BAB I

16
REFERAT PRE EKLAMPSIA BERAT Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepanitraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Tugurejo Semarang Pembimbing : dr. Jenny Jusuf, SpO !isusunO"e# : !$%rum M%re&% S%pu&ri '(A))*)+ FAK-LTAS KE!OKTERA - I/ERSITAS M-'AMMA!I0A' SEMARA ()+1

description

BAB I

Transcript of BAB I

REFERATPRE EKLAMPSIA BERAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepanitraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Tugurejo Semarang

Pembimbing :dr. Jenny Jusuf, SpOG

DisusunOleh :Djarum Mareta SaputriH2A009017

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG2014

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar BelakangIndonesia merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh WHO, diketahui di Indonesia kasus kematian ibu sebanyak 240 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2009, diketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berada pada peringkat ke 12 dari 18 negara anggota ASEAN. Menurut WHO 2005 penyebab kematian maternal termasuk pendarahan, infeksi, eklampsia, persalinan macet, dan aborsi tidak aman. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia dikenal dengan trias klasik yakni pendarahan, preeklampsia/eklampsia dan infeksi. Preeklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan, penyebabnya belum diketahui. Pada kondisi berat pre-eklamsia dapat menjadi eklampsia dengan penambahan adanya kejang. Pre-eklampsia berat dan eklampsia merupakan risiko yang membahayakan ibu di samping membahayakan janin melalui placenta. Setiap tahun sekitar 50.000 ibu meninggal di dunia karena eklampsia. Incidens eklampsia di negara berkembang berkisar dari 1:100 sampai 1:1700. Beberapa kasus memperlihatkan keadaan yang tetap ringan sepanjang kehamilan. Pada stadium akhir yang disebut eklampsia, pasien akan mengalami kejang. Jika eklampsia tidak ditangani secara cepat akan terjadi kehilangan kesadaran dan kematian karena kegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati atau perdarahan otak. Oleh karena itu kejadian kejang pada penderita eklampsia harus dihindari. Karena eklampsia menyebabkan angka kematian sebesar 5% atau lebih tinggi.Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya preeklampsia dan eklampsia (multiple causation). Faktor yang sering ditemukan sebagai faktor risiko antara lain nulipara, kehamilan ganda, usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, punya riwayat keturunan, dan obesitas. Namun diantara faktor - faktor yang ditemukan sering kali sulit ditentukan mana yang menjadi sebab dan mana yang menjadi akibat.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. DefinisiPreeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda khas yaitu hipertensi, edema dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul pada kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada usia kehamilan >20 minggu atau dapat terjadi lebih awal jika terdapat peubahan hidatidiformis yang luas pada vili khorealis.Preeklampsia berat merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg dengan disertai proteinuria > 5 gr/24 jam pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih.

2. Faktor Resiko Primigravida Usia ekstrim: terlalu muda (35 tahun) Herediter Riwayat preeklamsi Hipertensi kronik Obesitas Diabetes mellitus Mola hidatidosa Penyakit ginjal Hidrops fetalis Gemelli Wanita dengan kehamilan ganda bila dibandingkan dengan kehamilan tunggal, memperlihatkan insidensi gestasional (13% : 6%). Selain itu, wanita dengan kehamilan ganda memperlihatkan prognosis neonatus yang lebih buruk daripada wanita denan kehamilan tunggal.

3. Etiologi dan Patofisiologi Preeklampsia Etiologi terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab preeklampsia tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan.Tetapi, ada beberapa faktor yang berperan, yaitu:a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan Pada preeklampsia dijumpai kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Perubahan aktivitas tromboksan memegang peranan sentral terhadap ketidakseimbangan prostasiklin dan tromboksan.Hal ini mengakibatkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi, dan penurunan volume plasma. b. Peran Faktor Imunologis Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi kompleks imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria. c. Peran Faktor Genetik Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada penderita preeklampsia adalah peningkatan Human leukocyte antigen (HLA). Menurut beberapa peneliti,wanita hamil yang mempunyai HLA memiliki resiko lebih tinggi menderita preeklampsia dan pertumbuhan janin terhambat. d. Disfungsi endotel Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan pada terjadinya preeklampsia. Kerusakan endotel vaskular pada preeklampsia dapat menyebabkan penurunan produksi prostasiklin, peningkatan aktivitas agregasi trombosit dan fibrinolisis, kemudian diganti oleh trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan A2 dan serotonin sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.Terdapat dua tahap perubahan yang mendasari pathogenesis preeklampsia :1. Hipoksia plasenta yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dalam a.spiralis. Hal ini terjadi karena kegagalan invasi sel trofoblas pada dinding a.spiralis pada awal kehamilan dan awal trimester kedua kehamilan sehingga a.spiralis tidak dapat melebar dengan sempurna dengan akibat penurunan aliran darah dalam ruangan intervilus di plasenta sehingga terjadilah hipoksia plasenta.2. Stres oksidatif bersama dengan zat toksin yang beredar dapat merangsang terjadinya kerusakan pada sel endotel pembuluh darah yang disebut disfungsi endotel yang dapat terjadi pada seluruh permukaan endotel pembuluh darah pada organ organ penderita preeklampsia.Pada disfungsi endotel terjadi ketidakseimbangan produksi zat zat yang bertindak sebagai vasodilator seperti prostasiklin dan nitrat oksida dibandingkan dengan vasokonstriktor seperti endothelium I, tromboksan, dan angiotensin II sehingga akan terjadi vasokonstriksi yang luas dan terjadilah hipertensi. Peningkatan kadar lipid peroksidase juga akan mengaktifkan system koagulasi sehingga terjadi agregasi trombosit dan pembentukan thrombus. Secara keseluruhan setelah terjadi disfungsi endotel di dalam tubuh penderita preeklampsia jika prosesnya berlanjut dapat terjadi disfungsi dan kegagalan organ seperti :

Pada ginjal : hiperurisemia, proteinuria, dan gagal ginjal Penyempitan pembuluh darah sistemik ditandai dengan hipertensi Perubahan permeabilitas pembuluh darah ditandai denga edema paru dan edema menyeluruh Pada darah dapat terjadi trombositopenia dan koagulopati Pada hepar dapat terjadi perdarahan dan gangguan fungsi hati Pada susunan saraf pusat dan mata dapat menyebabkan kejang, kebutaan, pelepasan retina, dan perdarahan. Pada plasenta dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, hipoksia janin, dan solusio plasenta.

4. Klasifikasi Preeklampsia BeratPEB dapat dibagi dalam beberapa kategori :1. PEB tanpa impending eclamsia2. PEB dengan impending eclamsia, dengan gejala-gejala impending : nyeri kepala mata kabur mual dan muntah nyeri epigastrium nyeri kuadran kanan atas abdomen

5. DiagnosisDikatakan preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih kriteria diagnostik dibawah ini:1. Tekanan darah : pasien dalam keadaan istirahat tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg2. Proteinuria : 5 g/24 jam atau dipstick : +43. Oligouria : produksi urine 1 gr/liter melalui proses urinalisis dengan menggunakan kateter atau midstream. Hemoglobin dan hematokrit meningkat akibat hemokonsentrasi. Trombositopenia biasanya terjadi. Terjadi peningkatan FDP, fibronektin dan penurunan antitrombin III. Asam urat biasanya meningkat diatas 6 mg/dl. Kreatinin serum biasanya normal tetapi bisa meningkat pada preeklampsia berat. Alkalin fosfatase meningkat hingga 2-3 kali lipat. Laktat dehidrogenase bisa sedikit meningkat dikarenakan hemolisis. Glukosa darah dan elektrolit pada pasien preeklampsia biasanya dalam batas normal. Urinalisis ditemukan proteinuria dan beberapa kasus ditemukan hyaline cast. Edema Edema pada kehamilan normal dapat ditemukan edema dependen, tetapi jika terdapat edema independen yang dijumpai di tangan dan wajah yang meningkat saat bangun pagi merupakan edema yang patologis. Kriteria edema lain dari pemeriksaan fisik yaitu: penambahan berat badan > 2 pon/minggu dan penumpukan cairan didalam jaringan secara generalisata yang disebut pitting edema > +1 setelah tirah baring 1 jam.Preeklampsia mempunyai gejela- gejala sebagai berikuta. Gejala preeklampsia berat1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg2. Tekanan darah diastolik 110 mmHg3. Peningkatan kadar enzim hati / ikterus4. Trombosit 16x/menit Tersedia Gluconat Calcium 10% dalam 10 cc sebagai antidotum Produksi urin >100/4 jam6. Anti hipertensi Diberikan : bila tensi 180/110 mmHg atau MAP 126 Jenis obat : Nifedipine : 10-20 mg oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam. Nifedipin tidak dberikan di bawah mukosa lidah (sublingual) karena absorbsi yang terbaik adalah melalui saluran pencernaan makan. Tekanan darah diturunkan secara bertahap :a. Penurunan awal 25% dari tekanan sistolik

b. Tekanan darah diturunkan mencapai :