BAB I

12
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keluarga adalah tempat anak dibimbing dan dibentuk oleh orang tua mereka. Peranan ibu dan bapak sangat dominan di dalam menentukan langkah kehidupannya untuk menuju tingkat kedewasaannya dan kemandirian sehingga siap berkompetisi dan berprestasi di dalam kehidupan bermasyarakat. Ibu dan bapak memiliki andil besar dalam meletakkan nilai-nilai dasar di dalam lingkungan masyarakat. Sejak lahir anak dilimpahi kasih sayang dan bimbingan yang penuh kesabaran, kemudian anak tumbuh menjadi manusia yang mandiri dan melanjutkan perjuangan orang tuanya dan dakwah islam demi kenahagiaan dan kemaslahatan hidup umat.

description

aik

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keluarga adalah tempat anak dibimbing dan dibentuk oleh orang tua

mereka. Peranan ibu dan bapak sangat dominan di dalam menentukan langkah

kehidupannya untuk menuju tingkat kedewasaannya dan kemandirian sehingga

siap berkompetisi dan berprestasi di dalam kehidupan bermasyarakat. Ibu dan

bapak memiliki andil besar dalam meletakkan nilai-nilai dasar di dalam

lingkungan masyarakat. Sejak lahir anak dilimpahi kasih sayang dan bimbingan

yang penuh kesabaran, kemudian anak tumbuh menjadi manusia yang mandiri

dan melanjutkan perjuangan orang tuanya dan dakwah islam demi kenahagiaan

dan kemaslahatan hidup umat.

1

Page 2: BAB I

2

BAB II

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud pendidikan anak soleh dan keluarga sakinah?

2. Bagaimana gambaran tentang pendidikan anak soleh?

2

Page 3: BAB I

3

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

A. Pengertian Pendidikan Anak Soleh dan Keluarga Sakinah

Keluarga adalah tempat anak dibimbing dan dibentuk oleh orang tua

mereka. Peranan ibu dan bapak sangat dominan di dalam menentukan langkah

kehidupannya untuk menuju tingkat kedewasaannya dan kemandirian sehingga

siap berkompetisi dan berprestasi di dalam kehidupan bermasyarakat. Ibu dan

bapak memiliki andil besar dalam meletakkan nilai-nilai dasar di dalam

lingkungan masyarakat. Sejak lahir anak dilimpahi kasih sayang dan bimbingan

yang penuh kesabaran, kemudian anak tumbuh menjadi manusia yang mandiri

dan melanjutkan perjuangan orang tuanya dan dakwah islam demi kenahagiaan

dan kemaslahatan hidup umat.

Bagi seorang suami, ada keharusan bisa membimbing keluarga dengan

bijak. Para suami muslim tentu menyadari bahwa istri adalah amanat Allah SWT,

sehingga suami berkewajiban membimbing sitrinya ke jalan takwa kepada Allah

SWT. Selain itu, seorang suami juga harus menyadari fitrah anak yang wajib

diselamatkan, yakni ia lahir dengan mentauhidnya Allah AWT. Oleh sebab itu,

orang tua berkewajiban memelihara dan menyelamatkan fitrah islamiyah tersebut.

Namun, seorang suami juga harus menyadari bahwa dia bukanlah insan yang

sempurna.

Berikut ini adalah 9 pendidikan yang harus diperhatikan dan menjadi

tanggung jawab orang tua :

1. Pedidikan Iman

2. Pendidikan Moral/Akhlak

3. Pendidikan Fisik

4. Pendidikan Intelektual

5. Pendidikan Kejiwaan (Psikologi)

6. Pendidikan Sosial

7. Pendidikan Lingkungan

8. Pendidikan Seksual

9. Pendidikan Ekonomi

3

Page 4: BAB I

4

B. Hal yang Dilakukan Orang Tua Waktu Melahirkan

Islam telah menyiapkan beberapa aturan yang berkaitan dengan masa

kelahiran anak. Proses kelahiran anak merupakan hal yang ditunggu oleh orang

tua dan kerabatnya. Sebab salah satu tujuan pernikahan adalah dalam rangka

memperoleh keturunan. Kelahiran anak sangat dinanti oleh orang tua karena anak

bisa menjadi penyejuk pandangan orang tua dan sebagai penguat tali kasih antara

suami dan istri.

Ada beberapa hal yang harus dilaksanakan oleh suami istri ketika menjelang

kelahiran anaknya, antara lain :

a. Adzan dan Iqamah

Diajarkan oleh agama islam, agar kita adzan di telinga kanan bayi yang

baru lahir dan iqamah di telinga kirinya, langsung pada saat baru saja

dilahirkan. Sebuah dari Abi Rafi’ yang menyatakan bahwa : “Aku pernah

melihat Rasulullah saw mengadzani Hasan bin Ali di telinga kanannya

sesudah Fathimah melahirkan.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi).

b. Mentahnik Anak yang Baru Lahir

Tahnik ialah memamah kurma, kemudian memasukkan ke mulut bayi.

Caranya, sedikit kurma dimamah, telunjuk kita masukkan ke mulut kita,

lantas masukkan telunjuk kita ke mulut bayi, kemudian gerak-gerakkan

dengan lembut ke kiri dan ke kanan. Jika tidak ada kurma dapat digunakan

sesuatu yang manis.

Kegunaannya adalah untuk melatih bayi agar ia menetek denghan kuat.

Abu Musa al Asy’ari berkata, “Aku punya anak kecil, lalu kubawa kepada

Nabi, kemudian dia memberinya nama Ibrahim. Kemudian dia mentahniknya

dan mendoakan semoga penuh berkah, selanjutnya menyerahkannya lagi

kepadaku.” Diriwayatkan pula bahwa anak Talhah dibawa kepada Nabi

sambil membawa kurma, Nabi mengambil kurma itu, lalu ia

mengeluarkannya dari mulutnya dan dimasukkan ke mulut bayi, kemudian

Nabi mentahnik dan menamakannya Abdullah.

c. Mencukur Rambut

Page 5: BAB I

5

Dianjurkan (sunat) mencukur rambut bayi pada hari ke tujuh kelahirannya

sambil menyedekahkan perak seberat rambut itu kepada orang fakir dan orang

miskin. Kegunaanya tentu saja untuk kebersihan dan kesehatan.

C. Pemberian Nama dan Hukumnya

Setiap orang tua berkeharusan menamai anaknya yang terlahir kedunia,

termasuk di dalamnya para orang tua muslim. Islam memberikan tuntunan

tersendiri dalam menamai anak, maka seharusnya para orang tua muslim

mengikuti apa yang ditentukan oleh islam.

Berikan nama yang disegani, jangan nama yang dibenci. Nama yang baik

juga menjadi penyebab orang yang memilki nama itu berusaha mencapai kualitas

seperti makna yang dikandung dalam nama tersebut. Nabi Muhammad saw.

bersabda : “Sesungguhnya kamu pada hari akhirat kelak dipanggil dengan

menyebut namamu dan nama bapakmu, karena itu pakailah nama yang baik.”

(HR. Abu Dawud)

Aturan yang perlu diperhatikan untuk memilihkan nama bagi anak adalah

sebagai berikut :

a. Diambil dari nama Nabi dan Rasul serta hamba-hamba Allah yang shaleh

untuk mendekatkan diri keapda Allah melalui kecintaan dan mengharumkan

nama mereka juga dikarenakan kataatan kepada Allah yang maha luhur

nama-Nya dalm memilih nama orang-oang yang dicintai-Nya.

b. Hendaknya anak tersebut mempunya nama yang baik serta sesuai dengan

keadaan anak.

c. Hendaknya anak tersebut mudah diucapkan dan mudah dihafal.

Nama memiliki arti yang sangat penting, baik dihadapan sesama manusia

ataupun dihadapan Allah. Nama tidak hanya berfungsi sebagai panggilan di dunia,

tetapi juga di akhirat. Adapun arti sebuah nama antara lain sebagai berikut :

a. Identitas diri yang palingh hakiki

b. Doa dan harapan

c. Pembentuk sebuah kepribadian

Beberapa hal yang harus dipahami oleh orang tua ketika akan memberi

nama, yaitu :

Page 6: BAB I

6

1. Kewajiban Memberi Nama Yang Baik

Pemberian nama yang baik kepada anak tercinta, tidak terlepas dari hak

dan kewajiban antar orang tua sebagai pemberi nama dengan anak dengan

anak sebagai penerima nama. Sabda Rasulullah SAW “Hak anak atas orang

tuanya adalah mendapatkan nama yang baik...” (HR. Al-Baihaqi, Abu

Nu’aim dan Ad Dailami)

a. Hak anak mendapat nama yang baik

b. Kewajiban orang tua memberi nama yang baik

c. Keharusan mengganti nama yang buruk

2. Kategori Baik Buruknya Nama

Menurut ajaran islam, nama-nama seorang itu dapat dikelompokkan ke

dalam lima kategori, yaitu :

a. Nama yang terbaik

b. Nama yang baik

c. Nama yang tidak baik

d. Nama yang buruk

e. Nama yang haram

3. Tujuan Menamai Anak

a. Memenuhi kemajiban alami

b. Mentaati perintah agama

c. Mendidik kesalehan anak

4. Cara Merumuskan Nama yang Baik

a. Menjauhi kebiasaan yang kurang tepat

b. Menetapkan harapan yang paling diinginkan

c. Memilih rumusan kata yang paling tepat

d. Melakukan shalat istikharah

e. Prosesi menetapkan nama terpilih

D. Aqiqah Anak dan Hukumnya

Aqiqah adalah pengorbanan untuk mendekatkan anak dengan Allah sejak

dini. Imam Ahmad meriwayatkan hadits marfu’ dari Asma bin Yazid, “Aqiqah

adalah haq, dua ekor kambing untuk laki-laki dan seekor untuk anak perempuan”

Page 7: BAB I

7

(Shahih al-Jaami’). Ashab as-Sunan meriwayatkan dari Samroh, dia berkata,

“Rasulullah saw. bersabda, “setiasp anak tergadaikan dengan aqiqah yang

disembelih untuknya pada hari ketujuh kemudian dipotong rambutnya dan diberi

nama.” (Sunan Abi Dawud).

1. Pengertian, Hukum dan Dasar Hukum Aqiqah

a. Pengertian Aqiqah

Aqiqah adalah memotong atau membelah. Hal ini berkaitan dengan

memotong binatang dan membelah dagingnya yang secara khusus

dilakukan ketika mencukur rambut kepala bayi pada saat tujuh hari

bersamaan dengan memberi nama baginya. Aqiqah meliputi tiga kegiatan,

yakni :

1) Mencukur rambut kepala bayi

2) Memberi nama bayi

3) Menyembelih binatang (kambing, domba, sapi atau unta)

b. HukumAqiqah

Hukum melakukan aqiqah adalah mustahab/sunah, maka tidak akan

memberatkan bagi orang tua yang benar-benar tidak mampu untuk

beraqiqah, karena tanpa mengaqiqahkan anak-anaknyapun mereka tidak

akan menerima sanksi siksaan dari Allah SWT.

c. Dasar Hukum Aqiqah

Dasar hukum aqiqah adalah adanya hadits yang menerangkan

tentang aqiqah. Sabda Rasulullah : “Setiap anak tergadai dengan aqiqah

yang harus disembelih pada hari ketujuh (dari kelahirannya) bersamaan

dengan mencukur dan menamainya.” (HR. Ahmad dan Al-Arba’ah)

Hadits di atas merupakan hadits shahih yang menerangkan tentang

aqiqah, dan hadits ini merupakan pula dasar hukum bagi kesunahan

aqiqah.

2. Jenis, Jumlah dan Syarat Binatang Aqiqah

a. Jenis Binatang Aqiqah

b. Julah Binatang Aqiqah

c. Waktu Pelaksanaan Aqiqah

Page 8: BAB I

8

1) Waktu Ada’

2) Waktu Qodha

3) Prosesi Pelaksanaan Aqiqah

E. Khitan Anak dan Hukumnya

Khitan hukumnya sunah (dianjurkan), baik bagi anak laki-laki maupun anak

perempuan, waktunya menjelang dewasa, tetapi lebih utama pada hari-hari

pertama kelahirannya. Pengaruh khitan pada pendidikan anak dapat dilihat pada

kegunaannya, yaitu :

1. Anak dilatih mengikuti ajaran Nabi.

2. Khitan membedakan pemeluk Islam dari pemeluk agama lain.

3. Khitan merupakan pengakuan penghambaan manusia terhadap Tuhan.

4. Khitan membersihkan badan, berguna bagi kesehatan, memperkuat syahwat.

Baihaqi meriwayatkan dai Jabir : “Rasulullah saw menyembelih aqiqah untuk

Hasan dan Husen dan mengkhitan mereka pada hari ketujuh. Dalam

mengikuti sunah yang mulia ini hendaknya dengan niat yang tulus karena

Allah, taat kepada-Nya dan Rasul agar anak dijauhkan dari bisikan setan

serta menjauhkan setan darinya.”

Page 9: BAB I

9

DAFTAR PUSTAKA

Tri Ermayani.2011.Fikih Munakahat.Yogyakarta : Kanwa Publisher