BAB I

download BAB I

of 6

description

bab 1

Transcript of BAB I

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam

    Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tetapi diimplementasikan setelah

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 (Mendikbud, 2013). Implementasi

    kurikulum pada sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah menengah

    pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah atas/madrasah aliyah

    (SMA/MA), dan sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK)

    dilakukan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014(Permendikbud No. 81A/2013

    tentang Implementasi Kurikulum ).

    Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 ,

    kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir bahwa pola

    pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta

    didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk

    memiliki kompetensi yang sama. Tentang pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-

    peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif , pola pembelajaran terisolasi menjadi

    pembelajaran secara jejaring yaitu peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan

    dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet, pola pembelajaran

    pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari, pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok

    (berbasis tim), pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat

    multimedia, pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)

    dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik, pola

    pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu

    pengetahuan jamak (multidisciplines) dan pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran

    kritis.

    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 menyatakan tujuan

    pelajaran Fisika di SMA adalah agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan

    sebagai berikut. (1) Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari

    keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

    (2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat

    bekerjasama dengan orang lain. (3). Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan

    masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit

    instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta

    mengomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. (4) Mengembangkan

  • 2

    kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan

    konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian

    masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. (5) Menguasai konsep dan prinsip fisika

    serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri sebagai

    bekal untuk melan-jutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan

    ilmu pengetahuan dan teknologi.

    Kurikulum 2013 menuntut standart kompetensi lulusan harus meliputi 3 ranah yaitu

    ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan. Ranah sikap mencakup transformasi substansi

    atau materi ajar agar peserta didik tahu mengapa. Ranah keterampilan mencakup

    transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu bagaimana. Ranah

    pengetahuan mencakup transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu apa.

    Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi

    manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk

    hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap,

    keterampilan, dan pengetahuan (Kemendikbud, 2012).

    Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada sabtu, 8 Februari 2013 18 dari 20 peserta

    didik SMAN 9 Malang menyatakan bahwa selama ini guru mata pelajaran fisika mereka

    belum mengarahkan peserta didik untuk merenungkan tentang materi apa yang belum

    dikuasai. Guru hanya memberikan penjelasan tentang materi, bertanya apakah sudah paham,

    dan peserta didik cenderung berkata sudah paham karena ada beberapa faktor. Dari 20

    peserta didik tersebut menyatakan faktor-faktor peserta didik cenderung berkata sudah paham

    ketika guru bertanya antara lain karena 20% peserta didik takut, 35% peserta didik ingin

    segera mengakhiri pelajaran dan 45 % peserta didik tidak tahu apa yang ingin ditanyakan.

    Sejauh ini pelajaran fisika masih dianggap sulit dan menakutkan oleh peserta didik

    yang memiliki hasil belajar tidak memuaskan (Naim, 2009:3). Studi pendahuluan tentang

    pokok bahasan suhu dan kalor kepada 20 peserta didik SMAN 9 Malang menunjukkan

    bahwa peserta didik yang menguasai konsep sebanyak 20 %, miskonsepsi sebanyak 25%

    dan tidak menguasai konsep sebanyak 55%. Dari data tersebut terlihat bahwa presentase

    peserta didik yang tidak menguasai konsep masih besar. Berdasarkam uraian tersebut di atas

    diperlukan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Salah satu

    model pembelajaran yang cocok yaitu Quantum Teaching.

    Quantum Teaching berfokus dalam hubungan dinamis dalam lingkungan kelas interaksi

    yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar dengan tahapan pembelajaran yang

    dikenal dengan tandur (tumbuhkan, alami, namai, demonstrasi, ulangi dan rayakan).Quantum

    Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif,

  • 3

    merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar (De Porter,

    2012:33). Quantum teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala

    suasananya dan menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang

    memaksimalkan momen belajar (Depoter, 2010:32). Diciptakan berdasarkan teori-teori

    pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multipel Intellegences (Gadner),

    Neuro-Linguistik Programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn),

    Socratic Inquiry, Cooperative (Johnson dan Johnson), dan Elements of Effective

    Instruction (Hunter). Quantum Teaching merangkaikan dengan yang paling baik dari

    yang terbaik menjadi sebuah paket multisensori, dan kompatibel dengan otak, yang

    akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami kemampuan peserta didik

    untuk berprestasi. Sebuah pendekatan belajar yang segar, mengalir, praktis, dan mudah

    diterapkan, quantum teaching menawarkan suatu sinesis dari hal-hal yang anda cari:

    cara-cara baru memaksimalkan dampak usaha pengajaran anda melalui perkembangan

    hubungan, penggubahan belajar dan penyampaian kurikulum (DePoter, 2010: 33).

    Pembelajaran yang diterima peserta didik selama ini belum banyak melatihkan

    kemampuan berpikir tentang potensi yang dimiliki. Peserta didik telah menyadari pentingnya

    belajar fisika dan ketidakmampuannya menguasai fisika tetapi belum mengunakan

    pengetahuannya untuk berpikir bagaimana mengatasi masalah yang dihadapinya.

    Kemampuan berpikir tentang apa yang diketahui dan tidak diketahui, bagaimana

    mengunakan strategi dalam belajar dan dapat mengevaluasi hasil yang akan dicapai

    merupakan kemampuan metakognitif. Brown (1987:66) menyatakan bahwa metakognif

    mengacu pada kognisi dan sistem pengontrolannya. Kusno dan Purwanto (2011:87) dalam

    penelitiannya yang berjudul Efektifitas of Quantum Learning for Teaching Linear

    Program At The Muhammadiah Senior High School of Purwokerto in Central Java,

    menunjukan penerapan model pembelajaran quantum teaching efektif meningkatkan hasil

    belajar topik program linier dibandingkan dengan pengunaan pembelajaran konvensional.

    Penelitian ini melaporkan bahwa hasil belajar peserta didik meningkat menjadi 85% dari

    hasil belajar yang diperoleh pada saat tes awal sebelum pembelajaran 23,69% dan

    respon positif peserta didik terhadap pembelajaran sebesar 97%.

    Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menyimpulkan bahwa kemampuan peserta

    didik untuk menganalisis apa yang belum dan sudah diketahui peserta didik serta

    pembelajaran yang meriah, dengan segala suasananya dan menyertakan segala kaitan,

    interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar merupakan faktor penting

    untuk meningkatkan minat dan pemahaman peserta didik dalam mata pelajaran fisika. Dari

    uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Model

  • 4

    Pembelajaran Quantum Teaching melalui Pendekatan Metakognitif untuk

    Meningkatkan Minat dan Pemahaman Konsep Peserta didik Kelas X SMAN 9 Malang

    Pokok Bahasan Suhu dan Kalor

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep peserta didik kelas X SMAN 9 Malang

    pada Materi Suhu dan Kalor dengan penerapan model pembelajaran Quantum

    Teachingmelalui pendekatan metakognitif?

    2. Bagaimana peningkatan minat belajar kelas X SMAN 9 Malang pada Materi Suhu

    dan Kalor dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teachingmelalui

    pendekatan metakognitif?

    3. Bagaimana keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teachingmelalui

    pendekatan metakognitifuntuk meningkatkan minat belajar dan pemahaman konsep

    peserta didik kelas X SMAN 9 Malang?

    1.3 Hipotesis

    1. Terjadi peningkatan pemahaman konsep peserta didik kelas X SMAN 9 Malang pada

    Materi Suhu dan Kalor dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching

    melalui pendekatan metakognitif.

    2. Terjadi peningkatan minat belajarpeserta didik kelas X SMAN 9 Malang pada Materi

    Suhu dan Kalor dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching melalui

    pendekatan metakognitif

    3. Keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching melalui

    pendekatan metakognitif mampu meningkatkan minat belajar dan pemahaman

    konsep peserta didik kelas X SMAN 9 Malang

    1.4 Manfaat Penelitian

    1. Bagi peserta didik :

    a. Untuk meningkatkan minat belajar peserta didik terhadap mata pelajaran fisika.

    b. Untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik pada mata pelajaran fisika.

    2. Bagi guru :

    a. Sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatakan minat dan

    pemahaman konsep peserta didik terhadap mata pelajaran fisika.

    b. Untuk memberi konstribusi terhadap peningkatan minat dan pemahaman konsep

    peserta didik di kelas X SMAN 9 Malang.

  • 5

    3. Bagi sekolah :

    a. Untuk memberi konstribusi terhadap peningkatan minat dan pemahaman konsep

    peserta didik di SMAN 9 Malang

    4. Bagi peneliti :

    a. Sebagai pertimbangan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian

    1. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X-7 SMAN 9 Malang dengan jumlah

    peserta didik 40 orang yang terdiri dari 17 peserta didik laki-laki dan 23 peserta didik

    perempuan.

    2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Quantum Teaching

    yang memiliki 5 tahap pembelajaran yaitu tandur (tumbuhkan, alami, namai,

    demondtrasi, ulangi dan rayakan) melalui pendekatan metakognitif.

    3. Penelitian dilakukan terbatas pada mata pelajaran fisika kelas X pada pokok bahasan

    suhu dan kalor.

    4. Minat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat peserta didik terhadap mata

    pelajaran fisika. Unsur-unsurnya terdiri dari perhatian (kognisi), perasaan (emosi), dan

    kemauan (konasi)

    5. Pemahaman konsep dalam penelitian ini mencangkup pemahaman dalam aspek

    kognitif.

    1.6 Definisi Operasional

    1. Quantum Teaching berfokus dalam hubungan dinamis dalam lingkungan kelas

    interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar dengan tahapan

    pembelajaran yang dikenal dengan tandur (tumbuhkan, alami, namai, demonstrasi,

    ulangi dan rayakan).Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk

    menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan

    isi, dan memudahkan proses belajar. (De Porter, 2012:33). Quantum teaching adalah

    pengubahan belajar yang meriah, dengan segala suasananya dan menyertakan

    segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar

    (Depoter, 2010:32).

    2. Metakognitif adalah pengetahuan tentang pemikiran seseorang mencakup informasi

    tentang kapasitas dan keterbatasan dirinya sendiri dan kesadaran akan kesulitan

    selama belajar sehingga dapat dilakukan perbaikan (Gredler, 2011). Eggen dan

    Kauchak (1996) menyatakan bahwa metakognitif merupakan berpikir tingkat

  • 6

    tinggi termasuk berpikir kreatif dan berpikir kritis, yang mencakup kombinasi

    antara pemahaman mendalam terhadap topik-topik khusus, kecakapan menggunakan

    proses kognitif dasar secara efektif, pemahaman dan kontrol terhadap proses

    kognitif dasar (metakognisi), maupun sikap dan pembawaan.

    3. Minat menurut Drs. Dyimyati Mahmud (1982) adalah sebagai sebab kekuatan

    pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang situasi atau

    aktifitas tertentu dan bukan pada yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu

    pengalaman efektif yang distimular oleh hadirnya seseorang atau sesuatu obyek, atau

    karena berpartisipasi dalam suatu aktifitas. Pengukuran minat peserta didik terhadap

    mata pelajaran fisika diukur berdasarkan angket, lembar observasi dan wawancara

    terhadap peserta didik.

    4. Kemampuan pemahaman konsep dalam pembelajaran fisika adalah tingkat

    kemampuan yang menuntut peserta didik mampu memahami arti atau konsep, situasi

    serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini, peserta didik tidak hanya hapal secara

    verbal, tetapi mengerti atau paham terhadap konsep atau fakta yang dinyatakannya

    (Bruce Joice dkk, 1980 :37). Selanjutnya, Agus Martawijaya dan Muhammad Natsir

    (2009 : 30) mengemukakan bahwa pemahaman berkenaan dengan inti sari dari

    sesuatu, yaitu suatu bentuk pengertian yang menyebabkan seseorang mengetahui apa

    yang sedang dikomunikasikan dan dapat menggunakan materi itu tanpa harus

    menghubungkannya dengan materi lain. Pengukuran pemahaman konsep peserta didik

    diukur dengan menggunakan tes.