BAB I

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mental telah lama menjadi perhatian umat manusia. Masyarakat awam sudah melakukan usaha-usaha penanganannya sejalan dengan kemampuan mereka. Kesehatan mental itu memang bukan masalah yang baru karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Kesehatan fisik maupun kesehatan mental adalah sama- sama penting diperhatikan.Tidak adanya perhatian yang serius pada pemeliharaan kesehatan mental di masyarakat ini menjadikan hambatan tersendiri bagi kesehatan secara keseluruhan. Hanya saja karena faktor keadaan, dalam banyak hal kesehatan secara fisik lebih dikedepankan dibandingkan kesehatan mental. Mengingat pentingnya persoalan kesehatan mental ini, banyak bidang ilmu khususnya yang mempelajari persoalan perilaku manusia. Berbagai bidang ilmu yang memberi porsi tersendiri bagi studi kesehatan mental diantaranya dunia kedokteran, pendidikan, psikologi, studi agama, dan kesejahteraan sosial. Kesehatan mental disadari telah memiliki kontribusi bagi pengembangan dan penerapan bidang ilmu yang dipelajari. Hal ini karena manusia tidak dapat dilepaskan dari aspek kesehatan mental. Kesehatan mental seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal antara lain: kepribadian, kondisi fisik, perkembangan dan kematangan, kondisi 1

description

jj

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKesehatan mental telah lama menjadi perhatian umat manusia. Masyarakat awam sudah melakukan usaha-usaha penanganannya sejalan dengan kemampuan mereka. Kesehatan mental itu memang bukan masalah yang baru karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Kesehatan fisik maupun kesehatan mental adalah sama-sama penting diperhatikan.Tidak adanya perhatian yang serius pada pemeliharaan kesehatan mental di masyarakat ini menjadikan hambatan tersendiri bagi kesehatan secara keseluruhan. Hanya saja karena faktor keadaan, dalam banyak hal kesehatan secara fisik lebih dikedepankan dibandingkan kesehatan mental. Mengingat pentingnya persoalan kesehatan mental ini, banyak bidang ilmu khususnya yang mempelajari persoalan perilaku manusia. Berbagai bidang ilmu yang memberi porsi tersendiri bagi studi kesehatan mental diantaranya dunia kedokteran, pendidikan, psikologi, studi agama, dan kesejahteraan sosial. Kesehatan mental disadari telah memiliki kontribusi bagi pengembangan dan penerapan bidang ilmu yang dipelajari. Hal ini karena manusia tidak dapat dilepaskan dari aspek kesehatan mental. Kesehatan mental seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal antara lain: kepribadian, kondisi fisik, perkembangan dan kematangan, kondisi psikologis, keberagamaan, sikap menghadapi problema hidup, kebermaknaan hidup, dan keseimbangan dalam berfikir. Adapun yang termasuk faktor eksternal antara lain: keadaan ekonomi, budaya, dan kondisi lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan. Dalam mempelajari kesehatan mental terdapat penyesuaian diri antara diri sendiri dengan diri nya sendiri, maupun diri sendiri

B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud bimbingan dan konseling serta kesehatan jiwa ?2. Bagaimana konseling untuk kesehatan mental ?3. Bagaimana konseling kesehatan mental sebagai suatu spesialisasi ?4. Apa fungsi,teori dan aplikasi konseling kesehatan mental ?5. Bagimana dampak gaya hidup modern terhadap kesehatan mental bagi anak dan remaja?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian bimbingan dan konseling serta kesehatan jiwa 2. Untuk mengetahui konseling untuk kesehatan mental 3. Untuk mengetahui konseling kesehatan mental sebagai suatu spesialisasi 4. Untuk mengetahui fungsi,teori dan aplikasi konseling kesehatan mental 5. Untuk mengetahui dampak gaya hidup modern terhadap kesehatan mental bagi anak dan remaja

BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian 1. Konseling dan BimbinganBimbingan merupakan serangkaina tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapain tujuan. Bimbingan merupakan (Helping) identintik dengan aiding, assistik atau afailing yang berarti bantuan atau pertolongan ( Tim Pengembang Ilmu Pendidik, 2009)2. Kesehatan Mental Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri dengan orang lain dan dengan masyarakat dimana dia hidup. Kesehatan mental adalah terhindarnya individu dari symptom symptom neurosis dan psikosis. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaat segala kapasitas kreatifitas energy, dan dorongan yang ada semaksimal mungkin sehingga membawa kebahagian diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan atau penyakit mental. (Yustinus,2010)

B. Konseling untuk Kesehatan mentalKonseling dalam konteks ini adalah membantu individu (anak, remaja atau dewasa) agar mampu mengembangkan potensinya menjadi insan yang dapat memaknai hidupnya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. Konseling dapat dimaksudkan sebagai pendekatan yang bersifat pengembangan (developmental), pencegahan (preventive), maupun penyembuhan (curative).Untuk memfasilitasi berkembangnya potensi individu secara optimal, maka konseling yang diberikan meliputi :1. Konseling ekologisYaitu mengembangkan potensi dengan menciptakan lingkungan yang kondusif, nyaman, menyenangkan, dan harmonid, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat (terapi psikologis, normatif, dan rekreatif)

2. Konseling pribadi, sosial, dan belajarYaitu mengembangkan potensi intelektual, emosional, sosial, maupun moral spiritual. Konseling pribadi, ditunjukan agar individu dapat memahami, menerima, dan mengarahkan dirinya secara positif dan konstruktif. Konseling sosial, ditujukan agar individu dapat memahami norma, aturan ,atau adat yang dijunjung tinggi masyarakat, dan mampu menyesuaikan diri terhadpa norma tersebut secara positif dan konstruktif. Sementara konseling belajar, ditujukan agar individu memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, motivasi belajar yang tinggi, dan keterampilan belajar yang efektif.3. Konseling kesehatanYaitu mengembangkan pemahaman dan kemampuan untuk memelihara kesehatan dan lingkungannya (seperti konseling reproduksi sehata kepada remaja, cara-cara perawatan kesehatan anak kepada ibu-ibu, dan pemberian informasi tentang memelihara lingkungan hidup yang bersih dan sehat kepada para siswa di sekolah).4. Konseling keluargaYaitu bantuan yang melibatkan para anggota keluarga, dalam upaya memcahkan masalah yang mungkun atau sedang dialaminya.5. Konseling karier atau vokasionalYaitu mengembangkan pemahaman tentang karakteristik pribadi, dunia kerja (seperti jenis-jenis pekerjaan, persyaratan, kondisi pekerjaa, dan penjenjangan karir), dan pengembangkan sikap positif terhadap dunia kerja tersebut dengan berbagai permasalahannya, serta pemberian pelatihan keterampilan kerja, baik di lingkungan sekolah maupun industri atau perusahaan.6. Konseling pernikahanYaitu pemberian bantuan kepada individu (remaja atau dewasa muda) yang akan memasuki jenjang pernikahan. Dalam konseling ini diberikan layanan informasi atau diskusi tentang hukum pernikahan, hak dan kewajiban sumia istri, dan pengelolaan keluarga (yaitu cara-cara menciptakan keluarga yang fungsional, seperti menyangkut aspek kebutuhan biologis, psikologis, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan penanaman nilai-nilai agama).

7. Konseling gangguan traumatik, Yaitu bantuan kepada individu yang mengalami post traumatic stress disorder (PTSD) atau yang mengalami stres akibat suatu peristiwa yang dialaminya, yang sangat mengganggu ketenangan, kenyamanan, seperti orang-orang yang mengalami trauma dari peristiwa pemerkosaan, peperangan, bencana alam, kebakaran, perampokan, dan penyiksaan. Stres yang mereka alami mengakibatkan munculnya gejala-gejala gangguan psikis, seperti kurang berminat terhadap kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, mengisolir diri, kelakuan emosioanl, gangguan tidur, perasaan berdosa, lemahnya daya ingat atau konsentrasi, dan suka kagetan pada saat mendengar suara keras.8. Konseling atau konsultasi psikiatrikYaitu bantuan yang diberikan oleh psikiater kepada individu, baik anak, remaja atau orang dewasa yang mengalami masalah berat, seperti depresi akut.9. Konseling religiousYaitu memberi pemahaman dan motivasi dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama (akidah, ibadah, dan akhlak mulia) melalui peneladanan, pembiasaan atau pelatihan, dialog, dan pemberian informasi yang berlangsung sejak usia dini sampai dewasa.

C. Konseling Kesehatan Mental sebagai Suatu SpesialisasiKonseling kesehatan mental dibentuk pada tahun 1970-an. Konseling ini dibangun terutama karena inisiatif legislatif, khususnya Community Mental Health Centers Act 1963, yang mendorong didirikannya pusat kesehatan mental secara nasional. Para konselor tingkat master adalah penggagas utama dibalik pendirian American Mental Health Conselors Association (AMHCA).Konselor kesehatan mental sangat penting memahami psikopatologi, mempunyai keahlian khusus yang berkaitan dengan kebutuhan dan minat dari populasi atau masalah tertentu. Tugas utama konselor kesehatan mental adalah menilai dan menganalisis latar belakang dan informasi terkini mengenai klien, mendiagnosis kondisi mental dan emosional, mengeksplorasi solusi yangbisa dilakukan, dan mengembangkan rencana perawatan. Aktivitas preventif dalam kesehatan mental dan fisik juga sangat penting. Mereka menaruh perhatian pada perkembangan professional yang berhubungan dengan bidang konseling terapan seperti konseling perkawinan dan keluarga, penyalahgunaan obat/ketergantungan bahan kimia, dan konseling kelompok kecil.

D. Fungsi, Teori dan Aplikasi Konseling KesehatanCara konselor kesehatan mental menggunakan teknik dan teori di dalam praktik mereka sangat bervariasi. Pemilihan teori dilakukan oleh konselor kesehatan mental berdasarkan pada kebutuhan klien. Secara umum, literatur-literatur konseling kesehatan mental difokuskan pada dua masalah utama yang memiliki dampak teoritis sebagai berikut: (a) pencegahan dan peningkatan kesehatan mental; (b) perawatan kelainan dan disfungsi. Kedua topik akan terus menarik perhatian karena mempertimbangkan tugas utama konselor kesehatan mental.1. Pencegahan Primer dan Peningkatan Kesehatan Mental. Dalam sejarah konseling kesehatan mental, pencegahan dan peningkatan layanan kesehatan mental menjadi penekanan filosofis yang utama. Banyak konselor kesehatan mental yang secara aktif terlibat dalam jenis program pencegahan primer melalui sekolah, perguruan tinggi, gereja, komunitas, pusat kesehatan, dan lembaga publik serta pribadi, tempat mereka dipekerjakan (Weikel & Palmo, 1989). Pencegahan primer dikarakteristikan dengan kualitas sebelum fakta terjadi; disengaja dan berorientasi kelompok atau massa, bukan individual (Baker& Shaw, 1987). Dapat diterapkan langsung maupun tidak langsung, tetapi didasarkan pada fondasi teoritis yang sehat (Cowen, 1982).Hall dan Torres (2002) merekomendasikan dua model pencegahan primer yang tepat untuk diterapkan pada remaja dengan skala komunitas. Keduanya adalah model pencegahankonfigural dari Bloom (1996) dan formula insidensi Albee (Albee & Gullotta, 1997).Model Bloom berfokus pada tiga dimensi, yaitu:a. Pertama, konselor harus bekerja untuk meningkatkan kekuatan individu dan mengurangi keterbatasan individu.b. Kedua, mereka harus meningkatkan dukungan sosial (contohnya, melalui orangtua dan teman sebaya) dan mengurangi tekanan sosial.c. Ketiga, variable lingkungan, seperti kemiskinan, bencana alam, dan program komunitas bagi remaja, harus diatasi.Bentuk pencegahan primer yang lain adalah menekankan perkembangan yang sehatyaitu penanganan secara positif dan pertumbuhan sehingga individu dapat dengan efektif menangani krisis yang mereka hadapi. Karena konseling berawal dari suatu model yang berdasarkan pada perkembangan yang sehat, dapat diharapkan bahwa tujuan konseling untuk meningkatkan perkembangan yang sehat pada klien akan bisa diperoleh. (Hershenson, 1982).Memusatkan diri pada lingkungan seseorang adalah penekanan pencegahan lainnya dari konselor kesehatan mental, baik dilakukan secara global atau lebih individu. Huber (1983) meringkas hasil riset dari bidang yang menarik dan sedang bertumbuh ini. Dia mencatat bahwa lingkungan memiliki karakter seperti manusia. Beberapa lingkungan dominan dan kaku, sementara sebagian lainnya lebih fleksibel dan suportif. Untuk dapat memanfaatkan pandangan ekologi-sosial dengan efektif, konselor kesehatan mental harus melakukan hal-hal berikut:a. Mengenali masalah sebagai sesuatu yang pada pokoknya berhubungan dengan lingkungan tertentu. Beberapa lingkungan mendatangkan atau mendorong perilaku khusus yang mungkin tidak sehat.b. Memperoleh persetujuan dari klien dan pihak bermakna lainnya yang berada di lingkungan klien. Bagi kebanyakan orang, jauh lebih mudah untuk melihat suatu kesulitan sebagai sekedar persoalan yang berhubungan dengan individu.c. Mengukur kedinamisan variabel di dalam suatu lingkungan. Moos (1973) mengembangkan sejumlah cara untuk mengevaluasi lingkungan. Konselor dapat bekerja bersama dengan klien untuk menentukan bagaimana lingkungan berfungsi menguntungkan atau tidak menguntungkan bagi kebutuhan klien.d. Menyelenggarakan perubahan social dan inisiatif penghakiman social jika dibutuhkan. Konselor dapat membantu klien dengan metode-metode khusus untuk meningkatkan lingkungannya sekarang ini.e. Mengevaluasi hasilnya. Tidak ada cara tunggal untuk melakukannya, namun semakin jelas klien mengutarakan kriterianya mengenai lingkungan ideal, semakin baik juga kemungkinan evaluasinya.

Strategi lain dari perspektif kesejahteraan adalah sebagai berikut:a. Konselor harus terus memikirkan hal-hal positif, yang menggairahkan kehidupan yang dapat dilakukan oleh individu;b. Mengubah skrining tradisional agar memasukkan lebih banyak penekanan terhadap kesehatan secara keseluruhan;c. Melakukan riset lebih banyak; dand. Menyoroti dimensi karakteristik fisik dari kehidupan klien sebagai satu aspek dari apa yang disebut Lazarus (1989) terapi multimodal (BASIC I, D: perilaku, afeksi, sensasi, imajinasi, kognitif, hubungan interpersonal atau perorangan, dan obat-obatan/biologi)

2. Pencegahan Sekunder dan Tersier. Selain pencegahan primer, konselor kesehatan mental berkonsentrasi pada pencegahan sekunder (mengendalikan masalah kesehatan mental yang sudah ada di permukaan tetapi belum parah) dan pencegahan tersier (mengendalikan masalah kesehatan mental yang serius agar tidak menjadi kronis atau mengancam kehidupan). Pada kasus semacam ini (berbeda dengan pencegahan primer), konselor kesehatan mental menilai fungsi klien dan kemudian, jika tepat, menggunakan teori dan teknik yang dikembangkan oleh ahli-ahli teori ternama seperti Rogers, Skinner, dan Glasser untuk merawat gejala dan kondisi utamanya.Konselor kesehatan mental yang melakukan perawatan sering menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah memberi respons yang baik terhadap sejumlah orang yang membutuhkan dan mencari layanan kesehatan mental. Tidak setiap orang yang membutuhkan layanan perawatan untuk gangguan ringan maupun besar dapat ditangani dengan baik oleh pemberi layanan kesehatan mental nasional seperti konselor, psikiater, psikolog, dan pekerja social. Meskipun perawatan klien menjadi satu-satunya aktivitas tenaga professional ini mereka tetap tidak mampu menangani seluruh kebutuhan dari klien yang memerlukan bantuan (Lichtenberg, 1986; Meehl, 1973).Tantangan lain yang harus dihadapi klinisi dalam konseling kesehatan mental adalah tren dalam rumah sakit psikiatrik rawat inap untuk memperpendek waktu rawat inap bagi klien dengan gangguan parah. Periode rawat inap yang diperpendek ini berarti bahwa semakin banyak individu dengan kelainan mental yang tidak mendapat perawatan yang mereka butuhkan atau dirawat di sarana rawat jalan, tempat konselor kesehatan mental member layanan dan sering dibatasi oleh peraturan perawatan terorganisir (Hansen, 1998).

E. Dampak Gaya Hidup Modern terhadap Kesehatan Mental bagi Anak dan Remaja1. Masalah Kesehatan MentalSeperti halnya orang dewasa, anak-anak dan remaja pun dapat mengalami masalah-masalah kesehatan mental yang mempengaruhi cara mereka berpikir, merasa, dan bertindak. Masalah-masalah kesehatan mental dapat menyebabkan kegagalan studi, konflik keluarga, penggunaan obat terlarang, kriminalitas, dan bunuh diri. Selain itu, masalah kesehatan mental pun dapat membatasi kemampuan mereka untuk menjadi orang yang produktif. Beberapa masalah kesehatan mental yang sering dialami oleh anak-anak dan remaja diantaranya adalah depresi, rasa cemas, hiperaktif dan gangguan makan.2.Indikator Masalah Kesehatan Mental pada Anak dan Remajaa. Gangguan PerasaanGangguan perasaan sebagai indikator masalah kesehatan mental pada anak dan remaja meliputi beberapa hal berikut: 1) Perasaan sedih tak berdaya; 2) Sering marah-marah atau bereaksi yang berlebihan terhadap sesuatu;3) Perasaan tak berharga; 4) Perasaan takut, cemas, atau khawatir yang berlebihan; Kurang bisa konsentrasi; 5) Merasa bahwa kehidupan ini sangat berat; dan Perasaan pesimis menghadapi masa depan.b. Gangguan PerilakuGangguan perilaku sebagai indikator masalah kesehatan mental pada anak dan remaja meliputi beberapa hal berikut:1) Mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang;2) Suka mengganggu hak-hak orang lain atau melanggar hukum;3) Melakukan sesuatu perbuatan yang dapat mengancam kehidupan yang bersangkutan;4) Melakukan diet secara terus-menerus atau obsesi untuk memiliki tubuh yang langsing;5) Menghindari persahabatan atau senang hidup menyendiri;6) Sering melamun; 7) Sering menampilkan perilaku yang kurang baik, atau melakukan kenakalan di sekolah. 3. Penyebab Masalah Kesehatan Mental pada Anak dan Remajaa. Faktor Biologis, seperti genetika, ketidakseimbangan kimiawi dalam tubuh, serta menderita penyakit kronis dan kerusakan sistem saraf pusatb. Faktor Psikologis, seperti frustasi (misalnya, merasa kecewa atau sedih karena memiliki wajah yang tidak cantik, postur tubuh yang kurang bagus, dan cinta ditolak), konflik, terlalu pesimis menghadapi masa depan, kurang mendapat pengakuan dari suatu kelompok dan tidak mendapat kasih sayang dari orang tua. c. Faktor Lingkungan, seperti merebaknya tayangan film bertama kejahatan dan pornoaksi, perdagangan minuman keras, penjualan alat kontrasepsi, penjualan VCD porno, dll. Beberapa penyebab lainnya adalah kemiskinan yang kronis (perekonomian keluarga yang morat marit atau tidak dapat dikendalikan, sehingga banyak orang menempuhnya dengan menghalalkan segala cara seperti korupsi, mencuri, menyogok, memalsukan ijazah, menipu, dan lain-lain yang berpengaruh negatif terhadap kesehatan mental anak atau remaja). Faktor lainnya adalah kurangnya kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berteman dengan orang-orang yang berakhlak buruk, dan iklim kehidupan keluarga yang tidak kondusif (yang kurang memperhatikan nilai-nilai agama, perceraian orang tua, hubungan kurang harmonis dengan keluarga, dll)4. Kriteria Kesehatan MentalMenurut Richard T. Kinner (dalam Gappuzi & Gross, 1997) kriteria kesehatan mental, antara lain:a. Menerima diri sebagaimana adanya (self-aceptance)b. Pada umumnya, orang yang sehat mentalnya dapat menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya dan mempunyai self-esteem yang positif, tetapi jangan sampai berlebiha-lebihan. Self-esteem merupakan essential component mengenai mental yang sehat (Allport, 1961; Maslow, 1970; Rogers, 1961 dalam Capuzzi & Giross, 1997). Self-esteem yang negatif dapat menimbulkan berbagai masalah sehingga keadaan mental kurang baik atau kurang sehat. Menerima keadaan diri sebagaimana adanya juga berarti menerima diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya.c. Menerima tentang keadaan diri (self-knowledge)Orang yang mentalnya sehat mengerti dengan baik tentang keadaan dirinya. Orang akan sadar, baik mengenai perasaannya, motivasinya, kemampuan berpikirnya, maupun aspek-aspek mentalnya yang lain. Tujuan konseling mengenai pengertian tentang dirinya mungkin merupakan hal yang sangat sentral dan universal. Freud dan para revisionis (seperti Adler, Erikson. Fromm, Horney, dan Jung) percaya bahwa uncovering dan understanding unconscious needs, serta fears dan konflik merupakan prerequisit untuk psychological health (dalam Capuzzi & Gross, 1997).d. Self-confidence dan Self-controlOrang yang sehat mentalnya mempunyai percaya diri (self-confidence) dan kontrol diri (self-control). Mereka dapat independen bila diperlukan dan dapat pula asertif apabila yang bersangkutan ingin asertif. Mereka mempunyai internal focus of control. Mereka dapat mengontrol dirinya dengan baik.e. A clear perception of realityOrang yang sehat mentalnya mampu mengadakan persepsi keadaan realita secara baik. Orang dapat membedakan mana yang rill dan mana yang tidak. Orang yang demikian tidak mencampuradukkan antara yang rill dengan yang tidak rill, bersifat objektif, dan selalu melihat realita seperti apa adanya.f. Balance and moderation Orang yang mentalnya sehat mempunyai sifat keseimbangan atau balance dalam kehidupannya. Mereka bekerja, tetepi juga istirahat atau main; menangis, tetapi juga tertawa; mementingkan diri (selfish), tetapi juga mementingkan sosial (altruistic); berpikir logis, tetapi juga intuiti. Pada dasarnya, kehidupan mereka selalu dalam keadaan keseimbangan. Orang yang sehat mentalnya bersikap moderat, tidak ekstrim. Kalau bersikap ekstrim dapat menimbulkan masalah.

g. Love of othersOrang yang sehat mentalnya akan menyayangi sesama manusia. Mereka tidak mempunyai sikap permusuhan terhadap orang lain. Dengan demikian, mereka dapat diterima secara baik oleh orang-orang lain, tidak timbul permusuhan, suasana adanya kedamaian.h. Love of lifeOrang yang sehat mentalnya akan menyayangi kehidupan yang dihadapi. Apa yang dihadapi dalam kehidupannya selalu diterima secara tulus dan pernah rasa sayang.i. Purpose in lifeOrang yang sehat mentalnya menyadari dengan sepenuhnya tentang tujuan kehidupannya. Untuk apa dan ke arah mana kehidupannya disadari dengan sepenuhnya, tidak ada keragu-raguan dalam mengarungi kehidupan.

BAB IIIPENUTUPA. SimpulanKonseling kesehatan mental memiliki fungsi dan teori dalam praktik yang bervariasi sesuai dengan lingkungan individu dalam menangani krisis yang dihadapi. Pencegahan primer terdiri dari dua cara yaitu dengan menggunakan model pencegahan konfigural dari Bloom (1996) dan formula insidensi Albee (Albee & Gullotta, 1997); dan penekanan perkembangan yang sehat melalui penanganan secara positif dan pertumbuhan. Sedangkan pencegahan sekunder dan tersier, konselor kesehatan mental menilai fungsi klien menggunakan teori dan teknik yang dikembangkan oleh ahli-ahli teori ternama seperti Rogers, Skinner, dan Glasser untuk merawat gejala dan kondisi utamanya.

B. Saran Diharapkan perawat dapat membantu menyelesaikan masalah klien yang memiliki masalah gangguan kesehatan jiwa dan dapat memberikan konseling dan bimbingan, sehingga masalah yang dihadapi klien dapat teratasi.

Daftar PustakaSemiun, Yustinus. 2010. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta : Kanisius13