bab i

9
HUBUNGAN ANTARA USIA, PARITAS, STATUS KESEHATAN DAN PENGETAHUAN KESEHATAN IBU TENTANG KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS HABITUALIS DI RSUD SOREANG TAHUN 2014 Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan KARYA TULIS ILMIAH Oleh : Shany Fadillah. ER D3E512009 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA OBGIN

description

pendahuluan

Transcript of bab i

HUBUNGAN ANTARA USIA, PARITAS, STATUS KESEHATAN DAN PENGETAHUAN KESEHATAN IBU TENTANG KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS HABITUALIS DI RSUD SOREANG TAHUN 2014Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan ProgramStudi DiplomaIII Kebidanan

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :Shany Fadillah. ERD3E512009

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANANAKADEMI KEBIDANAN MEDIKA OBGINLEMBANG2015BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangSalah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Pada tahun 2007, AKI mengalami penurunan dari 307/100.000 menjadi 228/100.000 kelahiran. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (SDKI, 2007).Abortus merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kematian dan kesakitan ibu. Sebagaimana diketahui penyebab kematian ibu hamil dan melahirkan antara lain perdarahan (27%), eklampsia (23%), infeksi (11%), komplikasi puerperium (8%), trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik (5%), partus lama/macet (5%), abortus (5%), dan lain-lain (11%) (SKRT, 2001). Dari beberapa penyebab tersebut,abortus juga termasuk dalam salah satu penyebab kematian ibu, karena abortus dapat menyebabkan komplikasi perdarahan maupun sepsis (Gunawan, 2000).Estimasi Nasional menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus abortus di Indonesia, artinya terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup pada perempuan usia 15-49 tahun. Dari angka tersebut di atas angka kejadian Abortus Habitualis menjadi suatu penyebab mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi sehingga penting untuk dilakukan intervensi. Bidan sebagai tenaga pelayanan kesehatan yang berhubungan langsung dengan ibu hamil diharapkan mempunyai dasar ilmu pengetahuan dan keterampilan yang baik. Karena penatalaksanaan yang benar akan memberikan kontribusi keberhasilan asuhan kebidanan pada ibu hamil (Sofyan, 2006).Abortus ialah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Saiffudin, 2002). Di indonesia tingkat abortus masih cukup tinggi dibanding dengan negara-negara maju di dunia, yakni mencapai 2,3 juta abortus per tahun. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009 terdapat 750.000-1,5 juta abortus yang terjadi di Indonesia, 2500 orang diantaranya berakhir dengan kematian. Yang artinya abortus berkontribusi 11,1 % terhadap Angka Kematian Ibu (AKI) yang berjumlah 248/100.000 kelahiran hidup (Azikin, 2011).AKI di Jawa barat adalah 83 per 100.000 kelahiran hidup, diantaranya disebabkan oleh perdarahan, eklampsia, sepsis maupun abortus (POGI Jawa Barat, 2013). Sedangkan untuk di RSUD Soreang, tahun 2014 tercatat jumlah AKI yaitu sebanyak 93 kasus dari 1210 persalinan normal atau sekitar 13% termasuk diantaranya terjadi akibat abortus (Medical Record RSUD Soreang, 2014).Tingginya abortus yang dialami oleh seorang wanita baik disengaja maupun tidak disengaja setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup memprihatinkan, akibatnya jumlah kematian ibu mengalami peningkatan akibat komplikasi dari abortus yaitu perdarahan yang terus-menerus serta infeksi pada jalan lahir.Abortus habitualis didefenisikan sebagai abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih secara berturut-turut atau terus-menerus tanpa tenggang waktu sebelum 20 minggu masa kehamilan atau berat fetus kurang dari 500 gr. Wanita yang mengalami peristiwa tersebut, umumnya tidak mendapat kesulitan menjadi hamil, akan tetapi kehamilannya tidak akan bertahan lama atau tidak akan berlangsung terus, tetapi akan berhenti sebelum waktunya, dengan kata lain akan mengalami abortus (keguguran).Faktor umur dan keberhasilan kehamilan sebelumnya merupakan faktor independen yang dapat mempengaruhi terjadinya abortus habitualis, dimana angka kejadian abortus akan meningkat seiring dengan pertambahan usia ibu. Untuk ibu muda yang belum pernah mengalami abortus maka kemungkinan resiko abortus hanya 5%. Resikonya meningkat sekitar 30% pada wanita yang pernah mengalami abortus 3 kali atau lebih dengan anak yang hidup sebelumnya, dan meningkat sampai 50% jika sebelumnya belum memiliki anak yang lahir hidup.Beberapa etiologi dari abortus habitualis diantaranya faktor genetik, patologi uterin, faktor endokrin, imunologi, thrombophiliasis, dan kemungkinan faktor-faktor usia, paritas serta agen infeksi.Sekitar 15% - 30% gangguan endokrin dapat mempengaruhi peningkatan resiko abortus habitualis. Terjadinya kerusakankorpus luteumataureseptor progesteron endometrialjuga dapat menyebabkan abortus habitualis. Beberapa gangguan endokrin yang dapat meningkatkan resiko abortus habitualis diantaranya adalah insulin-dependen diabetes melitus, hipersekresi luteinizing hormon (LH) pada policistyc ovary syndrom (PCOS), gangguan fase luteal, dan hyperprolactinemia.Masalah utama dari abortus ini adalah dapat menimbulkan kematian ibu dan anak, kurangnya pemahaman ibu tentang abortus juga sangat mempengaruhi kesehatannya, sebab dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan akan menyebabkan hal-hal yang berkaitan dengan abortus. (Sudrajat, 2008).Untuk upaya pencegahan pada kasus abortus habitualis ini, mengkonsumsi vitamin sebelum atau selama awal kehamilan dapat mengurangi risiko keguguran. Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care merupakan intervensi lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah atau mengidentifikasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan fetus/bayi baru lahir dan/maupun ibu, serta membantu wanita dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai pengalaman yang menyenangkan. Penelitian observasional juga menunjukkan bahwa ANC mencegah masalah kesehatan pada ibu dan bayi. Perdarahan pada kehamilan disebabkan oleh banyak faktor yang dapat diidentifikasi dari riwayat kehamilan terdahulu melalui konseling dan ananmesis. Pada penelitian Herbst, dkk (2003), ibu hamil yang tidak melakukan ANC memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko kelahiran prematur.Adapun bahaya/komplikasi dari abortus habitualis ini seperti infeksi dimana terdapat banyak organisme ataupun bakteri yang dapat memicu terjadinya infeksi. perdarahan yang merupakan penyebab terbanyak kematian ibu dimana perdarahan dapat terjadi akibat adanya sisa abortus yang tidak lahir dengan lengkap atau cedera organ panggul bahkan usus. Syok hemoragik juga merupakan komplikasi dari abortus ini yaitu akibat infeksi serta perdarahan yang hebat pada ibu.Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Usia, Paritas, Status Kesehatan dan Pengetahuan Kesehatan Ibu Dengan Kejadia Abortus Habitualis di RSUD Soreang Tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana karakteristik ibu dengan kejadian abortus habitualis di RSUD Soreang?2. Apakah terdapat hubungan antara usia dengan kejadian abortus habitualis di RSUD Soreang?3. Apakah terdapat hubungan antara jumlah paritas dengan kejadian abortus habitualis di RSUD Soreang?4. Apakah terdapat hubungan antara status kesehatan ibu dengan kejadian abortus habitualis di RSUD Soreang?5. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang kehamilan dengan kejadian abortus habitualis di RSUD Soreang?

1.3 Tujuan Penelitian1. Untuk menganalisa hubungan antara usia dengan kejadian abortus habitualis di RSUD Soreang2. Untuk menganalisa hubungan antara jumlah paritas dengan kejadian abortus habitualis di RSUD Soreang3. Untuk menganalisa hubungan antara pengetahuan kesehatan ibu dengan kejadian abortus habitualis di RSUD Soreang4. Untuk menganalisa hubungan antara status kesehatan ibu dengan kejadian abortus habitualis di RSUD Soreang

1.4 Manfaat penelitian1. Bagi Institusi Pendidikan (Akademi Kebidanan Medika Obgin)Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kepustakaan dan teori, khususnya mengenai abortus habitualis untuk peserta didik yang akan datang dan menambah bahan kepustakaan di Akademi Kebidanan Medika Obgin.2. Bagi Rumah sakit Umum Daerah SoreangDengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi pihak penentu kebijakan dan instansi terkait untuk memprioritaskan program kesehatan dalam upaya menurunkan angka kejadian abortus habitualis, sehingga angka kejadian abortus habitualis dapat menurun khususnya di wilayah kota Soreang, Bandung.3. Bagi PenulisKegiatan ini dapat menambah pengetahuan mengenai kejadian abortus habitualis dan sebagai aplikasi dari mata kuliah Metode Penelitian dan Biostatistik.