BAB I

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini, masyarakat disibukkan dengan berbagai aktivitas yang padat dan membuat mereka lupa akan kesehatan tubuh serta tidak teraturnya pola makan yang baik. Tanpa di sadari kondisi seperti ini yang menyebabkan penyakit banyak berkembang didalam tubuh. Asupan pola makan yang tidak teratur dapat menimbulkan penyakit gastritis. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja baik anak-anak, dewasa maupun lansia. Gastritis merupakan peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi iritasi lambung. Peradangan pada lambung tidak hanya disebabkan oleh konsumsi makanan yang dapat meningkatkan produksi asam lambung, tetapi juga dapat dikarenakan oleh bakteri. Jika sudah parah maka infeksi bakteri akan menyebabkan luka yang parah pada lambung. Rasa perih dan nyeri karena berkurangnya daya tahan selaput lendir dinding lambung yang dalam keadaan normal sangat tahan terhadap asam klorida. Penggunaan zat aktif untuk penyakit gastritis dengan simetidin. Simetidin adalah antihistamin penghambat reseptor H 2 akan menghambat sekresi asam lambung, baik pada keadaan istirahat maupun setelah perangsangan oleh makanan, histamin, pentagastrin, insulin dan kafein.

description

da

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangDewasa ini, masyarakat disibukkan dengan berbagai aktivitas yang padat dan membuat mereka lupa akan kesehatan tubuh serta tidak teraturnya pola makan yang baik. Tanpa di sadari kondisi seperti ini yang menyebabkan penyakit banyak berkembang didalam tubuh. Asupan pola makan yang tidak teratur dapat menimbulkan penyakit gastritis. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja baik anak-anak, dewasa maupun lansia. Gastritis merupakan peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi iritasi lambung. Peradangan pada lambung tidak hanya disebabkan oleh konsumsi makanan yang dapat meningkatkan produksi asam lambung, tetapi juga dapat dikarenakan oleh bakteri. Jika sudah parah maka infeksi bakteri akan menyebabkan luka yang parah pada lambung. Rasa perih dan nyeri karena berkurangnya daya tahan selaput lendir dinding lambung yang dalam keadaan normal sangat tahan terhadap asam klorida.Penggunaan zat aktif untuk penyakit gastritis dengan simetidin. Simetidin adalah antihistamin penghambat reseptor H2 akan menghambat sekresi asam lambung, baik pada keadaan istirahat maupun setelah perangsangan oleh makanan, histamin, pentagastrin, insulin dan kafein. Pada pemberian oral simetidin diabsorpsi dengan baik dan cepat, tetapi sedikit berkurang bila ada makanan atau antasida. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 1-2 jam setelah pemberian, dengan waktu paruh 2-3 jam. Simetidin diekskresikan sebagian besar bersama urin dan sebagian kecil bersama feses. Dalam penggunaan dosis dewasa biasanya digunakan dewasa sehari 800-1600 mg dalam dosis bagi, anak 20-40 mg per kgBB per hari dalam dosis bagi. Dalam formulasi ini dipilih sediaan suspensi untuk obat maag atau gastritis. Ada beberapa alasan pembuatan suspensi oral, salah satunnya adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tetapi stabil dalam suspensi. Dalam hal ini suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk banyak pasien, bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat. Karena mudahnya menelan cairan serta lebih mudah untuk memberikan dosis yang relatif sangat besar dan aman. Selain dapat diberikan untuk anak-anak juga mudah diatur penyesuaian dosisnya. Untuk obat-obat yang rasanya tidak enak dapat ditambahkan dengan zat tambahan.

1.2 TujuanAdapun tujuan pembuatan sediaan suspensi adalah sebagai berikut. 1.2.1 Tujuan Umum 1.2.1.1Membuat sediaan suspensi dengan zat aktif simetidin untuk penyakit gastritis1.2.2 Tujuan Khusus1.2.2.1 Membuat rancangan sediaan suspense dengan zat aktif simetidin 1.2.2.2 Untuk mengetahui peran zat aktif pada sediaan suspense

1.4 Manfaat 1.4.1 Mampu membuat sediian suspensi dengan baik dan benar.1.4.2 Mengetahui kegunaan sediaan suspensi secara luas.1.4.3 Dapat menerapkan sediaan suspensi dengan zat aktif simetidin di dunia industri.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Penyakit2.1.1 Definisi PenyakitGastritis adalah merupakan peradangan atau inflamasi dari mukosa lambung yang disebabkan oleh factor iritasi dan infeksi. Gastritis proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung, secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel sel radang pada daerah tersebut. Menurut Muttakin (2011) gastrititis diklasifikasikan menjadi dua yaitu:A. Gastriris akut, adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian supervicial.B. Gastritis kronik, adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritits kronik di klasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu:a) Gastritis supervicial: dengan manifestasi kemerahan, edama, serta pendarahan dan erosi mukosa.b) Gastritis atrovik, dimana perdagan terjadi pada seluruh lapisan mukosa. Pada perkembangannya dihungkan dengan ulkus dan kanker lambung serta anemia penisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel variental dan sel chief.c) Gastritis hipertrivik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul nodul pada mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan homoragik.2.1.2 Gejala PenyakitPada tukak lambung gejala permulaan berupa perasaan terbakar dan perih dilambung 15-60 menit stelah makan, adakalanya menjalar ke punggung. Selain itu rasa terbakar dilambung kan semakin parah ketika sedang makan. Gejala lainnya yaitu mula mual, muntah, kehilangan nafsu makan, berat badan menurun. 2.1.3 Penyebab Penyakit2.1.3.1 Penyebab penyakit Gastritis akutPenyakit gastritis akut dapat terjadi tanpa di ketahui sebabnya, sebagian besar karena gastritis erosive menyertai timbulnya keadaan klinis yang berat. Keadaan yang sering menimbulkan gastrititis erosive misalnya trauma yang luas operasi besar, gagal ginjal, gagal nafas, penyakit hati yang berat, sengatan luka bakar yang kuat, trauma kepala, dan septicemia. Kira kira 80-90% pasien yang dirawat di ruang intensive menderita gastritits akut erosive ini. Gastritis akut jenis ini sering di sebut gastritis stress. Penyebab lain adalah obat obatan yang sering di hubungkan dengan gastritits erosive adalah aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi non steroid. Makan terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu yang mengandung mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit ini. Endotoksin bakteri atau setelah menelan makan yang terkontaminasi dengan helikobakterpylory. Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epital yang gundul.2.1.3.2 Penyebab penyakit Gastritis kronikDua aspek penting dalam etiologi gastritis kronis yakni aspek imunologi dan aspek mikrobiologis.Aspek imunologis hubungan antara system imun dan gastritis kronik menjadi jelas dengan ditemukannya auto antibody terhadap factor intrinsic lambung (intrinsic factor anti bodi) dan sel parietal (sel antibody) pada pasien dengan anemia pernisiosa. Antibodi terhadap sel parietal lebih dekat hubungannya dengan grastritis kronik korpus dalam berbagai gradiasi. Pasien grastritis konik atropik predominasi korpus, dapat menyebar ke atrium dan hipergrastrinemia. Gastritis autoimun adalah diagnose histologist karena secara endoskopik amat sukar menentukannya kecuali sudah amat lanjut. Hipergastrinemia yang terjadi terus menerus dan hebat dapat memicu timbulnya karsinoit gastritis, tipe ini sulit dijumpai.Aspek bakteriologi agar dapat mengetahui keberadaan bakteri pada gastritis, biopsy harus dilaksanakan waktu pasien didak mendapat anti mikroba selama 4 minggu terakhir. Bakteri yang paling penting sebagai penyebab gastritis adalah helicobacterpylory. Gastritis yang ada hubungannya dengan helicobacterpylory lebih sering dijumpai dan biasanya merupakan gastritis tipe ini. Atropimukosa lambung dapat terjadi pada banyak kasus setelah bertahun-tahun mendapat infeksi helicobacterpylory. Atropy terbatas pada atrium, pada korpus atau mengenei keduanya dalam stadium ini pemeriksaan serologi terhadap helicobacterpylory lebih sering memberi hasil negatif.Kejadian gastritis kronik, terutama gastritis kronik antrum meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Populasi yang usianya pada decade ke-6 hampir 80% menderita gastritis kronik dan menjadi 100% pada saat usia mencapai decade ke-7 selain mikroba dan proses imunologi, faktor lain juga berpengaruh terhadap pathogenesis Gastritis adalah refluks kronik cairan penereatotilier, empedu dan lisolesitin.Gastritis dapat digolongkan menjadi 2, yaitu gastritis tipe A dan gastritis tipe B. Tipe A sering disebut sebagai gastritis autoimun diakibatkan dari perubahan dari sel parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa yang terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B kadang disebut sebagai helicobacterpylory mempengaruhi antrium dan pylorus (ujung bawah dekat duodenum). Ini dihubungkan dengan bakteri helicobacterpylory. Faktor lain antara lain diet, pedas, atau panas, penggunaan obat-obatan dan alcohol, merokok atau reflex isi usus terhadap lambung. 2.1.4 AkibatAkibat yang ditimbulkan dari gastritits yaitu dapat terjadi pendarahan saluran cerna bagian atas. Selain itu terjadi pada ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi B12. 2.1.5 PenangananPenanganan untuk gastritis akut diatasi dengan mengintruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. bila gastritits diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam, pengobatan terdiri dari pengenceren dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisir asam digunakan antasit umum dan bila korosi luas atau berat dihindari karena bahaya terforasi. Penanganan jika terjadi pendaharahan, tindakan pertama adalah tindakan konservatif berupaa pembilasan air es disertai pemberian antacid dan antagonis reseptor H2.Untuk gastritis kronik, penanganan diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress.2.2 Tinjauan Zat Aktif 2.2.1 Pemilihan BahanSimetidin adalah antihistamin penghambat reseptor Histamin H2 yang berperan dalam efek histamin terhadap sekresi cairan lambung. 2.2.2 DosisDosis adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada seseorang penderita untuk obat dalam maupun obat luar.2.2.3 Macam-macam dosisA. Dosis lazim : takaran terkecil yang diterima oleh penderita untuk dapat menimbulkan efek yang dikehendaki (yg akan dipakai untuk menentukan kadar zat aktif)B. Loading dose ; dosis awal untuk mencapai kadar tertentu obat dalam darah sehingga dapat menghasilkan efek yang dikehendakiC. Maintenent Dose : dosis pemeliharaan yaitu takaran terkecil yang diberikan pada penderita untuk mempertahankan efek yang dikehendaki ( idem with DL)D. Dosis maksimum : takaran terbesar yang masih dapat diterima oleh penderita untuk dapat menimbulkan efek yang dikehendaki tanpa menimbulkan toksisitas(note: besarnya dosis lazim maupun maintenent dose ditentukan oleh jenis bahan aktif, umur dan atau berat badan penderita serta rute pemakaian)2.2.4 Pembagian umur penderita yang lazim1. Dewasa : bila tidak disebutkan lain, maka dewasa adalah 20 tahun ke atas. Dan obat tertentu, dewasa mulai dari 12 tahun ke atas2. Anak-anak : 1 tahun-12 tahun. Obat tertentu tidak dapat diberikan kepada penderita < 2 tahun3. Bayi : 0 bulan-1 tahun4. Geriartri/manula : 65 tahun ke atas.

2.3 Tinjauan Tentang Suspensi2.3.1 Sejarah ObatKebanyakan obat yang digunakan di masa lalu adalah obat yang berasal dari tanaman. Dengan cara coba-mencoba secara empiris, orang purba mendapatkan pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar tumbuhan untuk mengobati penyakit. Pengetahuan ini secara turun temurun disimpan dan dikembangkan, sehingga muncul ilmu pengobatan rakyat seperti pengobatan tradisional jamu di Indonesia.Namun, tidak semua obat melalui tiwayatnya sebagai obat anti penyakit, ada pula yang pada awalnya digunakan sebagai alat ilmu sihir, kosmetika atau racun untuk membunuh musuh. Misalnya strychnine dan kurare mulanya digunakan sebagai racun panah penduduk pribumi, Amerika Selatan dan Afrika. Contoh yang lebih baru ialah obat kanker nitrogen mustard yang semula digunakan sebagai gas racun (mustard gas) pada perang dunia pertama.Obat nabati ini digunakan sebagai rebusan atau ekstrak dengan aktifitas dan efek yang sering kali berbeda-beda tergantung dari asal tanaman dan cara pembuatannya. Kondisi ini dianggap kurang memuaskan, sehingga lambat laun para ahli kimia mulai mencoba mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung di dalamnya. Hasil percobaan mereka adalah serangkaian zat kimia yang terkenal diantaranya adalah ephedrin dari tanaman Ma Huang (ephedra vulgaris), kinin dari kulit pohon kina, atropin dari Atropa belladonna, morfin dari candu (Papaver somniferum) dan digoksin dari digitalis lanata. Dari hasil penelitian setelah tahun 1950 dapat disebutkan reserpin dan resinamin dari pule pandak (Rauwolfia serpentina), sedangkan obat kanker vimblastin dari vinkristin berasal dari vincarosea, sejenis kembang serdadu. Penemuan tahun 1980 obat malaria atemisinin yang berasal dari tanaman cina, qinghaosu (Artemisia annua). Penemuan terbaru adalah onkolitika paclitaxel (taxol) dari jarum-jarum sejenis cemara (konifer) taksus brefifolia/baccata (1993) dan genistein dari kacang kedele.2.3.2 Definisi SuspensiSuspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawanya. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali. 2.3.3 Penggolongan suspensiA. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai yang ditujukan untuk penggunaan oral.B. Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.C. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel partike halus yang di tujukan untuk di teteskan pada telinga bagian luar.D. Suspensi oftalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel partikel sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.E. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan cair steril berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak boleh menyumbat jarum sutiknya serta tidak di suntikkan secara intravena atau ke dalam larutan spinal.F. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.G. Suspensi kering, diartikan sebagai preparat berbentuk serbuk kering yang baru diubah menjadi suspensi dengan penambahan air sesaat sebelum digunakan. Daya tahan bahan obat yang tidak memadai di dalam air dan juga pembentukan sedimen yang sulit dikocok dapat dihindari melalui cara ini.2.3.4 Bahan Pensuspensi A. Bahan pesuspensi dari alam golongan GOM meliputi :a) Akasia atau vulvis gummiarabic, bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman acasia sp., dapatlarut dalam air, tidak larut dalam alcohol, dan bersifat asam.b) Chondrus diperoleh dari tanaman chondruscrispus atau gigartina mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alcohol, dan bersifat basa.c) Tragakan eksudat dari tanaman astragalus gummifera. Hanya baik sebagai stabilitator suspensi tetapi bukan sebagai emulgator.d) Algin diperoleh dari ebebrapa spesies ganggang laut. Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan pengawet.B. Bahan pensuspensi alam bukan GOMSuspending agent alam yang bukan GOM adalah tanah liat. Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonid, hectorite dan veegum.2.3.4 Syarat-syarat Suspensi1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap2. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali3. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dikocok atau bias dituang5. Ukuran partikel, erat hubungannya dengan luas penampang partikel serta daya tekan ke atas dari cairan suspensi6. Jumlah partikel, semakin besar konsentrasi maka semakin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel di dalam waktu yang singkat7. Sifat atau muatan partikel terjadinya interaksi antara menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tertentu.2.3.5 Keuntungan dan kerugian suspensi2.3.5.1 Keuntungan 1. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat.2. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.2.3.5.2 Kerugian 1. Rasa obat dalam larutan lebih jelas2. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet dan kapsul3. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator.2.3.6 Praformulasi dan Formulasi2.3.6.1 Praformulasi 2.3.6.1.1 Definisi dan TujuanA. DefinisiStudi preformulasi adalah penelitian sifat-sifat fisika dan kimia suatu bahan obat baik sendiri maupun dalam campurannya dengan eksipien.B. TujuanUntuk mendapatkan informasi yang bermanfaat untuk mengembangkan sediaan yang berkhasiat, aman, stabil dan akseptabel yang dapat diproduksi secara mass production. 2.3.6.1.2 Latar Belakang Bahan Obat A. Cimetidina) Nama obat : Cimetidinb) Nama kimia:2-Siano-1-metil-3-[2-[[(5-metilimidazol-4-il)metil]tio]etil]guanidin [51481-61-9]c) Struktur kimia: C10H16N6S

d) Efek terapeutik :1. FarmakodinamikSimetidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi asam lambung, sehingga pada pemberian ranitidin sekresi asam lambung dihambat. Pengaruh fisiologi simetidin terhadap reseptor H2 lainnya, tidak begitu penting. Walaupun tidak lengkap simetidin dapat menghambat sekresi cairan lambung akibat rangsangan obat muskarimik atau gastrin. Simetidin mengurangi volume dan kadar ion hidrogen cairan lambung.ekresi asam lambung mengakibatkan perubahan pepsinogen menjadi pepsin menurun.2. FarmakokinetikBioavailabilitas oral ranitidin yang diberikan sekitar 70%. Ikatan protein plasmanya hanya 20%. Absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan, sehingga simetidin diberikan bersama atau segera setelah makan dengan maksud untuk memperpanjang efek pada periode pasca makan. Absorpsi terutama terjadi pada menit ke 60-90. Cimetidin masuk ke dalam SSP dan kadarnya dalam cairan spinal 10-20% dari kadar serum. Sekitar 50-80% dari dosis IV dan 40% dari dosis oral simetidin diekskresi dalam bentuk asal dalam urin. Masa paruh eliminasinya sekitar dua jam. 3. IndikasiSimetidin digunakan untuk penderita tukak lambung dan duodenum, refluks esopagitis dan keadaan hipersekresi patologis, seperti sindroma zollinger ellison. 4. Efek sampingInsiden efek samping obat ini rendah dan umumnya berhubungan dengan pengahmbatan terhadap reseptor H2, beberapa efek samping lain tidak berhubungan dengan penghambatan reseptor. Efek samping ini antara lain nyeri kepala, pusing, mual, diare, konstipasi, ruam kulit, pruritus, kehilangan libidi, dan impoten.5. Interaksi ObatSimetidin menghambat sitokrom P-450 sehingga menurunkan aktifitas enzim mikrosom hati, jadi obat lain yang merupakan substrat enzim tersebut akan terakumulasi bila diberikan dengan simetidin. Obat yang metabolismenya dipengaruhi simetidin antara lain warfarin, feniton, kafein, teofilin, fenobarbital, karbamazepin, diazepam,metoprolol dan imipramin. e) Perkiraan dosis :dewasa biasanya digunakan sehari 800-1600 mg dalam dosis bagi, anak 20-40 mg per kgBB per hari dalam dosis bagi.B. Organoleptis Simetidina) Warna: putihb) Bau: merkaptan lemah2.3.6.2 FormulasiA. KelarutanJumlah bahan aktif yang terlarut dalam pembawa merupakan parameter kritis karena terkait oleh banyak factor antara lain:a. Suhub. Keberadaan elektrolitc. Pembentukan komplek dengan senyawa laind. Bentuk Kristale. Hidrasi Kelarutan dari cimetidin adalah larut dalam alcohol, tidak larut dalam eter, larut sebagian dalam isopropil alkohol, larut sempurna dalam etanol, sukar larut dalam air.B. Modifikasi kimiaBahan aktif yang kelarutannya buruk dapat dibuat lebih larut dalam air dengan memodifikasi secara kimiaModifikasi memerlukan pemilihan yang sangat hati-hati terhadap senyawa pembentuk garam. Sebab garam dengan bentuk yang berbeda kemungkinan menunjukkan stabilitas kimia yang berbeda dan kemungkinan aktivitas biologinya juga berbeda.C. PengawetanPengawet hampir selalu ditambahkan untuk sediaan cairan takaran ganda kecuali sediaan mempunyai kandungan gula yang tinggi dan sediaan mengandung bahan yang dapat berfungsi sebagai pengawet (propilen glikol, gliserin).D. PemanisBahan pemanis dapat berupa pemanis alam misalnya gula dan pemanis sintetis misal Saccharin Na. Sebagai peningkat rasa dapat digunakan kombinasi pemanis dan peningkat rasa (flavor). Untuk Negara-negara maju pada label sediaan harus dicantumkan pemanis yang digunakan. E. Peningkat rasaAda 4 rasa dasar yaitu asin, pahit, manis, dan asam. Untuk menutupi rasa pahit yang kebanyakan ditemui pada senyawa organik digunakan bermacam flavor artificial. Penggunaan peningkat rasa disesuaikan antara warna, rasa danpeningkat rasa. Peningkatan rasa akan berbeda pada setiap Negara.F. ViskositasPeningkatas viskositas diperlukan untuk mencegah cairan mengalir terlalu cepat, mengontrol dosis obat. Bahan pengikat viskositas dapat digunakan antara lain CMC, MC, Polinivil pirolidon dan gula. Perhatikan inkompabilitas antara beberapa pengental dengan elektrolik misal dapar.G. PenampilanPenampilan atau warna produk di sinkronkan dengan peningkat rasa misalnya hijau atau biru atau mint, merah untuk strawberry dll. Ada kalanya zat warna digunakan untuk menutupi hal yang tidak ingin diketahui oleh pasien. Misalnya warna violet untuk menutupi hasil reaksi yang bewarna violet. Hal tersebut masih mungkin selama hasil reaksi tersebut tidak bersifat toksik atau membahayakan pasien. Bila dikehendaki warna yang jernih dilakukan penyaringan.

H. Stabilitas KimiaObat lebih tidak stabil dalam larutan atau disperse likuida daripada obat yang berada dalam bentuk solida. Sebab terjadi interaksi molekul yang lebih besar.I. Stabilitas FisikaProduk cair yang stabil secara fisika harus dapat mempertahankan warna, viskositas, rasa serta bau selama usia guna. Stabilitas fisika maupun kimia dan dipengaruhi oleh tipe dan desain kemasan. Kemasan gelas cukup resisten terhadap berbagai sediaan. Kelemahannya penutup kemasan dan lapisan penutup dalam sering tidak resisten. Harus digunakan putaran yang tepat untuk menutup botol yang telah diisi dengan sediaan untuk menjaga stabilitas.J. Bahan BakuSpesifikasi bahan baku sangat penting pada sediaan likuida. Karena kontaminan dapat menimbulkan efek yang tidak menguntungkan. Kualitas mikrobiologi bahan baku harus dievaluasi secara kritis. Air adalah bahan baku paling umum yang digunakan. Oleh sebab itu unit produksi air yang dimurnikan harus sesuai dengan farmakope. Air bebas kontaminasi dapat dibuat dengan membangun instalasi pertama dengan filter karbon, demineralisasi, filter 5 mikron,dialirkan ke tangki pemanas, sterilisasi UV dan difilter 0,22 mikron.2.3.7 Produksi dan Evaluasi2.3.7.1 ProduksiProduksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang senantiasa dapat menjamin produk obat jadi dan memenuhi ketentuan izin pembuatan serta izin edar (registrasi) sesuai dengan spesifikasinya.A. BangunanBangunan industri adalah sesuatu yang didirikan oleh manusia dan digunakan untuk mengolah barang dengan menggunakan sarana dan prasarana terterntu. Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi, letak yang memadai dan kondisi yang sesuai serta perawatan yang dilakukan dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil terjadinya resiko kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang, penumpukkan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.Untuk mencegah terjadinya pencemaran yang berasal dari lingkungan dan sarana, maka perlu:1) Ruang terpisah yang dirancang khusus disiapkan untuk menghindari kontaminasi2) Kelas A atau kelas 100, berada di bawah aliran udara laminer dan memiliki efisiensi saringan udara akhir sebesar 99,995%.3) Kelas B atau kelas 1000, merupakan ruangan steril, kelas ini adalah lingkungan latar belakang untuk zona kelas A dan memiliki efisiensi saringan udara akhir sebesar 99.995%.4) Kelas C atau kelas 10.000, merupakan ruangan steril dan memiliki efisiensi saringan udara sebesar 99.95%.5) Kelas D atau kelas 100.000 adalah ruangan bersih dan memiliki efisiensi saringan udara sebesar 99.95% bila menggunakan sistem resirkulasi ditambah (10-20% atau efisiensi saringan udara 90% bila menggunakan sistem (100%)6) Kelas E adalah ruangan umum dan memiliki efisiensi saringan udara sebesar 99.95% bila menggunakan sistem resirkulasi ditambah (10-20%) atau 90% bila menggunakan sistem 100%.Syarat bangunan sesuai dengan CPOB:1. Bangunan industri harus didirikan dilokasi yang terhindari dari pencemaran dan tidak mencemari lingkungan.2. Bangunan industri harus memenuhi harus memenuhi persyaratan sanitasi dan hygiene3. Bangunan industri harus memiliki ruang-ruang pembuatan yang rancang bangun dan luasnya sesuai dengan bentuk, sifat dan jumlah obat yang dibuat.4. Memungkinkan kegiatan produksi dilakukan diarea yang saling berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan yang lain mengikuti urutan tahap produksi.5. Bangunan industri didirikan atas sifat yang kokoh, dengan tujuan agar terhindar dari bencana seperti gempa dan banjir.

Bangunan Produksi terbagi menjadi 5 area:1. Area penimbanganPenimbangan bahan awal hendaklah dilkakukan di area penimbangan terpisah yang didesain khusu untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi.2. Area produksiUntuk memperkecil resiko bahaya medis yang serius akibat terjadinya pencemaran silang, produk antibiotik tertentu(penisilin), produk hormon/ preparat hormone, produk sitostatik, produk biologi hendaklah di produksi di bangunan terpisah.Tata ruang produksi sebaiknya di rancang sdemikian rupa sehingga kegiatan produksin dilakukan di area yang saling berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan yang lainmengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang di persyaratkan, mencegah kesesakan dan ketidakteraturan, dan memungkinkan terlaksanya komunikasi dan pengawasan yang efektif.Permukaan dinding, lantai dan langit langit bagian dalam ruangan dimana terdapat bahan baku dan bahan pengemasan primer, produk antara anntau produk ruahan, hendaklah halus, bebas retak, tidak melepaskan partikulat serta serta mudah dibersihkan. Kontruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan.Area produksi hendaklah mendapatkan penerangan yang memadai, terutama dimana pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan. 3. Area penyimpananArea penyimpanan hendaknya memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk rumahan dan produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah di luluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran.4. Area pengawasan mutuLaboaratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Luas ruang hendaklah untuk mecegah campur baur. Hendaklah disediakan tempat penyimpanan yang luas dan memadai untuk sampel, buku pembanding, pelarut, perekasi dan catatan.5. Sarana pendukungRuang istirahat dan kantin hendaklah dipisah dari area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti hendaknya berhubungan langsung dengan area produksi namun letaknya terpisah.B. PeralatanPeralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah memiliki rancangan bangun dan kontruksi yang tepat, ukuran yang memadai, dan ditempatkan dengan tepat sehingga mutu dari setiap produk obat terjamin secara seragam dari bets ke bets, serta untuk memudahkan pembersihan dan perawatannya. CPOB mempersyaratkan bahwa peralatan sebaiknya di rawat secara teratur melalui program perawatan untuk mencegah cacat fungsi atau kontaminasi yang dapat mengubah identitas, kualitas atau kemurnian suatu produk.C. PersonaliaBerdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009, industri farmasi harus memiliki 3 orang apoteker sebgaai penanggung jawab masing masing pada bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap produksi sediaan farmasi. Suatu industri farmasi bertanggung jawab menyediakan personel yang terkualifikasi dan dalam jumlah yang memadai agar proses produksi dapat berjalan dengan baik. Semua personel harus memahami prinsip CPOB dan memiliki sikap dan kesadaran tinggi untuk mewujudkan CPOB agar produk yang dihasilkan bermutu. Selian itu, personel hendaklah memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara professional sebagaiman mestinya. Tugas dan kewenangan dari tiap personel tersebut hendaknya tercantum dalam uraian tertulis. Tugas masing masing personel tersebut boleh di wakilkan kepada seseorang yang memiliki tingkat kualifikasi yang memadai.

D. Metodea. Metode disperseMetode ini dilkukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilage yang telah terbentuk, kemudian baru diencerkan, sering terjadi kesukaran pada saat mendispersikan serbuk kedalam pembawa. Hal tersebut karena adanya udara, lemak atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah termasuki udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk dibasahi tergantung pada besarnya sudut kontak antara zat terdispersi dengan medium.b. Metode prasipitasiZat yang hendak di dispersikan dilarutkan dalam dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air setelah larut dalam pelarut organik, diencerkan dengan larutan pensuspensi , cairan organik tersebut adalah etanol pripilenglykol.2.3.7.2 EvaluasiEvaluasimerupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Evaluasi berhubungan dengan penilaian yang disesuaikan dengan acuan standar dan biasanya dilakukan oleh industri.Adapun tujuan evaluasi dalam pembuatan sediaan yaitu:A. Uji OrganoleptisPengamatan visual berupa rasa, bau dan warna.B. ViskositasViskositas adalah gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang di antara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Prinsipnya adalah sebuah spindle dicelupkan kedalam sediaan yang akan diukur viskositasnya. Gaya gesek antar permukaan spindle dengan cairan akan menentukan tingkat viskositas sediaan.C. Uji kejernihanUji ini bertujuan untuk sediaan larutan yang harus jernis dan bebas dari kotoran.Prinsip adalah dengan penetapan menggunakna tabung reaksi alas datar diameter 15-25 mm, tidak berwarna, transparan dan terbuat dari kaca netral. Masukkan larutan ke dalam tabung, gunakan latar hitam dan diamkan selama 5 menit. Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus ke arah tabung.D. Uji intensitas warnaUji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan selama waktu tertentu.Uji intensitas warna dilakukan dengan pengamatan pada warna sirup mulai 0-4 warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan warna pada perminggu.E. Uji HomogenitasSediaan dioleskan pada permukaan kaca, diraba dan digosokkan massa suspensi ataupun emulsi dan akan menunjukkan apakan susunan homogeny atau tidak.F. Uji Penetapan PhUji ini bertujuan untuk menetapkan pH sesuai sediaan agar sesuai dengan monografi.Prinsip adalah dengan berdasarkan perubahan warna pada kertas pH indicator yang kemudian dibandingkan dengan warna standar pada berbagai pH.