BAB I

11
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga Kesehatan berperan dalam menentukan pembangunan kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang berfokus pada pengabdian kepada kemanusiaan dan memberikan pelayanan pada masyarakat. Memberikan pelayanan yang maksimal dan secara terpadu demi meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Tenaga kesehatan menjadi profesi yang memiliki tantangan tersendiri yaitu bagaimana harus menyikapi dan menghadapi serta senantiasa selalu melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab, cinta kasih dan rasa bangga dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat (Aprilia, 2013). Perawat merupakan salah satu tenaga medis yang berperan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien di rumah sakit. Dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, tim perawat merupakan garda terdepan untuk tercapainya kepuasaan pasien terhadap kebutuhan pemulihannya dari kondisi sakit. Hal ini 1

description

hdgas

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangTenaga Kesehatan berperan dalam menentukan pembangunan kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang berfokus pada pengabdian kepada kemanusiaan dan memberikan pelayanan pada masyarakat. Memberikan pelayanan yang maksimal dan secara terpadu demi meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Tenaga kesehatan menjadi profesi yang memiliki tantangan tersendiri yaitu bagaimana harus menyikapi dan menghadapi serta senantiasa selalu melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab, cinta kasih dan rasa bangga dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat (Aprilia, 2013).Perawat merupakan salah satu tenaga medis yang berperan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien di rumah sakit. Dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, tim perawat merupakan garda terdepan untuk tercapainya kepuasaan pasien terhadap kebutuhan pemulihannya dari kondisi sakit. Hal ini dikarenakan, tim keperawatan melakukan pelayanan keperawatan (asuhan keperawatan) dan harus bersiaga secara terus menerus terhadap kondisi pasien di rumah sakit (Sari, 2012). Selain tugas pokok tersebut, perawat juga melakukan tugas tambahan lainnya seperti administrasi pasien, melaksanakan tugas sebagai tim ambulance 118 dan lain-lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa perawat mempunyai beban kerja yang berat dilihat dari segi jam kerja yang panjang dan juga jenis-jenis tugas keperawatan yang harus dilakukan. Perawat juga memiliki risiko paling besar tertular penyakit maupun mengalami penyakit akibat kerja. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) 2004 menjelaskan bahwa penyakit akibat kerja merupakan penyakit atau cidera yang terjadi di tempat kerja sebagai akibat dari terkena bahan atau kondisi kerja saat melakukan pekerjaan.Kerja perawat dalam bentuk pelayanan kesehatan mencakup pada aktifitas yang dapat dikategorikan dalam manual material handling yaitu pekerjaaan yang menggunakan tenaga manusia yang meliputi mengangkat, mendorong, menarik, mengangkut, menaikkan, menurunkan suatu objek dari suatu tempat atau dimensi serta beban tertentu. Salah satu akibat yang ditimbulkan dari manual handling adalah keluhan muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot-otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan samai berat. Jika dalam hal ini otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu lama maka dapat menyebebkan kerusakan otot, saraf, tendon, persendian, kartilago dan discus invertebrata. Keluhan tersebut sering terjadi pada daerah tangan, pergelangan tangan, siku, bahu, leher, pinggang dan kaki (Tarwaka, 2004). Keluhan muskuloskeletal sering disebut dengan Muskuloskeletal Disorders (MSDs), Repeitive Strain Injuries (RSI),Comulative Trauma Disorder (CTD), Work-related Musculoskeletal Disorder (WMSDs), Repetitive Motion Injury (RMI). Efek jangka panjang MSDs dapat menyebabkan sakit menahun, cacat, perawatan medis dan kerugian keuangan bagi mereka yang menderita stres karena mengalami MSDs (Tarwaka, dkk, 2004). Cohen et al dalam Emi 2010 menyebutkan bahwa MSDs dapat terjadi karena faktor pekerjaan, personal, lingkungan dan psikososial. Faktor pekerjaan antara lain postur janggal, postur statis, peregangan otot yang berlebih, aktivitas berulang, forceload, frekuensi, durasi dan alat perangkai/ genggaman. Faktor pekerjaan antara lain umur, jeniskelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, kekuatan fisik, ukuran tubuh, masa kerja dan indeks massa tubuh. Faktir lingkungan antara lain mikrolimat (suhu), getaran, iluminasi. Sedangkan faktor psikososial antara lain kepuasan kerja, stress mental dan organisasi kerja (Tarwaka, 2004).Bagian tubuh atau ekstremitas atas adalah bagian tubuh yang paling sering dirasakan tidak nyaman seperti nyeri pada bahu, lengan atas, pergelangan, dan jari-jari sebanyak 56%, nyeri leher 18%, nyeri punggung 15%, dan pergelangan kaki 11% (Swedish Statistic, 2006).World Health Organization (WHO) tahun 2004 memperkirakan prevalensi keluhan muskuloskeletal pada perawat hampir mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja pada perawat (Lorusso, 2007). Di Amerika Serikat, perawat menduduki peringkat kedua pada pekerjaan yang berisiko terjadinya keluhan muskuloskeletal. Data yang diperoleh dari Burneau of Labor Statistic di Amerika Serikat tahun 2002, perawat menduduki peringkat teratas pada pekerjaan yang paling banyak mengakibatkan keluhan muskuloskeletal (Sardewi, 2006).Menurut data yang diperoleh dari American Nurses Association (ANA) hampir 40% perawat di Amerika Serikat mengalami keluhan muskuloskeletal. Dari data tersebut 12% mengundurkan diri sebagai perawat dan 20% pindah ke unit kesehatan lain. Beberapa diantaranya mengeluh mengalami penurunan kualitas kerja sebagai perawat akibat keluhan muskuloskeletal (Castro, 2008).Sebuah study di Ibadan, Nigera mengenai keluhan muskuloskeletal berhubungan dengan kerja pada perawat. Terdapat 84,4% perawat memiliki work-related musculoskeletal disorders (WMSDs) sekali atau lebih dalam kehidupan kerja dari perawat tersebut. WMSDs terjadi terutama di tulang belakang (44,1%), leher (28,0%) dan lutut (22,4%). Perawat dengan > 20 tahun pengalaman klinis mengalami empat kali lebih untuk mengembangkan WMSDs dibandingkan dengan 11-20 tahun pengalaman. Risiko untuk pengembangan WMSDs yaitu bekerja dengan posisi yang sama untuk waktu yang lama (55,1%), mengangkat atau memindahkan pasien dengan ketergantungan (50,8%) dan memberikan perawatan dalam jumlah yang berlebihan dalam satu hari (44,9%). Mendapatkan bantuan dalam menangani pasien berat (50,4%), modifikasi prosedur keperawatan untuk menghindari cidera (45,4%), dan memodifikasi posisi pasien / perawat (40,3%).Sebuah penelitian mengenai gambaran risiko keluhan muskuloskeletal pada perawat dilakukan di Ruang ICU PJT RSCM pada tahun 2012 oleh Yudi Elyas, bahwa 71,43% berisiko sedang mengalami musculoskeletal disorder (MSDs) dalam aktivitas pemantauan pengeluaran urine, 53,57% berisiko sedang dalam aktivitas pemantauan hasil pemantauan hemodinamika, pada aktivitas ETT suctioning dan cuci tangan (hand washing) masing-masing berisiko rendah yaitu 57,14% dan 82,14%.Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu unit kerja pada rumah sakit yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah perawat pada Unit Gawat Darurat (UGD). Sebagai ujung tombak dalam pelayanan keperawatan rumah sakit, UGD harus melayani semua kasus yang masuk ke rumah sakit dengan jam operasional selama 24 jam. Dengan kompleksitas kerja yang demikian, maka perawat yang bertugas di UGD dituntut untuk memiliki kemampuan lebih jika dibandingkan dengan perawat yang melayani pasien di unit yang lain. Sehingga untuk bekerja di UGD membutuhkan kecekatan, keterampilan, dan kesiagaan setiap saat (Syaer, 2011). Faktor gangguan muskuloskeletal di rumah sakit diakibatkan oleh kondisi berdiri lebih dari enam jam dan membungkuk lebih dari 10 kali/jam dan melaksanakan beberapa sikap paksa (Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja, Depkes RI, 1996, hal 28). Terdapat faktor intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi dalam etiologi work related musculoskeletal disorders (WMSDs) yaitu pergerakan yang berulang-ulang, postur yang buruk, dan beban kerja tinggi, ketiga faktor ini dapat menyebabkan WMSDs. Perawat secara rutin melakukan aktivitas seperti mengangkat beban berat, mengangkat pasien, bekerja dengan postur tubuh yang buruk, dan memindahkan pasien dari tempat tidur ke tempat lain. Pekerjaan ini dapat memicu perawat memiliki risiko tinggi menderita WMSDs akut maupun kumulatif.Musculoskeletal disorders yang dialami perawat dalam bekerja akan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, serta dapat menyebabkan efektifitas pekerjaan menurun, hubungan sosial antar rekan kerja menjadi renggang, dan timbul perasaan negatif terhadap pasien, pekerjaan, dan tempat kerja perawat. Pada keadaan yang sudah parah, akan muncul keinginan untuk beralih ke profesi lain. Jika hal ini dibiarkan dan tidak diidentifikasi secara komprehensif, maka rumah sakit tempat perawat tersebut bekerja akan mengalami penurunan kualitas pelayanan. Lebih dari itu, citra perawat sebagai salah satu petugas kesehatan yang terdekat dengan pasien akan rusak di mata masyarakat (Tawale, 2011)Berdasarkan latar belakang tersebut kami, mahasiswa PSIK program profesi Ners yang bertugas di IGD RSUP Sanglah Denpasar untuk melakukan miniresearch mengenai faktor-faktor yang berpengaruh gangguan muskuloskeletal pada perawat IGD RSUP Sanglah.

1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi gangguan muskuloskeletal pada perawat IGD RSUP Sanglah?

1.3 Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumUntuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan muskuloskeletal pada perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.2. Tujuan Khususa. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan muskuloskeletal yang dialami oleh perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar 1.4 Manfaat Penelitian1. Teoritisa. Sebagai informasi ilmiah di bidang keperawatan khususnya kegawat daruratan, dimana gangguan muskuloskeletal sangat penting karena sangat mengganggu kinerja dari perawat dan kualitas dari pelayanan yang diberikan di rumah sakit khususnya di IGD RSUP Sanglah.b. Sebagai dasar acuan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut terkait gangguan muskuloskeletal pada perawat khususnya perawat di instalasi gawat darurat.

2. Praktis a. Sebagai masukan bagi perawat, khususnya perawat IGD untuk terus meningkatkan pengetahuan dan mengatasi keluhan muskuloskeletal yang terjadi dalam upaya memberikan kualitas hidup yang baik bagi perawat dan pelayanan yang memuaskan bagi pasien di rumah sakit.b. Sebagai landasan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan yang bertugas di IGD untuk meningkatkan pengetahuannya khususnya tentang posisi yang baik dalam bekerja dan gambaran mengenai gangguan muskuloskeletal yang mungkin terjadi selama bertugas menjadi perawat khususnya di IGD RSUP Sanglah.

7