BAB I
-
Upload
widya-muharramah -
Category
Documents
-
view
47 -
download
3
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keperawatan jiwa merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Apalagi dengan terjadinya krisis multi dimensi dan global yang terjadi saat ini, semua rakyat
Indonesia baik dari mulai kandungan sampai lanjut usia butuh keperawatan jiwa untuk
mempertahankan dan terus meningkatkan kesehatan jiwanya.
Keperawatan jiwa itu sendiri merupakan suatu pelayanan keperawatan yang komprehensif,
holistik dan paripurna yang berfokus individu, keluarga dan masyarakat baik yang sehat jiwa, rentan
terhadap stress maupun dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan. Tujuan pelayanan
keperawatan jiwa adalah meningkatkan kesehatan jiwa, mencegah terjadinya gangguan jiwa,
mempertahankan dan meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga dalam memelihara kesehatan
jiwa.
Pelayanan keperawatan jiwa itu sendiri merupakan pelayanan yang komprehensif yang berfokus
pada pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat jiwa, pencegahan sekunder pada
anggota masyarakat yang mengalami masalah psikososial dan gangguan jiwa dan pencegahan tersier
pada pasien gangguan jiwa dengan proses pemulihan. Selain itu keperawatan jiwa merupakan
pelayanan yang holistik berfokus pada aspek bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual, dan lengkap
jenjang pelayanannya yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialistik, pelayanan kesehatan jiwa
integratif dan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat. Dan pelayanan
keperawatan jiwa tersebut diberikan secara terus menerus (continuity of care) dari kondisi sehat
sampai sakit dan sebaliknya, baik di rumah maupun di rumah sakit, (di mana saja orang berada), dari
dalam kandungan sampai lanjut usia.
Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah yang banyak terjadi dan sering terabaikan
dimasyarakat, padahal dengan terjadinya berbagai krisis yang terjadi di negara kita ini, masalah-
masalah kesehatan jiwa ini semakin meningkat. Banyak kita lihat dimedia massa, bagaimana anak
kecil harus mati bunuh diri hanya karena problem sekolah maupun keluarganya.
Gangguan jiwa dalam berbagai bentuk adalah penyakit yang sering dijumpai pada semua lapisan
masyarakat. Penyakit ini dialami oleh siapa saja, bukan hanya mereka yang mapan. Prevalensi
gangguan jiwa di negara sedang berkembang dan negara maju relatif sama. Di Indonesia,
prevalensinya sekitar 20 persen dari total penduduk dewasa. Dalam laporan WHO juga diperlihatkan
tingginya beban penyakit yang ditimbulkan oleh gangguan jiwa. Dari 10 penyebab yang
menimbulkan beban penyakit, empat di antaranya adalah akibat langsung dari gangguan jiwa, yaitu
1
depresi, penggunaan alkohol, gangguan bipolar, dan skizofrenia. Sayangnya, untuk mengatasi
masalah kesehatan jiwa ini, di Indonesia tidak didukung oleh sumber-sumber tenaga, fasilitas,
maupun kebijakan kesehatan jiwa yang memadai. Secara keseluruhan, sumber daya yang dimiliki
masih jauh dari mencukupi.
Untuk itu sangat perlu upaya kesehatan jiwa untuk kita semua, agar masyarakat dan generasi
penerus bangsa ini mempunyai kualitas kesehatan jiwa yang optimal, dan tidak rentan terhadap
permasalahan-permasalahan yang terjadi sepanjang hidupnya. Semua individu baik yang sehat,
mengalami masalah resiko maupun penderita gangguan jiwa harus dibina, dilatih agar mampu
mengatasi masalahnya dan mandiri dalam kehidupannya.1
1.2 RUANG LINGKUP MASALAH
didalam kajian makalah ini tentunya penulis menyajikan maslah seputar Upaya Pencegahan Dalam
Keperawatan Jiwa diantaranya :
1. Pengertiaan kesehatan jiwa
2. Pengertian keperawatan jiwa
3. Fungsi perawat kesehatan jiwa dalam upaya penanganan masalah kesehatan jiwa
4. Upaya pencegahan primer
5. Upaya pencegahan sekunder
6. Upaya pencegahan tertier
7. Perawatan berkelanjutan
- Pencegahan kesehatan primer
- Intervensi krisis
- Rehabilitasi
1.3 TUJUAN
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengatahui prinsip dasar upaya pencegahan dalam keperawatan jiwa dan
mengetahui perawatan berkelanjutan.
b. Tujuan khusus
1. Mahasisa mampu mengetahui pengertiaan kesehatan jiwa
2. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian keperawatan jiwa
3. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi perawat kesehatan jiwa dalam upaya penanganan
masalah kesehatan jiwa
1 HTTP///keperawatan-jiwa-dan-undanng-undang.html Wednesday, April 24, 2013 11:10:42 AM
2
4. Mahasiswa mampu mengetahui upaya pencegahan primer
5. Mahasiswa mampu mengetahui upaya pencegahan sekunder
6. Mahasiswa mampu mengetahui upaya pencegahan tertier
7. Mahasiswa mampu mengetahui Perawatan berkelanjutan
1.4 METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini dengan menggunakan metode studi kepustakaan yaitu dengan cara
mencari dan membaca literatur yang ada di perpustakaan, jurnal, media internet.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun secara teoritis dan sistematis yang tediri dari 3 bab yaitu : bab I adalah
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup
penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II adalah pembahasan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KESEHATAN JIWA
Pengertian kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli termasuk oleh organisasi,
diantaranya menurut :
1. WHO
Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan
yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
2. UU Kesehatan Jiwa No 3 tahun 1996
Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelectual, emocional secara optimal
dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.
3. Stuart & Laraia
Indikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh,
berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai
kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan
4. Rosdahl
Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan
keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius.
B. PENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
1. Menurut Dorothy, Cecelia
Perawatan Psikiatric/Keperawatan Kesehatan Jiwa adalah proses dimana perawat
membantu individu/kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang positif,
meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harnonis serta agar berperan lebih
produktif di masyarakat.
2. Menurut ANA
Keperawatan Jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik
dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan
mental masyarakat dimana klien berada
4
3. Menurut Kaplan Sadock
Proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan prilaku
yang akan mendukung integrasi. Pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga,
kelompok, organisasi atau komunitas.
4. Caroline dalam Basic Nursing, 1999
Keahlian perawat kesehatan mental adalah merawat seseorang dengan penyimpangan
mental, dimana memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengoptimalkan
kemampuannya, harus peka, memiliki kemampuan untuk mendengar, tidak hanya
menyalahkan, memberikan penguatan atau dukungan, memahami dan memberikan dorongan.
5. Menurut Stuart Sundeen
Keperawatan mental adalah proses interpersonal dalam meningkatkan dan
mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi. Pasien tersebut biasa
individu, keluarga, kelompok, organisasi atau masyarakat. Tiga area praktik keperawatan
mental yaitu perawatan langsung, komunikasi dan management.
C. FUNGSI PERAWAT KESEHATAN JIWA DALAM UPAYA PENANGANAN MASALAH
KESEHATAN JIWA
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan
asuhan keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat dicapai dengan aktifitas perawat
kesehatan jiwa yaitu :
1. Memberikan lingkungan terapeutik yaitu lingkungan yang ditata sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan perasaan aman, nyaman baik fisik, mental dan social sehingga dapat
membentu penyembuhan pasien.
2. Bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now” yaitu dalam membantu mengatasi
segera dan tiak itunda sehingga tidak terjai penumpukan masalah.
3. Sebagai model peran yaitu paerawat dalam memberikan bantuan kepada pasien
menggunakan dir sendiri sebagai alat melalui contoh perilaku yang ditampilkan oleh
perawat.
4. Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien merupakan hal yang penting. dalam
hal ini perawat perlu memasukkan pengkajian biologis secara menyeluruh dalam
mengevaluasi pasien kelainan jiwa untuk meneteksi adanya penyakit fisik sedini mungkin
sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat.
5
5. Member pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien, keluarga dan komunitas yang
mencakup pendidikan kesehatan jiwa, gangguan jiwa, cirri-ciri sehat jiwa, penyebab
gangguan jiwa, cirri-ciri gangguan jiwa, fungsi dan ugas keluarga, dan upaya perawatan
pasien gangguan jiwa.
6. Sebagai perantara social yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak pasien, keluarga
dan masyarakat alam memfasilitasi pemecahan masalah pasien.
7. Kolaborasi dengan tim lain. Perawat dalam membantu pasien mengadakan kolaborasi
dengan petugas lain yaitu dokter jiwa, perawat kesehatan masyarakat (perawat komunitas),
pekerja social, psikolog, dan lain-lain.
8. Memimpin dan membantu tenaga perawatan dalam pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatan jiwa didasarkan pada management keperawatan kesehatan jiwa. Sebagai
pemimpin diharapkan dapat mengelola asuhan keperawatan jiwa an membantu perawat yang
menjadi bawahannya.
9. Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental. Hal ini penting
untuk diketahui perawat bahwa sumber-sumber di masyarakat perlu iidentifikasi untuk
digunakan sebagai factor penukung dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa yang ada di
masyarakat.
D. PRINSIP DASAR UPAYA PENCEGAHAN DALAM KEPERAWATAN JIWA
1. Upaya promotif/preventif (pencegahan primer)
Usaha-usaha ini meliputi usaha promosi dan pencegahan terjadinya gangguan mental dengan
kegiatan-kegiatan berikut:
Pendidikan kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan mental
Usaha-usaha untuk meningkatkan kondisi kehidupan, bebas dari kemiskinan dan
peningkatan pendidikan kesehatan
Pengkajian terhadap stres-stres yang potensial dari perubahan-perubahan kehidupan
dimana dapat menimbulkan gangguan mental serta merujuk ke unit pelayanan yang
sesuai
Membantu pasien-pasien di rumah sakit umum untuk usaha-usaha pencegahan masalah
psikiatrik
Bekerjasama dengan keluarga/kelompok untuk mendorong anggota-anggota
keluarga/kelompok dapat berfungsi dengan baik.
Berperan serta dalam kegiatan masyarakat dan politik yang ada kaitannya dalam bidang
kesehatan jiwa.
6
2. Upaya kuratif (pencegahan sekunder)
Usaha yang meliputi pengurangan, jumlah angka kesakitan dengan deteksi dini dan
pengobatan, dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Menyelenggarakan skrining test dan mengevaluasi hasil
Kunjungan rumah untuk persiapan perawatan dan pemberian pengobatan
Pelayanan pengobatan gawat darurat dan pelayanan psikiatri di rumah sakit umum
Menyelenggrakan milieu therapy
Supervisi pada pasien yang mendapatkan pengobatan
Pelayanan pencegahan bunuh diri
Memberikan konseling terbatas/sederhana
Menyelenggarakan intervensi krisis
Pelayanan psikoterapi kepada individu, keluarga, kelompok dari berbagai tingkatan umur
Berintegrasi dengan organisasi-organisasi dan masyarakat dalam mengidentifikasi
masalah-masalah kesehatan jiwa
3. Upaya rehabilitatif (pencegahan tertier)
Yaitu usaha untuk mengurangi gejala sisa dan atau bahaya akibat adanya
penyakit/gangguan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Peningkatan latihan vokasional dan rehabilitasi
Penyelenggaraan program latihan (after care) bagi pasien setelah pulang dirawat ke
masyarakat
Menyelenggarakan ”partial hospitalization”2
E. INTERVENSI KRISIS
1. Tinjauan
a. Definisi
Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat
kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respons kopingnya
tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis
b. Jenis krisis
2 http://triahi.blogspot.com/2012/10/konsep-dasar-keperawatan-kesehatan-jiwa.html Wednesday, April 24, 2013 11:10:42 AM
7
Krisis perkembangan terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap
maturasi ke tahap lain dalam siklus kehidupan (misalnya., beranjak dari
manja ke dewasa).
Krisis situasional terjadi sebagai respons terhadap kejadian yang tiba-tiba dan
tidak terduga dalam kehidupan seseorang. Kejadian tersebut biasanya
berkaitan dengan pengalaman kehilangan (misalnya., kematian orang yang
dicintai).
Krisis adventisius terjadi sebagai respons terhadap trauma berat atau bencana
alam. Krisis ini dapat memengaruhi individu, masyarakat, bahkan negara.
c. Intervensi krisis
adalah metode pemberian bantuan terhadap mereka yang tertimpa krisis, di
mana masalah yang membutuhkan penanganan yang cepat dapat segera
diselesaikan dan keseimbangan psikis yang dipulihkan.
2. Pertimbangan Umum
a. krisis terjadi pada semua individu pada satu saat atau saat yang lain.
b. Krisis tidak selalu bersifat patologis; krisis dapat menjadi stimulus pertumbuhan
dan pembelajaran.
c. Krisis sangat terbatas dalam hal waktu dan biasanya teratasi dengan satu atau lain
cara dalam periode yang singkat (4 sampai 6 minggu).
Penyelesaian krisis dapat dikatakan berhasil bila fungsi kembali pulih atau
ditingkatkan melalui pembelajaran baru.
Penyelesaian krisis dinyatakan gagal bila fungsi tidak kembali pulih ke
tingkat sebelum krisis, dan individu mengalami penurunan tingkat fungsional.
d. Persepsi individu terhadap masalah yang dihadapi dapat menentukan krisis. Setiap
individu memiliki respons yang unik terhadap masalah yang dialaminya.
e. Faktor penyeimbang merupakan hal yang penting dalam memprediksi hasil dari
respons individu terhadap krisis. Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai
prediktor hasil yang baik (Aguilera, 1998).
Persepsi terhadap kejadian pencetus bersifat realistis bukan terdistorsi.
8
Dukungan situasional (misalnya., keluarga, teman) tersedia bagi individu
tersebut.
Mekanisme koping yang mengurangi ansietas.
f. Urutan perkembangan krisis
Periode prakrisis: individu memiliki keseimbangan emosional.
Periode krisis: individu memiliki pengalaman subjektif berupa kekecewaan,
gagal melakukan mekanisme koping yang biasa, dan mengalami berbagai
gejala.
Periode pascakritis: resolusi krisis
3. Jenis krisis
Perkembangan (maturasi): Mulai sekolah, Pubertas, Lulus sekolah, Menikah,
Melahirkan anak, Anak-anak meninggalkan rumah, pension.
Situasional: Bercerai, Kematian, Kehilangan pekerjaan, Kegagalan akademik,
Diagnosis penyakit serius .
Adventisius: Banjir, Gempa bumi, Perang, Kejahatan dengan kekerasan,
Perkosaan, Pembunuhan, Penculikan, Tindakan teroris.
4. Gejala Umum Individu yang Mengalami Krisis
a. Gejala Fisik:
Keluhan somatik (mis., sakit kepala, gastrointestinal, rasa sakit)
Gangguan nafsu makan (mis., peningkatan atau penurunan berat badan yang
signifikan)
Gangguan tidur (mis., insomnia, mimpi buruk)
Gelisah; sering menangis; iritabilitas
b. Gejala Kognitif
Konfusi sulit berkonsentrasi
Pikiran yang kejar mengejar
Kewtidak mampuan mengambil keputusan
c. Gejala Perilaku
9
Disorganisasi
Impulsif ledakan kemarahan
Sulit menjalankan tanggung jawab peran yang biasa
Menarik diri dari interaksi social
d. Gejala Emosional
Ansietas; marah, merasa bersalah
Sedih; depresi
Paranoid; curiga
Putus asa; tidak berdaya
5. Penatalaksanaan Krisis : Intervensi Krisis
a. Bantuan
1) Bantuan untuk individu yang mengalami krisi meliputi konseling melalui
telepon, hotlines, dan konseling krisis singkat (1 sampai 6 sesi).
2) Bantuan untuk kelompok atau komunitas yang mengalami krisis.
- Tim bantuan krisis
Tim interdisipliner inimemberikan layanan bagi kelompok atau komunitas
yang mengalami kejadian krisis tertentu.
- Tim bantuan bencana
Tim ini memiliki rencana yang terorganisir untuk membantu segmen-
segmen besar populasi yang terkena bencana alam.
- Konseling stres akibat krisis
Bantuan ini ditujukan untuk kelompok profesional, seperti petugas rumah
sakit, polisis dan pemadam kebakaran, yang terlibat dalam situasi krisis.
b. Peran perawat
Perawat memberikan layanan langsung pada orang-orang yang mengalami krisis
da bertindak sebagai anggota tim intervensi krisis (ANA, 1994).
1) Perawat di lingkungan rumah sakit akut dan kronik membantu individu dan
keluarga berespons terhadap krisis penyakit yang serius, hospitalisasi, dan
kematian.
10
2) Perawat di lingkunagn masyarakat (mis., kantor, klinik rumah, sekolah,
kantor) memnerikan bantuan pada individu dan keluarga yang mengalami
krisis situasional dan perkembangan.
3) Perawat yang bekerja dengan sekelompok klien tertentu harus mengantisipasi
situasi dimana krisis dapat terjadi.
Keperawatan ibu dan anak. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti
kelahiran bayi prematur atau lahir mati, keguguran dan lahir abnormal.
Keperawatan pediatrik. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti
awitan penyakit serius, penyakit kronis atau melemahkan, cedera
traumatik, atau anak menjelang ajal.
Keperawatan medikal-bedah. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti
diagnosis penyakit serius, penyakit yang melemahkan, hospitalisasi
karena penyakit akut atau kronis, kehilangan bagian atau fungsi tubuh,
kematian dan menjelang ajal.
Keperawatan gerontologi. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti
kehilangan kumulatif, penyakit yang melemahkan, ketergantungan, dan
penempatan di rumah perawatan.
Keperawatan darurat. Perawat harus mengantisispasi krisis seperti trauma
fisik, penyakit akut, krisis perkosaan, dan kematian.
Keperawatan psikiatri. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti
hospitalisasi akibat penyakit jiwa, stressor kehidupan karena sakit jiwa
yang serius, dan bunuh diri.
Perawat bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain untuk
membantu individu mengatasi situasi krisis.
c. Prinsip intervensi krisis
1) Tujuan intervensi krisis adalah mengembalikan individu ke tingkat fungsi
sebelum krisis.
2) Penekanan intervensi ini adalah memperkuat dan mendukung aspek-aspek
kesehatan dari fungsi individu.
11
3) Dalam intervensi krisis, pendekatan pemecahan masalah digunakan secara
sistematis (serupa dengan proses keperawatan), yang meliputi:
mengkaji persepsi individu terhadap masalah, serta mengkaji: kelebihan
dan kekurangan sistem pendukung individu dan keluarga.
Merencanakan hasil yang spesifik dan tujuan yang didasarkan pada
prioritas.
Memberikan penanganan langsung(mis., menyediakan rumah singgah bila
klien diusir rumah, merujuk klien ke ”rumah perlindungan” bila terjadi
penganiyaan oleh suami atau istri).
Mengevaluasi hasil dari intervensi.
4) Hierarki Maslow. Kerangka kerja hierarki Maslow tentang kebutuhan dapat
membantu menentukan prioritas intervensi.
Sumber daya fisik diperlukan untuk bertahan hidup (mis., makanan, rumah
singgah, keselamatan).
Sumber daya sosial diperlukan untuk mendapatkan kembali rasa memiliki
(mis., dukungan keluarga, jaringan kerja sosial, dukungan komunitas).
Sumber daya psikologis diperlukan untuk mendapatkan kembali harga diri
(mis., penguatan yang positif, pencapaian tujuan).
5) Petugas intervensi krisis. Peran petugas intervensi krisis mencakup berbagai
fungsi beriut ini.
Membentuk hubungan dan mengomunikasikan harapan serta optimisme.
Melaksanakan peran yang aktif dan mengarahkan, bila perlu.
Memberikan anjuran dan alternatif (mis., membuat rujukan ke lembaga
yang tepat, seperti lembaga kesejahteraan anak atau klinik medis).
Membantu klien memilih alternatif.
Bekerja sama dengan profesional lain untuk mendapatkan layanan dan
sumber daya yang diperlukan klien.
6. Tinjauan Proses Keperawatan Intervensi Krisis
a. Pengkajian
12
1. Identifikasi kejadian pencetus dam situasi krisis
2. Tentukan persepsi klien tentang krisis yang dihadapi, meliputi kebutuhan
utama yang terancam krisis, tingkat gangguan hidup, dan gejala-gejala yang
dialami klien.
3. Tentukan faktor-faktor penyeimbang yang ada, meliputi apakah klien
memiliki persepssi yang realistis terhadap krisis yang terjadi, dukungan
situasional (mis, keluarga, teman, sumber daya finansial, sumber daya
spiritual, dukungan masyarakat), dan penggunaan mekanisme koping.
4. Identifikasi kelebihan klien
Apa yang terjadi pada Anda? = Persepsi individu terhadap hal yang
terjadi (realistik atau terdistorsi).
Apa yang Anda pikir dan rasakan? = Gejala kognitif atau emosional atas
apa yang terjadi.
Apakah Anda mengalami gejala fisik atau perubahan prilaku Anda yang
biasanya? = Gejala fisik, prilaku.
Apakah Anda sudah pernah mengalami hal yang serupa dengan kejadian
ini dalam hidup Anda? Kalau ya, bagaimana Anda melakukan koping
pada saat itu ? = Pengalaman di masa lalu tentang krisis dan koping yang
digunakan.
Menurut Anda apa yang menjadi kelebihan pribadi Anda? = Pengakuan
individu atas kelebihannya.
Siapa yang Anda rasa sangat banyak membantu atau mendukung Anda?
= Sistem pendukung dalam hidup Anda .
Apa yang telah Anda coba selama ini untuk mengatasi krisis tersebut ? =
Penggunaan tindakan koping dalam situasi saat ini.
b. Diagnosis Keperawatan
1. Analisis
13
a) Analisis persepsi unik klien terhadap krisis dan kejadian pencetusnya.
b) Analisis keadekuatan faktor penyeimbang dan tingkat dukungan pribadi,
sosial dan lingkungan klien.
c) Analisis sejauh mana orang lain terpengaruh oleh krisis, seperti keluarga
klien, jaringan kerja sosial, dan masyarakat.
2. Diagnosis Keperawatan.
Tentukan diagnosa keperawatan spesifik untuk klien, keluarga, masyarakart,
atau gabungan dari itu, termasuk, namun tidak terbatas pada yang berikut ini
a) Gangguan citra tubuh
b) Ketegangan peran pemberi asuhan
c) Koping komunitas tidak efektif
d) Koping individu tidak efektif
e) Penyangkalan tidak efektif
f) Koping keluarga : potensi untuk pertumbuhan
g) Disfungsi berduka
h) Respon pasca trauma
i) Ketidakberdayaan
j) Sindrom trauma perkosaan
k) Perubahan kinerja peran
l) Distres spiritual
m) Resiko kekerasan pada diri sendiria/orang lain
2. Perencanaan dan Identifikasi Hasil
a. Bantu klien,keluarga, masyarakat, atau gabungan dari itu, dalam
menetapkan tujuan jangka pendek yang realistis untuk pemulihan seperti
sebelum krisis.
b. Tentukan kriteria hasil yang diinginkan untuk klien, kelurga, masyarakat,
atau gabungan dari itu. Individu yang mengalami krisis akan :
1) Mengungkapkan secara verbal arti dari situasi krisis
2) Mendiskusikan pilihan –pilihan yang ada untuk mengatasinya.
14
3) Mengidentifikasi sumber daya yang ada yang dapat memberikan
bantuan
4) Memilih strategi koping dalam menghadapi krisis
5) Mengimplementasikan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi
krisis.
6) Menjaga keselamatan bila situasi memburuk
3. Implementasi
a. Bentuk hubungan dengan mendengarkan secara aktif dan menggunakan
respon empati.
b. Anjurkan klien untuk mendiskusikan situasi krisis dengan jelas, dan bantu
kien mengutarakan pikiran dan perasaannya.
c. Dukung kelebihan klien dan penggunaan tindakan koping.
d. Gunakan pendekatan pemecahan masalah.
e. Lakukan intervensi untuk mencegah rencana menyakiti diri sendiri atau
bunuh diri.
1) Kenali tanda-tanda bahaya akan adanya kekerasan terhadap diri
sendiri.(mis ; klien secara langsung mengatakan akan melakukan
bunuh diri, menyatakan secara tidak langsung bahwa ia merasa kalau
orang lain akan lebih baik jika ia tidak ada, atau adanya tanda-tanda
depresi)
2) Lakukan pengkajian tentang kemungkinan bunuh diri
3) singkirkan semua benda yang membahayakan dari tempat atau sekitar
klien.
4) Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan jiwa untuk menentukan
apakah hospitalisasi perlu dilakukan atau tidak.
d. Implementasi untuk klien yang marah atau melakukan kekerasan
15
1. Lakukan intervensi dini untuk mencegah klien melakukan kekerasan terhadap
orang lain.
a) Kenali tanda-tanda verbal adanya peningkatan rasa marah (mis; berteriak,
berbicara cepat, menuntut perhatian, pernyataan-pernyataan agresif)
b) Kenali tanda-tanda non verbal adanya peningkatan rasa marah (mis;
rahang dikencangkan, postur tubuh menegang, tangan dikepalkan, berjalan
mondar-mandir).
2. Lakukan beberap tindakan untuk mengurangi kemarahan klien.
a) Jawab pertanyaan dan tuntutan klien dengan informasi faktual dan sikap
yang mendukung serta meyakinkan.
b) Berikan respon terhadap ansietas, marah dan frustasi yang dirasakannya.
Sebagai contoh : Perawat dapat mengatakan ”Tampaknya Anda merasa
frustasi karena tidak dapat pulang ke rumah sesuai keinginan Anda.”
c) Biarkan klien mengeluarkan kemarahannya secara verbal, tunjukan bahwa
perawat menerima kemarahan ayng diperlihatkannya.
d. Jangan membela atau membenarkan perilaku anda sendiri ataupun
perilaku orang lain. (mis., anggota tim pengobatan, kebijakan Rumah
Sakit).
d) Pantau bahasa tubuh anda sendiri, gunakan postur yang rileks dengan
kedua tangan bergantung santai disamping tubuh.
e) Berikan kontrol pada klien terhadap situasi masalah dengan menawarkan
solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah.
3. Berespons terhadap perilaku klien
a) Lindungi diri anda sendirindengan berdiri diantara klien dan pintu keluar
sehingga memungkinkan anda mudah untuk melarikan diri.
b) Lindungi orang lain dengan menginstruksikan mereka untuk
meninggalkan tempat.
c) Ikuti protokol lembaga, gunakan kode khusus untuk menghadapi
kekerasan jika ada.
16
4. Gunakan prinsip-prinsip penatalaksanaan kode kekerasan bila diperlukan
(mis., bila klien mengancam akan melukai, klien yang lain atau anggota staf
atau jika klien melempar barang-barang atau merusak perabotan).
a) Pastikan untuk dilakukannya unjuk kekuatan (minimal lima staf).
b) Tugaskan satu anggota tim sebagai ketua, yang akan berinteraksi dengan
klien dan arahkan respons tim.
c) Ketua tim berdiri di depan, sedangkan yang lain berdiri di belakangnya
dalam dua atau tiga barisan.
d) Bila diperlukan restrain fisik, ketua tim akan memutuskan siapa yang akan
memegang kaki dan tangan, dan siapa yang akan memegang kepala (agar
tidak digigit).
e) Tim bertindak sebagai satu kesatuandan melakukan penaklukan yang
lancardan tenang.
f) Lakukan latihan dimana jika teknik-teknik ini dilakukan dapat memastikan
keamanan dan menghindarkan klien dan staf dari cedera.
4. Evaluasi hasil
Perawat menggunakan kriteria hasil yang spesifik dalam menentukan
efektifitas implementasi keperawatan.
a. Keselamatan klien, keluarga, dan masyarakat dapat dipertahankan
sebagai hasil dari intervensi yang adekuat terhadap ekspresi perilaku
yang tidak terkendali.
b. Klien mengidentifikasi hubungan antara stresor dengan gejala yang
dialami selama krisis.
c. Klien mengevaluasi solusi yang mungkin dilakukan untuk mengatasi
krisis.
d. klien memilih berbagai pilihan solusi.
e. Klien kembali ke keadaan sebelum krisis atau memperbaikisituasi atau
perilaku.3
3 Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik edisi 3. Jakarta: EGC
17
F. REHABILITASI GANGGUAN JIWA
1. Pengertian Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah segala tindakan fisik, penyesuaian psikososial dan latihan
vokasional sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan penyesuaian diri yang optimal serta
mempersiapkan klien secara fisik, mental, sosial dan vokasional untuk suatu kehidupan
penuh sesuai dengan kemampuannya (Nasution, 2006).
2. Tujuan Rehabilitasi
Maksud dan tujuan rehabilitasi klien mental dalam psikiatri yaitu mencapai perbaikan
fisik dan mental sebesarbesarnya, penyaluran dalam pekerjaan dengan kapasitas maksimal
dan penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan sosial sehingga bisa berfungsi
sebagai anggota masyarakat yang mandiri dan berguna.
Mencapai perbaikan fisik dan mental sebesaar-besarnya
- Penempatan/penyaluran dalam pekerjaan dengan kapasitas maksimal
- Penyesuaian diri dalam hubungan perorangan dan sosial secara
memuaskan, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berswadaya,
swasembada, (mandiri) dan berguna.
Setiap aspek dari rehabilitasi memiliki tujuan khusus:
a. Aspek medis
Bertujuan untuk mengurangi invaliditas serta meningkatkan validitas
b. Aspek psikologi dan sosial
Bertujuan kearah tercapainya penyesuaian diri, tercapainya harga
diri dan juga tercapainya pandangan dan sikap yang sehat dari masya
rakat terhadap rehabilitant.
c. Aspek vokasional dan re-edukasi
Bertujuan ke arah tercapainya kecakapan yang produktif dan berguna
d. Aspek legislatif dan administrative
Bertujuan ke arah terbentuknya peraturan perundang-undangan yang
mengatur rehabilitasi pasien jiwa.
3. Tahapan Rehabilitasi
Upaya Rehabilitasi terdiri dari 3 tahap yaitu ;
a. Tahap persiapan
1) Orientasi.
18
Selama fase orientasi klien akan memerlukan dan mencari bimbingan seorang yang
professional. Perawat menolong klien untuk mengenali dan memahami masalahnya
dan menentukan apa yang diperlukannya.
2) Identifikasi
Perawat mengidentifikasi dan mengkaji perasaan klien serta membantu klien seiring
penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman dan memberi orientasi positif
akan perasaan dan kepribadiannya serta memberi kebutuhan yang diperlukan.
b. Tahap pelaksanaan
Perawat melakukan eksploitasi dimana selama fase ini klien menerima secara penuh
nilai-nilai yang ditawarkan kepadanya melalui sebuah hubungan (Relationship). Tujuan
baru yang akan dicapai melalui usaha personal dapat diproyeksikan, dipindah dari
perawat ke klien ketika klien menunda rasa puasnya untuk mencapai bentuk baru dari apa
yang dirumuskan.
c. Tahap pengawasan
Tahap pengawasan perawat melakukan resolusi.Tujuan baru dimunculkan dan secara
bertahap tujuan lama dihilangkan. Ini adalah proses dimana klien membebaskan dirinnya
dari ketergantungan terhadap orang lain.
4. Jenis Kegiatan Rehabilitasi
Abroms dalam Stuart (2006) menekankan 4 keterampilan penting psikososial pada
klien gangguan jiwa yaitu:
a. Orientation
Orientaton adalah pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap realita yang
lebih baik. Orientasi berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman klien terhadap
waktu, tempat atau maksud/ tujuan, sedangkan kesadaran dapat dikuatkan melalui
interaksi dan aktifitas pada semua klien.
b. Assertion
Assertion yaitu kemampuan mengekspresikan perasaan sendiri dengan tepat. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara mendorong klien dalam mengekspresikan diri secara efektif
dengan tingkah laku yang yang dapat diterima masyarakat melalui kelompok pelatihan
asertif, kelompok klien dengan kemampuan fungsional yang rendah atau kelompok
interaksi klien.
19
c. Accuption
Accuption adalah kemampuan klien untuk dapat percaya diri dan berprestasi melalui
keterampilan membuat kerajinan tangan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
memberikan aktifitas klien dalam bentuk kegiatan sederhana seperti teka- teki (sebagai
aktivitas yang bertujuan) mengembangkan keterampilan fisik seperti menyulam.
Membuat bunga, melukis dan meningkatkan manfaat interaksi sosial.
d. Recreation
Recreation adalah kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas yang
menyenangkan dan relaksasi. Hal ini memberi kesempatan pada klien untuk mengikuti
bermacam reaksi dan membantu klien menerapkan keterampilan yang telah ia pelajari
seperti:orientasi asertif, interaksi sosial, ketangkasan fisik. Contoh aktifitas relaksasi
seperti permainan kartu, menebak kata dan jalan- jalan, memelihara binatang,
memelihara tanaman, sosio- drama, bermain musik dan lain-lain.
5. Tim dalam pelaksanaan Rehabilitasi
Pelaksanaan rehabilitasi dilakukan oleh multiprofesi yang terdiri dari dokter, perawat,
psikologi, sosial worker serta okupasi therapist yang memiliki peran dan fungsi masing-
masing. Dokter memberikan terapi somatik, psikolog melakukan pemilahan klien
berdasarkan hasil psikotest, kemampuan serta minat klien, social worker menjadi
penghubung antara klien dengan keluarga dan lingkungan serta okupasi terapis memberikan
terapi kerja bagi pasien. Perawat sendiri mempunyai peran yang sangat penting dalam
pelaksanaan rehabilitasi baik dalam tahap persiapan, pelaksanaan maupun pengawasan.
Sebagai sebuah team, perawat memberi peran yang sangat penting dalam mengkoordinasikan
berbagai cara dan kerja yang dilakukan semua anggota team sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai antara klien dan team kesehatan sehingga rehabilitasi berjalan sesuai tujuan yang
diharapkan.
Dalam rehabilitasi gangguan jiwa tenaga perawat sebagai anggota tim kesehatan
dalam menjalankan peran dan fungsinya bersifat mandiri, kolaboratif dan atau saling
tergantung dengan anggota tim kesehatan lain, untuk dapat berperan secara aktif dalam
memenuhi memberikan pelayanan kesehatan.
a. Pengertian peran
Peran perawat : merupakan tingkah laku yang diharapkan baik oleh individu, keluarga
maupun masyarakat terhadap perawat sesuai kedudukannya dalam sistem pelayanan
kesehatan (Kusnanto, 2005)
20
b. Peran perawat pada rehabilitasi
1) Pada tahap persiapan
Peran Perawat pada klien dengan gangguan jiwa
a) Peran stranger (orang yang tidak dikenal).
Hal yang pertama terjadi ketika perawat dan klien bertemu mereka belum
saling mengetahui maka klien diperlakukan secara biasanya. Klien akan
memerlukan dan mencari bimbingan seorang yang professional. Perawat
menolong klien untuk mengenali dan memahami masalahnya dan menentukan
apa yang diperlukannya. Hal in dilakukan dengan cara Membina hubungan
saling percaya
Perawat mengucapkan salam kepada klien
Bersikap terbuka dengan mendengarkan apa yang klien sampaikan
Memanggil klien dengan nama yang disukai
Menyapa klien dengan ramah
b) Peran pendidik
Merupakan kombinasi dari seluruh peran dan selalu berasal dari apa yang
klien tidak ketahui dan dikembangkan dari keinginan dan minatnya dalam
menerima dan menggunakan informasi. Perawat memberikan jawaban dari
pertanyaan–pertanyaan yang spesifik meliputi segala hal tentang rehabilitasi yang
dijalani oleh klien dan menginterpretasikan kepada klien dan keluarga bagaimana
cara perawatan klien dan rencana perawatan selanjutnya setelah dilakukan
rehabilitasi.
c) Peran wali/pendamping
Klien menganggap perawat sebagai peran walinya. Sikap dan tingkah laku
perawat menciptakan suatu perasaan tertentu dalam diri klien yang bersifat
reaktif dan muncul dari hubungan sebelumnya.
d) Peran Kepemimpinan/manajer kasus.
Membantu klien mengerjakan tugas-tugas melalui hubungan yang kooperatif
dan partisipasi aktif yang demokratis antar tim kesehatan yang terlibat dalam
pelaksanaan rehabilitasi dengan mengkomunikasikan tim rehabilitasi tentang
jadwal dan jenis kegiatan rehabilitasi yang dilaksanakan klien untuk
kelangsungan perawatan secara berkesinambungan
e) Peran pelaksana
21
Memberikan obat sesuai dengan hasil kolaborasi dengan medis yang
diperlukan.
2) Pada tahap pelaksanaan
Peran Perawat pada klien dengan gangguan jiwa menurut Peplau dalam
Potter Perry (2005) yaitu :
a) Peran pelaksana
Membimbing/mengajarkan klien jenis kegiatan rehabilitasi sesuai dengan
kemampuan klien
Mengobservasi perilaku klien selama kegiatan rehabilitasi
Memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam melaksanakan kegiatan
rehabilitasi
Memberikan dukungan jika klien belum bisa menyelesaikan kegiatan
rehabilitasi sesuai rencana
b) Peran wali/pendamping
Fungsi perawat disini membimbing klien mengenali dirinya dengan sosok
yang ia bayangkan dengan mendampingi klien selama kegiatan rehabilitasi.
c) Tahap pengawasan dan evaluasi
Peran Perawat pada klien dengan gangguan jiwa menurut Peplau dalam
Potter Perry (2005) yaitu :
Peran pendidik
Merupakan kombinasi dari seluruh peran dan selalu berasal dari apa
yang klien tidak ketahui dan dikembangkan dari keinginan dan minatnya
dalam menerima dan menggunakan informasi. Perawat memberikan jawaban
dari pertanyaan–pertanyaan yang spesifik meliputi segala hal tentang
rehabilitasi yang dijalani oleh klien dan menginterpretasikan kepada klien
dan keluarga bagaimana cara perawatan klien dan rencana perawatan
selanjutnya setelah dilakukan rehabilitasi.
Peran Kepemimpinan/manajer kasus.
Membantu klien mengerjakan tugas-tugas melalui hubungan yang
kooperatif dan partisipasi aktif yang demokratis antar tim kesehatan yang
terlibat dalam pelaksanaan rehabilitasi dalanm hal ini dengan sosial worker
untuk untuk home visite jika klien sudah kooperatif dan direncanakan akan
dilakukan pemulangan ke rumah.
22
Peran pelaksana
Melakukan dokumentasi dengan menerapkan prinsip dokumen4
Aktivitas kegiatan untuk mencapai tujuan rehabilitasi kesehatan jiwa menurut Anthoni (1980)5
Fisik Emosional Intelektual
KETERAMPILAN HIDUP
Higiene personal
Kebugaran fisik
Penggunaan angkutan umum
Memasak
Belanja
Kebersihan
Peran serta dalam olah raga
Penggunaan fasilitas rekreasi
Hub antar manusia
Kontrol diri
Penghargaan yang selektif
Reduksi stigma
Penyelesaian masalah
Keterampilan berbicara
Pengelolaan uang
Penetapan tujuan
Pengembangan
masalah
Penggunaan sumber-
sumber komunitas
KETERAMPILAN
BELAJAR
Dapat tenang
Memberikan perhatian
Tetap duduk
Mengamati
Ketepatan waktu
Kemampuan berbicara
Mengajukan pertanyaan
Menjawab dengan sukarela
Mengikuti petunjuk
Meminta pengarahan
Mendengarkan
Membaca
Menulis
Keterampilan
Belajar
Aktivitas hobi
Mengetik
KETERAMPILAN Wawancara bekerja Pemenuhan syarat
4 http://taufikners.blogspot.com/2010/08/rehabilitasi.html Wednesday, April 24, 2013 11:23:50 AM
5 http://keperawatanjiwa01.blogspot.com/2010/07/rehabilitasi-kesehatan-jiwa.html Wednesday, April 24, 2013 11:23:34 AM
23
BEKERJA
Ketepatan waktu
Penggunaan alat kerja
Kekuatan pekerjaan
angkutan pekerjaan
Tugas pekerjaan spesifik
Pembuatan keputusan
Hubungan antar manusia
Kontrol diri
Mempertahankan
pekerjaan
Tugas pekerjaan spesifik
kerja
Pencariaan kerja
Tugas pekerjaan
spesifik.
24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan
asuhan keperawatan secara tiak langsung
Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat kemampuan
menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respons kopingnya tidak adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan psikologis
Rehabilitasi adalah segala tindakan fisik, penyesuaian psikososial dan latihan vokasional sebagai
usaha untuk memperoleh fungsi dan penyesuaian diri yang optimal serta mempersiapkan klien
secara fisik, mental, sosial dan vokasional untuk suatu kehidupan penuh sesuai dengan
kemampuannya (Nasution, 2006)
B. SARAN
Penyusun menyadari pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata penyusun ucapkan terimakasih.
25
DAFTAR PUSTAKA
HTTP///keperawatan-jiwa-dan-undanng-undang.html Wednesday, April 24, 2013 11:10:42 AM
http://triahi.blogspot.com/2012/10/konsep-dasar-keperawatan-kesehatan-jiwa.html Wednesday,
April 24, 2013 11:10:42 AM
Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik edisi 3. Jakarta:
EGC
Hawari.(2001). Pendekatan Holistic pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.FKUI: Jakarta
Keliat, Budi Ana. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi kedua. Jakarta : EGC.
Keliat dan Akemat (2004). Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC
http://taufikners.blogspot.com/2010/08/rehabilitasi.html Wednesday, April 24, 2013 11:23:50
AM
http://keperawatanjiwa01.blogspot.com/2010/07/rehabilitasi-kesehatan-jiwa.html Wednesday,
April 24, 2013 11:23:34 AM
26