BAB I

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah menjadi permasalahan yang serius di kota-kota besar di dunia khususnya di Indonesia. Pencemaran udara perkotaan yang berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan telah dikenal secara luas selama kurang lebih 50 tahun terakhir (Azmi et al., 2010). Beberapa hasil kajian juga menyimpulkan bahwa sektor transportasi memberikan kontribusi yang besar terhadap pencemaran udara perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia. Menurut Suhadi dan Damantoro (2005), sektor transportasi menyumbang 65% hingga 75% dari pencemar nitrogen oksida (NO 2 ) dan 15% hingga 55% pencemar particulate matter (PM). Menurut Setyowidagdo (2000) dari beberapa penelitian yang telah dilakukan ternyata 70% dari total emisi yang dibuang ke udara berasal dari gas buang kendaraan bermotor. Pencemaran udara akibat kendaraan bermotor dipengaruhi oleh volume lalu lintas, proporsi kendaraan berat, kecepatan, dan jarak antara sumbu jalan dengan titik yang di tinjau. Pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan peningkatan volume jalan yang cenderung statis mengakibatkan terjadinya perlambatan hingga kemacetan di berbagai ruas jalan. Hal ini berakibat pada pemborosan konsumsi bahan bakar kendaraan

description

s

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran udara sudah menjadi permasalahan yang serius di kota-kota besar di dunia khususnya di Indonesia. Pencemaran udara perkotaan yang berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan telah dikenal secara luas selama kurang lebih 50 tahun terakhir (Azmi et al., 2010). Beberapa hasil kajian juga menyimpulkan bahwa sektor transportasi memberikan kontribusi yang besar terhadap pencemaran udara perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia. Menurut Suhadi dan Damantoro (2005), sektor transportasi menyumbang 65% hingga 75% dari pencemar nitrogen oksida (NO2) dan 15% hingga 55% pencemar particulate matter (PM). Menurut Setyowidagdo (2000) dari beberapa penelitian yang telah dilakukan ternyata 70% dari total emisi yang dibuang ke udara berasal dari gas buang kendaraan bermotor. Pencemaran udara akibat kendaraan bermotor dipengaruhi oleh volume lalu lintas, proporsi kendaraan berat, kecepatan, dan jarak antara sumbu jalan dengan titik yang di tinjau. Pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan peningkatan volume jalan yang cenderung statis mengakibatkan terjadinya perlambatan hingga kemacetan di berbagai ruas jalan. Hal ini berakibat pada pemborosan konsumsi bahan bakar kendaraan dan juga terjadinya akumulasi jumlah emisi dan degradasi kualitas udara (World Resources Institusi, 2008). Berdasarkan ciri fisiknya jenis pencemar utama udara dibagi menjadi tiga jenis, yaitu gas, partikulat dan energi (Septiyanzar, 2008). Salah satu jenis pencemar yang memberikan kontribusi terhadap penurunan kualitas udara adalah partikulat. Jenis partikulat yang berdampak paling besar terhadap kesehatan manusia adalah partikel halus (fine particles) yaitu partikel yang memiliki ukuran lebih kecil dari 2,5 mikron yang lebih dikenal dengan Particulate Matter 2,5 m (PM2,5). Partikel PM2,5 bersifat respirable karena dapat memasuki saluran pernapasan yang lebih bawah dan menimbulkan risiko yang lebih tinggi. Partikel-partikel ini terbentuk di atmosfer dengan reaksi yang lambat sehingga sering ditemukan sebagai pencemar udara lintas batas yang ditransportasikan oleh pergerakan angin ke tempat yang jauh dari sumbernya (Harrop, 2002). Partikel sekunder PM2,5 dapat menyebabkan dampak yang lebih berbahaya terhadap kesehatan bukan saja karena ukurannya yang memungkinkan untuk terhisap dan masuk lebih dalam ke dalam sistem pernapasan tetapi juga karena sifat kimiawinya. Partikel jenis ini dapat mengendap di berbagai tempat dalam sistem pernafasan manusia. Partikel jenis ini dapat bertahan di bronchiolis dan alveoli bahkan dapat menembus dan mengendap di paru-paru.

Kota Padang sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang tidak lepas dari masalah pencemaran udara. Meningkatnya pertumbuhan perekonomian Kota Padang mengakibatkan semakin pesatnya perkembangan fisik Kota Padang yang diwujudkan dengan penyediaan dan perbaikan berbagai sarana dan prasarana kota untuk mendukung kelancaran aktivitas perkotaan di berbagai bidang seperti perekonomian, sosial, industri, dan transportasi. Peningkatan aktivitas perkotaan ini akan mempengaruhi jumlah dan komposisi kandungan pencemar udara, sehingga akan membawa pengaruh juga terhadap kualitas udara ambien Kota Padang. Penelitian tentang konsentrasi Particulate Matter 2,5 m (PM2,5) di Kota Padang telah dilakukan pada tahun 2011. Penelitian ini dilakukan pada lima titik sampling yaitu di kawasan institusi, komersil, industri dan domestik. Dari penelitian tersebut, konsentrasi Particulate Matter 2,5 m (PM2,5) total 24 jam terbesar adalah di kawasan industri sebesar 65,484 g/m3 selanjutnya di kawasan institusi 59,468 g/m3, komersil 55,257 g/m3 dan yang terkecil di kawasan domestik 18,981 g/m3. Hal ini berarti konsentrasi Particulate Matter 2,5 m (PM2,5) total 24 jam di kawasan industri telah melebihi baku mutu udara ambien untuk PM2,5 sesuai PP No. 41 tahun 1999 yaitu 65 g/m3.Penelitian tentang konsentrasi Particulate Matter 2,5 m (PM2,5) di jaringan jalan sekunder Kota Padang belum pernah dilakukan, padahal di jalan-jalan sekunder itulah kendaraan bermotor semakin lama semakin padat. Untuk mengetahui jumlah konsentrasi penyebaran partikulat khususnya Particulate Matter 2,5 m (PM2,5) di udara ambien di jaringan jalan sekunder Kota Padang akibat pengaruh karakteristik lalu lintas meliputi volume, kecepatan dan kepadatan kendaraan, maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat Low Volume Sampler (LVS). Penelitian ini dilakukan berdasarkan SNI-19-7119.9-2005 yakni pemantauan kualitas udara ambien di kawasan roadside. Untuk mendukung pemantauan kualitas udara roadside perlu dilakukan pemantauan kondisi meteorologis yang meliputi arah angin, kecepatan angin, kelembapan dan temperatur.Dengan adanya penelitian ini, maka akan didapat gambaran kualitas udara ambien khususnya Particulate Matter 2,5 m (PM2,5) pada lingkungan disekitar lokasi sampling (beberapa titik di jalan arteri sekunder, kolektor sekunder dan lokal sekunder). Dari data yang diperoleh akan memudahkan untuk mengidentifikasi sumber pencemar, sehingga usaha-usaha dalam pencegahan dan pengendalian kualitas udara dapat dilakukan secara optimal. 1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai kualitas udara ambien, khususnya konsentrasi Particulate Matter 2,5 m (PM2,5) di jaringan jalan sekunder Kota Padang, sehingga dapat dijadikan sebagai masukan/acuan bagi pemerintah Kota Padang dalam pencegahan dan pengendalian pencemaran udara pada udara ambien yang disebabkan oleh sektor transportasi.Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Menganalisis konsentrasi Particulate Matter 2,5 m (PM2,5) pada udara ambien di jaringan jalan sekunder Kota Padang;

2. Membandingkan konsentrasi Particulate Matter 2,5 m (PM2,5) dengan baku mutu udara ambien nasional (Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara);

3. Menganalisis pengaruh parameter arus lalu lintas terhadap konsentrasi Particulate Matter 2,5 m (PM2,5) pada udara ambien di jaringan jalan sekunder Kota Padang.1.3 Ruang LingkupRuang Lingkup pada Tugas Akhir ini adalah:

1. Penelitian dilakukan di jaringan jalan sekunder Kota Padang meliputi jalan arteri sekunder, kolektor sekunder dan lokal sekunder dengan metode sampling berdasarkan SNI-19-7119.9-2005;2. Pengukuran dilakukan pada 3 titik sampling dengan durasi 6 jam untuk masing-masing titik selama 24 jam;3. Parameter pencemar yang diukur adalah partikulat (PM2,5) dengan ukuran