BAB I

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan No 23 tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan yang dimaksud dengan sehat jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan individu hidup harmonis dan produktif. Menurut Rasmun, 2001, kesehatan jiwa merupakan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan, sebagai perwujudan keharmonisan fungsi mental dan kesanggupannya menghadapi masalah yang biasa terjadi, sehingga individu tersebut merasa puas dan mampu. Pada penelitian WHO tahun 2001, gangguan jiwa dan perilaku dialami pada suatu ketika diperkirakan 10% populasi orang dewasa. Dalam satu keluarga dari empat keluarga yang diteliti, mempunyai seseorang dengan keluhan gangguan jiwa dan perilaku. Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Disinilah perawat berperan untuk membantu klien dalam masa pengobatan agar dapat kembali kehidupan normal dan diterima oleh masyarakat. 1

description

pendahuluan

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMenurut UU Kesehatan No 23 tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Sedangkan yang dimaksud dengan sehat jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan individu hidup harmonis dan produktif.Menurut Rasmun, 2001, kesehatan jiwa merupakan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan, sebagai perwujudan keharmonisan fungsi mental dan kesanggupannya menghadapi masalah yang biasa terjadi, sehingga individu tersebut merasa puas dan mampu.Pada penelitian WHO tahun 2001, gangguan jiwa dan perilaku dialami pada suatu ketika diperkirakan 10% populasi orang dewasa. Dalam satu keluarga dari empat keluarga yang diteliti, mempunyai seseorang dengan keluhan gangguan jiwa dan perilaku.Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Disinilah perawat berperan untuk membantu klien dalam masa pengobatan agar dapat kembali kehidupan normal dan diterima oleh masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah Bagaimana peran perawat pada terapi somatik? Bagaimana peran perawat pada terapi psikofarmaka?

1.3 Tujuan Untuk mengetahui peran perawat pada terapi somatik Untuk mengetahui peran perawat pada terapi psikofarmaka

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 Terapi Somatik2.1.1 DefinisiTerapi Somatik adalah terapi yang diberikan untuk mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan tindakan yang ditujukan pada fisik klien, walaupun yang diberikan perlakuan fisik, tetapi target terapi adalah perilaku klien.

2.1.2 Jenis-jenis Terapi SomatikJenis-jenis Terapi Somatik adalah sebagai berikut :a. Terapi PengikatanTerapi Pengikatan merupakan terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien. Tujuannya melindungi klien dan orang lain dari cidera fisik, khususnya bila terapi lain seperti perubahan lingkungan. dan strategi perilaku sudah tidak mempan.

Pengekangan MekanikJenis pengekangan mekanik adalah : Camisoles (jaket pengekang) Pengekang dengan manset untuk pergelangan tangan Pengekangan dengan manset untuk pergelangan kaki Pengekangan dengan seprei

Indikasi Klien yang tidak mampu mengendalikan perilakunya Beresiko mencederai diri dan orang lain Mengalami toleransi dan tidak responsif lagi Klien bingung yang beresiko cidera atau jatuh Klien membutuhkan penurunan stimulus dan istirahat Klien membutuhkan bantuan mendapat rasa aman dan pengendalian dirinya

Pengikatan membatasi mobilitas fisik tetapi bukan untuk menghukum klien. Perlu diketahui, terapi pengikatan membantu klien mengendalikan perilaku yang tidak dapat dikendalikan sendiri.

b. IsolasiBentuk terapi dgn menempatkan klien sendiri di ruang tersendiri

IndikasiKlien yang tidak mampu mengendalikan perilakunya yang dapat membahayakan pasien atau orang lain dan tidak bisa dikendalikan dengan pengekangan yang longgar, seperti kontak interpersonal atau pengobatan.

KontraindikasiTidak dianjurkan klien yang beresiko bunuh diri, klien yang agitasi disertai gangguan pengaturan suhu tubuh akibat obat serta klien dengan perilaku sosial menyimpang.

c. Terapi Kejang Listrik (ECT/ Electro Convulsive Therapy)Terapi kejang listrik merupakan suatu prosedur yang menggunakan aliran listrik untuk menimbulkan bangkitan kejang umum yang berlangsung 25-50 detik, yang bertujuan terapeutik. Kejang-kejang yang timbul mirip dengan kejang epileptik tonik klonik umum.Jumlah tindakan yang dilakukan merupakan rangkaian yang bervariasi pada tiap pasien, tergantung pada masalah pasien dan respon terapeutik sesuai hasil pengkajian selama tindakan. Rentang jumlah yang dilakukan pada pasien dengan gangguan afektif antara 6 sampai 12 kali, sedangkan pada pasien skizofrenia biasanya diberikan sampai 30 kali. ECT biasanya diberikan 3 kali seminggu atau setiap beberapa hari, walaupun sebenarnya bisa diberikan lebih jarang atau lebih sering.Pada terapi kejang listrik ini yang memegang peranan penting adalah respon bangkitan listrik diotak yang menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia otak.

IndikasiAdapun indikasi dari terapi kejang listrik adalah : Depresi berat, dengan retardasi motorik, waham (somatik dan bersalah, tidak ada perhatian lagi terhadap dunia disekelilingnya, ada ide bunuh diri yang menetap dan kehilangan berat badan yang berlebihan). Skizofrenia, terutama yang akut, ketatonik atau mempunyai gejala afektif yang menonjol. Mania Gangguan bipolar dimana klien sudah tidak berespon lagi terhadap obat

KontraindikasiKontra indikasi dari terapi kejang listrik, antara lain : Tumor / Hematome Intrakranial MCI (Miocardiac Infark) Hipertensi berat Kehamilan Osteoporosis Asthma Bronchiale

Efek Samping Aritmia Jantung Apnea berkepanjangan Reaksi toksik/alergi obat-obat yang digunakan untuk ECT

d. PhototherapyFototerapi atau terapi sinar adalah terapi yang diberikan dengan memaparkan klien dengan sinar terang 5 sampai 20 kali lebih terang daripada sinar ruangan.Klien biasanya duduk dengan mata terbuka dan di depan klien diletakkan lampu setinggi mata dengan jarak 1,5 meter. Dengan adanya cahaya terang terpapar pada mata akan merangsang sistem neurotransmiter, serotonin, dan dopamin yang berperan pada depresi.Waktu dilaksanakan foto terapi bervariasi pada setiap klien. Beberapa klien berespon kalau terapi diberikan pada pagi hari, sementara yang lain lebih berespon kalau diberikan pada sore hari. Efek terapi ditentukan selain oleh lamanya terapi juga ditentukan oleh kekuatan cahaya yang digunakan. Dengan kekuatan cahaya sebesar 2500 lux yang diberikan selama 2 jam sehari efeknya sama dalam menurunkan depresi dengan terapi dengan kekuatan cahaya sebesar 10.000 lux dalam waktu 30 menit sehari.Terapi sinar sangat bermanfaat dan menimbulkan efek yang positif. Kebanyakan klien membaik setelah 3-5 hari, tetapi bisa kambuh kembali segera setelah terapi dihentikan. Keuntungan yang lain klien tidak akan mengalami toleransi terhadap terapi ini.

IndikasiKlien depresi non psikotik dan gangguan afektif

Efek SampingSakit kepala, kelelahan, mual, gangguan hidung dan sinus, mata menjadi kering, serta insomnia.

e. Pengurangan Jumlah Tidur (Sleep Deprivation Therapy)Pengurangan jumlah tidur adalah terapi anti depresi yang diberikan kepada klien secara total pada waktu malam hari saat tidur. Efektivitas terapi ini dapat meningkatkan waktu tidur kira-kira 3,5 jam walaupun ada juga klien yang efektivitas tidurnya hanya 2 jam saja pada malam hari. Misalnya, klien sudah tidur sejak jam 5 sore, tetapi pada jam 02.00 pagi klien terbangun, sisa waktu yang ada ini dapat dicegah dengan pemberian sleep deprivation therapy untuk mencegah kekambuhan.Mekanisme kerja terapi ini adalah mengubah neuroendokrin yang berdampak anti depresan. Efek yang diberikan adalah menurunnyagejala depresi.

IndikasiUntuk klien depresi dengan gejala bervariasi setiap hari dan mempunyai suhu tubuh yang abnormal pada malam hari (suhu tubuh meningkat).

Efek SampingKlien yang didiagnosa mengalami gangguan afektif tipe bipolar bila diberikan terapi ini dapt mengalami gejala mania.

2.1.3 Peran Perawat pada Terapi Somatika. Peran Perawat pada Terapi Pengikatan Hal yang pertama dilakukan perawat, yaitu :1. Identifikasi kejadian pencetus2. Observasi 3. Buat rencana tindakan sesuai standar

Lindungi klien dari cedera fisik akibat pengikatan1. Sediakan lingkungan yang aman2. Jaga integritas biologis klien, dengan : Cek tanda vital secara rutin Mandikan klien, jaga kulit tetap bersih dan kering Penuhi kebutuhan toileting Atur suhu ruangan tetap nyaman Beri posisi anatomis Periksa daerah ikatan Ganti posisi klien minimal tiap 2 jam

Jaga harga diri klien, dengan cara sebagai berikut :1. Pertahankan privacy klien2. Jangan memberi penjelasan yang bersifat merendahkan3. Tetap mempertahankan komunikasi verbal4. Staf yang merawat harus konsisten5. Staf yang menangani berjenis kelamin sama6. Lepaskan ikatan sesuai indikasi. Protokol pelapasan ikatan : Saat masih berbaring monitor tanda-tanda vital. Pastikan klien sudah dapat mengendalikan perilakunya Pastikan jumlah perawat cukup Lepaskan ikatan mulai dari ekstremitas yang tidak dominan Anjurkan klien untuk mobilisasi aktif Anjurkan klien bergerak secara bertahap Observasi perilaku klien Dokumentasikan kondisi klien

b. Peran Perawat pada Tahap Isolasi1. Prosedur Isolasi Tunjuk seorang pemimpin Perlihatkan kepada klien kekuatan yang ada Buat rancangan yang tepat, siapkan lingkungan ruangan Komunikasikan antar perawat Tangkap klien tanpa menyakiti Kendalikan perilaku agresif klien Pindahkan klien ke ruang isolasi Ganti pakaian dengan yang aman dan nyaman Pindahkan benda-benda yang membahayakan klien Buat rencana askep lanjutan Tetap pertahankan kontak dengan klien

2. Setelah di ruang isolasi, hal yang dilakukan perawat adalah : Bantu pemenuhan KDM klien Observasi klien sesering mungkin Pertahankan komunikasi verbal Catat dan dokumentasikan hasil observasi Berikan umpan balik tentang perilaku klien Tetap berikan terapi yang lain Segera melepaskan klien dari ruang isolasi jika perilakunya mulai terkendali

c. Peran Perawat pada ECT (Electro Convulsive Theraphy) Persiapan1. Cek kelengkapan surat inform consent2. Alat-alat yang diperlukan : tempat tidur beralas papan, alat ECT lengkap, kassa basah untuk lapisan elektroda, alat untuk mengganjal gigi tabung oksigen dan perlengkapannya, alat penghjisap lendir, alat suntik dan obat-obat untuk emergensi.3. Tenangkan klien4. Melakukan pemeriksaan fisik : fungsi vital, EKG, Rontgen kepala, dada, tulang belakang, EEG, CT Scan dan pembuluh darah serta urin.5. Menganjurkan puasa minimal 6 jam sebelum ECT 6. Memberikan premedikasi7. Mengobservasi keadaan klien dan menjelaskan tentang ECT agar klien tidak cemas8. Menganjurkan untuk tidak memakai gigi palsu, perhiasaan, ikat rambut, ikat pinggang9. Memakaikan pakaian yg longgar10. Tenaga perawat yang akan membantu sebanyak 3-4 orang

Pelaksanaan1. Pasien ditidurkan dalam posisi terlentang tanpa bantal2. Siapkan alat3. Bantalan gigi dipasang dan ditahan oleh seorang perawat pada rahang bawah, perawat yang lain menahan bagian bahu, pinggul, dan lutut secara fleksibel agar tidak terjadi gerakan yang memungkinkan timbulnya dislokasi atau fraktur akibat terjadinya kejang-kejang.4. Aliran listrik diberikan melalui elektroda di pelipis kiri dan kanan yang dilapisi dengan kasa basah. Sebelumnya dokter/psikiater telah mengatur waktu dan besarnya aliran listrik yang diberikan.5. Sesaat setelah aliran listrik diberikan, akan terjadi kejang-kejang yang di dahului oleh fase kejang tonik-klonik, dan timbul apneu beberapa saat baru terjadi kembali pernafasan spontan.6. Saat menunggu pernafasan kembali merupakan saat yang penting, bila apneu berlangsung terlalu lama perlu dibantu dengan pemberian oksigen dan pernafasan buatan, atau tindakan lain yang diperlukan.

Pasca ECT1. Pada fase ini, perawat harus mengobservasi TTV dan mengantisipasi tindakan yang harus dilakukan karena kesadaran klien belum pulih walaupun kondisi vital telah berfungsi normal kembali (tetap memonitor kondisi vital), juga harus tetap berada disamping klien agar menjadi aman dan nyaman.2. Bila sudah sadar, orientasikan klien3. ECT biasanya diberikan dalam satu seri yang terdiri dari 6-12 kali (kadang- kadang diperlukan sampai 20 kali) pemberian dengan dosisi 2-3 kali/minggu.

2.2 Terapi Psikofarmakologi2.2.1 DefinisiPsikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku. Obat ini digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup klien.

2.2.2 Klasifikasi PsikofarmakologiMenurut Rusdi Maslim, yang termasuk obat-obatan psikofarmaka adalah golongan:1. Anti PsikotikAnti psikotik atau disebut juga neuropletic dimana dahulu dinamakan Mjor Transquilizer. Salah satunya aadalah chlorpromazine (CPZ), yang diperkenalkan pertama kali tahun 1951 sebagai premedikasi dalam anestesi akibat efeknya yang membuat relaksasi tingkat kewaspadaan seseorang. CPZ segera dicobakan pada penderita skizofrenia dan terbukti memberikan efek mengurangi delusi dan halusinasi tanpa efek sedative yang berlebihan.Jenis obat yang sering digunakan adalah Chlorpromazine (CPZ), Halloperidol (Halop), dan beberapa komposisi Halloperidol dalam sediaan injeksi, speri Lodomer, Serenase, dan Govotil.

NoGolonganObatSediaanDosis Anjuran

1FenotiazenChlorpromazinTablet 25 dan 100 mg, Injeksi 25 mg150-600 mg/hari

ThioridazinTablet 50 dan 100 mg150-600 mg/hari

TrifluoperazinTablet 1 mg dan 5 mg10-15 mg/hari

PerfenazinTablet 2, 4, 8 mg12-24 mg/hari

FlufenazinTablet 2,5 mg dan 5 mg10-15 mg/hari

2ButirofenonHalloperidolTablet 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mgInjeksi 5 mg/ml5-15 mg/hari

DroperidolAmp 2,5 mg/ml7,5-1,5 mg/hari

3Difenilbutil piperidinPimozideTablet 1 dan 4 mg1-4 mg/hari

4AtypicalRisperidonTablet 1, 2, 3 mg2-6 mg/hari

Mekanisme KerjaSemua obat anti-psikosis merupakan obat-obat potensial dalam memblokade reseptor kolinergik, adrenergic, dan histamine. Anti-psikosis memblokade reseptor dopamine dan juga serotonin 5HT dan beberapa diantaranya juga dapat memblokade dopamine system limbic, terutama pada striatum.

Cara PenggunaanUmumnya dikonsumsi secara oral, melewatai first-pass metabolism di hepar. Beberapa diantaranya dapat diberikan lewat injeksi short-acting IM atau IV. Untuk beberapa obat anti-psikosis, seperti haloperidol dan flupenthixol bisa diberikan larutan ester bersama vegetable oil dalam bentuk depot IM yang diinjeksikan setiap 1-4 minggu.Dalam pemberian dosis, perlu dipertimbangkan : Onset efek primer (efek klinis): sekitar 2-4 minggu Onset sekunder (efek samping): sekitar 2-6 jam Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari) Dosis pagi dan malam berbeda untuk mengurangi dampak efek samping, sehingga tidak mengganggu kualitas hidup pasien.

Obat anti-psikosis tidak menimbulkan gejala putus zat yang hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan sangat kecil. Jika dihentikan mendadak, timbul gejala cholinergic rebound, yaitu gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing, gemetar, dll. Gejala ini akan menghilang jika diberikan anticholinergic agents (injeksi sulfas atropine 0,25 mg IM dan tablet trihexyfenidil 3x2 mg/hari).

IndikasiObat anti-psokosis dapat mengurangi delusi, halusinasi, gangguan proses dan isi pikiran serta efektif dalam mencegah keakmbuhan. Selain itu, dapat menangani mania, Tourettes Syndrome, perilaku kekerasan, dan agitasi akibat bingung dan demensia. Juga dapat dikombinasikan dengan anti-depresan dalam penanganan depresi delusional.

KontraindikasiPenyakit hati dan darah, epilepsy, kelainan jantung, febris yang tinggi, ketergantungan alkohol, penyakit SSP, dan gangguan kesadaran.

Efek Samping Extrapiramidal: Distonia akut (tanda-tanda : muka menyeringai, gerakan tubuh dan anggota tubuh tidak terkontrol), ParkinsonTerdapat trias gejala parkinsonism, yaitu tremor (sering terjadi dan paling jelaing pada saat istirahat), bradikinesia (muka seperti topeng, berkurangnya gerakan reiprokal pada saat berjalan), dan rigitas (gangguan tonus otot (kaku) AkathisiaDitandai dengan perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya perasaan cemas, tidak bisa santai, gugup, langkah bolak balik, dan gerakan mengguncang pada saat duduk. Efek samping ini bersifat akur dan bersifat reversible (bisa hilang atau kembali normal). Tardive DyskenesiaEfek samping timbulnya lambat, terjadi setelah pengobatan jangka panjang dan bersifat ireversible (susah hilang/ menetap), berupa gerakan involunter yang berulang pada lidah, wajah, mulut / rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu jari, dan gerakan tersebut akan hilang pada saat tidur. Efek samping pada sistem saraf perifer atau Cholinergic. Ini terjadi karena penghambatan pada reseptor Asetilkolin.

Endokrin: galactorrhea, amenorrhea Antikolinergik: hiperprolaktinemia

2. Anti ParkinsonObat anti Parkinson bekerja dengan cara meningkatkan reseptor dopamin, untuk mengatasi gejala parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik.

Efek Samping Sakit kepala Mual, muntah Hipotensi

Jenis obat yang sering digunakan adalah levodova dan tryhexifenidil (THF).

3. Anti DepresiSyndrom Depresi disebabkan oleh defesiensi salah satu / beberapa aminergic neurotansmiter (seperti Noradrenalin, Serotonin, Dopamin) pada sinaps neuron di SSP, khususnya pada sistim Limbik.Umumnya yang digunakan sekarang adalah golongan trisiklik, misalnya imipramin, amitriptilin, dothiepin, dan lofepramin.

NoGolonganObatSediaanDosis Anjuran

1Trisiklik (TCA)AmitriptilinTablet 25 mg75-150 mg/hari

ImipraminTablet 25 mg75-150 mg/hari

2SSRISentralinTablet 50 mg50-150 mg/hari

FluvoxaminTablet 50 mg50-100 mg/hari

FluoxetinKapsul 20 mg,kaplet 20 mg20-40 mg/hari

ParoxetinTablet 20 mg20-40 mg/hari

3MAOIMoclobemideTablet 150 mg300-600 mg/hari

4AtypicalMianserinTablet 10 mg,30 mg30-60 mg/hari

TrazodonTablet 50 mg, 100 mg75-150 mg/haridosis terbagi

MiaprotilinTab 10, 25, 50, 75 mg75-150 mg/haridosis terbagi

Mekanisme Kerja Meningkatkan sensivitas terhadap aminergik neurotransmiter Menghambat reuptake aminergik neurotansmiter Menghambat penghancuran oleh enzim MAO (Mono Amine Oxidase) sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergik neurotransmiter pada neuron di SSP.

Cara penggunaanUmumnya bersifat oral, sebagian besar bisa diberikan sekali sehari dan mengalami proses first-pass metabolism di hepar. Respon anti-depresan jarang timbul dalam waktu kurang dari 2-6minggu Untuk sindroma depresi ringan dan sedang, pemilihan obat sebaiknya mengikuti urutan seperti berikut : Langkah 1 : golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) Langkah 2 : golongan tetrasiklik (TCA) Langkah 3 : golongan tetrasiklik, atypical, MAOI (Mono Amin Oxydase Inhibitor) reversibel.

IndikasiObat anti-depresan digunakan untuk penderita depresi dan dapat juga digunakan untuk penderita ansietas, fobia, obsesif-kompulsif, dan mencegah kekambuhan depresi.

KontraindikasiTidak dianjurkan pada penderita : Penyakit jantung koroner Glaucoma Hipertensi prostat Gangguan fungsi hati Epilepsi

Efek SampingEfek samping Kolonergik (efek samping terhadap Sistem Saraf Perifer) yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi, hipotensi orthostatic, retensi urin, sinus taikardi, sakit kepala.Jika pemberian telah mencapai dosis toksik, timbul atropine toxic syndrome dengan gejala eksitasi SSP, hiperpireksia, hipertensi, konvulsi, delirium, confusion, dan disorientasi. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah : Gastric lavage Diazepam 10 mg IM untuk mengatasi konvulsi Postigmin 0,5 - 1 mg IM untuk mengatasi efek antikolinergik, dapat diulangi setiap 30 - 40menit hingga gejala mereda. Monitoring EKG

4. Anti ManiaObat anti mania disebut juga mood modulator atau mood stabilizer. Yang menjadi acuan dalam obat anti mania adalah litium karbonat.

NoNama GenerikSediaanDosis Anjuran

1Litium karbonat250-500 mg

2Haloperido1 Tab 0,5 mg, 2 mg, 5 mgLiq 2 mg/hariInjeksi 5 mg/ml4,5 15 mg

3KarbamazepinTablet 200 mg400-600 mg/hari2-3 kali/hari

Cara PenggunaanPada mania akut, diberikan haloperidol IM atau tablet litium karbonat. pada gangguang afektif bipolar dengan serangan episode mania depresi diberi litium karbonat sebagai obat profilaks. Bila penggunaan obat litium karbonat tidka memungkinkan, dapat digunakan karbamezin. pada gangguan afektif unipolar, pencegahan kekambuhan dapat juga dengan obat anti depresi SSRI yang lebih ampuh daripada litium karbonat. Dosis awal harus lebih rendah pada usia lanjut atau pasien gangguan fisik yang mempengaruhi fungsi ginjal. Pengukuran serum dapat dilakukan degan mengambil sampel darah pada pagi hari, yaitu sebelum makan obat sekitar 12 jam setelah dosis petang.

Mekanisme KerjaMenghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensivitas dari reseptor Dopamin serta meningkatkan cholinergic muscarinic activity.

KontraindikasiTidak dianjurkan pada ibu hamil.

Efek SampingEfek Neurologik ringan seperti fatigue, letargi, tremor di tangan, terjadi pada awal terapi, dapat juga terjadi diare, mual, muntah, poliuri (finetremor dialami oleh pasien lansia dan penggunaan bersamaan dengan neuroleptikadan antidepresan), hipotiroidisme, peningkatan BB, leukositosis, gangguan daya ingat, dan konsentrasi pikiran.

5. Anti Cemas ( Anti Ansietas)Obat anti-ansietas atau nama lainnya, yaitu psikoleptik, transquilizer minor, dan ansioliktik. Obat yang menjadi acuan anti ansietas adalah diazepam atau klordiazepoksid.Perawat perlu memantau penggunaan barbiturate (Nonbenzodizepin) karena menyebabkan banyak kerugian, seperti : Terjadi toleransi terhadap afek antiansietas dari barbiturate Obat ini lebih adiktif Obat ini menyebabkan reaksi serius dan bahkan reaksi putus obat yang letal Obat ini berbahaya jika terjadi overdosis dan menyebabkan depresi SSP Obat ini mempunyai berbagai interaksi obat yang berbahaya

NoGolonganObatSediaanDosis Anjuran

1DiazepamBenzodiazepinTablet 2-5 mgPeroral 10-30 mg/hari, 2-3 kali/hariPaenteral IV/IM 2-10 mg/kali, setipa 3-4 jam

2KlodiazepoksoidBenzodiazepinTablet 5 mgKapsul 5 mg15 - 30 mg/hari2-3 mg/hari

3LorazepamBenzodiazepinTablet 0,52 mg2-3 x 1 mg/hari

4ClobazamBenzodiazepinTablet 10 mg2-3 x 10 mg/hari

5BrumazepinBenzodiazepinTab 1,5-3-6 mg3 x 1,5 mg/hari

6OksazolomBenzodiazepinTablet 10 mg2-3 x 10 mg/hari

7KlozepatBenzodiazepinCap 5-10 mg2-3 x 5 mg/hari

8AlprazolamBenzodiazepinTab 0,25 - 0,5 - 1 mg3 x 0,25-0,5 mg/hari

9PrazepamBenzodiazepinTablet 5 mg2-3 x 5 mg/hari

10SulpiridNon BenzodiazepinCap 50 mg100-200 mg/hari

11BuspironNon BenzodiazepinTab 10 mg15-30 mg/hari

Mekanisme KerjaSindrom ansiettas disebabkan hiperaktivitas dari system limbic yang terdiri dari dopaminnergic, nonadrenergic, seretonnergic yang dikendalikan oleh GABA, yang merupakan suatu inhibitor neurotransmitter. Obat ansietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptor yang akan meng-inforce the inhibitory action of GABA neuron, sehinga hiperaktivitas tersebut mereda.

Cara Penggunaan Klobazam untuk pasien dewasa dan pada usia lanjut yang ingin tetap aktif Lorazepam untuk pasien dengan kelainan fungsi hati atau ginjal Alprazolam efektif untuk nsietas antosipatorik, mula kerja lebih cepat dan mempunyai komponen efek antidepresan.

Sulpirid efektif meredakan gejala somatic dari sindroma ansietas dan paling kecil resiko ketergantungan obat. Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) kemudian dinaikkan dosis setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini dipertahankan 2-3 minggu. Kemudian diturunkan 1/8 x dosis awal setiap 2-4 minggu sehingga tercpai dosis pemeliharaan. Bila kambuh, dinaikkan lagi dan tetap efektif pertahankan 4-8 minggu. Terakhir lakukan tapering off. Pemberian obat tidak lebih dari 1-3 bulan pada sindrom ansietas yang disebabkan factor eksternal.

KontraindikasiPasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepine, glaucoma, miastenia gravis, insufisiensi paru kronik, penyakit ginjal, dan penyakit hati kronik.Pada pasien lansia dan anak dapat terjadi reaksi yang berlawanan (paradoxal reaction) berupa kegelisahan, irritabilitas, disinbihisi, spasitas otot meningkat, dan gangguan tidur. Ketergantungan relative terjadi pada individu dengan riwayt peminum alkohol dan penyalahgunaan obat.Untuk mengurangi resiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian 3 bulan dalam rentang dosis terapeutik.

Efek Samping Sedasi (rasa mengantuk, keawaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan onitif melemah) Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll.) Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika Potensi ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis terakhir berlangsung sangat singkat. Penghentian obat secaara mendadak akan emnimbulkan gejala putus zat, pasien menjadi irritable, bingung, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, dan konvulsi

6. Anti InsomniaNama lain anti insomnia adalah hipnotik, somnifacient, atau hipnitika. Obat acuannya nadalah fenobarbital.

NoGolonganObatSediaanDosis Anjuran

1NitrazepamBenzodiazepinTablet 5 mgDewasa 2 tabletLansia 1 tablet

2TriazolamBenzodiazepinTablet 0,125 mg

Tablet 0,250 mgDewasa 2 tabletLansia 1 tablet

Dewasa 2 tabletLansia 1 tablet

3EstazolamBenzodiazepinTablet 1 mgTablet 2 mg1-2 mg/malam

4Chloral hydrateNon BenzodiazepinSoft cap 500 mg1-2 cap, 15-30 menit sebelum tidur

Mekanisme KerjaObat aniti insomnia bekerja pada reseptor BZ1 di susunan saraf pusat (SSP) yang berperan dalam memperantarai proses tidur.

Cara Penggunaan Dosis anjuran untuk pemberian tunggal 15-30 menit sebelum tidur. Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off untuk mencegah timbulnya rebounddan toleransi obat. Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih perlahan-lahan untukmenghidari oversedation dan intoksikasi. Lama pemberian tidak lebih dari 2 minggu agar risiko ketergantungan kecil.

KontraindikasiTidak dianjurkan pada penderita seperti berikut : Sleep apnoe syndrome Congestive heart failure Chronic respiratory disease Wanita hamil dan menyusui

Efek Samping Supresi SSP pada saat tidur Rebound Phemonen Disinhibiting effect yang menyebabkan perilaku penyerangan dan ganas pada penggunaan golongan benzodiazepine dalam waktu yang lama.

7. Anti Obsesif KompulsifDalam membicarakan obat anti obsesi kompulsi yang menjadi acuan adalah klomipramin. Obat anti obsesi kompulsi dapat digolongkan menjadi : Obat anti obsesi kompulsi trisiklik, seperti klomipramin. Obat anti obsesi kompulsi SSRI, contoh : sentralin, \paroksin, flovokamin, fluoksetin

NoNama GenerikSediaanDosis Anjuran

1ClopramineTablet 25 mg75-20 mg/hari

2FluvoxamineTablet 50 mg100-200 mg/hari

3SertralineTablet 50 mg50-150 mg/hari

4FluxetineCap 20 mgCaplet 20 mg20-80 mg/hari

5ParoxetineTablet 20 mg40-60 mg/hari

Mekanisme KerjaMenghambat re-uptake neurotransmitter serotonin sehingga gejala mereda.

Cara PenggunaanObat pilihan untuk gangguan obsesi kompulsi adalah klomipramin. Bagi pasien yang peka, dapat dialihkan ke golongan SSRI dimana efek samping relative aman. Obat dimulai dengan dosis rendah klomopramin 25-50 mg/hari. (dosis tunggal malam har), dinaikkan secara berthap dengan penambahan 25 mg/hari sampai tercapai dosis efektif (biasanya 200-300 mg/hari).Dosis pemeliharaan umumnya agak tinggi, klomopramin 100-200 mg/hari dan setralin 10 mg/hari. Sebelum dihentikan, lakukan pengurangan dosis secara tapering off. Meskipun rspon dapat terlihat dalam 1-2 minggu, untuk mendapatkan hasil yang memadai setidaknya diperlukan waktu 2-3 bulan dengan dosis antara 75-255 mg/hari.

8. Anti PanikDalam membicarakan antipanik yang menjadi obat acuan adalah imipramine.

NoNama GenerikSediaanDosis Anjuran

1ImipraminTablet 25 mg75-150 mg/hari

2ClomipraminTablet 25 mg75-150 mg/hari

3AlprazolTablet 0,25 mg, 0,5 mg, 1 mg2-4 mg/hari

4MoclobemidTablet 150 mg300-600 mg/hari

5SertralinTablet 50 mg50-100 mg/hari

6FluoxetinCap dan caplet 20 mg20-40 mg/hari

7ParocetinTablet 20 mg20-40 mg/hari

8FluvoxamineTablet 50 mg50-100 mg/hari

Mekanisme KerjaSindrom panic berkaitan dengan hipersensitivitas dari serotonik reseptor di SSP. Obat anti panic bekerja dengan cara menghambat reutake serotonin pada celah sinaptik antar neuron.

Cara Penggunaan Golongan SSRI mempunyai efek samping yang lebih ringan Alprozolam merupakan obat yang paling kurang toksiknya dan onset kerjanya lebih cepat.

Lama Pemberian Obat Lamanya pemberian obat tergantung dari pasien. Umumnya selama 6-12 bulan, kemudian dihentikan ecara berthap selama 3 bulan bila kondisi penderita sudah memungkinkan. Dalam waktu 3 bulan bebas obat, 75% penderita menunjukkan gejala kambuh Dalam keadaan ini, maka emberian obat dengan dosis semula diulangi selama 2 tahun. Setelah itu, dihentikan secara bertahap selama 3 bulan.

Efek Samping Mengantuk. sedasi, kewaspadaan kurang Neurotoksik

2.2.3 Peran Perawat pada Terapi PsikofarmakologiPerawat memiliki beberapa peran, salah satu peran perawat adalah caregiver. Untuk bisa menjadi seorang caregiver maka perawat harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang pemberian psikofarmakologis, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistik pada asuhan pasien. Peran perawat meliputi hal hal sebagai berikut :1. Pengkajian pasien2. Koordinasi modalitas terapiKoordinasi ini mengintegrasikan berbagai terapi pengobatan dan sering kali membingungkan bagi pasien.3. Pemberian agens psikofarmakologisProgram pemberian obat dirancang secara professional dan bersifat individual.4. Pemantauan efek obatTermasuk efek yang diinginkan maupun efek samping yang dapat dialami pasien.5. Penyuluhan pasienMemungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan efektif.6. Program rumatan obatDirancang untuk mendukung pasien di suatu tatanan perawatan tindak lanjut dalam jangka panjang.7. Partisipasi dalam penelitianPerawat merupakan anggota tim yang penting dalam penelitian obat yang digunakan untuk mengobati pasien gangguan jiwa.8. Kewenangan untuk memberikan resepBeberapa perawat jiwa yang memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman sesuai dengan undang undang praktik negaranya boleh meresepkan agens farmakologis untuk mengobati gejala dan memperbaiki status fungsional pasien yang mengalami gangguan jiwa.

Peran perawat dalam pemberian obat, yaitu :a. Pengumpulan data sebelum pengobatan, meliputi : Pemeriksaan fisik Diagnosa medis Riwayat penyakit Riwayat pengobatan Riwayat keluarga Hasil pemeriksaan laboratorium (yang berkaitan) Status mental Jenis obat yang digunakan, dosis, cara dan waktu pemberian Program terapi lain Mengkombinasikan obat dengan terapi modalitas Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga, tentang pentingnya minum obat dan penanganan efek samping obat Monitor efek samping penggunaan obat

b. Melaksanakan prinsip pengobatan psikofarmaka Persiapan Melihat order pemberian obat di lembaran obat (di status) Kaji setiap obat yang akan diberikan termasuk tujuan, cara kerja obat, dosis, efek samping dan cara pemberian Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat Kaji kondisi klien sebelum pengobatan Lakukan minimal prinsip lima benar dalam pemberian obat Laksanakan program pemberian obat Gunakan pendekatan tertentu Bantu klien minum obat dan jangan ditinggal Pastikan bahwa obat telah diminum Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat, sebagai aspek legal Laksanakan program pengobatan berkelanjutan, melalui program rujukan. Menyesuaikan dengan terapi non farmakologik Turut serta dalam penelitian tentang obat-obatan psikofarmako

c. EvaluasiHal yang terakhir dilakukan perawat adalah memantau reaksi obat. Reaksi obat efektif jika : Emosional stabil Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat Halusinasi, agresi, delusi, menarik diri menurun Perilaku mudah diarahkan Proses berpikir ke arah logika Efek samping obat Tanda-tanda vital: tekanan darah, denyut nadi normal

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanTerapi Somatik adalah terapi yang diberikan untuk mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan tindakan yang ditujukan pada fisik klien, walaupun yang diberikan perlakuan fisik, tetapi target terapi adalah perilaku klien. Adapun jenis-jenis terapi psikomatik adalah terapi pengikatan, isolasi, terapi kejang listrik (ect/electro convulsive therapy), phototherapy, dan pengurangan jumlah tidur (sleep deprivation therapy)Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku. Obat ini digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup klien. yang termasuk kedalam terapi psikofarmakologi, yaitu anti psikotik, anti depresi, anti mania, anti cemas ( anti ansietas), anti insomnia, anti obsesif kompulsif, dan anti panik.Oleh karena itu, hal-hal yang harus dilakukan oleh perawat dalam terapi psikofarmakologi adalah pengkajian pasien, koordinasi modalitas terapi, pemberian agens psikofarmakologis, pemantauan efek obat, penyuluhan pasien, program rumatan obat, partisipasi dalam penelitian, serta adanya kewenangan untuk memberikan resep.

3.2 SaranPenulis berharap makalh ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat meningatakan pelayanan dalam pemberian terapi somatic dan psikofarmaka. Penulis juga menerima kritikan dari pembaca agar dalam penulisan makalah lebih baik nantinya.

24