BAB I

5
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus pertama kali dideskripsikan pada masa Mesir kuno l dari 3500 tahun yang lalu. Pada tahun 1990, Stobolev di usia dan !pie di menyebutkan bah$a diabetes mellitus ter%adi akibat destruksi dari pulau&p 'angerhans kelen%ar pankreas ()rink S*, dkk. +010 . Diabetes mellitus (DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang ter%adi karena kelainan sekresi i ker%a insulin atau kedua&duanya. -iperglikemia kronik pada diabetes berhu dengan kerusakan %angka pan%ang, dis ungsi atau kegagalan beberapa organ terutama mata, gin%al, sara , %antung dan pembuluh darah (/-!, 1999 Pada tahun +000, prevalensi DM di dunia diperkirakan sebesar 0,19 pada orang usia +0 tahun dan 2, pada orang usia 4 +0 tahun. Pada ora 4 5 tahun prevalensi diabetes melitus sebesar +0,1 . Di tahun +00 sek %uta orang meninggal akibat konsekuensi dari tingginya kadar gula orang yang menderita DM dan lebih dari 20 kematian tersebut ter%adi di n negara dengan pendapatan menengah ke ba$ah (/-!, +011 . *umlah penderita DM dari tahun ke tahun 6enderungmengalami peningkatan. )erdasarkan data dari International Diabetes Federation (7D8 , pada tahun +030 mendatang sebanyak 55+ %uta di dunia orang akan terkena diabe er%adi peningkatan sekitar +00 %uta orang dari %umlah penderita tahun +0 men6apai 3 %uta orang. Data tahun +009 lalu, %umlah penyandang DM di d men6apai +25 %uta orang (-idayat, +011 . Saat ini 7ndonesia termasuk kedalam peringkat lima besar di dunia de %umlah penduduk lan%ut usia terbanyak, yaitu men6apai 12,0 %uta %i$a at dari total penduduk dunia pada tahun +010. )erdasarkan organisasi )angsa&bangsa (P)) 7ndonesia menduduki urutan ke 102 di dunia dalam angka pen6apaian harapan hidup dengan persentase keseluruhan :0,: , dengan r

description

medccc

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDiabetes mellitus pertama kali dideskripsikan pada masa Mesir kuno lebih dari 3500 tahun yang lalu. Pada tahun 1990, Stobolev di Rusia dan Opie di USA, menyebutkan bahwa diabetes mellitus terjadi akibat destruksi dari pulau-pulau Langerhans kelenjar pankreas (Brink SJ, dkk. 2010).Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (WHO, 1999)Pada tahun 2000, prevalensi DM di dunia diperkirakan sebesar 0,19% pada orang usia < 20 tahun dan 8,6% pada orang usia > 20 tahun. Pada orang usia > 65 tahun prevalensi diabetes melitus sebesar 20,1%. Di tahun 2004 sekitar 3,4 juta orang meninggal akibat konsekuensi dari tingginya kadar gula darah pada orang yang menderita DM dan lebih dari 80% kematian tersebut terjadi di negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah (WHO, 2011). Jumlah penderita DM dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2030 mendatang sebanyak 552 juta di dunia orang akan terkena diabetes. Terjadi peningkatan sekitar 200 juta orang dari jumlah penderita tahun 2011 yang mencapai 346 juta orang. Data tahun 2009 lalu, jumlah penyandang DM di dunia mencapai 285 juta orang (Hidayat, 2011). Saat ini Indonesia termasuk kedalam peringkat lima besar di dunia denganjumlah penduduk lanjut usia terbanyak, yaitu mencapai 18,04 juta jiwa atau 9,6 %dari total penduduk dunia pada tahun 2010. Berdasarkan organisasi Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) Indonesia menduduki urutan ke 108 di dunia dalam angka pencapaian harapan hidup dengan persentase keseluruhan 70,76 %, dengan rincian pria 68,26 % dan wanita 73.38 % (CIA World Factbook, 2011). Prevalensi DM tipe 2 di Indonesia mencapai hampir 80% (Kemenkes, 2009).Prevalensi penyakit DM di Indonesia berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 0,7% sedangkan prevalensi DM sebesar 1,1%. Data ini menunjukkan cakupan diagnosa DM oleh tenaga kesehatan mencapai 63,3%, lebih tinggi dibandingkan cakupan penyakit asma maupun penyakit jantung. Prevalensi DM menurut provinsi, berkisar antara 0,4% di Lampung hingga 2,6% di DKI Jakarta dan Jawa Barat berkisar 14,2%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi penyakit diabetes mellitus di atas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi tengah, Gorontalo, dan Papua Barat. Prevalensi penyakit Diabetes mellitus di Sulawesi Selatan mencapai 4,6% (Riskesdas, 2007).WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030 (PERKENI, 2011). Diabetes mellitus merupakan salah satu diantara penyakit degeneratif yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. DM sudah menjadi salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang. Epidemi DM tipe 2 terus berkembang baik di negara maju maupun di negara berkembang.Christopher dkk dalam penelitiannya mendapatkan bahwa diabetes mellitus (DM) berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif. Diabetes mellitus berhubungan dengan penurunan kecepatan psikomotorik, fungsi lobus frontalis/eksekutif, memori verbal, kecepatan proses, fungsi motorik kompleks, memori kerja, ingatan segera, ingatan tunda, kelancaran verbal, retensi visual, dan atensi (Kodl C, Seaquist E. 2008). Gangguan kognitif dapat mengenai satu atau lebih domain kognitif seperti atensi, bahasa, memori, visuospasial dan fungsi eksekutif.( Zhao QL, dkk. 2010).Fungsi visuospasial berkenaan dengan kemampuan mengerti representasi visual dan hubungannya yang renggang (Dorland, 2002). Gangguan visuospasial terjadi dimana seseorang tidak dapat menangkap komponen bentuk bangunan (Markam, 2009). Gangguan Visuospasial sering terjadi pada perjalanan awal demensia (Lezak MD. (2004) cit Agustina, 2011). Seseorang dengan gangguan visuospasial akan rawan terhadap terjadinya gangguan praksis hingga jatuh. Jatuh akan menyebabkan berbagai macam komplikasi yang serius pada lansia diantaranya cedera atau kerusakan jaringan, patah tulang, pembatasan gerak hingga menyebabkan gangguan psikologis. Gangguan psikologis tersebut dapat mempercepat penurunan fungsi kognitif (Rahayu, R.A dan Mupangati, Y.M., 2009).Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada usia yang lebih dari 85 tahun akan mengalami gangguan kognitif, dimana akan dijumpai gangguan yang ringan sampai terjadinya demensia (Yaffe dkk, 2001).Fungsi kognitif yang buruk juga merupakan suatu prediktor kematian pada semua usia dan juga dapat dilihat sebagai penanda status kesehatan secara umum. Aktivitas fisik mempunyai pengaruh yang bermanfaat pada fungsi kognitif usia paruh baya. Dan juga merupakan sebagai pencegahan terhadap gangguan fungsi kognitif dan demensia (Singh-Manoux dkk, 2005).Hernandez dkk (2010) melakukan suatu studi, untuk menganalisa pengaruh aktivitas secara regular dan sistematis terhadap fungsi kognitif, mereka menyimpulkan bahwa olahraga mungkin suatu non farmakologis yang penting dapat dilakukan yang bermanfaat untuk fungsi kognitif dan menurunkan resiko terjadinya gangguan kognitif.

1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:Apakah terdapat pengaruh senam diabetes terhadap fungsi visuospasial pada pasien Diabetes Mellitus (DM) tipe 2? 1.3 HipotesisH0: Tidak ada pengaruh senam diabetes terhadap fungsi visuospasial pada paseien DM tipe 2H1: Ada pengaruh senam diabetes terhadap fungsi visuospasial pada paseien DM tipe 21.4 Tujuan penelitianI.4.1 Tujuan UmumMengetahui adanya pengaruh senam diabetes terhadap fungsi visuospasial pada paseien DM tipe 2.I.4.2 Tujuan KhususMengetahui perubahan fungsi visuospasial pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes.1.5 Manfaat penelitianI.5.1 Manfaat TeoritisPenelitian ini bermanfaat untuk mengetahui pengaruh senam diabetes terhadap fungsi visuospasial pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dimana dilihat komplikasi dari Diabetes Mellitus salah satunya ganguan kognitif.

I.5.2 Manfaat PraktisSecara praktis hasil penelitian ini bermanfaat:1. Sebagai informasi bagi mahasiswa tentang pengaruh senam diabetes terhadap fungsi visuospasial pada pasien DM tipe 2 dan dapat memberikan data serta masukan bagi peneliti selanjutnya.2. Sebagai masukan kepada instansi rumah sakit agar dapat memberikan informasi kepada masyarakat sehingga masyarakat khususnya bagi penderita DM tipe 2 dapat melakukan senam diabetes yang sesuai sehingga dapat membantu dalam perbaikan fungsi visuospasial.3. Sebagai masukan kepada peneliti untuk dapat memperoleh pengetahuan maupun pengalaman dan dapat mengaplikasikan ilmu kedokteran yang telah dipelajari kedalam penelitian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.