BAB I
description
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat generik berlogo yang lebih umum disebut obat generik saja
adalah obat yang menggunakan nama zat berkhasiatnya dan mencantumkan
logo perusahan farmasi yang memproduksinya pada kemasan obat, sedangkan
obat generik bermerk adalah obat yang diberi merk dagang oleh perusahaan
farmasi yang memproduksinya.
Obat generik berlogo (OGB) diluncurkan pada tahun 1991 oleh
pemerintah yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kelas
menengah kebawah akan obat. Jenis obat ini mengacu pada Daftar Obat
Esencial Nasional (DOEN) yang merupakan obat esensial untuk penyakit
tertentu (Sugiono, 2007)
Kepercayaan masyarakat terhadap khasiat dari obat generik jauh lebih
rendah dibandingkan dengan obat paten, karena selama ini masyarakat
terbiasa mengkomsumsi obat paten yang diakui jauh lebih baik. Selain itu
juga masyarakat pada umumnya berasumsi bahwa harga obat berpengaruh
terhadap kualitas suatu produk obat.
Mengingat obat merupakan komponen terbesar dalam pelayanan
kesehatan, peningkatan pemanfaatan obat generik akan memperluas akses
terhadap pelayanan kesehatan teutama bagi masyarakat yang berpenghasilan
rendah.
Selain rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan obat generik,
faktor lainnya yang menyebabkan rendahnya penggunaan obat generik
berdasarkan Kebijakan Obat Nasional, adalah akses obat kepada masyarakat,
ketersediaan obat di berbagi daerah dan harga obat yang masih mahal
(Cakmoki,2010)
Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap obat generik di Kelurahan Limba U-2
Kota Gorontalo.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap obat generik di
Kelurahan limba U-2?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap obat generik di Kelurahan limba U-2.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan untuk menambah ilmu pengetahuan, sehingga diharapkan
nantinya dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
keuntungan dalam penggunaan obat generik.
2. Sebagai bahan referensi untuk mahasiswa yang akan melakukan
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Obat Generik
1. Pengertian obat generik
Obat generik adalah obat yang sama dengan zat berkhasiat yang
dikandungnya, sesuai nama resmi International Non Propietary Names
yang telah di tetapkan dalam Farmakope Indonesia(Cakmoki,2010).
Pengertian lain dari Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang
dikandungnya (Wahidi, 2009)
2. Mutu obat generik
Mendengar obat generik, umumnya masyarakat akan langsung
mengasumsikannya sebagai obat kelas dua, artinya mutunya kurang
bagus. Obat generik pun kerap dicap obat bagi kaum tak mampu karena
harganya yang terbilang murah membuat masyarakat tidak percaya
bahwa obat generik sama berkualitasnya dengan obat bermerk. Kualitas
obat generik tidak kalah dengan obat bermerk karena dalam
memproduksinya perusahaan farmasi bersangkutan harus melengkapi
persyaratan ketat dalam Cara-cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
(Arif,2004)
Para ahli farmasi menyatakan bahwa obat paten dan obat generik sama
sekali tidak berbeda, kecuali pada nama dan harganya, harganya yang jauh
lebih murah bukan berarti mutunya rendah, atau dibuat dari baku yang
bermutu rendah, tetapi karena banyak faktor-faktor biaya yang dapat
dipangkas dalam produksi dan pemasaran misalnya pada biaya pengemasan
dan juga biaya dalam periklanan, selain itu promosi obat ke dokter membuat
obat paten mahal.
3. Kebijakan pemerintah mengenai obat generik
Dalam pemasaran obat di Indonesia, masyarakat dapat memilih
antaraobat paten atau obat generik. Namun untuk meningkatkan akses
terapi bagi masyarakat yang kurang mampu, pemerintah melalui
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kebijakan Menggunakan
Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah
(Cakmoki,2010).
Bila kebijakan penggunaan obat generik dapat diterapkan, maka banyak
manfaat yang dapat diperoleh, antara lain dapat menghemat biaya obat.
4. Produksi dan Distribusi Obat Generik
Saat ini obat generik diproduksi oleh perusahaan milik negara,
yaitu PT Kimia Farma, PT Indofarma, dan PT Phapros, serta beberapa
perusahaan swasta sebanyak 20 perusahaan farmasi swasta yang telah
ditunjuk pemerintah dan sudah mendapatkan sertifikat CPOB (Isnawati,
2008)
Sebagai produsen obat generik utama, Indofarma dibangun
pemerintah untuk melayani kebutuhan rakyat akan obat-obatan dengan
harga semurah-murahnya, karena 90 % produknya adalah obat generik
5. Harga Obat Generik
Menurut Menkes, harga obat generik dikendalikan oleh pemerintah
untuk menjamin akses masyarakat terhadap obat. (Depkes, 2004)
Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GP Farmasi) akan
merasionalisasikan harga Obat Generik. Menurut Syamsul Arifin
Sekretaris Jendral GP Farmasi, itu sudah merupakan kewenangan GP
Farmasi untuk melakukan rasionalisasi agar masyarakat umum juga bisa
menjangkaunya.
6. Pelayanan Obat Generik
Salah satu tempat yang membuka pelayanan obat generik adalah
rumah sakit, dimana seorang apoteker mempunyai peranan penting dalam
pelayanan obat generik, terutama praktek profesi kefarmasian di instalasi
rumah sakit antara lain dalam bentuk pelayanan informasi kepada
masyarakat tentang obat pilihan alternatif berupa obat generik yang lebih
sesuai.
Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan
keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat, dan
tidak diizinkan mengganti oba generik yang ditulis dalam resep dengan
obat paten (Arif M, 2007)
Kementrian Kesehatan mewajibkan seluruh fasilitas kesehatan
milik pemerintah menggunakan obat generik asensial dalam pelayanan
kepada masyarakat sesuai kebutuhan. Ketentuan itu tertuang dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/068/1/2010 yang
baru saja diterbitkan, salah satu rencana aksinya adalah Revitalisasi
Permenkes tentang kewajiban menuliskan resep dan menngunakan obat
generik di sarana pelayanan kesehatan pemerintah (Sedyaningsih E.R.,
2010)
B. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan yang dicakup dalam Domain Kognitif mempunyai 6 tingkat
yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recaal) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau dirangsang yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.
3. Aplikasi (Aplication)
Diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisis (Analysis)
Di artikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau sesuatu objek ke dalam sesuatu komponen–komponen, tetapi masih
di dalam suatu struktur organisasi. Dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja
seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainnya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis yang menunjukan kepada sesuatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a. Umur
Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak
pengetahuan yang diperoleh.
b. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima
informasi sehingga semakin banyak pula menerima pengetahuan yang
dimilikinya.
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.
c. Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu
memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih
memikirkan kebutuhan- kebutuhan lain yang lebih mendesak (Anonim,
2009)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini termasuk penelitian deskriptif dengan
menggunakan data Primer dengan menggunakan instrumen kuesioner
penelitian.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Limba U-2 Kota Gorontalo
pada bulan Oktober 2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua masyarakat yang berada
di Kelurahan Limba U-2 Kota Gorontalo.
2. Sampel
Menggunakan teknik simple random sampling pengambilan sampel
anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi itu. Penentuan sampelnya adalah menggunakan
tabel krejcie dan Nomogram Harry king didasarkan dengan tingkat
kesalahan 0,01%.
D. Instrumen Penelitian
Semua data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dikumpulkan
dengan bantuan (kuesioner) yang telah dibuat terlebih dahulu. Tes akan
dibuat berdasarkan indikator-indikator variabel penelitian, dimana selanjutnya
indikato-indikator tersebut dijabarkan menjadi beberapa butir pertanyaan.
Instrumen penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan
masyarakat tentang obat generik antara lain :
1. Harga
2. Khasiat
3. Kemasan
4. Jenis
E. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam proses penelitian ini
adalah menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh dengan
mengumpulkan hasil jawaban dari kuesioner tersebut kemudian
dikelompokkan atas jawaban positif (mengetahui) dan jawaban negatif
(tidak mengetahui).
2. Pengolahan data
Cara pengukuran menggunakan skala Guttman yaitu :
Skor jawaban positif (Mengetahui) = 1
Skor jawaban negatif (Tidak Mengetahui) = 0
Presentase skor :Jumlah Skor Rata−rata
Skalaidealx 100 %
Skor ideal : jumlah responden x 1 (skor jawban mengetahui )
Data yang diperoleh berdasarkan persentase skor :
a. (≥50%) = Pengetahuan tinggi
b. (>50%) = Pengetahuan rendah
F. Definisi operasional
1. Obat generik adalah obat yang mempunyai harga yang relatif murah
dibanding obat paten, dimana keduanya mempunyai isi dan khasiat yang
sama.
2. Tingkat Pengetahuan adalah sejumlah apa yang diketahui oleh
masyarakat tentang obat generik yang dinyatakan dalam %, bila lebih
atau sama dengan 50% berarti pengetahuan tinggi dan sebaliknya, bila
kurang dari 50% bila pengetahuan rendah.
3. Masyarakat adalah sekelompokorang dewasa yang bertempat tinggal di
Kelurahan Limba U-2 Kota Gorontalo.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. 2004. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta Gadjah Mada University Press.
Arif, M. 2007. Obat-Obatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Cakmoki. 2010. Informasi Kedokteran Kesehatan. Bandung: ITB
Isnawati, A., 2008, Produksi Obat Generik Berologo. Yogyakarta: Gajah Mada
University
Sedyaningsih. 2010. Pelayanan Kesehatan Pemerintah Wajib Menggunakan Obat
generik. Jakarta:Gramedia
Sugiono. 2007. Statistika untuk penelitian CV Alfabeta, Bandung: ITB
Wahidin. 2009. Kebijakan obat Nasional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama