran disertai adanya pembebanan yang masih mampu
ditahan oleh specimen tersebut. Hal ini banyak digunakan dalam analisis
stabilitas lereng pada tambang terbuka, analisis stabilitas batuan samping pada
lubang bukaan bawah tanah, dan lain sebagainya.
3.4.2 Pengujian Kuat Geser
Pengujian ini untuk mengetahui kekuatan batuan terhadap suatu geseran
pada tegangan normal tertentu. Dari hasil pengujian kuat geser ini dapat
ditentukan :
Garis “Coulomb’s shear strength”
Nilai kuat geser (shear strength) batuan
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
43
Sudut geser dalam (ø)
Kohesi
3.4.3 Landasan Teori
Mekanika batuan adalah salah satu cabang disiplin ilmu geomekanika.
Mekanika batuan merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat mekanik batuan
dan massa batuan. Hal ini menyebabkan mekanika batuan memiliki peran yang
dominan dalam operasi penambangan, seperti pekerjaan penerowongan,
pemboran, penggalian, peledakan dan pekerjaan lainnya.
Tanah merupakan suatu bagian yang sangat menentukan dalam
perencanaan suatu konstruksi, karena menentukan kestabilan konstruksi
tersebut. Kekuatan tanah tersebut tidak sama untuk tempat-tempat yang
berbeda, sehingga hal ini mengharuskan para perencana untuk memperhatikan
kondisi tanah sebagai suatu elemen kestabilan konstruksi yang sangat
menentukan keadaan konstruksi pada masa penggunaannya.
Untuk menentukan kondisi tanah yang akan digunakan sebagai tempat
dibangunnya suatu konstruksi, tidak cukup dilakukan perhitungan tanpa suatu
pemeriksaan yang mendalam atau spesifik. Terutama untuk mengetahui
parameter-parameter dari sifat fisis dan mekanis dari tanah tersebut. Jadi
diperlukan pengujian atau percobaan yang dilakukan secara ilmiah yakni melalui
pengujian laboratorium.
Kekuatan suatu tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sangat komplek
dari parameter-parameter yang didapatkan dari suatu pemeriksaan yang
mendalam. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat tanah
tersebut, yang meliputi sifat fisis dan mekanis tanah.
Sehingga untuk mengetahui sifat mekanik batuan dan massa batuan
dilakukan berbagai macam uji coba baik itu dilaboratorium maupun dilapangan
langsung atau secara insitu.
Untuk mengetahui sifat mekanik batuan dilakukan beberapa percobaan
seperti uji kuat tekan uniaksial, uji kuat tarik, uji triaksial dan uji tegangan insitu.
Mekanika batuan sendiri mempunyai karakteristik mekanik yang diperoleh dari
penelitian ini adalah kuat tekan batuan (σt), kuat tarik batuan (σc ), Modulus
Young (E), Nisbah Poisson (v), selubung kekuatan batuan (strength envelope),
kuat geser (τ), kohesi (C), dan sudut geser dalam (φ).
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
44
Untuk pengujian kuat geser ini yang mana berfungsi untuk mengetahui
kekuatan batuan terhadap suatu geseran pada tegangan normal tertentu.
nantinya dari hasil pengujian akan dapat ditentukan:
garis “Coulumb’s shear strength”
kuat geser (shear strength)
sudut geser dalam (Φ)
kohesi (C)
Percobaan ini mencakup metode pengukuran kuat geser tanah
menggunakan uji geser langsung UU. Interpretasi kuat geser dengan cara ini
bersifat langsung sehingga tidak dibahas secara rinci. Beberapa definisi yang
berkaitan dengan percobaan ini antara lain:
Gaya Normal adalah gaya yang bekerja tegak lurus terhadap bidang yang
ditinjau.
Gaya geser adalah gaya yang bekerja secara menyinggung atau sejajar
bidang yang ditinjau.
Tegangan normal adalah gaya normal per satuan luas.
Tegangan geser adalah gaya geser per satuan luas.
Peralihan (displacement) adalah perpindahan horizontal suatu bidang
geser relatif terhadap bidang lain dalam arah kerja gaya geser.
Kohesi (cu) adalah kuat geser tanah akibat gaya tarik antar partikel.
Sudut geser dalam adalah komponen kuat geser tanah akibat geseran
antara partikel.
Kuat geser adalah tegangan geser maksimum yang dapat ditahan oleh
suatu bidang (dalam tanah) di bawah kondisi tertentu.
Kuat geser puncak (peak strength) adalah kuat geser tertinggi pada suatu
rentang peralihan atau regangan tertentu.
Kuat geser residual adalah tahanan geser tanah pada regangan atau
peralihan yang besar yang bersifat konstan. Kuat geser residual ini
dicapai setelah kuat geser puncak dilampaui.
Dilantasi adalah pengembangan volume tanah saat dikenai tegangan
geser.
Hasil uji geser langsung dapat digunakan untuk analisis kestabilan dalam
bidang geoteknik, diantaranya untuk analisis kestabilan lereng, daya dukung
pondasi, analisis dinding penahan, dan lain-lain.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
45
Uji geser langsung tidak dapat mengukur tekanan air pori yang timbul
saat penggeseran dan tidak dapat mengontrol tegangan yang terjadi di sekeliling
contoh tanah. Di samping itu keterbatasan uji geser langsung yang lain adalah
karena bidang runtuh tanah ditentukan, meskipun belum tentu merupakan bidang
terlemah.
3.4.4 Alat-alat yang digunakan
1. Satu set alat untuk uji kuat geser dari suatu batuan
2. Satu specimen dengan bentuk segiempat atau ketupat dan
specimen yang diujinya berada di tengah-tengah segiempat yang
tengahnya dibuat belah
3. Pompa pembebanan serta penunjuknya dalam satuan KN,
dengan skala satu stripnya 1 KN
4. Penunjukkan keadaan gesernya specimen dengan skala 0,5 per
strip
5. Jumlah specimen yang diuji adalah 1 buah specimen dengan 3
kali uji
3.4.5 Prosedur
1. Ukur terlebih dahulu panjang dan lebar contoh lalu catat pada
form yang ada.
2. Masukkan specimen ke dalam box penyimpanan di alat shear box,
kemudian beri beban normal sesuai dengan perhitungan.
3. Pasang selang oli pressure pada saat posisi maju saat
pengukuran maju, demikian pula pada saat pengukuran mundur selang
dipindahkan.
4. Pompa beban yang digunakan (1 KN, 2 KN, 3 KN) dan ditahan
supaya konstan selama pengujian masih dilakukan.
5. Baca pressure gauge sesuai waktu yang diminta sebanyak 12 mm
perubahan.
6. Beban yang diberikan jangan sampai berubah. Apabila berubah
maka pressure gaugenya pun berubah. Penunjuk keadaan geser
specimen dengan skala 1 strip bernilai 0,5 KN.
7. Pompa untuk menggeser specimen, digerak-gerakkan selama alat
penunjuk geser maju atau mundur itu berputar satu putaran penuh
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
46
8. Setelah satu putaran dicatat data yang dihasilkan dari alat
penunjuk kekuatan geser (yang letaknya di dekat pompa yang berfungsi
untuk menggeser).
9. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali dengan keadaan menggeser
ke arah maju dan ke arah mundur.
3.5 Kuat Tarik Tidak Langsung
3.5.1 Tujuan Pengujian Kuat Tarik
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui ikuat tarik batuan secara
tidak langsung, pengertian secara tidak langsung ini, dikarenakan specimen
diberikan pembebanan terhadap arah diameteral sehingga gaya yang diberikan
akan di distribusikan secara diametral (ditarik).
3.5.2 LandasanTeori
Sifat mekanik batuan yang diperoleh dari uji ini adalah kuat tarik batuan
(σt). Ada dua metode yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kuat tarik
contoh batuan di laboratorium, yaitu metode kuat tarik langsung dan metode kuat
tarik tak langsung. Metode kuat tarik tak langsung merupakan uji yang paling
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
47
sering digunakan. Hal ini disebabkan uji ini lebih mudah dan murah daripada uji
kuat tarik langsung. Salah satu uji kuat tarik tak langsung adalah Brazilian test.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile
strength) dari percontoh batuan berbentuk silinder secara tidak langsung.
Alat yang digunakan adalah mesin tekan seperti pada pengujian kuat
tekan. Alat yang digunakan adalah mesin tekan seperti pada pengujian
kuat tekan. Metode kuat tarik tak langsung merupakan uji yang paling
sering digunakan. Hal ini disebabkan uji ini lebih mudah dan murah
daripada uji kuat tarik langsung. Salah satu uji kuat tarik tak langsung
adalah Brazilian test. Kekuatan geser tanah merupakan perlawanan
internal tanah tersebut per satuan luas terhadap keruntuhan atau
pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah yang dimaksud.
Kuat tarik batuan merupakan salah satu parameter penting dari sifat dan
karakteristik massa batuan, dan perlu menjadi perhatian didalam perhitungan
kestabilan atap lubang bukaan. Kuat tarik batuan pada umumnya diperoleh dan
uji kuat tarik tidak langsung, yang sampai saat ini masih tetap digunakan karena
faktor kemudahan dalam mempersiapkan contoh uji dan kesederhanaan metode
pengujian serta taraf kepercayaannya yang masih bisa dianggap memenuhi
syarat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbandingan nilai kuat tarik yang
diperoleh dari uji kuat tarik tidak langsung melalui uji Brazilian dengan nilai uji
kuat tarik langsung, terhadap contoh batu gamping Citatah dan batu andesit
lapuk Gunung Jaha. Dengan terlebih dahulu merancang dan membuat alat uji
kuat tarik langsung. Untuk menentukan bentuk geometn contoh uji tank
langsung, dilakukan studi permodelan numenk dengan mrnggunakan paket
program `Rheo-Staub' terhadap model contoh uji bentuk; silinder, `dog-bone
linier', `dog-bone semi circle', dan bentuk `dog-bone circle'.
Uji geser langsung merupakan pengujian yang sederhana dan langsung.
Pengujian dilakukan dengan menempatkan contoh tanah ke dalam kotak geser.
Kotak ini terbelah, dengan setengah bagian yang bawah merupakan bagian yang
tetap dan bagian atas mudah bertranslasi. Kotak ini tersedia dalam beberapa
ukuran, tetapi biasanya mempunyai diameter 6.4 cm atau bujur sangkar 5,0 x 5,0
cm . Contoh tanah secara hati-hati diletakkan di dalam kotak, sebuah blok
pembebanan, termasuk batu-batu berpori bergigi untuk drainase yang cepat,
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
48
diletakkan di atas contoh tanah. Kemudian suatu beban normal Pv dikerjakan.
Kedua bagian kotak ini akan menjadi sedikit terpisah dan blok pembebanan serta
setengah bagian atas kotak bergabung menjadi satu. Kuat geser sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor , antara lain :
Tekanan efektif atau tekanan antar butir.
Kemampuan partikel atau kerapatan
Sementasi partikel, yang terjadi secara alamiah atau buatan.
Daya tarik antar partikel atau kohesi.
3.5.3 Alat Dan Bahan
a. Alat
Mesin kuat tekan (Unaxial Compression Test MachineI).
Sistem pengukuranbeban, dengan ketelitian 2 kali.
Sepasang plat baja.
Jangka sorong dan stopwatch.
b. Bahan
Sampel batuan yang akan diuji
3.5.4 Prosedur
Contoh batuan yang akan digunakan dalam uji ini disiapkan dengan
ukuran dimensi panjang = setengah kali diameter.
Plat baja bagian bawah diletakkan ditengah – tengah platform mesin kuat
tekan.
Spesimen diletakkan ditengahnya (diantara plat baja atas dan plat baja
bawah), kemudian sedikit demi sedikit ditekan dengan platform atas
dengan mesin kuat tekan dengan memberikan pembebanan.
Pasang Dial Gauge untuk l mengukur deformasi axial.
Contoh batuan diberikan pembebanan, diusahakan laju pembebanan
tersebut konstan yaitu 200 N/detik.
Pembacaan pembebanan dilakukan setiap penambahan gaya 2 KN dan
catat angka pembebanan axial hingga dicapai gaya maksimum (specimen
pecah).
3.5.5 Rumus Yang Digunakan
Besarnya kuat tarik di hitung sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
49
Ot =
Dimana : ot = kuat tarik (kg/cm2)
P = beban maksimum saat contoh pecah
L = Tebal contoh
D = diameter contoh
3.5.6 Data Hasil Pengamatan
Tabel 3.1Data Hasil Percobaan
SAMPELDIMENSI
Beban (Kg)Tinggi (cm) Diameter (cm)
I 3,5 7 50
II 2,9 5,8 1250
Sumber : Data Hasil Praktikum Geomekanika ,tahun 2014.
3.5.7 Pengolahan Data
Sampel 1 (Batuan Sedimen)
1,29
Tegangan = = 1,29 kg/cm2
= 0,13 Mpa
Sampel 2 (Batuan Beku)
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
50
47,33
Tegangan = = 47,33 kg/cm2
= 4,733 Mpa
Tabel 3.2Data Hasil Perhitungan
SAMPEL
DIMENSI
Beban (Kg) cTegangan
(Mpa)Tinggi
(cm)
Diameter
(cm)
I 3,5 7 50 1,29 0,129
II 2,9 5,8 1250 47,33 4,733
3.5.8 Analisa
Dari Percobaan Kuat Tarik Tidak Lansung ini dapat dianalisa, uji dengan
posisi diameteral pada jenis-jenis batuan sampel yang berbeda agar dapat
mengetahui kekuatan batuan-batuan tertentu terhadap beban yang diterima yang
mana batuan tersebut akan mengalami tarikan dari samping. Uji ini dapat
diaplikasikan dalam suatu pemodelan bukaan tambang, untuk kestabilan lereng,
maupun bukaan underground.
3.5.9 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan perhitungan didapat kesimpulan, Beban yang
dapat diterima batuan sedimen lebih kecil yaitu 50 kg = 0,129 Mpa. Dibandingkan
Pada batuan beku yang dapat menerima beban sampai 1250 kg = 4,733 Mpa
sampai patah.
BAB IV
UJI MASSA JENIS (DENSITY), KADAR AIR, DERAJAT
KEJENUHAN, ANGKA PORI DAN POROSITAS
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
51
4.1 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini untuk mengukur massa jenis dan kadar air alami
tanah yang menunjukan sifat fisik tanah.
4.2 Teori Dasar Percobaan
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi
(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada
benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air ).
Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg/m3). Massa
jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang
berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya
akan memiliki massa jenis yang sama.
Rumus untuk menentukan massa jenis adalah :
Dengan :
ρ = adalah massa jenis,
m = adalah massa,
V = adalah volume.
Satuan massa jenis dalam 'CGS [centi-gram-sekon]' adalah : gram
per sentimeter kubik (g/cm3).
1 g/cm3 =1000 kg/m3
Massa jenis air murni adalah 1 g/cm3 atau sama dengan 1000 kg/m3
Selain karena angkanya yang mudah diingat dan mudah dipakai untuk
menghitung, maka massa jenis air dipakai perbandingan untuk rumus ke-2
menghitung massa jenis, atau yang dinamakan 'Massa Jenis Relatif'. Rumus
massa jenis relatif = Massa bahan / Massa air yang volumenya sama.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
52
Percobaan ini untuk mengukur berat isi dan kadar air dalam tanah
dengan menggunakan uji ring gamma. Besaran-besaran lain yang dapat
diturunkan adalah angka pori (e ), porositas (n), dengan derajat kejenuhan (Sr).
1. Berat isi (ρ) : adalah berat tanah persatuan volume.
2. Kadar air (w) : perbandingan antara berat air dengan berat butir
tanah, dinyatakan dalam persen.
3. Derajat kejenuhan (Sr) : perbandingan volume air dengan volume pori total,
dinyatakan dalam persen.
4. Angka pori (e) : perbandingan antara volume pori dengan volume
butir.
5. Porositas (n) : perbandingan antara volume pori dengan volume
total.
4.3 Manfaat
Besaran yang diperoleh dapat digunakan untuk korelasi empiris dengan
sifat-sifat teknis tanah.
4.4 Keterbatasan
Metode ini tidak dapat digunakan untuk tanah fraksi kasar.
4.5 Peralatan
Selinder ring
Timbangan (ketelitian 0.01 gr)
Oven
Desikator
Alat dongkrak
Stikmaat (jangka sorong)
Pisau
4.6 Prosedur Percobaan
1. Slinder ring dibersikan kemudian dengan stickmat diukur diameter (d),
tinggi, (t), dan beratnya ditimbang.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
53
2. Slinder ring ditekan masuk kedalam dan kemudian dengan alat dongkrak
selinder dikeluarkan, potong dengan pisau, kemudian tanah disekitar ring
dibersikan dan permukaan tanah diratakan.
3. Ring + contoh tanah ditimbang kemudian dimasukan kedalam oven
selama 24 jam denag suhu 105° C.
4. Sesudah itu contoh tanah yang sudah kering dimasukan kedalam
desikator ± 1 jam.
5. Contoh tanah yang sudah dingin ditimbang, didapat berat kering.
4.7 Rumus yang Digunakan
Massa Jenis (Density)
Dimana :
ρ = Massa jenis tanah (gr/cm3)
M = Massa tanah alami (gr)
V = Volume tanah alami (cm3)
Kadar Air (Water Content)
Dimana :
w = Kadar air (%)
Mw = Massa air (gr)
Md = Massa tanah kering (gr)
Derajat Kejenuhan (Degree Of Saturation)
Jadi,
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
54
Dimana :
Sr = derajat kejenuhan (%)
V = volume total (cm3)
Vw = volume air (cm3)
Vp = volume pori (cm3)
Mw = massa air (gr)
Md = massa tanah kering (gr)
ρw = massa jenis air (1 gr/cm3)
ρd = massa jenis tanah kering (gr/cm3)
Angka Pori (Void Ratio)
Jadi,
Dimana :
e = angka pori
V = volume total (cm3)
Vp = volume pori (cm3)
Vd = volume butiran (cm3)
Md = massa tanah kering (gr)
ρd = massa jenis tanah kering (gr/cm3)
Porositas
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
55
Jadi,
Dimana :
n = porositas (%)
V = volume total (cm3)
Vp = volume pori (cm3)
Md = massa tanah kering (gr)
ρd = massa jenis tanah kering (gr/cm3)
4.8 Data Hasil Percobaan
Tabel 4.1Hasil Percobaan
NoPercobaan
Sampel ISampel II
Atas Bawah Atas Bawah
1 Tinggi Ring, t (cm) 2,9 4,3 2,8 4,9
2 Diameter Ring, d (cm) 3,5
3 Volume tanah asli (cm3) 27,88 41,34 26,92 47,11
4Massa container, Mc
(gram)13,6 14,2 13,6 13,8
5Massa Tanah Kering +
Container (gram)55,4 70 53,1 74,3
Sumber : Data Hasil Praktikum Geomekanika, Laboratorium Tambang tahun 2014.
4.9 Pengolahan Data
Sampel Pertama
1. Massa tanah alami + Container, M2 (gr)
I. M2 = 55,4 gr
II. M2 = 70 gr
2. Massa Container (Mc)
I. Mc = 13,6 gr
II. Mc = 14,2 gr
3. Massa tanah kering + container, M3 (gr)
I. M3 = 42,5 gr
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
56
II. M3 = 52 gr
4. Massa tanah alami, M = M2 – Mc
I. M = 55,4 gr – 13,6 gr = 41,8 gr
II. M = 70 gr – 14,2 gr = 55,8 gr
5. Massa tanah kering, Md = (M3 – Mc)
I. Md = 42,5 gr – 13,69 gr = 28,9 gr
II. Md = 52 gr – 14,2 gr = 37,8 gr
6. Massa air, Mw = M – Md
I. Mw = 41,8 gr – 28,9 gr = 12,9 gr
II. Mw = 55,8 gr - 37,8 gr = 18 gr
7. Kadar air,w =
I. w =
II. w =
8. Massa jenis tanah,
I.
II.
9. Massa jenis tanah kering,
I.
II.
10. Angka Pori, e
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
57
I.
II.-3
11. Porositas, n
I.
II.
Perhitungan Sampel Kedua
1. Massa tanah alami + Container, M2 (gr)
I. M2 = 53,1 gr
II. M2 = 74,3 gr
2. Massa Container
I. (Mc) = 13,6 gr
II. (Mc) = 13,8 gr
3. Massa tanah kering + container, M3 (gr)
I. M3 = 43,5 gr
II. M3 = 53,5 gr
4. Massa tanah alami, (M)
I. M = M2 – Mc = 121,906 gr – 13,6 gr = 39,5 gr
II. M = M2 – Mc = 120,714 gr – 13,8 gr = 60,5 gr
5. Massa tanah kering, Md = (M3 – Mc)
I. Md = M3 – Mc =43,5gr – 13,6 gr = 29,9 gr
II. Md = M3 – Mc =53,5 gr – 13,8 gr = 39,79 gr
6. Massa air,
I. Mw = M – Md = 53,1 gr – 43,5 gr = 9,6 gr
II. Mw = M – Md = 74,3 gr – 53,5 gr = 20,71 gr
7. Kadar air,
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
58
I. w =
II. w =
8. Massa jenis tanah,
I.
II.
9. Massa jenis tanah kering,
I.
II.
10. Angka Pori, e
I.
II.
11. Porositas, n
I.
II.
4.10 Data Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.2Hasil Pengolahan Data
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
59
NoPercobaan
Sampel I Sampel II
Atas Bawah Atas Bawah
1 Tinggi Ring, t (cm) 2,9 4,3 2,8 4,9
2 Diameter Ring, d (cm) 3,5
3 Volume tanah asli (cm3) 27,88 41,34 26,92 47,11
4Massa container, Mc
(gram)13,6 14,2 13,6 13,8
5Massa Tanah Kering +
Container (gram)55,4 70 53,1 74,3
8 Massa Tanah Asli (gram) 41,8 55,8 39,5 60,5
9Massa Tanah Kering,
(gram)28,9 37,8 29,9 39,79
10 Massa air (gram) 12,9 18 9,6 20,71
11 Kadar air (%) 44,63 47,61 32,10 52,16
12Massa Jenis Tanah
(gr/Cm3)1,49 1,34 1,46 1,28
13Massa Jenis Tanah Kering
(gr/cm3)1,03 0,907 1,105 0,841
15 Angka Pori, e 0,38 0,456 0,342 0,516 Porositas, n (%) 38,4 46,05 34,47 50,28
8.11 Analisa
Dari data hasil percobaan dan perhitungan dapat dianalisakan, sampel
yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari sampel yang masing-masing
dibagi 2, 2 sampel yang diambil dengan lokasi yang bebeda dengan dimensi
yang sama, ini dimaksudkan mengsimulasikan untuk menentukan kadar air dan
tingkat porositas di tempat yang berbeda lokasi dengan titik-titik tertentu, yang
mana uji dari soil propertys ini oupout yang di dapat nantinya adalah jumlah
kadar air yang dikandung dari suatu tanah dan tingkat prorositasnya.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
60
Kemudian dari sampel yang ada dibagi dua masing-masingnya, ini
dimaksudkan dibagi bagian atas dan bagian bawah, karena kadar air pada suatu
lapisan tanah jumlahnya berbeda-beda sesuai dengan jumlah pori yang dimiliki
dari batuan tersebut. Percobaan ini juga dimaksudkan, dengan memperoleh
hasil-hasil uji berupa berat jenis, tingkat porositas dsb, dapat diterapkan dalam
perkiraan bukaan tambang pada titik yang berbeda dengan lokasi yang sama,
begitu juga dengan memperkirakan tingkat pelapukan suatu tanah pada daerah
tertentu.
8.12 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan maka didapatkan hasil sifat-sifat fisik
tanah yang telah di ukur, ditimbang, dan hitung yaitu :
Massa Air : 12,9 gr
Kadar Air : 44,63%
Massa Jenis Tanah : 12,9 gr/cm3
Massa Jenis Tanah Kering : 1,03 gr/cm3
Derajat kejenuhan : 0,844%
Angka Pori : 0,38
Porositas : 38,4 %
Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa tanah tersebut bersifat memiliki
kadar air yang cukup besar karena pori-porinya terbilang cukup banyak, hal itu
dikarenakan oleh tanah yang merupakan material lepas yang memiliki ruang atau
pori-pori untuk menyimpan air, tidak seperti batuan yang kompak dan tidak
mempuanyai banyak celah untuk menyimpan air.
BAB V
UJI KONSOLIDASI
5.1 Tujuan Percobaan
Tujuan konsolidasi adalah menentukan sifat kemampatan tanah dan
karakteristik konsolidasinya yang merupakan fungsi dari permeabilitas tanah,
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
61
dengan memberikan beban secara bertahap kepada tanah dan mengukur
perubahan volume (atau perubahan tinggi) contoh tanah terhadap waktu.
a. Sifat kemampatan tanah dinyatakan dengan koefisien kemampatan
volume (mv) atau dengan indeks kompresi (Cc).
b. Karakteristik konsolidasi dinyatakan oleh koefisien (Cv) yang
menggambarkan kecepatan kompresi tanah terhadap waktu.
5.2 Teori Dasar Percobaan
Suatu beban statis pada tanah pasir akan memampatkan pasir secara
cepat, sedangkan beban statis akan bekerja pada tanah lempung menyebabkan
penurunan sangat lambat. Ada dua penyebab utama mengenai lambatnya waktu
penurunan dari tanah lempung yaitu:
1. Kelambatan Hidrodinamik
2. Kelambatan kekentalan
Meskipun lapisan lempung mempunyai sedikit sifat kompresi elastis
berupa sedikit perubahan volume pada partikel-partikel tanah dan air, secara
pasti bagian yang lebih besar dari penurunan harus terjadi karena diperas
keluarnya air dari rongga pori. Beban statis menghasilkan suatu gradien tekanan
dalam air pori dan menyebabkan aliran menuju permukaan drainase. Akan tetapi,
aliran ini lambat karena adanya permeabilitas dari tanah lempung. Sehingga laju
penurunan merupakan fungsi dari permeabilitas. Kelambatan waktu penurunan
ini disebut sebagai kelambatan hidrodinamik.
Agar partikel-partikel lempung bergerak saling mendekat bersama-sama
akibat suatu beban statis, maka air lapis ganda yang tersesun mengelilingi
partikel-partikel lempung harus mengalami deformasi. Deformasi ini bisa
disebabkan oleh beban-beban yang dapat cenderung memaksa keluarnya air
lapis ganda dan /atau oleh beban-beban geser yang menyebabkan suatu
deformasi geser dalam air yang mengelilingi partikel tersebut. Kelambatan waktu
yang berkaitan dengan perlawanan kekentalan disebut kelambatan kekentalan.
Kompresi pada lapisan-lapisan lempung jenuh akibat suatu beban statis
disebut konsolidasi, dan teori-teori mengenai konsolidasi yang berkaitan dengan
kelambatan hidrodinamik maupun kelambatan kekentalan terdapat pada literatur
mekanika tanah. Metode mengenai estimasi dari konsolidasi lempung yang biasa
digunakan pada saat ini adalah didasarkan pada teori konsolidasi satu dimensi
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
62
yang diajukan oleh Terzaghi ( 1925 ), yang hanya mengenal kelambatan
hidrodinamik yang bertanggung jawab kepada kelambatan waktu penurunan.
Dengan alasan ini maka teori tersebut harus digunakan dengan sangat hati-hati
dan mengikuti prosedur-prosedur standar yang telah diuji selama bertahun-
tahun. Meskipun teori Terzaghi tidak mempertimbangkan kelambatan kekentalan,
pada saat teori itu disajikan telah merupakan suatu perbaikan yang cepat pada
prosedur-prosedur guna mengestimasi konsolidasi lempung dan dapat
dipandang sebagai pelapor dari banyak teori-teori yang istimewa dalam
mekanika tanah pada saat ini (Bowles, 1984).
Uji konsolidasi dilakukan pada tanah lempung atau lanau jenuh dengan
interpretasi berdasarkan teori Terzaghi. Pengujian secara khusus untuk tanah
ekspansif dan tanah organik tidak termasuk dalam lingkup pengujian ini.
Beberapa defenisi yang berkaitan dengan percobaan ini antara lain:
a. Konsolidasi
adalah proses dimana tanah mengalami kompresi akibat beban dalam
suatu periode waktu tertentu, dimana kompresi berlangsung akibat
pengaliran air keluar dari pori-pori tanah.
b. Tekanan air pori ekses
adalah tekanan air pori tanah akibat pemberian beban seketika. Dengan
mengalirnya air dari pori-pori tanah, tekanan air pori ekses ini akan
menurun secara berangsur-angsur, peristiwa ini disebut dengan didipasi
tekanan air pori. Bila suatu lapisan tanah mengalami pembebanan akibat
beban di atasnya, maka tanah di dibawah beban yang bekerja tersebut
akan mengalami kenaikan tegangan, ekses dari kenaikan tegangan ini
adalah terjadinya penurunan elevasi tanah dasar (settlement).
Pembebanan ini mengakibatkan adanya deformasi partikel tanah, relokasi
partikel tanah, dan keluarnya air pori dari tanah yang disertai
berkurangnya volume tanah. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya
penurunan tanah.
Pada umumnya tanah, dalam bidang geoteknik, dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu tanah berbutir dan tanah kohesif. Pada tanah berbutir (pasir/sand),
air pori dapat mengalir keluar struktur tanah dengan mudah, karena tanah
berbutir memiliki permeabilitas yang tinggi. Sedangkan pada tanah
kohesif (clay), air pori memerlukan waktu yang lama untuk mengalir
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
63
keluar seluruhnya. Hal ini disebabkan karena tanah kohesif memiliki
permeabilitas yang rendah.
c. Derajat konsolidasi
Adalah rasio antara tekanan air pori yang menurun setelah beberapa
waktu berdisipasi terhadap tekanan air pori ekses mula-mula selama
proses konsolidasi. Disebut juga sebagai persentase disipasi tekanan air
pori.
d. Derajat konsolidasi rata-rata
Adalah rata-rata derajat konsolidasi sepanjang ketinggian contoh tanah.
Dapat dibuktikan bahwa derajat konsolidasi rata-rata sama dengan rasio
pemampatan tanah pada saat tertentu terhadap pemampatan final dari
contoh tanah.
e. Kompresi awal
adalah pemampatan yang terjadi seketika setelah beban diberikan
kepada contoh tanah, sebelum proses disipasi berlangsung.
f. Konsolidasi primer
adalah bagian dai kompresi tanah akibat pengaliran air hingga seluruh
proses disipasi selesai.
g. Konsolidasi sekunder
adalah pemampatan tanah yang berlangsung setelah konsolidasi
selsesai.
h. Koefisien konsolidasi (Cv)
adalah parameter yang menghubungkan perubahan tekanan air pori
ekses terhadap waktu.
5.3 Manfaat
Hasil uji konsolidasi ini dapat digunakan untuk menghitung penurunan
tanah akibat proses konsolidasi dan secara tidak langsung dapat digunakan
untuk menentukan permeabilitas tanah, dengan rumus:
k = mv x pw x Cv
dimana:
k = permeabilitas tanah
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
64
mv = massa pori (gr)
pw = massa jenis air (1 gr/cm2)
Cv = Koefisien konsolidasi
5.4 Keterbatasan
Uji ini hanya untuk konsolidasi 1 dimensi (arah verrikal saja).
5.5 Peralatan
a. Alat konsolidasi terdiri dari 2 bagian, yaitu alat pembebanan dan alat
konsolidasi
b. Arloji ukur
c. Peralatan untuk meletakkan contoh tanah ke dalam ring konsolidas
d. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr dan 0,1 gr
e. Oven
f. Stopwatch
g. Penggaris (Scale)
5.6 Ketentuan
a. Untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan kadar air, contoh tanah harus
secepatnya diuji. Contoh tanah tidak boleh dipasang dan dibiarkan terlalu
lama sebelum beban pertama diberikan.
b. Selama percobaan sel konsolidasi harus tetap penuh air. Pada beberapa
macam tanah tertentu ada kemungkinan pada pembebanan pertama
akan terjadi pengembangan (swelling) setelah sel konsolidasi diisi dengan
air. Bila hal ini terjadi, segeralah pasang beban kedua dan baca arloji
penurunan seperti prosedur. Jika pada pembebanan kedua masih terjadi
pengembangan maka beban ketiga harus dipasang, demikian seterusnya
sampai tidak terjadi pengembangan.
5.7 Prosedur Percobaan
1. Ukur tinggi dan diameter dan berat (dengan ketelitian 0,1
gram) ring konsolidasi.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
65
2. Ambil contoh tanah dengan diameter yang sama dengan
diameter ring, di sini dipakai diameter 6,5 cm dan tinggi 2 cm.
3. Masukkan contoh tanah tadi ke dalam ring dengan hati-hati,
lapisan atas harus terletak di bagian atas.
4. Contoh tanah dan ring ditimbang.
5. Tempatkan batu pori pada bagian atas dan bawah ring
sehingga contoh tanah yang sudah dilapisi kertas pori terapit oleh kedua
batu pori. Kemudian masukkan dalam sel konsolidasi.
6. Pasang pelat penumpu di atas batu pori.
7. Letakkan sel konsolidasi yang sudah berisi contoh tanah
pada alat konsolidasi, bagian yang runcing dari pelat penumpu tepat
menyentuh alat pembebanan.
8. Aturlah kedudukan arloji pengukur penurunan, kemudian
dibaca dan dicatat.
9. Pasanglah beban pertama sehingga tekanan pada contoh
tanah mencapai besar 0,25 kg/cm2. Lakukan pembacaan pada detik ke 6,
15, 30, dan pada menit ke 1, 2, 4, 8, 15, 30, 60, 90, 120, 180, 330, 420,
1140 setelah beban dipasang. Sesudah pembacaan 1 menit sel
konsolidasi diisi air.
10. Setelah beban bekerja 24 jam pembacaan arloji yang
terakhir dicatat. Pasang beban kedua sebesar beban pertama sehingga
tekanan menjadi 2 kali semula. Kemudian baca dan catat arloji seperti
pada butir 9.
11. Lakukan butir 9 dan 10 untuk beban-beban selanjutnya.
Contoh tanah diberi beban-beban ¼ kg/cm2, ½ kg/cm2, 1 kg/cm2, 2
kg/cm2, 4 kg/cm2, 8 kg/cm2, dst. Besarnya beban maksimum yang
diberikan tergantung pada beban yang akan bekerja pada lapisan tanah
tersebut.
12. Setelah beban 8 kg/cm2 dikerjakan selama 24 jam, beban
dikurangi hingga mencapai 2 kg/cm2 dan kemudian ¼ kg/cm2. Beban-
beban tersebut dibiarkan selama 4 jam dan dibaca besar
pengembangannya dari masing-masing beban tersebut.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
66
13. Setelah pembacaan terakhir dicatat, keluarkan contoh
tanah dan ring dari sel konsolidasi, kemudian batu pori diambil dari
permukaan atas dan bawah.
14. Timbang ring yang berisi contoh tanah setelah dibersihkan
dari genangan air yang terdapat pada sel konsolidasi.
15. Masukkan ring yang berisi contoh tanah tersebut ke dalam
oven selama 24 jam untuk mengetahui berat kering contoh tanah.
BAB VI
UCT
(UNCONFINED COMPRESSION TEST)
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
67
6.1 Tujuan Percobaan Pengujian Kuat Tekan Uniaxial
1. Mengukur kuat tekan tertinggi yang dapat diterima batuan yang
membebaninya pada sumbu axial.
2. Mengukur deformasi axial dan diameterial untuk mendapatkan nilai
sifat elastisitas dan karakteristik batuan.
6.2 Teori Dasar
Ilmu Mekanika Tanah ialah ilmu yang alam perkembangan selanjutnya
menjadi dasar dalam analisis dan desain perencanaan dalam suatu pondasi.
Mekanika tanah adalah cabang dari ilmu teknik yang mempelajari perilaku tanah
dan sifatnya yang diakibatkan oleh tegangan dan regangan yang disebabkan oleh
gaya-gaya yang bekerja. Sedangkan Teknik Pondasi merupakan aplikasi prinsip-
prinsip Mekanika Tanah dan Geologi. , yang digunakan dalam perencanaan dan
pembangunan pondasi seperti gedung, jembatan, jalan, bendung clan lain-lain.
Oleh karena itu perkiraan dan pendugaan terhadap kemungkinan adanya
penyimpangan dilapangan dari kondisi ideal pada mekanika tanah sangat penting
dalam perencanaan pondasi yang benar.
Mekanika batuan mempunyai karakteristik mekanik yang diperoleh dari
penelitian ini adalah kuat tekan batuan (σt), selubung kekuatan batuan (strength
envelope), kuat geser (τ), kohesi (C), dan sudut geser dalam (φ).kuat tarik batuan
(σc ), Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v).
Penekanan uniaksial pada sampel batuan selinder merupakan uji sifat
mekanik yang paling umum digunakan. Uji kuat tekan uniaksialpada umumnya
dilakukan untuk menentukan suatu kuat tekan batuan (σt ), Modulus Young (E),
Nisbah Poisson (v), dan kurva tegangan-regangan.sempel beerbentuk silinder
kemudian diberi gaya sampai retak. Perbandingan antara tinggi dan diameter
adalah 2 sampai 2,5 dengan luas permukaanya, permukaan sempel haruslah
halus dan paralel tegak lurus terhadap sumbu aksis contoh batuan. Dari hasil
pengujian akan didapat data sebgai berikut:
a. Kuat Tekan Batuan (σc)
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
68
Tujuan utama uji kuat tekan uniaksial adalah untuk mendapatkan nilai kuat
tekan dari sempel. Secara empiris kuat tekan aksial dapat di tuliskan sebagai
berikut :
Keterangan : σc = Kuat tekan uniaksial batuan (MPa)
F = Gaya yang bekerja pada saat contoh batuan hancur
(kN)
A = Luas penampang awal contoh batuan yang tegak lurus
arah gaya (mm)
b. Modulus Young ( E )
Modulus Young atau modulus elastisitas adalah angka koreksi dari
deformasi pembebanan. Modulus elastisitas merupakan perbandingan tegangan
aksial dengan regangan aksial. Modul elastisitas secara empiris dapat dituliskan
sebagai berikut :
Keterangan: E = Modulus elastisitas (MPa)
Δσ. = Perubahan tegangan (MPa)
Δεa = Perubahan regangan aksial (%)
Modulus elastisitas terdiri dari beberapa tipe tergantung dari faktor yang
mempengaruhinya, porositas, ukuran partikel, dan kandungan air. Nilai Modulus
young akan lebih optimal apa bia dilakukan pengukuran denganposisi tegak lurus
dengan pelapisan. Terdapat tiga cara dalam penentuan modulus elastisitas, yaitu
Tangent Young’s Modulus, adalah perbandingan antara tegangan aksial
dengan regangan aksial yang dihitung dengan persentase tetap dari
nilai kuat tekan.
Average Young’s Modulus, ialah perbandingan antara tegangan aksial
dengan regangan aksial yang dihitung dengan bagian linier dari kurva
tegangan- tegangan.
Secant Young’s Modulus, merupakan perbandingan antara tegangan
aksial dengan regangan aksial yang dihitung dengan membuat garis
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
Σc = F / A
Е = Δσ / Δεa
69
lurus dari tegangan nol ke suatu titik pada suatu kurva regangan-
tegangan dengan persentase yang tetap dari nilai kuat tekan.
c. Nisbah Poisson ( Poisson Ratio )
Nisbah Poisson merupakan perbandingan antara regangan lateral dengan
regangan aksial. Nisbah Poisson memperlihatkan adanya pemanjangan ke arah
lateral akibat adanya tegangan dalam arah aksial. Sifat mekanik secara empiris
ditulis sebagai berikut :
Keterangan: V = Nisbah Poisson
ε l = regangan lateral (%)
εa= regangan aksial (%)
Uji kuat tekan uniaksial menghasilkan tujuh tipe pecah, yaitu :
a) Hancuran kerucut (cone runtuh)
b) Hancuran geser (homogeneous shear)
c) Cataclasis
d) Serpihan mengulit bawang dan menekuk (splintery union-leaves
and buckling)
e) Hancuran geser dari sudut ke sudut (homogeneous shear corner to
corner)
f) Belahan arah aksial (axial splitting)
g) Kombinasi belahan aksial dan geser (combination axial dan local
shear)
6.3 Alat-alat dan Bahan yang Digunakan
1. Mesin kuat tekan untuk menekan percontoh yang berbentuk silinder,
balok atau prisma dari satu arah secara menerus atau kontinu hingga
spesimen pecah
2. Sepasang plat baja berbentuk silinder yang diletakkan pada kedua
ujung spesimen dengan diameter yang sama
3. Dial gague untuk mengukur deformasi axial dan diametral
6.4 Prosedur
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
V = ε l / εa
70
1. Contoh batuan yang digunakan dalam uji ini disiapkan dengan ukuran
dimensi panjang minimal dua kali diameter perconto
2. Spesimen diletakkan diantara plat baja dan diatur agar tepat dengan
plat form penekanan alat, kemudian mesin dinyalakan sehingga
spesimen bedara ditengah-tengah apitan plat baja dan pastikan
bagwa kedua permukaan spesimen telah menyentuh plat baja
tersebut
3. Skala pengukuran beban harus ditetapkan pada keadaan netral (nol)
4. Pada alat kuat tekan dipasang tiga buah dial gague, pemasangan alat
ini dimaksudkan untuk mengukur deformasi axial, deformasi lateral
kiri dan pengukuran deformasi lateral kanan.
5. Baca jarum penunjuk pembebanan pada axial dial gauge per 30 detik
dan catat hasil pengukuran
6. Selama pembebanan berlangsung, secara periodik dicatat nilai
deformasi axial dan deformasi lateral yang ditunjukkan oleh dial
gauge. Pembacaan ini dilakukan dalam selang waktu per 30 detik
7. Pemberian pembebanan dilakukan sedikit demi sedikit hingga
spesimen pecah
8. Pembebanan dihentikan setelah spesimen mengalami pecah dan
hasilnya dibuat sketsa bentuk pecah serta catat sudut pecahnya.
6.5 Data Hasi Percobaan
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
71
Tinggi 1 = 71 mm
Tinggi 2 = 66 mm
Massa = 97 kg
Diameter = 4.1 cm
Luas = 13.19 cm2
Tabel 6.1Pengamatan Ukuran dan Komposisi Sempel
Starin Dial VertikalAxial Load Proving Dial
Undisturbed Remolded20 0.2 1 0.940 0.4 1.5 1.260 0.6 2.5 1.980 0.8 3 2
100 1 4 2.5120 1.2 4.5 3140 1.4 5.5 3.5160 1.6 6 4180 1.8 6.8 4.8200 2 7 5220 2.2 8.2 5.5240 2.4 9 6260 2.6 9.5 6280 2.8 10 6.2300 3 10 6.2320 3.2 10 6.2
Sumber : Data hasil pengamatan Praktikum Geomekanika 2014.
6.6 Pengolahan Data
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
72
Luas : πr2 = 3.14 x 2.052 = 13.1958 cm2
1. Perhitungan Undisturbed
Perhitungan Strain (%)
Strain (%) =
Perhitungan Axial Load
Axial Load = Proving Dial x (0.604)
1 x 0.604 = 0.604
1.5 x 0.604 = 0.906
2.5 x 0.604 = 1.51
3 x 0.604 = 1.812
4 x 0.604 = 2.416
Perhitungan Correction Factor
Correction Factor =
1 + 0.28% = 1.0028
1 + 0.56% = 1.0056
1 + 0.84% = 1.0084
1 + 1.12% = 1.0112
1 + 1.40% = 1.0140
Perhitungan Correction Area
Correction Area = Correction Factor x Luas
1.0028 x 13.1958 cm2 = 13.23 cm2
1.0056 x 13.1958 cm2 = 13.27 cm2
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
73
1.0084 x 13.1958 cm2 = 13.30 cm2
1.0 112 x 13.1958 cm2 = 13.34 cm2
1.0140 x 13.1958 cm2 = 13.38 cm2
Perhitungan Shear Stress (kg/cm2)
0.0456 kg/cm2
0.0682 kg/cm2
0.1134 kg/cm2
0.1357 kg/cm2
0.180 kg/cm2
Axial Load Puncak (qu) = 0.458
2. Perhitungan Remolded
Perhitungan Strain (%)
Perhitungan Axial Load
0.9 x 0.604 = 0.54
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
74
1.1 x 0.604 = 0.72
1.9 x 0.604 = 1.14
2 x 0.604 = 1.208
2.5 x 0.604 = 1.51
Perhitungan Correction Factor
1 + 0.303% = 1.00303
1 + 0.606% = 1.00606
1 + 0.909% = 1.00909
1 + 1.212% = 1.0121
1 + 1.151% = 1.0151
Perhitungan Correction Area
1.00303 x 13.1958 cm2 = 13.23 cm2
1.00606 x 13.1958 cm2 = 13.27 cm2
1.00909 x 13.1958 cm2 = 13.30 cm2
1.0 121 x 13.1958 cm2 = 13.34 cm2
1.0151 x 13.1958 cm2 = 13.38 cm2
Perhitungan Shear Stress (kg/cm2)
0.0410 kg/cm2
0.0545 kg/cm2
0.0861 kg/cm2
0.0904 kg/cm2
0.112 kg/cm2
Axial Load Puncak (qu) = 0.283
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
75
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
76
6.7 Data Hasil Percobaan
Tabel 6.2 Hasil Perhitungan Sempel Undisturbed
UNDISTURBEDStrain
(%)Axial Load
Correction Factor
Correction Area (cm2)
Shear Stress (kg/cm2)
mPa
0.28169 0.604 1.002816901 13.23302141 0.045643393 0.0045643390.56338 0.906 1.005633803 13.27019282 0.068273311 0.0068273310.84507 1.51 1.008450704 13.30736423 0.113471006 0.011347101
1.126761 1.812 1.011267606 13.34453563 0.135785916 0.0135785921.408451 2.416 1.014084507 13.38170704 0.180544978 0.0180544981.690141 2.718 1.016901408 13.41887845 0.20255046 0.0202550461.971831 3.322 1.01971831 13.45604986 0.246877801 0.024687782.253521 3.624 1.022535211 13.49322127 0.268579306 0.0268579312.535211 4.1072 1.025352113 13.53039268 0.303553644 0.0303553642.816901 4.228 1.028169014 13.56756408 0.311625578 0.0311625583.098592 4.9528 1.030985915 13.60473549 0.364049709 0.0364049713.380282 5.436 1.033802817 13.6419069 0.398478016 0.0398478023.661972 5.738 1.036619718 13.67907831 0.419472706 0.0419472713.943662 6.04 1.03943662 13.71624972 0.440353604 0.044035364.225352 6.04 1.042253521 13.75342113 0.439163459 0.0439163464.507042 6.04 1.045070423 13.79059254 0.43797973 0.043797973
Tabel 6.3 Hasil Perhitungan Sempel Remolded
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
77
REMOLDEDStrain
(%)Axial Load
Correction Factor
Correction Area (cm2)
Shear Stress (kg/cm2)
mPa
0.30303 0.5436 1.003030303 13.23583742 0.041070314 0.0041070310.606061 0.7248 1.006060606 13.27582485 0.054595478 0.0054595480.909091 1.1476 1.009090909 13.31581227 0.086183252 0.0086183251.212121 1.208 1.012121212 13.3557997 0.090447598 0.009044761.515152 1.51 1.015151515 13.39578712 0.112722006 0.0112722011.818182 1.812 1.018181818 13.43577455 0.134863829 0.0134863832.121212 2.114 1.021212121 13.47576197 0.156874246 0.0156874252.424242 2.416 1.024242424 13.51574939 0.178754424 0.0178754422.727273 2.8992 1.027272727 13.55573682 0.21387255 0.0213872553.030303 3.02 1.03030303 13.59572424 0.222128659 0.0222128663.333333 3.322 1.033333333 13.63571167 0.243624981 0.0243624983.636364 3.624 1.036363636 13.67569909 0.264995594 0.0264995593.939394 3.624 1.039393939 13.71568652 0.264223012 0.0264223014.242424 3.7448 1.042424242 13.75567394 0.272236752 0.0272236754.545455 3.7448 1.045454545 13.79566136 0.27144766 0.0271447664.848485 3.7448 1.048484848 13.83564879 0.27066313 0.027066313
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
78
Grafik 6.1 Perbandingan UCT Undisturbed dan Remolded
6.8 a
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
79
6.8 Analisa
Dari hasil percobaan UCT (Uniaxial Compression Test) ini dapat
dianalisakan dari satu sampel percobaan yang diberi dua perlakuan, sampel 1
(Undisturbed) dan sampel 2 (Remolded). Dimana sampel Undisturbed yaitu
sampel yang bentuk fisiknya secara alami lansung diambil dari tempat asalnya,
sedang sampel Remolded yaitu sampel fisiknya secara buatan (tanah/batuan
yang dibongkar dari bentuk semula dan dipadatkan kembali). Perbadingan dari
sampel yang berbeda ini diterapkan untuk menguji kekuatan tanah/batuan pada
bukaan tambang yang tanah penutupnya sudah digali dan akan ditimbun
kembali, dengan uji ini kita dapat memperkirakan kondisi awal dan akhir yang
perbandingannya harus sama dari segi kuat tekannya.
6.9 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan perhitungan dapat disimpulkan perbandingan
Axial load dan Shear Stress dari Undisturbed dan Remolded dengan luas
penampang dan volum yang sama yaitu 6.04 : 3.74. Dari perbandingan ini dapat
di ambil kesimpulan bahwa kekuatan tanah/batuan pada sampel Remolded akan
lebih kecil dibandingkan dengan sampel semula.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
80
BAB VII
UJI GESER LANGSUNG UU
(UNCONSOLIDATED UNDRAINED DIRECT SHEAR TEST)
7.1 Tujuan Percobaan
Maksud dari uji geser langsung adalah untuk memperoleh besarnya
tahanan geser tanah pada tegangan normal tertentu. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan kuat geser tanah.
7.2 Teori Dasar Percobaan
Parameter kuat geser tanah diperlukan untuk analisis daya dukung tanah,
stabilisasi lereng dan tegangan lateralpada dinding penahan tanah. Nilai
parameter kuat geser tanah dapat diperoleh dari uji laboratorium, seperti UCS,
Vane shear, Direct Shear,dan Triaxial. Pengujian triaksial lebih sering dilakukan
karena dapat disesuaikan dengan kondisi tegangan lapangan sehingga
menghasilkan data yang lebih akurat akan tetapi pelaksanaan pengujiannya lebih
komplek dan membutuhkan waktu yang relatif lama dibandingkan pengujian
geser lainnya. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan bentuk hubungan
(perumusan korelasi) antara parameter kuat geser tanah yang dihasilkan dari uji
Triaksial dengan hasil uji Direct Shear. Pada penelitian ini digunakan metode
eksperimental dan model. Benda uji merupakan tanah yang dibentuk kembali
(remolded) campuran tanah lempung/pasir dengan kondisi tidak terganggu,
kemudian hasil pengujian dianalisis dengan analisis regresi linier berganda
antara hasil pengujian Triaksial, hasil pengujian Geser Langsung, dan sifat fisis
tanah campuran. Korelasi antara parameter kuat geser hasil pengujian
triaksial.didapatkan dengan analisis regresi linier berganda. Nilai sudut gesek
hasil pengujian Triaksial lebih kecil 4 sampai 12 derajat dari nilai sudut gesek
hasil pengujian Direct Shear, dengan selisih rata-rata 7 derajat. Sedangkan
kohesi hasil pengujian Triaksial lebih besar 2-8 kPa dari kohesi hasil pengujian
Direct Shear, dengan selisih rata-rata 5 kPa.Kata kunci: direct shear, korelasi,
kuat geser, triaksial.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
81
7.3 Peralatan yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam uji geser langsung, antara lain :
Shear box/ kotak geser
Bagian untuk menggeser shear box
Proving ring
Dial untuk mengukur deformasi vertikal dan horizontal
Beban konsolidasi
Batu pori dari bahan yang tidak berkarat (k = 0,1 cm/det)
Ring untuk mengambil/ mencetak contoh tanah dari tabung
sampel
Dolly untuk memindahkan contoh tanah dari ring ke shear box
Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
Kertas filter
Stopwatch
Oven
Pisau dan pelat
7.4 Prosedur Percobaan
Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan
Keluarkan shear box dari tempatnya
Masukkan contoh tanah ke dalam shear box sesuai dengan susunannya.
Atur agar pelat pendorong tepat menempel pada shear box bagian
bawah.
Piston proving ring diatur agar tepat menyinggung shear box bagian atas,
ini berarti proving ring belum menerima beban. Jadi, dial proving ring
juga harus diatur tepat pada nol. Demikian juga dial pengukur deformasi
horizontal.
Atur kedudukan loading yoke dalam posisi kerja, tempatkan juga
kedudukan dial untuk mengukur deformasi vertikal. Atur kedudukan dial
ini pada posisi tertentu.
Siapkan beban konsolidasinya.
Contoh tanah siap digeser, dengan lebih dahulu menentukan kecepatan
penggeserannya.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
82
Atur susunan gigi agar kecepatan penggeseran sesuai dengan yang
diinginkan.
Periksa sekali lagi apakah jarum dial proving ring dan dial deformasi
horizontal tepat pada posisi normal. Sekarang penggeseran dapat
dimulai, tapi jangan lupa melepaskan kedua baut yang menyatukan shear
box bagian atas dan bawah. Periksa juga clutch, apakah sudah terkunci
atau belum.
Hidupkan tombol POWER, lampu indikatornya akan menyala.
Penggeseran dapat dimulai dengan menekan tombol B D, karena posisi
gigi pada D.
Lakukan pencatatan waktu pada saat penggeseran dimulai dana mati
bahwa jarum dial proving ring dan dial deformasi horizontal mulai
bergerak. Apabila kedua jarum dial tersebut belum menyentuh, hentikan
dengan mematikan tombol B D, dan atur ujung dial pada kedudukan yang
tepat.
Lakukan pembacaan dan pencatatan dial proving ring, dial deformasi
vertikal atau dial settlement, tiap dial deformasi horizontal bergerak 20
divisi.
Lakukan pembacaan sampai contoh tanah runtuh, yang dapat diketahui
dari dial proving ring yang mulai turun. Setelah mencapai maksimum
lakukan pembacaan terus sebanyak 3 kali.
Atau hentikan penggeseran kalau dial proving ring sudah mencapai 670
divisi.
Setelah penggeseran selesai, maka kembalikan shear box pada posisi
sebelum digeser, dengan menggerak mundur secara manual. Lepaskan
beban konsolidasi dan keluarkan shear box dari tempatnya.
Keluarkan contoh tanah dari shear box, timbang berat contoh tanah ini
dan masukkan ke dalam oven selama 24 jam dalam suhu 105˚ C untuk
mengetahui kadar air akhirnya.
Ulangi semua prosedur di atas dengan dua buah contoh tanah lagi, tetapi
dengan menggunakan tegangan normal yang lain.
7.5 Data Percobaan
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
83
Berdasarkan Praktikum yang di lakukan di laboraturium Geomekanika
maka di dapat data percobaan sebagai berikut :
Pergeseran : 1 Tinggi : 2 cm
Diameter : 6.35 cm Kalibrasi : 0.605 kg/cm2
Beban : 2 kg, 4, kg, 8 kg
Tablel 7.1Data Percobaan beban 2 kg, 4kg, dan 8kg
NoPeralihan horizontal
Laoad dial reading Pergerakan vertikalBeban 2 kg
Beban 4 kg
Beban 8 kg
Beban 2 kg
Beban 4 kg
Beban 8 kg
1 0.2 0.13 8 3 2 3 102 0.4 0.4 25 4 3 3 143 0.6 2 25 4 3 4 164 0.8 3.5 25 4.5 3 5 175 1 4.5 26 4 4 6 196 1.2 5.5 27 5 4 9 237 1.4 6 29 5.5 5 11 258 1.6 6.5 30 6 5 14 259 1.8 7 31 6.2 6 17 26
10 2 8 32.5 7 6 19 2611 2.2 8.5 34 7.5 6 21 2712 2.4 8.5 35 8 5 23 2713 2.6 9 36.5 8.2 4 24 27.514 2.8 9.5 37 8.5 4 26 27.515 3 10 38 8.9 3 25 2816 3.2 10.5 39 9 3 29 2817 3.4 11 40 9 2 29 2818 3.6 11 40.5 9 0 30 2819 3.8 11.5 41.5 9.2 0 30 2820 4 12 43 9.5 1 30.5 2721 4.2 12.5 43 9.5 2 31 2622 4.4 13 43 9.5 3 31 2523 4.6 13 424 4.8 13.5 525 5 13.5 726 5.2 14 827 5.4 14 1128 5.6 14 12
Sumber: Data hasil percobaan Laboratorium Geomekanika, 2014
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
84
Tablel 7.2Data Hasil Pengolahan Beban 2 kg, 4kg, dan 8kg
No Peralihan horizontal
Laoad dial reading Pergerakan vertikal Beban horizontal Tegangan geserBeban
2 kgBeban
4 kgBeban
8 kgBeban
2 kgBeban
4 kgBeban
8 kgBeban
2 kgBeban
4 kgBeban
8 kgBeban
2 kgBeban
4 kgBeban
8 kg1 0.2 0.13 8 3 2 3 10 0.08 4.8 1.82 0.002 0.153 0.0572 0.4 0.4 25 4 3 3 14 0.24 15.1 2.42 0.008 0.478 0.0763 0.6 2 25 4 3 4 16 1.21 15.1 2.42 0.038 0.478 0.0764 0.8 3.5 25 4.5 3 5 17 2.12 15.1 2.72 0.067 0.478 0.0865 1 4.5 26 4 4 6 19 2.72 15.7 2.42 0.086 0.497 0.0766 1.2 5.5 27 5 4 9 23 3.33 16.3 3.03 0.105 0.516 0.0967 1.4 6 29 5.5 5 11 25 3.63 17.5 3.33 0.115 0.554 0.1058 1.6 6.5 30 6 5 14 25 3.93 18.2 3.63 0.124 0.573 0.1159 1.8 7 31 6.2 6 17 26 4.24 18.8 3.75 0.134 0.593 0.119
10 2 8 33 7 6 19 26 4.84 19.7 4.24 0.153 0.621 0.13411 2.2 8.5 34 7.5 6 21 27 5.14 20.6 4.54 0.162 0.650 0.14312 2.4 8.5 35 8 5 23 27 5.14 21.2 4.84 0.162 0.669 0.15313 2.6 9 37 8.2 4 24 28 5.45 22.1 4.96 0.172 0.698 0.15714 2.8 9.5 37 8.5 4 26 28 5.75 22.4 5.14 0.182 0.707 0.16215 3 10 38 8.9 3 25 28 6.05 23.0 5.38 0.191 0.726 0.17016 3.2 10.5 39 9 3 29 28 6.35 23.6 5.45 0.201 0.745 0.17217 3.4 11 40 9 2 29 28 6.66 24.2 5.45 0.210 0.765 0.17218 3.6 11 41 9 0 30 28 6.66 24.5 5.45 0.210 0.774 0.17219 3.8 11.5 42 9.2 0 30 28 6.96 25.1 5.57 0.220 0.793 0.17620 4 12 43 9.5 1 31 27 7.26 26.0 5.75 0.229 0.822 0.18221 4.2 12.5 43 9.5 2 31 26 7.56 26.0 5.75 0.239 0.822 0.18222 4.4 13 43 9.5 3 31 25 7.87 26.0 5.75 0.248 0.822 0.182
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
85
23 4.6 13 4 7.87 0.24824 4.8 13.5 5 8.17 0.25825 5 13.5 7 8.17 0.25826 5.2 14 8 8.47 0.26827 5.4 14 11 8.47 0.26828 5.6 14 12 8.47 0.268
Tabel 7.3Hasil Perhitungan (ρn)
Beban Tegangan Normal (kg/cm2)
2 kg 0.63
4 kg 1.26
8 kg 2.52
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
86
7.6 Pengolahan Data dan Contoh Perhitungan
Data yang diolah adalah:
Luas :
= π x (r)2
= 3,14 x (3.175cm)2
= 31.65 cm2
Sampel 2 kg
Beban Horizontal (Kg) :
= Loading Dial X kalibrasi
0.13 x 0.605 = 0.18 kg
0.4 x 0.605 = 0.24 kg
2 x 0.605 = 1.21 kg
Tegangan Geser (Kg/cm 2 ) :
= Beban Horizontal / Luas
0.18 kg / 31.65 cm2 = 5.6 x 10-3 kg/cm2
0.24 kg / 31.65 cm2 = 7.5 x 10-3 kg/cm2
1.21 kg / 31.65 cm2 = 0.03 kg/cm2
Tegangan Normal (βn) :
= (Beban X 10) / Luas
= 2 x 10 kg/ 31.65 cm2 = 0.63 kg/cm2
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
87
Grafik 7.1Peralihan Horizontal Terhadap Tegangan Geser
Grafik 7.2Peralihan Horizontal Terhadap Pergerakan Vertikal
7.7 Analisa
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
88
Dari Percobaan Uji Geser Lansung ini dapat dianalisakan dengan parameter
grafik yang dibentuk dari data hasil olahan, grafik peralihan horizontal
terhadap tegangan geser, menunjukan bahwa semakin besar beban yang
diberikan maka semakin besar juga pergerakan vertikalnya, dimana pada
grafik ini sampel 4 kg lebih terlihat mendapatkan beban paling besar
sehingga terbentuk kenaikan yang terus menerus dibandingkan grafik
yang ditunjukan oleh beban 2 kg dan 4 kg. begitu juga pada grafik antar
peralihan horizontal dengan pergerakan vertical, hal yang sama terjadi
pada beban 4 kg yang mendapatkan pembenan secara stabil. Pada
percobaan ini mengsimulasikan perbedaan suatu material dengan
menahan suatu beban diatasnya dengan satuan kg/cm2.
7.8 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan perhitungan didapat :
C (kohesi) : 0,15
α (Sudut Geser Dalam) : 18.430
BAB VIII
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
89
UJI CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR)
8.1 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menilai kekuatan tanah dasar yang
dikompaksi di laboratorium yang akan digunakan dalam perancangan
perkerasan.
Hasil percobaan dinyatakan sebagai nilai CBR (dalam %) yang nantinya
dipakai untuk menentukan tebal perkerasan.
8.2 Teori Dasar Percobaan
Metoda ini awalnya diciptakan oleh O.J poter kemudian di kembangkan
oleh California State Highway Departement, kemudian dikembangkan dan
dimodifikasi oleh Corps insinyur-isinyur tentara Amerika Serikat (U.S Army Corps
of Engineers). Metode ini menkombinasikan percobaan pembebanan penetrasi di
Laboratorium atau di Lapangan dengan rencana Empiris untuk menentukan tebal
lapisan perkerasan. Hal ini digunakan sebagai metode perencanaan perkerasan
lentur (flexible pavement) suatu jalan. Tebal suatu bagian perkerasan ditentukan
oleh nilai CBR.
Defenisi
CBR merupakan suatu perbandingan antara beban percobaan (test load) dengan
beban Standar (Standard Load) dan dinyatakan dalam persentase. Dinyatakan
dengan rumus :
PT
CBR = x 100%
PS
Keterangan :
PT = beban percobaan (test load)
PS = beban standar (standar load)
Harga CBR adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan
dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar
100% dalam memikul beban.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
W1 =
90
8.3 Alat dan Bahan
1. Peralatan untuk percobaan kompaksi, lengkap.
2. Peralatan untuk percobaan CBR
Mold ukuran tinggi 7", diameter 6" berikut collar (3 buah)
Spacer dish tinggi, 2"-2.5”, diameter 6"
Hammer berat 5.5 atau 10 lb, tinggi jatuh 12" atau 18"
Surcharge load berat 10 lb (2 buah)
Alat pengukur CBR
3. Ayakan ukuran 3/4 " dan no. 4
4. Spayer untuk menyemprot air ke tanah
5. Pisau, scoop, tali karet
6. Timbangan ketelitian 0.1 gr
7. Ember untuk merendam mold + tanah
8. Alat pengukur swelling
8.4 Prosedur Percobaan
1. Ketentuan
Contoh tanah yang dipakai tidak boleh lebih besar dari 20 mm.
Contoh tanah yang diuji mempunyai kadar air mendekati kadar air
optimum (toleransi ± 5%).
2. Persiapan Uji
Material disaring dan hanya digunakan yang lolos saringan 20 mm.
Penyesuaian kadar air
1. Kadar air optimum wopt
Bila kadar air tanah wo > wopt maka contoh tanah boleh dikeringkan
udara. Bila kadar air telah dicapai maka kadar air telah sesuai bila
berat tanah menjadi :
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
Ww = gram
91
2. Bila kadar air (wo %) kurang dari wopt maka contoh tanah dibasahi
dengan air sebanyak
Kemudian disimpan dalam tempat tertutup 24 jam. Jumlah air
yang ditambahkan boleh sedikit lebih besar (0.5% atau 1%) untuk
mengantisipasi penguapan.
3. Prosedur Uji
1. Siapkan tanah kering seperti pada percobaan kompaksi sebanyak 3
contoh masing-masing 5 kg.
2. Tanah disaring dengan ayakan ukuran 20 mm.
3. Contoh tanah tersebut kemudian disemprot dengan air sehingga kadar
airnya menjadi woptimum dari perobaan kompaksi yang dilakukan
sebelumnya, dengan toleransi yang di ijinkan 3% dari woptimum tersebut.
4. Kemudian contoh tanah tersebut didiamkan selama 24 jam (curing
periode) agar kadar airnya merata dan ditutup rapat-rapat agar airnya
tidak menguap.
5. Mold CBR disiapkan, spacer dish diletakkan di bawah, selanjutnya mold
diisi dengan contoh tadi sedemikian banyaknya sehingga setelah
ditumbuk mempunyai ketinggian 1/5 tinggi mold (modified) atau 1/3 tinggi
mold (standard).
6. Penumbukan dilakukan setiap lapis seperti pada percobaan kompaksi
(tetapi dengan jumiah tumbukan yang berbeda untuk ketiga contoh).
Penumbukan pada setiap contoh adalah
Contoh tanah I : 5 lapis (modified), W lapis (standard), 110x/lapis
Contoh tanah II : 5 lapis (modified), 3 lapis (standard), 25x/iapis
Contoh tanah III : 5 lapis (modified), 3 lapis (standard), 56x/lapis
6. Mold dibalikkan, spacer dish dikeluarkan, lalu ditimbang. Dengan
menimbang mold kosong bersih maka d dari setiap contoh tanah dapat
dihitung.
7. Kemudian kedua permukaan tanah diberi kertas pori, dalam keadaan
terbalik bagian bawah diberi perforated based plate di atas diberi
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
92
surcharge load minimum 10 lb, yang terdiri dari 2 bagian masing-masing
5 lb.
8. Mold + tanah yang sudah dipadatkan kemudian direndam dalam air
selama 4 x 24 jam, air harus dapat masuk baik atas (swell plate) maupun
dari bawah (perforated plate) ke dalam tanah yang direndam.
9. Selama perendaman setiap hari dibaca besarnya swelling yang terjadi
akhirnya dihitung swelling totalnya dalam % terhadap tinggi tanah
semula. Syarat swelling total adalah 3%, yang baik 1%.
10. Mold + contoh tanah diangkat dari dalam air, buang air yang tergenang di
atas contoh tanah yang ada di dalam mold.
11. Dengan beban yang sama berat seperti pada perendaman tadi, contoh
tanah diperiksa CBR-nya, yaitu dengan penekanan penetration piston
yang luas bidang penekannya = 3 inchi2. Kecepatan penetrasi 0.05
in/menit. Dibaca penetrasi itu setiap 1/2 menit atau setiap penetrasi 0.025
inchi.
8.5 Data Hasil Percobaan
W mold : 1090 gr
t mold : 17.3 cm
d mold : 15.16 cm
t plat baja : 6.2 cm
d plat baja : 15 cm
c atas : 13.1 gr
c tengah : 14.1 gr
c bawah : 12.15 gr
w nampan : 505 gr
w tanah : 3 kg
Tabel 8.1Data Hasil Pengamatan Berat Sampel
Container + sampel beban
Atas (gr) Tengah (gr) Bawah (gr)
10x 48.2 43.4 2625x 77.6 67 31.256x 68.2 59.3 28.3
Berat Kering
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
93
10x 34.2 23.7 23.425x 43.1 38.6 24.156x 28.7 26.2 25.1
Sumber : Data hasil percobaan, praktikum geomekanika, tahun 2014.
Tabel 8.2Data Hasil Pengamatan Penurunan (mm)
Penurunan (mm)Pembacaan
10x 25x 56x0.32 1.5 1 50.64 2 1.1 5.51.27 2 3 5.51.91 2.3 3 42.54 2.3 3.7 4.53.82 1.1 4 05.08 1 4 17.62 0.1 4 1
10.16 0.2 4 112.7 0.3 4 1
Sumber : Data hasil percobaan, praktikum geomekanika, tahun 2014.
8.6 Pengolahan Data
Tabel 8.3Data Hasil Pengolahan Data Penurunan dan Beban Standar
Penurunan (mm)
Penurunan (inch)
Pembacaan Arloji Beban Standar10x 25x 56x
0.32 0.012 1.5 1 5
3000 kg4500 kg
0.64 0.025 2 1.1 5.51.27 0.05 2 3 5.51.91 0.075 2.3 3 42.54 0.1 2.3 3.7 4.53.82 0.15 1.1 4 05.08 0.2 1 4 17.62 0.3 0.1 4 1
10.16 0.4 0.2 4 112.7 0.5 0.3 4 1
Tabel 8.4Data Hasil Pengolahan (beban x kalibrasi)
Beban
10x 25x 56x43.06 28.7082 143.5457.41 31.67 157.8957.41 86.12 157.89
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
94
66.02 86.12 114.8366.02 106.22 129.1831.57 106.22 0
28.7082 114.83 28.70822.87 114.83 28.7082
14.35 114.83 28.708214.35 114.83 28.7082
beban = kalibrasi (lbs/div) x pembacaan arloji (div)
a) 10 x tumbukan
28.7082 x 1,5 = 43.06
28.7082 x 2 = 57.41
28.7082 x 2 = 57.41
28.7082 x 2.3 = 66.02
28.7082 x 2.3 = 66.02
b) 25 x tumbukan
28.7082 x 1 = 28.7082
28.7082 x 1,1 = 31.67
28.7082 x 3 = 86.12
28.7082 x 3 = 86.12
28.7082 x 3.7 = 106.22
c) 56 x tumbukan
28.7082 x 5 = 143.54
28.7082 x 5,1 = 157.89
28.7082 x 5.1 = 157.89
28.7082 x 4 = 114.83
28.7082 x 4.5 = 129.18
CBR% = (beban/beban standar) x 100%
a) 3000 kg
Beban 10 x =
Beban 25 x =
Beban 56 x =
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
95
b) 4500 kg
Beban 10 x =
Beban 25 x =
Beban 56 x =
Tabel 8.5Data Hasil Perhitungan CBR rata-rata
CBR rata-rata (%)10 x (%) 25 x (%) 56 x (%)
1.415 3.045 2.465
Kadar air = (massa air / m tanah air) x 100%
Tabel 8.6Data Hasil Perhitungan Kadar Air
Bawah (%) Tengah (%) Atas(%)
10
x =7.26
25
x
56
x
V = ¼ π d2t = ¼ x 3.14 x (15.16)2 x 17.3 = 3121.14 cm3
ρ = M/V = 1090/3121.4 = 0.34 gr/cm2
Beban x W hasil
10 x 12.32 %
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
96
25 x 10.21 %
56 x 12.33 %
ρd (kg/cm3)
10 x = 0.303
25 x = 0.309
56 x = 0.303
CBR % maksimal = 3.04 % = 3.04% x 95 % = 3 (Poor)
Grafik 8.1Beban terhadap penurunan (inch)
Grafik 8.2CBR terhadap Berat Kering
8.7 Analisa
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
97
Dari hasil percobaan CBR ini dapat dinalisakan bahwa nilai kadar air
pada suatu material akan mempengaruhi nilai persen CBR pada material
tersebut. Semakin kecil kadar air maka semakin berasr CBR yang dimiliki oleh
material tersebut, dalam artian material tersebut dapat dikategorikan baik, dan
dapat menahan beban dengan berat tertentu. Begitu juga sebaliknya. Pada
percobaan, sampel yang diuji ada tiga sampel, yaitu sampel 10 x tumbukan, 25 x
tumbukan, dan 56 x tumbukan. Yang nantinya dibagi lagi menjadi atas tengah
dan bawah. Ini dimaksudkan untuk mengsimulasi keadaan dilapangan yang
mana suatu material dengan tingkat lapuk dan kejenuhan tertentu dapat
menahan beban dengan berat tertentu juga. Aplikasinya seperti pembuatan
bukaan tambang surface maupun underground.
8.8 Kesimpulan
Dari percobaan ini didapat kesimpulan, baik dari perhitungan maupun
grafik, yaitu :
CBR maksima l : 3 (Poor / Tidak Baik)
BAB IX
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
98
UJI TRIAXIAL UU
9.1 Tujuan Percobaan
Maksud uji triaxial UU adalah untuk mengetahui kekuatan geser tanah
yaitu c (kohesi) dan ø (sudut geser dalam), dalam tegangan total ataupun efektif
yang mendekati keadaan aslinya di lapangan.
Tujuannya adalah untuk digunakan dalam analisis kestabilan jangka
pendek (short term stability analysis).
9.2 Teori Dasar Percobaan
Uji triaxial UU adalah uji kompresi triaxial dimana tidak diperkenankan
perubahan kadar air dalam contoh tanah. Sampel tidak dikonsolidasikan dan air
pori tidak teralir pada saat pemberian tegangan geser.
Bidang-bidang tegangan utama adalah 3 bidang yang saling tegak lurus
dimana bekerja tegangan-tegangan normal dan tanpa tegangan geser.
Tegangan-tegangan utama 1, 3 adalah tegangan normal yang bekerja pada
bidang-bidang tegangan utama. Tegangan deviator adalah selisih antara
tegangan utama terbesar (1) dan teganagan utama terkecil (3). Lingkaran Mohr
adalah representasi secara grafis kondisi tegangan-tegangan pada suatu bidang
dinyatakan dalam tegaangan normal dan tegangan geser.
Garis keruntuhan adalah garis atau kurva yang menyinggung lingkaran-
lingkaran Mohr pada kondisi keruntuhan pada sampel yang memiliki tegangan-
tegangan keliling yang berbeda. Mempunyai persamaan Tf = c + tan ø
Bidang keruntuhan adalah bidang dimana kuat geser maksimum dari
tanah telah termobilisasi saat keruntuhan. Secara teoritis pada uji triaxial, bidang
tersebut menyudut (45˚ + /2) terhadap bidang horizontal. Kriteria keruntuhan
Mohr-Coulomb adalah kuat geser tanah yang diperoleh dari ui triaxial. Kohesi (c),
adalah kuat geser tanah bila tidak diberikan tegangan keliling. Sudut geser dalam
(ø) adalah komponen kuat geser tanah yang berasal dari gesekan antarbutir
tanah.
9.3 Peralatan yang Digunakan
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
99
Alat triaxial
Membran karet
Stretcher
Stopwatch
Alat untuk mengeluarkan tanah dari tabung (piston plunger)
Silinder untukmengambil contoh tanah
Oven
Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr
Cawan (container)
Desikator
Pisau
9.4 Prosedur Percobaan
1. Contoh tanah diambil dengan tabung bor ukuran tinggi 76 mm dan
diameter 38 mm, kedua permukaannya diratakan.
2. Keluarkan contoh tanah dari silinder dengan menggunakan piston
plunger.
3. Ukur tinggi dan diameter sampel secara lebih akurat.
4. Timbang sample.
5. Dengan bantuan stretcher, contoh tanah diselubungi membran karet.
6. Pasang batu pori di bagian bawah.
7. Membran bagian bawah dan atas diikat dengan karet membran.
8. Letakkan contoh tanah tersebut pada alat triaxial.
9. Sel triaxial diisi air destilasi hingga penuh dan meluap, tegangan air pori
dinaikkan hingga sesuai tegangan keliling yang diinginkan.
10. Tekanan vertikal diberikan dengan jalan menekan tangkai beban dibagian
atas contoh tanah yang dijalankan oleh mesin dengan kecepatan tertentu.
11. Pembacaan diteruskan sampai pembacaan proving ring dial
memperlihatkan penurunan sebanyak 3 kali atau sampai regangan
mencapai ± 15 %.
12. Keluarkan contoh tanah dari sel triaxial kemudian digambar bidang
runtuhnya.
13. Contoh tanah dibagi menjadi 3 bagian untuk ditentukan kadar airnya.
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
100
14. Percobaan dilakukan lagi dengan tegangan sel yang lebih besar dengan
prosedur seperti di atas.
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG
101
Laboratorium Tambang, Staff Assisten. 2014. Diktat Praktikum
Geomekanika. Bandung : Universitas Islam Bandung
Afardy. 2009. “Sifat Fisik Batuan”. Allcoma Blogspot. Diakses tanggal 25
Februari 2014. Pukul 19.37 WIB.
Kaffi, Ashabul, 208, “Praktikum Mekanika Batuan”, http://bumih. wordpress.
com/about/, wordpress, diakses pada 14 maret 20.50 WIB 2014.
Wijayanto, Andika. 2014. “Uji Sifat Fisik”. Blogspot. Diakses tanggal 25
Februari 2014. Pukul 19.30 WIB
Ahmad. 2011. “Sifat Fisik Batuan” . Wordpress. Diakses tanggal 25
Februari 2014. Pukul 19.35 WIB.
Subroto, Jusuf. 2011. “Sifat Fisik Batuan”. Wordpres. Diakses tanggal 20
Februari 2014. Pukul 19.40 WIB.
Heriyadi, Bambang, 2004, “Studi Perbandingan Kuat Tarik Uniakasial
Langsung Dan Tidak Lansung”, http://digilib.itb.ac.id/gdl. php?mod=
browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-s2-1998-bambangher-1744, digilib,
diakses pada 14 maret 21.12 WIB 2013.
Arief. 1977. “Pengujian Pada Batuan”. Ariefgeo Blogspot. Diakses
tanggal 25 Februari 2014. Pukul 19.25 WIB.
Rudi, braja, 2010, “UJI KUAT TEKAN”, Blogger, Diakses 7 Maret 2014,
pukul 14.00 WIB
Rafik 201,”YOUNG MODULUS”, blogspot.com, Diakses 7 Maret 14. 30
WIB
Nugraha, Rifki, 2012, “KUAT TEKAN UNIAXIAL”, Blogger, Diakses 7
Maret 13.45 WIB
LAPORAN AKHIR GEOMEKANIKA | LABORATORIUM TAMBANG