BAB I
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
Kematian maternal dan perinatal merupakan masalah besar khususnya di
negara yang sedang berkembang. Hampir 99% kematian maternal dan perinatal
terjadi di negara berkembang, lebih dari setengahnya terjadi di sub-Saharan
Afrika, dan hampir sepertiganya terjadi di Asia Tenggara. Komplikasi sewaktu dan
setelah kehamilan dan melahirkan merupakan penyebab kematian maternal
tertinggi (WHO, 2012). Sebagian besar kematian perempuan disebabkan
komplikasi karena kehamilan dan persalinan, termasuk perdarahan, infeksi,
aborsi tidak aman, tekanan darah tinggi dan persalinan lama (Langelo, 2012).
Preeklampsia merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas
ibu dan bayi yang tertinggi di Indonesia. Penyakit yang disebut sebagai “ disease
of theories “ ini, masih sulit untuk ditanggulangi. Wahdi, dkk (2000) mendapatkan
angka kematian ibu akibat preeklampsia/ eklampsia di RSUP Dr. Kariadi
Semarang selama tahun 1996-1998 sebanyak 10 kasus (48%). Oleh karena itu
diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia,
serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak. Perlu ditekankan bahwa sindrom preeklampsia ringan
dengan hipertensi, edema, dan proteinuri sering tidak diketahui atau tidak
diperhatikan; pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda
preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan
eklampsia, di samping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain.
Insidens preeklamsia relatif stabil antara 4-5 kasus per 10.000 kelahiran
hidup pada negara maju. Pada negara berkembang insidens bervariasi antara 6-
10 kasus per 10.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu bervariasi antara 0%-
4%. Kematian ibu meningkat karena komplikasi yang dapat mengenai berbagai
sistem tubuh. Penyebab kematian terbanyak ibu adalah perdarahan intraserebral
dan oedem paru. Kematian perinatal berkisar antara 10%-28%. Penyebab
terbanyak kematian perinatal disebabkan karena prematuritas, pertumbuhan janin
terhambat, dan meningkatnya karena solutio plasenta. Sekitar kurang lebih 75%
eklampsi terjadi antepartum dan 25% terjadi pada postpartum. Hampir semua
kasus ( 95% ) eklampsi antepartum terjadi pada terjadi trisemester ketiga.
Insiden preeklampsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan
ras dan etnis. Disamping itu juga dipengaruhi oleh predisposisi genetik dan juga
faktor lingkungan. Preeklampsia lebih sering terjadi pada primigravida
dibandingkan multigravida. Faktor risiko lain yang menjadi predisposisi terjadinya
preeklampsia meliputi hipertensi kronik, kelainan faktor pembekuan, diabetes,
penyakit ginjal, penyakit autoimun seperti Lupus, usia ibu yang terlalu muda atau
yang terlalu tua dan riwayat preeklampsia dalam keluarga (George, 2007).
1.1 Rumusan Masalah
1.1.1 Apakah definisi dari preeklamsia ?
1.1.2 Bagaimana epidemiologi dari preeklamsia?
1.1.3 Apakah etiologi dari preeklamsia?
1.1.4 Bagaimana patofisiologi dari preeklamsia?
1.1.5 Bagaimana gambaran klinis dari preeklamsia?
1.1.6 Bagaimana mendiagnosis preeklamsia?
1.1.7 Bagaimana penatalaksanaan dari preeklamsia?
1.1.8 Bagaimana komplikasi dari preeklamsia?
1.1.9 Bagaimana prognosis dari preeklamsia?
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui definisi dari preeklamsia.
1.2.2 Mengetahui epidemiologi dari preeklamsia.
1.2.3 Mengetahui etiologi dari preeklamsia.
1.2.4 Mengetahui patofisiologi dari preeklamsia.
1.2.5 Mengetahui gambaran klinis preeklamsia.
1.2.6 Mengetahui cara mendiagnosis preeklamsia.
1.2.7 Mengetahui penatalaksanaan dari preeklamsia.
1.2.8 Mengetahui komplikasi dari preeklamsia
1.2.9 Mengetahui prognosis dari preeklamsia.
1.3 Manfaat
Penulisan laporan kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman dokter muda mengenai preeklamsia dalam hal pelaksanaan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, penegakan diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi serta monitoring preeklamsia.