BAB I

3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia adalah proliferasi satu jenis atau lebih sel hematopoetik secara berlebihan, ganas, sering disertai kelainan bentuk leukosit abnormal dan dapat disertai anemia, trombositopenia dan berakhir dengan kematian (Wirawan, 2002). Menteri Kesehatan menyebutkan, berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada tahun 2010, di Indonesia kanker menjadi penyebab kematian nomor 3 dengan kejadian 7,7% dari seluruh penyebab kematian penyakit tidak menular, setelah stroke dan penyakit jantung. Sementara itu, leukimia menempati posisi ketiga jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap maupun rawat jalan di seluruh RS di Indonesia, dengan proporsi sebesar 10,4% (Depkes, 2013). Salah satu obat yang dapat mengobati leukimia dalam Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) ASKES yaitu 1

description

farmasi

Transcript of BAB I

2

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang

Leukemia adalah proliferasi satu jenis atau lebih sel hematopoetik secara berlebihan, ganas, sering disertai kelainan bentuk leukosit abnormal dan dapat disertai anemia, trombositopenia dan berakhir dengan kematian (Wirawan, 2002). Menteri Kesehatan menyebutkan, berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada tahun 2010, di Indonesia kanker menjadi penyebab kematian nomor 3 dengan kejadian 7,7% dari seluruh penyebab kematian penyakit tidak menular, setelah stroke dan penyakit jantung. Sementara itu, leukimia menempati posisi ketiga jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap maupun rawat jalan di seluruh RS di Indonesia, dengan proporsi sebesar 10,4% (Depkes, 2013).Salah satu obat yang dapat mengobati leukimia dalam Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) ASKES yaitu Asparaginase. Sama seperti obat sitostatika lainnya, asparaginase yang berbentuk sediaan serbuk vial injeksi juga membutuhkan proses rekonstitusi dalam penggunaannya. Mengingat bahayanya obat sitostastika bagi kesehatan manusia maka perlu penanganan khusus sesuai pedoman yang telah ditetapkan oleh MenKes RI. Fenomena yang terjadi saat ini, masih banyak tenaga medis yang belum mengetahui tentang penerapan rekonstitusi obat sitostatika yang benar (Erlina, 2009).Ketidaktahuan akan rekonstitusi obat sitostatika yang benar dapat memberi dampak buruk pada tenaga medis yang melakukan maupun pasien yang menggunakan obat tersebut. Dampaknya apabila terpapar terlalu lama dapat mengakibatkan mutagenik, teratogenik, dan karsinogenik (Erlina, 2009). Mengingat kurangnya pengetahuan mengenai rekonstitusi obat sitostatika yang baik dan benar maka diperlukan suatu makalah mengenai cara rekonstitusi asparaginase bagi tenaga medis di rumah sakit Bhayangkara Palembang.B. Rumusan MasalahBagaimana cara rekonstitusi obat Asparaginase sesuai pedoman yang telah ditetapkan Menteri Kesehatan?C. Tujuan MakalahMemberi penjelasan cara rekonstitusi obat Asparaginase sesuai pedoman yang telah ditetapkan Menteri Kesehatan.D. Manfaat MakalahMakalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi tenaga medis, sebagai acuan kepada tenaga medis cara rekonstitusi obat sitostatika yang baik dan benar.

2. Bagi rumah sakit, dapat menjadi sumber informasi jika dikemudian hari akan dilakukan proses kemoterapi di rumah sakit Bhayangkara.3. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi mengenai rekonstitusi obat sitostatika yang dilakukan oleh tenaga medis.1