BAB I

40
BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil Eustachius (lateral band dinding faring/Gerlach’s tonsil) 1 . Tonsil terletak dalam fosa tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblast ditempat ini. Selanjutnya cekungan tersebut dibagi menjadi beberapa bagian, yang akan menjadi kripta yang permanen dan tonsil. Jaringan limpoid terkumpul disekitar kripta, dan akan membentuk massa tonsil. Pada permukaan dalam atau permukaan yang terpapar, termasuk cekungan pada kripta dilapisi oleh mukosa. Bakal tonsil timbul pada awal kehidupan fetus, dapat dilihat pada bulan keempat. Mula – mula sebagai invaginasi sederhana dari mukosa yang terletak diantara arkus brakial ke II dan ke III pada kantung brankial ke II. Tonsil lidah dan tonsil faring berkembang dengan cara yang 1

description

laporan kasus telinga hidung tenggorokan (THT-KL)

Transcript of BAB I

28

BAB ILATAR BELAKANG

1.1.Latar BelakangTonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil Eustachius (lateral band dinding faring/Gerlachs tonsil) 1.Tonsil terletak dalam fosa tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblast ditempat ini. Selanjutnya cekungan tersebut dibagi menjadi beberapa bagian, yang akan menjadi kripta yang permanen dan tonsil. Jaringan limpoid terkumpul disekitar kripta, dan akan membentuk massa tonsil. Pada permukaan dalam atau permukaan yang terpapar, termasuk cekungan pada kripta dilapisi oleh mukosa. Bakal tonsil timbul pada awal kehidupan fetus, dapat dilihat pada bulan keempat. Mula mula sebagai invaginasi sederhana dari mukosa yang terletak diantara arkus brakial ke II dan ke III pada kantung brankial ke II. Tonsil lidah dan tonsil faring berkembang dengan cara yang sama seperti tonsil fausium. Tampak semua tonsil tumbuh dibelakang membran faring, sehingga semua penonjolan epitel tumbuh ke dalam jaringan ikat yang sudah ada di sekitar saluran cerna primitif 2.Salah satu penyakit yang paling sering berulang pada bagian tenggorok adalah tonsillitis kronis terutama pada usia muda. Penyakit ini terjadi disebabkan peradangan pada tonsil oleh karena kegagalan atau ketidakesuaian pemberian antibiotik pada penderita tonsilitis akut. Ketidaktepatan terapi antibiotik pada penderita tonsilitis akut akan merubah mikroflora pada tonsil, merubah struktur pada kripta tonsil, dan adanya infeksi virus menjadi faktor predisposisi bahkan faktor penyebab terjadinya tonsilitis kronis 3,4.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1.Anatomi TonsilTonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya.5Terdapat 3 macam tonsil, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fossa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasnaya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri, dan sisa makanan. Permukaan lateral tonsil melekat erat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi.5

Gambar Anatomi tonsil6Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh: Lateral m. konstriktor faring superior Medial - ruang oropharynx Anterior m. palatoglosus Posterior m. palatofaringeus Superior palatum mole Inferior tonsil lingualTonsil palatina adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilaris di kedua sudut orofaring dan merupakan salah satu bagian dari cincin Waldeyer. Tonsil palatina lebih padat dibandingkan jaringan limfoid lain. Permukaan lateralnya ditutupi oleh kapsul tipis dan di permukaan medial terdapat kripte. Kripta tonsil berbentuk saluran tidak sama panjang dan masuk ke bagian dalam jaringan tonsil. Umumnya berjumlah 8-20 buah dan kebanyakan terjadi penyatuan beberapa kripta. Permukaan kripta ditutupi oleh epitel yang sama dengan epitel permukaan medial tonsil. Saluran kripta ke arah luar biasanya bertambah luas; hal ini membuktikan asalnya dari sisa perkembangan kantong brakial II. Secara klinik kripta dapat merupakan sumber infeksi, baik lokal maupun umum karena dapat terisi sisa makanan, epitel yang terlepas, kuman. Permukaan lateral tonsil yang tersembunyi ditutupi oleh suatu membran jaringan ikat disebut kapsul; walaupun para ahli anatomi menyangkal adanya kapsul ini, tetapi para pakar klinik menyatakan bahwa kapsul adalah jaringan ikat putih yang menutupi 4/5 bagian tonsil 1,7Tonsil mendapat vaskularisasi dari cabang-cabang a. karotis eksterna yaitu: a. maksilaris eksterna (a. fasialis) yang mempunyai cabang a. tonsilaris dan a. palatina asenden, a. maksilaris interna dengan cabangnya yaitu a. palatina desenden, a. lingualis dengan cabangnya yaitu a. lingualis dorsal, dan a. faringeal asenden. Arteri tonsilaris berjalan ke atas di bagian luar m. konstriktor superior dan memberikan cabang untuk tonsil dan palatum mole. Arteri palatina asenden, mengirimkan cabang-cabangnya melalui m. konstriktor posterior menuju tonsil. Arteri faringeal asenden juga memberikan cabangnya ke tonsil melalui bagian luar m. konstriktor superior. Arteri lingualis dorsal naik ke pangkal lidah dan mengirim cabangnya ke tonsil, plika anterior dan plika posterior. Arteri palatina desenden atau a. palatina posterior atau lesser palatine artery memberi vaskularisasi tonsil dan palatum mole dari atas dan membentuk anastomosis dengan a. palatina asenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring.1,7Aliran getah bening dari daerah tonsil menuju ke rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah m. sternokleidomastoideus. Selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktuli torasikus. Infeksi dapat menuju ke semua bagian tubuh melalui perjalanan aliran getah bening. Inervasi tonsil bagian atas berasal dari serabut saraf V melalui ganglion sphenopalatina dan bagian bawah dari saraf glossofaringeus (N. IX).7Susunan kripte tubuler di bagian dalam menjadi salah satu karakteristik tonsila palatina. Tonsila palatina memiliki 10 30 kripte dan luas permukaan 300 cm2. Masing-masing kripte tidak hanya bercabang tapi juga saling anastomosis. Bersama dengan variasi bentuk dan ukuran folikel limfoid menyebabkan keragaman bentuk tonsil. Kripte berisi sel degenerasi dan debris selular. Epitel kripte adalah modifikasi epitel skuamosa berstratifikasi yang menutupi bagian luar tonsil dan orofaring. Derajat retikulasi (jumlah limfosit intraepitel) epitel sangat bervariasi. Retikulasi epitel kripte berperan penting dalam inisiasi imun respon pada tonsila palatina. Pada kripte antigen lumen diambil oleh sel khusus dari retikulasi epitel skuamosa yang menyerupai membran sel intestinal peyers patches, atau yang dikenal sel M.1Lokasi tonsil sangat memungkinkan terpapar benda asing dan patogen, selanjutnya membawanya ke sel limfoid. Aktivitas imunologi terbesar tonsil ditemukan pada usia 3 10 tahun. Pada usia lebih dari 60 tahun Ig-positif sel B dan sel T sangat berkurang di semua kompartemen tonsil.7 Struktur histologi tonsil sesuai dengan fungsinya sebagai organ imunologi. Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limposit yang sudah disentisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu: 1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.12

2.2.TonsilitisTonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil Eustachius (lateral band dinding faring/Gerlachs tonsil).1Tonsilitis akut adalah radang akut tonsil yang disebabkan dapat oleh infeksi virus atau bakteri. Kebanyakan tonsilitis akut ini disebabkan oleh virus seperti Eipstein-Barrvirus, Cytomegalovirus, Herpesvirus, Adenovirus dan virus lainnya. Bakteri penyebabnya antara lain Grup A strotokokus beta hemolitikus (GASBH), pneumokosis, Streptokokus pyogenes, Hemolitikus influenza dan lainnya. GABSH merupakan penyebab tersering dari tonsilitis bakterialis.

2.3.EtiologiPenyebab tonsilitis bermacam macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini yaitu :8,9 Streptokokus beta hemolitikus Streptokokus viridans Streptokokus piogenes Virus influenzaInfeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections)

2.4.Klasifikasi Ukuran Tonsila Palatina

Pembesaran tonsil dapat dinyatakan dalam ukuran T1 T4. Cody& Thane (1993) membagi pembesaran tonsil dalam ukuran berikut :1T1= batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai jarak pilar anterior uvula T2= batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai jarak pilar anterior-uvulaT3= batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai jarak pilar anterior-uvulaT4= batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula atau lebih.

2.5.PatologiTonsil sebagai sumber infeksi (focal infection) merupakan keadaan patologis akibat inflamasi kronis dan akan menyebabkan reaksi atau gangguan fungsi organ lain. Hal ini dapat terjadi karena kripta tonsil dapat menyimpan bakteri atau produknya yang dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.7 Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini diisi oleh detritus. Proses ini berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fossa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.1Tonsila palatina yang terpapar infeksi bakteri dan virus dapat merupakan sumber autoantibodi terhadap sejumlah sistem organ sehingga tonsil memainkan peranan penting terhadap patogenitas penyakit autoimun.. Tonsilitis fokal oleh virus atau bakteri dapat menghasilkan berbagai antigen yang mirip dengan bagian lain tubuh yang dapat memacu imunitas seluler (cell-mediated) maupun imunitas humoral sehingga terjadi komplek imun terhadap bagian lain tubuh seperti kulit, mesangium ginjal dan mungkin sendi kostoklavikula. Struktur tonsil dengan banyak tampaknya merupakan pintu gerbang bagi antigen asing dan merangsang respon imun pada tonsil.1Tonsilektomi sering dilakukan pada tonsilitis kronik atau rekuren karena tonsil tersebut telah dekompensata dari segi imunologis. Pemeriksaan radioautografi elektron pada limfosit tonsil 20 penderita tonsilitis kronik dekompensata, menunjukkan di jaringan limfoid tonsil terjadi proliferasi limfosit T dan B dengan differensiasi jelek. Proses ini ditunjukkan dengan kuatnya inkorporasi 3H+-thymidine berbagai tipe limfosit yang berbeda. Tingginya inkorporasi prekursor radioaktif pada limfosit B menunjukkan terjadinya diferensiasi menetap pada populasi limfosit ini. Esensinya bahwa limfosit B menunjukkan menetapnya produksi maksimal substrat protein aktif yang memperantarai imunitas humoral pada tonsilitis kronik.1

2.6.Manifestasi Klinis

faring hiperemisedema faringpembesaran tonsiltonsil hiperemiamulut berbauotalgia Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah : nyeri tenggorok nyeri telan sulit menelan demam mual, anoreksia kelenjar limfa leher membengkak malaise2.7.Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :10 Leukosit : terjadi peningkatan Hemoglobin : terjadi penurunan Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

2.8.KomplikasiMeskipun jarang, tonsilitis akut dapat menimbulkan komplikasi lokal yaitu abses peritonsil, abses parafaring dan otitis media akut. Komplikasi lain yang bersifat sistemik dapat timbul terutama oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus berupa sepsis dan infeksinya dapat tersebar ke organ lain seperti bronkus (bronkitis), ginjal (nefritis akut & glomerulonefritis akut), jantung (miokarditis & endokarditis), sendi (artritis) dan vaskuler (plebitis).Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik adalah :111. tonsilitis kronis2. otitis media

2.9.Penatalaksanaan1. Tonsilitis viral: istirahat, minum cukup, analgetika dan antivirus diberikan bila gejala berat.12. Tonsilitis bakterial: antibiotika spektrum luas penisilin, eritromisin; antipiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan.1

2.10.Indikasi TonsilektomiThe American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan 1:1. Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat.2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan mal oklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial.3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale.4. Rinitis dan sinusitis yang kronik, peritonsilitis, abses peritonsilitis yang tidak berhasil hilang dengan pengobatan.5. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A Streptococcus Hemoliticus.7. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.8. Otitis media efusi atau otitis media supuratif.

BAB IIILAPORAN KASUS

Identitas PenderitaNama: Nn. HAUmur: 9 TahunStatus Poliklinik: 12 Januari 2015Jenis Kelamin: PerempuanPekerjaan: PelajarAlamat:

AnamnesisKeluhan Utama: Sakit saat menelan.Keluhan Tambahan: Demam, batuk, dan tenggorokan terasa panas.Riwayat Perjalanan Penyakit: Pasien perempuan berusia 5 tahun datang ke poli THT RSMP dengan keluhan sakit saat menelan sejak 1 bulan yang lalu, sakit saat menelan dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak 1 minggu terakhir. Ibu Os mengaku sakit menelan yang dirasakan pasien disertai dengan demam, demam dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Os juga mengalami batuk dan tenggorokan terasa panas. Batuk tidak berdahak dan tidak berdarah. Pasien mengaku keluhan ini sudah dirasakan selama 1 bulan dan sering hilang timbul. Os sempat memeriksakan diri ke dokter dan bidan setempat tetapi tidak ada perubahan.Dalam 1 bulan ini, keluhan-keluhan yang dirasakan saat serangan tersebut dirasakan terutama setelah Penderita mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau minuman dingin dan terkadang keluhan tersebut akan hilang sendiri tanpa pengobatan. Kemudian, 1 minggu terakhir keluhan tersebut dirasakan semakin memberat dan membuat pasien datang berobat ke dokter.Sakit didaerah wajah dan rasa adanya cairan yang mengalir di tenggorokan disangkal oleh OS. Keluhan nyeri pada telinga, telingga terasa mendengung dan rasa penuh di telinga disangkal oleh OS.Penyakit yang pernah diderita: Pasien telah mengalami keluhan seperti ini sejak lebih kurang 1 bulan yang lalu, namun keluhannya hilang timbul. Pasien tidak memiliki riwayat asma, alergi obat dan makanan disangkal.Riwayat Penyakit Keluarga: Dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit serupa.

PemeriksaanStatus GeneralisKesadaran Umum: Compos MentisKesadaran : E4, V5, M6Gizi: CukupBerat Badan: 21 KgNadi : 100 kali/menitPernapasan: 24 kali/menitSuhu : 37,8CJantung: SI-SII normal, murmur (-), gallop (-)Paru-Paru: Vesikuler normal (+), wheezing (-), rhonki (-)Abdomen: Datar, lemas, nyeri epigastrium (-), BU (+)normal, pembesaran hepar dan lien (-)Ekstremitas: Hangat, edema (-), sianosis (-)

Status LokalisTelingaI. Telinga LuarKananKiri

Regio Retroaurikula Abses Sikatrik Pembengkakan Fistula Jaringan GranulasiRegio Zigomatikus Kista Brankial Klep Fistula Lobulus AksesoriusAurikula Mikrotia Efusi Perikondrium Keloid Nyeri tarik aurikula Nyeri tekan tragusMeatus Akustikus Eksternus Lapang/sempit Odeme Hiperemis Pembengkakan Erosi Krusta sekret (serous/seromukous/mukopus/pus) Perdarahan Bekuan darah Cerumen plug Epithelial plug Jaringan Granulasi Debris Benda asing Sagging Exostosis-----

---

-----

Lapang------

--Ada minimal-----------

---

-----

Lapang------

--Ada minimal------

II. Membran timpani Warna (putih/suram/hiperemis/hematoma) Bentuk (oval/bulat) Reflek cahaya Retraksi Bulging Bulla Rupture Perforasi (sentral/perifer/marginal/attic) Pulsasi Sekret (serous/seromukous/mukopus/pus)(kecil/besar/subtotal/total) Tulang pendengaran Kolesteatoma Polip Jaringan granulasiT.A.K

Bulat+-----

---

T.A.K---T.A.K

Bulat+-----

---

T.A.K---

Gambar Membran TimpaniKananKiri

III. Tes khususKananKiri

1. Tes garpu talaTes RinneTes WeberTes Scwabach--------

2. Tes Audiometri--

3. Tes Fungsi TubaKananKiri

Tes Valsava Tes Toynbee----

4. Tes KaloriKananKiri

Tes Kobrak--

Hidung I. Tes Fungsi HidungKananKiri

Tes aliran udara Tes penciumanTehKopiTembakau+

---+

---

II. Hidung luarKananKiri

Dosum nasi Akar hidung Puncak hidung Sisi hidung Ala nasi Deformitas Hematoma Pembengkakan Krepitasi Hiperemis Erosi kulit Vulnus Ulkus Tumor Duktus nasolakrimalis (Tersumat/tidak tersumbat)T.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.K

III. Hidung DalamKananKiri

1. Rinoskopi Anteriora. Vestibulum nasi- Sikatrik- Stenosis- Atresia- Furunkel- Krustas- Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus)b. Kolumela- Utuh/tidak utuh- Sikatrik- Ulkusc. Cavum nasi- Luasnya (lapang/cukup/sempit)- Sekret (serous/seromukus/mukopus/ Pus) Krusta Bekuan darah Perdarahan Benda asing Rinolit Polip Tumord. Konka Inferior- Mukosa (erutropi/hipertrofi/atropi) (basah/kering) ( licin/tak licin) Warna (merah muda/hiperemis/pucat/livide) Tumori. Septum nasi- Mukosa (erutropi/hipertropi/atropi) ( basah/kering) (licin/tak licin) Warna (merah muda/hiperemis/pucat/livide) Tumor Deviasi ( ringan/sedang/berat)(kanan/kiri)(Superior/inferior)(Anterior/Posterior)(bentuk C/bentuk S) Krista Spina Abses Hematoma Perforasi Erosi Septum Anterior

------

T.A.KT.A.KT.A.K

Lapang-

-------

Eutropi

Merah Muda

-

Eutropi

Merah Muda

--

------

------

T.A.KT.A.KT.A.K

Cukup -

-------

Eutropi

Merah Muda

-

Eutropi

Merah Muda

--

------

Gambar Dinding Lateral Hidung Dalam

Gambar Hidung Dalam Potongan Frontal

2. Rinoskopi Posterior KananKiri

Postnasal drip Mukosa (licin/tak licin) (merah muda/hiperemis) Adenoid Tumor Koana (sempit/lapang) Fossa Russenmullery (tumor/tidak) Torus tobarius (licin/tak licin) Muara tuba (tertutup/terbuka) (secret/tuba)--

----

--

--

----

--

Gambaran Hidung Bagian Posterior

IV. Pemeriksaan Sinus ParanasalKananKiri

Nyeri tekan/ketok Infraorbitalis Frontalis Kantus medialis Pembengkakan Transluminasi Region infraorbitalis Region palatum durum----

------

--

Tenggorok I. Rongga MulutKananKiri

Lidah (hiperemis/edema/ulkus/fissure) ( mikroglosia/makroglosia) ( leukoplakia/gumma) ( papiloma/kista/ulkus) Gusi (hiperemis/edema/ulkus) Bukal (hiperemis/edema) (vesikel/ulkus/mukolel) Palatum durum (utuh/terbelah/pistel)(hiperemis/ulkus) (pembengkakan/abses/tumor)(rata/tonus palatinus) Kelenjar ludah (pembengkakan/litiasisi) (striktur/ranula) Gigi geligi (mikrodontia/makrodontia) (anadontia/supernumeri) (kalkulus/karies)T.A.K

T.A.KT.A.K

T.A.K

T.A.K

T.A.KT.A.K

T.A.KT.A.K

T.A.K

T.A.K

T.A.K

II. FaringKananKiri

Pallatum molle (hiperemis/edema/asimetris/ulkus) Uvula (edema/asimetris/bifida/elongating) Pilar anterior ( hiperemis/edema/perlengketan) ( pembengkakan/ulkus) Pilar posterior(hiperemis/edema/perlengketan) (pembengkakan/ulkus) Dinding belakang faring ( hiperemis/edema) ( granuler/ulkus) ( secret/membrane) Lateral band ( menebal/tidak) Tonsil palatina ( derajat pembesaran) ( permukaan rata/tidak) ( konsistensi kenyal/tidak) ( lekat/tidak) ( kripta lebar/tidak)

( detritus/membrane) ( hiperemis/edema) ( ulkus/tumor)T.A.K

SimetrisT.A.K

T.A.K

T.A.K

T.A.KT3Tidak rataKenyal TidakTidak melebar++-T.A.K

SimetrisT.A.K

T.A.K

T.A.K

T.A.KT3Tidak rataKenyal Tidak Tidak melebar ++-

Gambar Rongga Mulut dan Faring

Rumus Gigi-Geligi

III. Laring KananKiri

1. Laringoskopi tidak langsung (indirect Dasar lidah (tumor/kista) Tonsila Lingualis (eutropi / hipertropi) Valekula (benda asing/tumor) Fosa piriformis(benda asing /tumor) Epiglotis (hiperemis/ udem/ ulkus/ membran) Aritenoid (hiperemis/udem/ulkus/membran) Pita Suara (hiperemis/udem/menebal), (nodus/polip/tumor), (gerak simetris/asimetris) Pita suara palsu (hiperemis/udem) Rima glotis (lapang/sempit) trakea--

2. laringoskopi langsung (direct)--

Gambaran laringoskopi tidak langsung

Pemeriksaan laboratorium Darah rutin Kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil untuk mengetahui kuman penyebab.

Diagnosis kerja Tonsilitis Akut

PengobatanIIstirahat (Bed Rest)

IIDiet bubur saring

IIIMedikamentosaa. Non Medikamentosa Jaga kebersihan mulut. Makan makanan lunak selama kurang lebih 1 minggu. Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat proses penyembuhan. Hindari makanan pedas dan berminyak. Kontrol post operatif ke poliklinik THT.

b.Medikamentosa Antibiotik biasanya menggunakan amoksisilin, penisilin, eritromisin Antipiretik biasanya menggunakan paracetamol

IVOperatifTatalaksana bedah yang dapat dilakukan berupa tonsilektomi dengan beberapa indikasi yaitu : A. Obstruksi1. Hiperplasia tonsil dengan onstruksi2. Gangguan bernafas saat tidura. Obstructive sleep apnea syndromeb. Upper airway resistance syndromec. Obstructive hypoventilation syndrome3. Gagal tumbuh4. Cor polmunale5. Abnormalitas menelan6. Abnormalitas berbicara7. Abnormalitas orofacial/dental8. Gangguan limfoproliferatifB. Infeksi 2. Tonsilitis rekuren/kromis3. Tonsilitis dengana. Abses nodus cervicalb. Obstuksi jalan nafas akutc. Penyakit jantung katuo4. Tonsilitis persisten dengana. Sore throat persistenb. Nodus cervical yang nyeric. Halitosis 5. Tonsilolithiasis6. Status karier strotpcoccal yang tidak responsif terhadap terapi medis pada anak-anak atau keluarga yang berisiko7. Abses peritonsial yang tidak responsif terhadap terapi medis atau pada pasien dengan tonsilitis rekuren atau abses rekurenC. NeoplasmaTersangka neoplasma, baik benigna maupun maligna

VPemeriksaan AnjuranDarah rutin dan kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil untuk mengetahui kuman penyebab.

VIPrognosisQuo ad vitam: BonamQuo ad functionam: Dubia e bonam

BAB IVANALISA KASUS

Pasien perempuan berusia 5 tahun datang ke poli THT RSMP dengan keuhan sakit saat menelan sejak 1 bulan yang lalu, sakit saat menelan dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak 1 minggu terakhir. Ibu Os mengaku sakit menelan yang dirasakan pasien disertai dengan demam, demam dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Os juga mengalami batuk dan tenggorokan terasa panas. Batuk tidak berdahak dan tidak berdarah. Pasien mengaku keluhan ini sudah dirasakan selama 1 bulan dan sering hilang timbul. Os sempat memeriksakan diri ke dokter dan bidan setempat tetapi tidak ada perubahan.Dalam 1 bulan ini, keluhan-keluhan yang dirasakan saat serangan tersebut dirasakan terutama setelah Penderita mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau minuman dingin dan terkadang keluhan tersebut akan hilang sendiri tanpa pengobatan. Kemudian, 1 minggu terakhir keluhan tersebut dirasakan semakin memberat dan membuat pasien datang berobat ke dokter.Sakit didaerah wajah dan rasa adanya cairan yang mengalir di tenggorokan disangkal oleh OS. Keluhan nyeri pada telinga, telingga terasa mendengung dan rasa penuh di telinga disangkal oleh OS.Tonsilitis akut adalah radang akut tonsil yang disebabkan dapat oleh infeksi virus atau bakteri. Kebanyakan tonsilitis akut ini disebabkan oleh virus seperti Eipstein-Barrvirus, Cytomegalovirus, Herpesvirus, Adenovirus dan virus lainnya. Bakteri penyebabnya antara lain Grup A strotokokus beta hemolitikus (GASBH), pneumokosis, Streptokokus pyogenes, Hemolitikus influenza dan lainnya. GABSH merupakan penyebab tersering dari tonsilitis bakterialis.Tatalaksana non Medikamentosa antara lain: Jaga kebersihan mulut, Makan makanan lunak selama kurang lebih 1 minggu, Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat proses penyembuhan, Hindari makanan pedas dan berminyak, Kontrol post operatif ke poliklinik THT.Sedangkan tatalaksana, Medikamentosa yaitu Analgetik dan antipiretic: Paracetamol 3x1 tab, Cefixime 2x1 tab, dan tatalaksana operatif yaitu tonsilektomi dextra et sinistra.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rusmardjono & Soepardi, 2007. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Hal. 223-224. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2. Awan Z., Hussain A., Bashir H. 2009. Statistical Analysis of Ear, Nose, and Throat (ENT) Diseases in Paediatric Population at PIMS, Islamabad: 10 Years Experience. Journal Medical Scient, 17 (2): 92-94.3. Dias EP., Rocha ML., Calvalbo MO., Amorim LM. 2009. Detection of Epstein-Barr Virus in Recurrent Tonsilitis. Brazil Journal Otolaryngology, 75 (1): 30-34.4. Kurien M., Sheelan S.. 2003. Fine Needle Aspiration In Chronic Tonsillitis. Realiable and Valid Diagnostic Test Journal of Laryngology and Otology, 117 : 973 9755. Rusmarjono, Hermani B. 2007. Odinofagia: Tonsil. Dalam: Soepardi EA., dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, Indonesia, hal. 214.6. Miller RJ. 2009. Head and Neck Cancer Image and Anatomy: Fauces, Medial Sagittal View, (http://www.aboutcancer.com/, diunduh 14 Januari 2015).7. Amarudin, Tolkha dan Christanto, Anton. 2007. Kajian Manfaat Tonsilektomi. CDK THT vol. 34 no. 2/155 Tahun 2007. Hal.61-68. Available from : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_155_THT.pdf (Diakses pada 14 Januari 2015)8. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorokan Kepala Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001.p.58-60. 9. Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1997. pg: 330-44.10. Lee, K.J. MD. Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. 2003.McGraw-Hill.11. Caparas.M.B, Lim.M.G. Basic Otolaryngology. Publication of comittee of the college of Medicine: University of the Philippines. 1998. pg: 149-59. 12. Wanri. 2007. Tonsilektomi. Departemen Telinga, Hidung dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang 2007. Available from:http://klikharry.files.wordpress.com/2007/09/tonsilektomi.pdf (diakses pada 14 Januari 2015)

1