BAB I

download BAB I

of 10

description

data based

Transcript of BAB I

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Secara etimiologi, remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun (PBB & WHO dalam Kusmiran, 2012). Menurut Sayogo (1995) dalam Masita (2008) masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, fisiologis, dan psikososial. Identitas seksual secara normal mencapai kesempurnaan sebagaimana organ-organ reproduktif mencapai kematangan.

Menurut Hurlock (1980) dalam Mila (2007) Usia kematangan anak perempuan antara 12,5 dan 14,5 tahun dengan kematangan rata-rata berusia 13 tahun. Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber, meskipun dalam tingkat kecepatannya yang berbeda. Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah datangnya haid atau menstruasi.Menurut Setiadi (2007), menstruasi adalah peristiwa perubahan siklik, terutama pada endometrium, setiap bulannya sejak pubertas hingga menopause. Menstruasi menjadi siklus regular, yang setiap siklus berlangsung antara 28 hari dengan ditandai keluar dari uterus yang disebut menstruasi. Gayatri dalam Anggita & Rina (2005) menyatakan bahwabeberapa hari sebelum terjadi menstruasi wanita mengalami gejala-gejalaseperti pegal pada pinggang, cepat lelah, emosi yang meningkat, dan lainnya. Gejala-gejala ini dikenal dengan istilah Premenstrual Syndrome (PMS).Selanjutnya menurut Bobak, Lowdermilk & Jensen (2004) sindrome pramenstruasi (Premenstrual Syndrome (PMS)) dimulai pada fase luteal, yakni pada sekitar hari ke-7 dan ke-10 sebelum menstruasi dan berakhir dengan awitan menstruasi. Wanita dapat merasakan peningkatan kreativitas dan energi fisik serta mental. Gejala negatif berhubungan dengan edema (abdomen kembung, pelvis penuh, edema pada ekstremitas bawah, nyeri tekan pada payudara, dan peningkatan berat badan) atau ketidakstabilan emosi (depresi, tiba-tiba menangis, iritabilitas, sering panik, dan tidak mampu berkonsentrasi). Nyeri kepala, keletihan, dan nyeri punggung merupakan keluhan umum.Sebagian besar wanita setiap bulan mengalami sekurang-kurangnya satu dari gejala-gejala di atas dan sejumlah wanita lain mengalami semua gejala. Banyak wanita yang tidak mengalami gejala-gejala PMS, sementara yang lainnya mengalami gejala yang hebat dan sangat melelahkan (Brunner & Suddarth, 2001 dalam Noprianty, 2011). Gejala yang paling dirasakan oleh sebagian besar wanita tersebut yang berupa gejala ringan sampai berat adalah irritable (rasa cepat marah) sebanyak 17,4%, nyeri punggung atau nyeri otot 14,2% dan perasaan bengkak 13,2% (Deusteret al., 1999 dalam Rindiarti, 2009). Karyadi (1999) dalam Rindiarti (2009), menyatakan sekitar 40% wanita berusia 14-50 tahun mengalami Pre-Menstruasi Syndrome (PMS).

Sekitar 25% wanita yang mengalami perubahan suasana hati dan perubahan fisik mengeluhkan perasaan berkurangnya kondisi tubuh yang sehat, sehingga mengganggu hubungan pribadi (Llewellyn, 2005 dalam Rindiarti, 2009). Kehidupan yang penuh stres dan hubungan yang bermasalah secara umum dapat berhubungan dengan keparahan gejala-gejala fisik. Beberapa wanita melaporkan gangguan hidup yang parah akibat PMS yang secara negatif mempengaruhi hubungan interpersonal mereka (Brunner & Suddarth, 2001 dalam Rindiarti, 2009). Sebagaimana diungkapkan oleh Roy (1999) dalam Sulistyorini (2009) manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan biopsikososial dan kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dari perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Kelliat, 1999 dalam Nurfita 2007). Menurut Warsiti & Rustina (2007) dalam Sulistyorini (2009) mekanisme koping adalah upaya yang dilakukan langsung untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi langsung dari sumber stres dengan mencari informasi, dukungan, mengambil tindakan dan melihat sisi positif alternatif. Mekanisme koping ada dua yaitu adaptif dan maladaptif. Mekanisme koping yang adaptif bisa memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif serta menekan stres. Mekanisme maladaptif adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan lingkungan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai (Stuart & Sundeen, 1995 dalam Sulistyorini, 2009).Hasil penelitian Utami (2012) menyatakan bahwa mahasiswa Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED telah menggunakan sistem blok semenjak tahun 2010. Kurikulum yang berbeda dengan angkatan senior pasti sangat mempengaruhi bagaimana individu itu beradaptasi. Mahasiswa angkatan 2010 Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman adalah mahasiswa yang pertama kali menggunakan sistem blok. Dibandingkan dengan angkatan 2009 dengan sistem konvensional, mahasiswa yang menggunakan sistem blok aktivitas perkuliahnya lebih banyak sehingga stres yang terjadi pada mahasiswa dengan penerapan sistem blok lebih rentan.Kurikulum dengan sistem blok telah diimplementasikan di pendidikan kedokteran di seluruh dunia. Tujuan metode tersebut adalah mendorong self-directed meningkatkan keingintahuan, berbasis kasus, pembelajaran kontekstual dan berpusat pada mahasiswa (Heru, 2011 dalam Utami, 2012). Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman mulai tahun ajaran 2010 telah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi menggunakan sistem blok. Mahasiswa angkatan 2010 Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman adalah angkatan pertama yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem blok. Penugasan yang diberikan dosen terhitung cukup banyak. Didalam penelitian Utami (2012) menyatakan, banyak mahasiswa angkatan 2010 yang belum mampu beradaptasi dengan kurikulum yang baru pertama kali diterapkan di Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. Belum terdapat role model bagi mahasiswa baru dalam menjalani kuliah sebab mahasiswa yang sudah senior menggunakan kurikulum yang berbeda. Stres pada mahasiswa Jurusan Keperawatan angkatan 2010 diantaranya disebabkan oleh penugasan yang cukup banyak, tugas yang jeda pengumpulannya singkat dan terkadang mendadak, setiap minggu ada ujian dan evaluasi, jadwal kuliah yang padat dari pagi sampai sore, jadwal kuliah yang tidak jelas, kurang waktu untuk istirahat, rindu dengan kampung halaman/orang tua dan merasa sulit untuk membagi waktu.Oleh karena permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perbedaan Mekanisme Koping Pre-Menstruasi Syndrome (PMS) pada Mahasiswi dengan Penerapan Sistem Blok dan Sistem Non Blok Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman. Setelah dilakukannya penelitian ini diharapkan perawat maupun tenaga medis yang lain dapat memberikan pelayanan keperawatan atau kesehatan dan dapat memberikan edukasi yang sangat dibutuhkan oleh individu dan keluarga mengenai mekanisme koping dalam menghadapi Pre-Menstruasi Syndrome (PMS).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, secara nyata bahwa terdapat gejala Pre-Menstruasi Syndrome (PMS) pada sebagian wanita serta implikasi yang ditimbulkannya. Secara umum hal tersebut dapat berpengaruh pada aktifitas wanita yang tinggi, baik aktivitas pada lingkungan sosial, kehidupan pribadi dan terutama aktifitas kuliah di kampus. Sehingga dalam penelitian ini perlu dikaji Adakah Perbedaan Mekanisme Koping Pre-Menstruasi Syndrome (PMS) pada Mahasiswi dengan Penerapan Sistem Blok dan Sistem Non Blok Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan mekanisme koping Pre-Menstruasi Syndrome (PMS) pada mahasiswi dengan penerapan sistem Blok dan Non Blok Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui mekanisme koping Pre-Menstruasi Syndrome (PMS) mahasiswi dengan penerapan sistem Blok Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.

b. Mengetahui mekanisme koping Pre-Menstruasi Syndrome (PMS) mahasiswi dengan penerapan sistem Non Blok Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi profesi keperawatan, sebagai bahan kajian/informasi dalam mengkaji, menganalisa, mendiagnosa dan memberikan perawatan pada wanita yang mengalami Pre-Menstruasi Syndrome (PMS).2. Bagi responden, sebagai bahan masukan agar responden dapat mengenal gejala-gejala Pre-Menstruasi Syndrome (PMS).

3. Bagi peneliti sendiri, dapat menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman dalam melaksanakan penelitian, serta diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama di bangku kuliah dalam kehidupan masyarakat.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan judul Perbedaan mekanisme koping Pre-Menstruasi Syndrome (PMS) pada mahasiswi dengan penerapan sistem Blok dan sistem Non Blok Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman, belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, namun penelitian yang hampir sama yaitu:

1. Penelitian oleh Rindiarti, T (2009) tentang Hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku penanganan PMS (Pre-Menstruasi Syndrome) pada siswi SMA N 1 Purbalingga. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku penanganan PMS (Pre-Menstruasi Syndrome). Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuisioner dengan pendekatan cross sectional. Jenis data pada penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka. Sedangkan alat pengumpul data yaitu menggunakan 2 jenis lembar kuisioner, yaitu kuisioner untuk mengukur tingkat kecerdasan emosi dengan skala Likert pada kuisioner untuk mengukur perilaku penanganan Pre-Menstruasi Syndrome (PMS). Persamaan penelitian yang akan di lakukan peneliti dengan penelitian Rindiarti adalah metode penelitian yaitu metode kuisioner dengan pendekatan cross sectional. Sedangkan perbedaannya ada pada variabel bebas, subjek, dan tempat penelitian. Rindiarti menggunakan kecerdasan emosi sebagai variabel bebas pada siswi SMA N 1 Purbalingga. Sedangkan penulis menggunakan variabel bebasmekanisme koping mahasiswi dengan penerapan sistem Blok dan sistem Non Blok.2. Penelitian oleh Mila, A.I (2007) tentang Pengaruh Pre-Menstrual Syndrome (PMS) terhadap tingkat amarah pada mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara Pre-Menstrual Syndrome (PMS) dan tingkat amarah. Proses analisa data dalam penelitian kuantitatif ini menggunakan jasa SPSS versi 13,00. Adapun teknik analisa datanya yaitu dengan menggunakan kuantitatif. Untuk menganalisa data yang telah terkumpul melalui angket, membuktikan hipotesis dan untuk mengetahui tingkat amarah dan Pre-Menstruasi Syndrome (PMS) digunakan analisa dengan acuan skor standar deviasi. Jenis penelitian ini adalah asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan antar variabel dan seberapa hubungan atau pengaruh variabel tersebut terhadap variabel yang lain. Hubungan atau asosiasi antar variabel dalam penelitian ini termasuk jenis hubungan kausal (sebab akibat), dimana variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat untuk menyelidiki pengaruh antar variabel. Metode penelitian Mila sama dengan penulis yaitu metode kuisioner, perbedaannya ada pada variabel terikat, subjek, dan tempat penelitian. Mila menggunakan tingkat amarah sebagai variabel terikat, pada mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Sedangkan penulis menggunakan variabel terikat Pre-Menstrual Syndrome (PMS).

3. Penelitian oleh Rachmania, Y (2010) Hubungan antara kepribadian dengan emosi negatif pada mahasantri PPP Al-Hikmah Al-Fathimiyyah yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe kepribadian (ekstrovert - introvert) tidak ada hubungannya dengan emosi negatif pada mahasantri PPP Al-Hikmah Al-Fathimiyyah. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuisioner. Jenis data pada penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka. Tipe penelitian yang dilakukan adalah korelasi untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tipe kepribadian dengan emosi negatif pada mahasantri putri PPP Al-Hikmah Al-Fathimiyyah yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS). Metode penelitian Rachmania sama dengan penulis yaitu metode kuisioner, perbedaannya ada pada variabel bebas, variabel terikat, subjek, dan tempat penelitian. Yuni Rachmania menggunakan tipe kepribadian sebagai variabel bebas dan variable terikatnya yaitu emosi negatif pada mahasantri yang mengalami PMS. Sedangkan penulis menggunakan variabel bebas mekanisme koping mahasiswi dengan penerapan sistem Blok dan sistem Non Blok.