BAB I
-
Upload
arif-usman -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of BAB I
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keluarga adalah tempat anak dibimbing dan dibentuk oleh orang tua
mereka. Peranan ibu dan bapak sangat dominan di dalam menentukan langkah
kehidupannya untuk menuju tingkat kedewasaannya dan kemandirian sehingga
siap berkompetisi dan berprestasi di dalam kehidupan bermasyarakat. Ibu dan
bapak memiliki andil besar dalam meletakkan nilai-nilai dasar di dalam
lingkungan masyarakat. Sejak lahir anak dilimpahi kasih sayang dan bimbingan
yang penuh kesabaran, kemudian anak tumbuh menjadi manusia yang mandiri
dan melanjutkan perjuangan orang tuanya dan dakwah islam demi kenahagiaan
dan kemaslahatan hidup umat.
1
2
BAB II
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud pendidikan anak soleh dan keluarga sakinah?
2. Bagaimana gambaran tentang pendidikan anak soleh?
2
3
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A. Pengertian Pendidikan Anak Soleh dan Keluarga Sakinah
Keluarga adalah tempat anak dibimbing dan dibentuk oleh orang tua
mereka. Peranan ibu dan bapak sangat dominan di dalam menentukan langkah
kehidupannya untuk menuju tingkat kedewasaannya dan kemandirian sehingga
siap berkompetisi dan berprestasi di dalam kehidupan bermasyarakat. Ibu dan
bapak memiliki andil besar dalam meletakkan nilai-nilai dasar di dalam
lingkungan masyarakat. Sejak lahir anak dilimpahi kasih sayang dan bimbingan
yang penuh kesabaran, kemudian anak tumbuh menjadi manusia yang mandiri
dan melanjutkan perjuangan orang tuanya dan dakwah islam demi kenahagiaan
dan kemaslahatan hidup umat.
Bagi seorang suami, ada keharusan bisa membimbing keluarga dengan
bijak. Para suami muslim tentu menyadari bahwa istri adalah amanat Allah SWT,
sehingga suami berkewajiban membimbing sitrinya ke jalan takwa kepada Allah
SWT. Selain itu, seorang suami juga harus menyadari fitrah anak yang wajib
diselamatkan, yakni ia lahir dengan mentauhidnya Allah AWT. Oleh sebab itu,
orang tua berkewajiban memelihara dan menyelamatkan fitrah islamiyah tersebut.
Namun, seorang suami juga harus menyadari bahwa dia bukanlah insan yang
sempurna.
Berikut ini adalah 9 pendidikan yang harus diperhatikan dan menjadi
tanggung jawab orang tua :
1. Pedidikan Iman
2. Pendidikan Moral/Akhlak
3. Pendidikan Fisik
4. Pendidikan Intelektual
5. Pendidikan Kejiwaan (Psikologi)
6. Pendidikan Sosial
7. Pendidikan Lingkungan
8. Pendidikan Seksual
9. Pendidikan Ekonomi
3
4
B. Hal yang Dilakukan Orang Tua Waktu Melahirkan
Islam telah menyiapkan beberapa aturan yang berkaitan dengan masa
kelahiran anak. Proses kelahiran anak merupakan hal yang ditunggu oleh orang
tua dan kerabatnya. Sebab salah satu tujuan pernikahan adalah dalam rangka
memperoleh keturunan. Kelahiran anak sangat dinanti oleh orang tua karena anak
bisa menjadi penyejuk pandangan orang tua dan sebagai penguat tali kasih antara
suami dan istri.
Ada beberapa hal yang harus dilaksanakan oleh suami istri ketika menjelang
kelahiran anaknya, antara lain :
a. Adzan dan Iqamah
Diajarkan oleh agama islam, agar kita adzan di telinga kanan bayi yang
baru lahir dan iqamah di telinga kirinya, langsung pada saat baru saja
dilahirkan. Sebuah dari Abi Rafi’ yang menyatakan bahwa : “Aku pernah
melihat Rasulullah saw mengadzani Hasan bin Ali di telinga kanannya
sesudah Fathimah melahirkan.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi).
b. Mentahnik Anak yang Baru Lahir
Tahnik ialah memamah kurma, kemudian memasukkan ke mulut bayi.
Caranya, sedikit kurma dimamah, telunjuk kita masukkan ke mulut kita,
lantas masukkan telunjuk kita ke mulut bayi, kemudian gerak-gerakkan
dengan lembut ke kiri dan ke kanan. Jika tidak ada kurma dapat digunakan
sesuatu yang manis.
Kegunaannya adalah untuk melatih bayi agar ia menetek denghan kuat.
Abu Musa al Asy’ari berkata, “Aku punya anak kecil, lalu kubawa kepada
Nabi, kemudian dia memberinya nama Ibrahim. Kemudian dia mentahniknya
dan mendoakan semoga penuh berkah, selanjutnya menyerahkannya lagi
kepadaku.” Diriwayatkan pula bahwa anak Talhah dibawa kepada Nabi
sambil membawa kurma, Nabi mengambil kurma itu, lalu ia
mengeluarkannya dari mulutnya dan dimasukkan ke mulut bayi, kemudian
Nabi mentahnik dan menamakannya Abdullah.
c. Mencukur Rambut
5
Dianjurkan (sunat) mencukur rambut bayi pada hari ke tujuh kelahirannya
sambil menyedekahkan perak seberat rambut itu kepada orang fakir dan orang
miskin. Kegunaanya tentu saja untuk kebersihan dan kesehatan.
C. Pemberian Nama dan Hukumnya
Setiap orang tua berkeharusan menamai anaknya yang terlahir kedunia,
termasuk di dalamnya para orang tua muslim. Islam memberikan tuntunan
tersendiri dalam menamai anak, maka seharusnya para orang tua muslim
mengikuti apa yang ditentukan oleh islam.
Berikan nama yang disegani, jangan nama yang dibenci. Nama yang baik
juga menjadi penyebab orang yang memilki nama itu berusaha mencapai kualitas
seperti makna yang dikandung dalam nama tersebut. Nabi Muhammad saw.
bersabda : “Sesungguhnya kamu pada hari akhirat kelak dipanggil dengan
menyebut namamu dan nama bapakmu, karena itu pakailah nama yang baik.”
(HR. Abu Dawud)
Aturan yang perlu diperhatikan untuk memilihkan nama bagi anak adalah
sebagai berikut :
a. Diambil dari nama Nabi dan Rasul serta hamba-hamba Allah yang shaleh
untuk mendekatkan diri keapda Allah melalui kecintaan dan mengharumkan
nama mereka juga dikarenakan kataatan kepada Allah yang maha luhur
nama-Nya dalm memilih nama orang-oang yang dicintai-Nya.
b. Hendaknya anak tersebut mempunya nama yang baik serta sesuai dengan
keadaan anak.
c. Hendaknya anak tersebut mudah diucapkan dan mudah dihafal.
Nama memiliki arti yang sangat penting, baik dihadapan sesama manusia
ataupun dihadapan Allah. Nama tidak hanya berfungsi sebagai panggilan di dunia,
tetapi juga di akhirat. Adapun arti sebuah nama antara lain sebagai berikut :
a. Identitas diri yang palingh hakiki
b. Doa dan harapan
c. Pembentuk sebuah kepribadian
Beberapa hal yang harus dipahami oleh orang tua ketika akan memberi
nama, yaitu :
6
1. Kewajiban Memberi Nama Yang Baik
Pemberian nama yang baik kepada anak tercinta, tidak terlepas dari hak
dan kewajiban antar orang tua sebagai pemberi nama dengan anak dengan
anak sebagai penerima nama. Sabda Rasulullah SAW “Hak anak atas orang
tuanya adalah mendapatkan nama yang baik...” (HR. Al-Baihaqi, Abu
Nu’aim dan Ad Dailami)
a. Hak anak mendapat nama yang baik
b. Kewajiban orang tua memberi nama yang baik
c. Keharusan mengganti nama yang buruk
2. Kategori Baik Buruknya Nama
Menurut ajaran islam, nama-nama seorang itu dapat dikelompokkan ke
dalam lima kategori, yaitu :
a. Nama yang terbaik
b. Nama yang baik
c. Nama yang tidak baik
d. Nama yang buruk
e. Nama yang haram
3. Tujuan Menamai Anak
a. Memenuhi kemajiban alami
b. Mentaati perintah agama
c. Mendidik kesalehan anak
4. Cara Merumuskan Nama yang Baik
a. Menjauhi kebiasaan yang kurang tepat
b. Menetapkan harapan yang paling diinginkan
c. Memilih rumusan kata yang paling tepat
d. Melakukan shalat istikharah
e. Prosesi menetapkan nama terpilih
D. Aqiqah Anak dan Hukumnya
Aqiqah adalah pengorbanan untuk mendekatkan anak dengan Allah sejak
dini. Imam Ahmad meriwayatkan hadits marfu’ dari Asma bin Yazid, “Aqiqah
adalah haq, dua ekor kambing untuk laki-laki dan seekor untuk anak perempuan”
7
(Shahih al-Jaami’). Ashab as-Sunan meriwayatkan dari Samroh, dia berkata,
“Rasulullah saw. bersabda, “setiasp anak tergadaikan dengan aqiqah yang
disembelih untuknya pada hari ketujuh kemudian dipotong rambutnya dan diberi
nama.” (Sunan Abi Dawud).
1. Pengertian, Hukum dan Dasar Hukum Aqiqah
a. Pengertian Aqiqah
Aqiqah adalah memotong atau membelah. Hal ini berkaitan dengan
memotong binatang dan membelah dagingnya yang secara khusus
dilakukan ketika mencukur rambut kepala bayi pada saat tujuh hari
bersamaan dengan memberi nama baginya. Aqiqah meliputi tiga kegiatan,
yakni :
1) Mencukur rambut kepala bayi
2) Memberi nama bayi
3) Menyembelih binatang (kambing, domba, sapi atau unta)
b. HukumAqiqah
Hukum melakukan aqiqah adalah mustahab/sunah, maka tidak akan
memberatkan bagi orang tua yang benar-benar tidak mampu untuk
beraqiqah, karena tanpa mengaqiqahkan anak-anaknyapun mereka tidak
akan menerima sanksi siksaan dari Allah SWT.
c. Dasar Hukum Aqiqah
Dasar hukum aqiqah adalah adanya hadits yang menerangkan
tentang aqiqah. Sabda Rasulullah : “Setiap anak tergadai dengan aqiqah
yang harus disembelih pada hari ketujuh (dari kelahirannya) bersamaan
dengan mencukur dan menamainya.” (HR. Ahmad dan Al-Arba’ah)
Hadits di atas merupakan hadits shahih yang menerangkan tentang
aqiqah, dan hadits ini merupakan pula dasar hukum bagi kesunahan
aqiqah.
2. Jenis, Jumlah dan Syarat Binatang Aqiqah
a. Jenis Binatang Aqiqah
b. Julah Binatang Aqiqah
c. Waktu Pelaksanaan Aqiqah
8
1) Waktu Ada’
2) Waktu Qodha
3) Prosesi Pelaksanaan Aqiqah
E. Khitan Anak dan Hukumnya
Khitan hukumnya sunah (dianjurkan), baik bagi anak laki-laki maupun anak
perempuan, waktunya menjelang dewasa, tetapi lebih utama pada hari-hari
pertama kelahirannya. Pengaruh khitan pada pendidikan anak dapat dilihat pada
kegunaannya, yaitu :
1. Anak dilatih mengikuti ajaran Nabi.
2. Khitan membedakan pemeluk Islam dari pemeluk agama lain.
3. Khitan merupakan pengakuan penghambaan manusia terhadap Tuhan.
4. Khitan membersihkan badan, berguna bagi kesehatan, memperkuat syahwat.
Baihaqi meriwayatkan dai Jabir : “Rasulullah saw menyembelih aqiqah untuk
Hasan dan Husen dan mengkhitan mereka pada hari ketujuh. Dalam
mengikuti sunah yang mulia ini hendaknya dengan niat yang tulus karena
Allah, taat kepada-Nya dan Rasul agar anak dijauhkan dari bisikan setan
serta menjauhkan setan darinya.”
9
DAFTAR PUSTAKA
Tri Ermayani.2011.Fikih Munakahat.Yogyakarta : Kanwa Publisher